Kapal Perikanan
Kapal Perikanan
Disusun Oleh :
Imam Muhlis Maulana
11/318242/PN/12543
Manajemen Sumberdaya Perikanan
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
KAPAL PERIKANAN
Perikanan dan kelautan adalah salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia untuk meningkatkan sektor ekonomi. Usaha dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sektor kelautan dan perikanan adalah dengan meningkatkan kegiatan
pemanfaatan sumber daya perikanan dan memproduksi komoditas ikan laut dengan operasi
penangkapan ikan. Maka peranan dari kapal perikanan sangatlah penting dalam
penangkapan ikan. Kapal merupakan sarana perhubungan yang dipergunakan manusia
untuk membawa muatan (barang atau penumpang) dari tempat satu menuju tempat yang
lain di daerah perairan dan dibangun orang sesuai dengan bermacam-macam kepentingan
kapal (Unus, 2004).
Untuk mendukung hal tersebut, tidak terlepas dari kebutuhan wahana berupa kapal dan alat
penangkapan ikan baik untuk proses produksi itu sendiri maupun kebutuhan transportasi
dan kebutuhan komunikasi di laut atau dari laut ke daratan
A. Sejarah kapal perikanan
Kapal penangkap ikan terdahulu yaitu rakit, kano, dan perahu yang dibuat dari
rangka kayu dibalut kulit hewan atau kulit kayu. Perahu tertua yang pernah ditemukan
dalam arkeologi adalah sebuah kano dari Zaman Neolitik sekitar 7000-9000 tahun yang
lalu. Kano ini dibuat dari batang pohon konifer yang dilubangi dengan menggunakan alat
batu sederhana.Sebuah perahu yang mampu berlayar di lautan dan terbuat dari anyaman
batang rumput dan dilapisi tar ditemukan di Kuwait. Kapal-kapal terdahulu ini memiliki
kemampuan yang terbatas, sekedar untuk mengapung dan bergerak di atas air namun tidak
mampu digunakan terlalu jauh dari bibir pantai. Mereka digunakan terutama untuk
menangkap ikan dan berburu.
Sekitar tahun 4000 SM, bangsa Mesir kuno membangun perahu panjang yang
digerakkan oleh dayung dengan beberapa manusia. Selanjutnya perkembangan perahu
begitu cepat dengan ditemukannya layar yang terbuat dari tenunan kapas sehingga kapal
mampu melaju lebih cepat bersama dengan angin. Mereka lalu membangun perahu lebih
besar untuk menyebrangi lautan dengan dayung dan layar sekaligus. Pada tahun 3000 SM,
bangsa Mesir mulai memiliki kemampuan menyusun papan kayu menjadi lambung
kapal.Mereka juga menggunakan pengikat dari rumput Cyperus papyrus dan rerumputan
lainnya untuk menyatukan papan-papan tersebut dan menyumbat lubang yang ada di antara
papan kayu. Kapal Khufu dibangun dengan cara ini.
Bangsa belanda lalu membangun kapal pemburu ikan herring yang menjadi cetakan
biru bagi pembangunan kapal penangkap ikan Eropa. Kapal Herring Buss digunakan oleh
nelayan Belanda hingga abad ke 19. Kapal jenis ini kemungkinan pertama kali dibangun di
Hoorn sekitar tahun 1415 dan terakhir dibuat di Vlaardingen tahun 1841. Kapal ini
memiliki panjang 20 meter dan displacement antara 60 hingga 100 ton. Kapal ini
menggunakan jaring insang untuk menangkap herring. Jaring ditarik di malam hari oleh
belasan hingga 30 nelayan lalu digaramkan dan difermentasikan di drum kayu di atas
kapal.
Pada abad ke 17 perahu dogger dibuat oleh bangsa Inggris yang merupakan kapal
pukat dan rawai pertama dan beroperasi di laut utara. Nama dogger diambil dari bahasa
Belanda, dogger yang berarti "kapal pukat". Istilah dogger bank digunakan oleh bangsa
Belanda untuk menyebut kawasan tempat menangkap ikan dengan pukat. Dogger
merupakan kapal yang lambat, namun tangguh dan mampu menangkap ikan di Laut Utara
yang memiliki cuaca yang ekstrim. Kapal ini lebar dengan panjang 15 meter, lebar 4.5
meter, draft 1.5 meter, dan displacement 13 ton. Kapal ini mampu mengangkut satu ton
umpan, tiga ton garam, setengah ton makanan dan kayu bakar, serta kembali dengan enam
ton ikan hasil tangkapan.
Dory adalah perahu kecil dengan draft yang dangkal, biasanya hanya sepanjang
lima hingga tujuh meter. Dory memiliki pinggir yang relatif tinggi, dasar lambung yang
rata, dan haluan yang tajam, serta relatif mudah dibuat karena bentuknya sederhana. Dory
pertama muncul di pemukiman nelayan di New England sekitar awal abad ke 18. Dory
merupakan adaptasi dari perahu bateau Prancis yang digunakan di Sungai Saint Lawrence
pada tahun 1600an. Wherry merupakan perahu pantai yang menjadi penghubung generasi
antara bateau dan dory. Beberapa jenis perahu lainnya yang terdapat di Inggris, Prancis,
Italia, dan Belgia juga terlihat mirip dengan dory dan diperkirakan mempengaruhi desain
dari dory.
Dory yang didesain untuk ditumpuk satu sama lain dan memudahkan penyimpanan
muncul pertama kali pada tahun 1830an. Perahu jenis ini digunakan agar mudah dibawa
dalam jumlah banyak ke tengah laut untuk menangkap lebih banyak ikan.
Di abad ke 19, desain yang lebih efektif untuk kapal pukat layar dikembangkan di
pelabuhan penangkapan ikan Inggris, Brixham. Desain ini menyebar hingga ke seluruh
dunia dan mempengaruhi perancangan kapal penangkapan ikan di berbagai tempat. Pada
tahun 1890an terdapat 300 kapal pukat jenis ini di pelabuhan tersebut. Beberapa kini telah
diawetkan.
B. Pengertian Kapal
Menurut Setiyanto (2007), kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis
apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, termasuk kendaraan yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Kapal dengan segala teknologi dan
kecanggihannya merupakan salah satu sarana yang dapat diandalkan terutama kegiatan
yang berkaitan dengan transportasi di laut (Mulyanto, 1997).
Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarangi sungai atau lautan
yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia pada masa lampau menggunakan
kano, rakit ataupun perahu, semakin besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah
perahu atau rakit yang berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan kayu, bamboo ataupun
batang-batang papyrus seperti yang digunakan bangsa mesir kuno kemudian digunakan
bahan-bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal yang kuat.
Untuk penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian angin dengan
bantuan layar, mesin uap setelah muncul revolusi industri dan mesin diesel serta nuklir.
Penelitian memunculkan kapal bermesin yang berjalan mengambang diatas air seperti
Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan di dasar lautan yakni kapal selam
(Anonim, 2011)
Menurut Unus (2004), syarat-syarat kapal yang memenuhi yaitu:
1. Keselamatan kapal, yaitu kapal dapat pulang kembali dengan selamat
2. Pengawakan, ABK memenuhi syarat atau memiliki ketrampilan
3. Muatan, tidak melebihi muatan yang seharusnya
4. Kesejahteraan dan kesehatan ABK
5. Status kapal, adanya sertifikat kebangsaan atau menggunakan bendera negara
6. Pencegahan pencemaran air laut, tidak mencemariperairan ketika berlayar
A. Pengertian Kapal Ikan.
Kapal perikanan didefinisikan sebagai kapal atau perahu atau alat apung lainnya
yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan termasuk melakukan survei
atau eksplorasi perikanan.
kapal ikan sangat beragam dari kekhususan penggunaannya hingga ukurannya. Kapalkapal ikan tersebut terdiri dari kapal atau perahu berukuran kecil berupa perahu sampan
(perahu tanpa motor) yang digerakkan dengan tenaga dayung atau layar, perahu motor
tempel yang terbuat dari kayu hingga pada kapal ikan berukuran besar yang terbuat dari
kayu, fibre glass maupun besi baja dengan tenaga penggerak mesin diesel. Jenis dan
bentuk kapal ikan ini berbeda sesuai dengan tujuan usaha, keadaan perairan, daerah
penangkapan ikan (fishing ground) dan lain-lain, sehingga menyebabkan ukuran kapal
yang berbeda pula (Purbayanto et al, 2004).
B. Klasifikasi Kapal Perikanan
Menurut Setiyanto (2007), klasifikasi kapal perikanan sebagai berikut:
1. Kapal yang terutama digunakan untuk penangkapan ikan. Contoh: TrawlBoat, Tuna
Long Liner, Purse Seiner, Gill Netter, dan sebagainya.
2. Kapal yang mmempunyai fasilitas khusus untuk pengawetan dan pengolahan ikan.
Contoh kapal induk untuk perikanan hiu.
3. Kapal yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dan fhising ground ke tempat
pendaratan ikan.
4. Kapal yang digunakan untuk kegiatan perlindungan, penelitian dan latihan dalam bidang
perikanan.
Menurut Setiyanto (2007), ada dua jenis kapal yaitu:
1. Jenis kapal berdasarkan lokasi pengoperasiannya
a. Freshwater fishing boat
Yaitu kapal-kapal perikanan yang dioperasikan di perairan tawar terutama di danau dan
sungai. Kapal golongan ini biasanya terbuat dari kayu berukuran kecil.
b. Sea water fishing boat
Yaitu kapal perikanan yang operasinya di laut. Kapal perikanan golongan ini ukurannya
bervariasi dari ukuran kecil sampai kapal yang mempunyai ukuran sangat besar.
2. Jenis kapal berdasarkan ukuran, bahan, dan alat penggerak
a.
Small boat
Kapal-kapal perikanan yang termasuk golongan ini pada umumnya terbuat dari kayu
dan digunakan pada perairan pantai. Beberapa diantaranya masih menggunakan layar
sebagai tenaga penggerak, tetapi dengan perkembangan teknologi sudah banyak yang
b.
menggunakan mesin.
Wooden dan Steel boat
Kapal perikanan yang termasuk golongan ini pada umumnya mempunyai ukuran
sedang dan biasa digunakan pada perikanan lepas pantai dan perikanan laut dalam.
Sebagai contoh kapal tuna long line, trawler, skip jack fishing boat, drift net fishing
Kimbul adalah bangunan yang berdinding tipis selebar kapal di atas geladak utama
yang berada di bagian buritan, di bagian tengah adalah anjungan dan di depan adalah akil.
Pada geladak utama dibuat lubang palka untuk lewat barang muatan kapal ke dan dari
dalam palka. Lubang palka diberi penutup palka.
d. Dasar Berganda
Dasar berganda (double bottom) adalah dasar yang rangkap dua. Sebelah luar alas
kapal dan sebelah dalam alas dalam (top tank) digunakan untuk :
1. Mempertinggi keselamatan kapal di dalam pelayaran bila terjadi kerusakan pada dasar
kapal.
2. Sebagai tempat air ballast bila kapal berlayar tanpa muatan.
3. Sebagai tempat penyimpanan bahan bakar, minyak pelumas dan air tawar.
4. Dengan diisinya ruang dasar berganda dengan muatan cair dapat memperbaiki stabilitas.
Ruangan yang terdapat pada dasar berganda untuk memisahkan tangki-tangki yang
diisi dengan cairan yang berbeda jenis.
Gambar 3. Cofferdam
g. Kemudi
Kemudi berfungsi untuk mengolah gerak kapal. Untuk menggerakkan daun kemudi
yang berada di bawah permukaan air, dipergunakan mesin kemudi yang dihubungkan
dengan poros kemudi pada ruang mesin kemudi. Mesin kemudi dapat dioperasikan dari
ruang nahkoda yang berada di anjungan.
h. Kamar Mesin
Mesin kapal mempunyai ruangan tersendiri yang disebut kamar mesin. Dalam
kamar mesin ini diletakkan Mesin Induk (Main Engine), mesin Bantu (Auxilary Engine),
pompa-pompa, kompresor dan sebagainya. Lebar kamar mesin selebar kapal sedangkan
panjangnya kurang lebih 15 % dari panjang kapal. Adapun letak kamar mesin ini ada di
belakang atau ditengah-tengah kapal. Pada kapal ikan, umumnya ditempatkan di tengah,
hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada anak buah kapal agar dapat
bekerja di bagian belakang pada kapal ikan.
j. Palka Ikan
Ruang palka (ruang muat) adalah ruangan dibawah geladak gunanya untuk tempat
menyimpan muatan kapal. Barang muatan harus dapat tersimpan dengan baik, tidak rusak
dan tidak busuk. Karena itu ruangan palka harus dapat memenuhi beberapa persyaratan
tertentu diantara ialah :
1. Ruang palkah harus kedap air, artinya barang yang ada di dalam ruang palka tersebut
harus dapat dijamin tidak kemasukan air.
2. Ruang palka harus tidak mudah terpengaruh panas dari luar sehingga es yang di
dalam palka tidak mudah mencair atau suhu yang rendah di dalam palka tidak mudah
berubah naik.
Perawatan rutin
Perawatan rutin adalah perawatan kontruksi kapal yang dilakukan setiap hari secara
teratur yang meliputi kontruksi kapal yang berada diatas permukaan air laut. Pekerjaan
yang termasuk di dalam kegiatan perawatan rutin yaitu:
-
b. Perawatan periodik
Perawatan periodik adalah perawatan kontruksi kapal khususnya kapal kayu dilakukan
setiap periode waktu enam bulan yang meliputi kontruksi kapal yang berada dibawah
permukaan air laut. Untuk perwatan periodik kapal kayu harus dilakukan docking kapal
ada tiga cara pengedokan kapal yaitu:
1.
2.
Pengedokan kapal dengan cara tradisional ditentukan oleh tinggi rendahnya pasang surut
didaerah sekitar galangan kapal. Apabila perbedaan pasang surut cukup tinggi maka kapal
cukup dikandaskan pada daratan dan selanjutnya dipasang balok penyangga pada lambung
kanan-kiri kapal agar kapal tetap dalam posisi tegak harus diperhatikan dalam pengedokan
dilakukan secara tradisonal yaitu dasar perairan harus berupa pasir atau lumpur.
c.
Docking besar.
Docking besar adalah merupakan perawatan kapal penangkap ikan yang dikerjakan diatas
kapal dan di darat khususnya galangan kapal rakyat yang mencakup seluruh kapal, antara
lain: mesin kapal, alat navigasi, radar dan lampu isyarat, mesin Bantu, As dan balingbaling, daun kemudi dan alas kemudi, pelampung, alat pemadam kebakaran/hydrant.