Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI MASSA


PERAN RADIO DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
Disusun oleh :
1. Edward Mathias
(10997)
2. Mona Octaviani
(12664)
3. Anggi Dwi Satrio
(12740)
4. Ayudea Adiaty
(12801)
5. Sayyida Ikrima
(12852)
6. Muh. Syukron
(12921)
7. Andhika Haryawan
(12938)
8. Bagas Ade Bramantya (12943)
9. Ade Intan Christian
(12968)
Kelompok
: 3
Dosen Pengampu : 1. Ir. Harsoyo, M.Ext.
2. Dyah Woro U., S. P., M. P
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radio merupakan salah satu bentuk dari media massa. Media massa adalah
alat
yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (pen
erima)
dengan menggunakan alat-alat komunikasi (Changara, 2006). Radio mendapat
julukan
sebagai kekuasaan yang kelima (the fifth estate), setelah pers. Oleh k
arena itu, media
radio digunakan dalam menyampaikan pesan, ataupun informasi dari suatu
sumber
kepada khalayak. Menurut Changara (2006) kelebihan media radio dibanding
dengan
media massa yang lainnya adalah cepat dan mudah dibawa kemana-mana, da
n dapat
didengar sambil mengerjakan pekerjaan yang lain, seperti mencuci, mengen
darai mobil,
memasak, menulis, dan semacamnya. Radio telah banyak dimanfaatkan keguna
annya
bagi kehidupan masyarakat, dan telah menjadi media yang cukup populer
untuk
menyebarkan berbagai informasi. Diantaranya, kegunaan radio untuk pembang
unan
pertanian, yaitu sebagai media penyebar informasi, pesan, dan hasil dari pembang
unan.
Menurut Rogers dalam Nasution (2002) definisi pembangunan adalah suatu
perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat
yang
dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besar
nya
keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas
rakyat melalui

kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
Adapun menurut Syahyuti dalam Dewi (2008), pembangunan pertanian
merupakan suatu upaya peningkatan produksi pertanian melalui ketahanan p
angan yang
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam pr
oses
pembangunan pertanian, radio mempunyai peran sebagai media yang menyampa
ikan
informasi pertanian yang menunjang untuk peningkatan produksi pertanian
serta untuk
memberdayakan masyarakat petani dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Radio dapat dijadikan sebagai media dalam pembangunan pertanian karena dinilai
cukup efektif dalam proses penyebaran informasinya. Penyampaian informasi
dalam
media radio dilakukan dengan cara two way communication dan bersifat i
nteraktif serta
kemudahan dalam mengaksesnya karena relatif murah (Kifli, 2007). Kemudahan terse
but
berdampak positif bagi masyarakat petani yang umumnya mereka memiliki keterba
tasan
dalam mengakses sumberdaya. Dengan keunggulan dan kemudahan tersebut, diharapkan
media radio dapat berperan banyak dalam meningkatkan pembangunan pertanian.
1.2
1.
2.
3.

Tujuan
Mengetahui karakter radio sebagai salah satu media komunikasi.
Mengetahui peluang dan tantangan radio di era globalisasi.
Mengetahui peran dan efektivitas radio dalam pembangunan pertanian.

BAB II
ISI

2.1 Radio sebagai Media Massa


Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari su
mber
kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi (Chang
ara, 2006).
Media massa terbagi ke dalam dua kategori, yaitu media massa cetak da
n media elektronik.
Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah su
rat kabar dan
majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa
adalah radio,
televisi, film, dan media online (internet, termasuk di dalamnya media sosial).
Menurut Undang-undang Penyiaran Nomor 32/2002 penyiaran merupakan
kegia
tan
penyebarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi
di darat, di laut
atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui u
dara, kabel,
dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh m
asyarakat
dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan ber
kesinambungan.
Penyiaran radio sendiri diartikan sebagai media komunikasi massa dengar, yang me
nyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, beru
pa program yang
teratur dan berkesinambungan.
Radio pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada saat pendirian Bataviasche Ra
dio
Veregening (BRV) pada tanggal 16 Juni 1925 oleh Weltevreden. Lahirnya
BRV ini
merangsang masyarakat Indonesia untuk mendirikan pemancar amatir dengan
gelombang
masing-masing, sebab pada waktu itu belum ada ketentuan penetapan gelom
bang siaran.
Lima tahun sesudah lahirnya BRV, tepatnya pada tahun 1930 Jawatan Pos
Telepon dan
Telegraf Hindia Belanda mengadakan siaran percobaan lagu-lagu barat. Tah
un1934 radio
NIROM berdiri di Jakarta. Radio Nirom disubsidi pemerintah dan sekaligu
s menjadi siaran
resmi pemerintah penjajahan Belanda. Kemudian mulai perjuangan kemerdekaan RI, r
adio di
Indonesia terus berkembang, sampai sekarang radio telah berkembang dan dimanfaat
kan oleh
masyarakat.
2.2 Karakteristik Radio
Radio memiliki ciri khas atau karakteristik tersendiri. Karakteristik radio ini
bisa juga
menjadi keunggulan dan kelemahan media radio. Menurut Romli (2014) radi
o memiliki
sepuluh karakteristik. Karakteristik radio antara lain :
1. Auditory
Radio adalah suara. Hanya suara yang bisa disampaikan di radio. Apapun
yang
kan.
umum
musik

ingin disampaikan di radio, harus dalam bentuk suara atau disuara


Secara
suara yang muncul di radio atau disiarkan radio ada dua macam:
dan

kata-kata. Hal tersebut berimplikasi bahwa pendengar harus mampu menerim


a dan
suara (pesan komunikasi) sehingga pesan yang disampaikan oleh penyiar a
kan dapat
diterima oleh khalayak.
2. Theatre of Mind
Radio atau penyiar dengan kata-kata (words) dan efek suara (sound effe
ct),
dapat membuat gambar di benak pendengar, membuat pendengar berimaginasi,
membayangkan sosok sesuatu seperti orang, pasar, mal, kerusuhan, demonst
rasi,
buku, dan lain lain.
3. Cepat dan Langsung
Radio termasuk media tercepat, lebih cepat dari koran ataupun TV dalam
menyampaikan informasi kepada publik, tanpa melalui proses yang rumit d
an butuh
waktu banyak seperti siaran TV atau sajian media cetak. Hanya dengan
melalui
telepon, reporter radio dapat secara langsung menyampaikan berita atau
melaporkan
peristiwa yang ada di lapangan. Bila dibandingkan dengan media lainnya
seperti
koran dan majalah serta televisi (bukan siaran langsung), pesan melalui
radio akan
jauh lebih cepat terdistribusi ke khalayak.
4. Akrab
Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. Penyiar atau orang yan
g
membawakan radio biasanya memiliki gaya bahasa yang luwes dan lugas se
hingga
lebih akrab dengan pendengar. Akibatnya, pendengar tidak merasa cepat b
osan dan
membuat efektivitas radio meningkat karena khalayak ingin tetap terus mendengark
an
isi siaran
5. Personal
Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengar. Pembicaraannya
langsung menyentuh aspek pribadi (interpersonal communications), dengan
pendekatan pribadi (personal approach), sehingga radio seolah-oleh dapat
menjadi
teman pribadi yang setia bagi yang mendengarkannya. Radio juga biasanya memili
ki
segmentasi khalayak tersendiri dan memiliki pendengar setia karena sifat
nya yang
personal.
6. Hangat
Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu
mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan su
ara
penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka.
7. Sederhana
Tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi pengelola maupun pendengar.
Umumnya, radio gaya bahasa yang digunakan dalam siaran radio lebih sederhana dan
sesuai dengan daya tangkap dan daya nalar pendengar sehingga lebih mud
ah

ditangkap pesannya oleh pendengar.


8. Tanpa Batas
Wide Coverage, jangkauan wilayah siarannya luas. Siaran radio menembus
batas-batas geografis, demografis, SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan)
, dan
kelas sosial. Radio juga illiteracy, dapat dinikmati oleh yang buta huruf. Hanya
kaum
tuna rungu yang tak mampu mengkonsumsi atau menikmati siaran radio.
9. Murah
Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi
,
pesawat radio relatif jauh lebih murah. Pendengar pun tidak dipungut b
ayaran
seperser pun untuk mendengarkan radio. Orang bisa mendengarkan aneka mu
sik,
hiburan, dan informasi, tanpa harus membayar alias gratis.
10. Fleksibel
Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa
mengganggu aktivitas yang lain, seperti memasak, mengemudi, belajar, dan membaca
koran atau buku. Tampil sebagai teman pribadi di rumah,
ar, di
perjalanan, atau teman minum kopi saat pagi, sore, atau
elain itu,
pesawat radio pun mobile atau portable, mudah dibawa ke
seseorang/kelompok yang ingin mendengarkan siaran radio, praktis

di meja belaj
malam hari. S
mana saja.
tinggal membawa

radio/alat komunikasi yang sudah ada pesawat radionya sehingga lebih fl


eksibel dan
mudah dibawa kemana-mana
Di lain sisi, Adam (2000) mengemukakan tentang radio. Radio memiliki b
eberapa
karakteristik diantaranya adalah:
1. Produksi audio
Karakteristik ini mengharuskan reporter radio untuk menguasai teknik
penyiaran, karena keterbatasan produksi berupa suara saja harus mampu m
ewakili
informasi yang biasanya disampaikan dalam bentuk foto, gambar grafis, a
tau visual
bergerak.
2. Informasi muncul selintas
Sebagian besar siaran radio tak terdokumentasi, sehingga akan berlalu setelah
disiarkan, kecuali pihak perusahaan mendokumentasikannya dalam bentuk rek
aman.
Sebagai tantangan adalah berita yang mengudara secara selintas dan sekali dengar
ini
harus dapat dicerna dan dimengerti informasinya oleh pendengar. Itulah
sebabnya
radio disebut sebagai medium yang wajib melakukan pengulangan agar pend
engar
semakin jelas dalam memahami materi yang disiarkan.
3. Unggul dalam kecepatan
Perkembangan teknologi komunikasi seperti perangakat satelit dan seluler
semakin memudahkan radio menampilkan kecepatannya menyiarkan informasi. Pesan
yang disiarkan melalui radio lebih cepat terdistribusi kepada khalayak sehingga
berita
terbaru mengenai pertanian dan bidang lainnya.
4. Imajinatif
Suara yang dihasilkan dapat mengundang imajinasi pendengar, karena
audience akan bersaha memvisualkan suara itu dalam benak masing-masing.

Akibat
kekuatan imajinasi yang tidak sesuai dengan realita, siaran radio lebih
segera
menyentuh perasaan daripada nalar.
2.3 Fungsi Radio sebagai Media
1. Fungsi bisnis
Sebagai media, radio seringkali hanya dipandang sebagai institusi sosial
,
politik, dan budaya belaka. Akan tetapi, perkembangan dewasa ini memper
lihatkan
media tidak lagi dilihat semata-mata sebagai institusi sosial dan polit
ik, melainkan
juga sebagai institusi ekonomi. Fakta menunjukkan bahwa media telah tumbuh bukan
saja sebagai alat penyampai pesan-pesan sosial, politik dan budaya, tet
api juga
sebagai perusahaan yang menekankan keuntungan ekonomi.
Radio merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan kerja, barang, dan jasa, radio juga memiliki industri tersendiri yang m
emiliki
peraturan dan norma-norma yang menghubungkan industri tersebut dengan
masyarakat dengan institusi sosial lainnya.
Sebagai media komersial, radio dikelola dan diusahakan oleh suatu organisasi
bisnis, sehingga orientasi kerjanya adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Biaya
operasi media komersial ini diperoleh dari hasil penjualan, baik penjua
lan produk
media, seperti berita, hiburan maupun penjualan ruang untuk para pemasa
ng iklan
untuk mempromosikan produknya. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa
menyaksikan bagaimana menjual produk yang berupa berita yang dikemas da
lam
berbagai acara, juga menyediakan ruang dan waktunya untuk para pemasang
iklan
sehingga dapat menutup biaya dalam produksi dan perkembangan radio tersebut..
2. Fungsi Informasi
Radio sebagai media massa utamanya menjadi media informasi, yaitu media
yang
setiap
saat
menyampaikan
informasi
kepada
masya
rakat. Dengan
informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kep
ada
masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi,
masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaiknya pula masyarakat akan menjad
i
masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur
kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh ma
syarakat,
menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi
dengan
berbagai kemampuannya (McQuail, 1987).
Melalui radio, banyak informasi pertanian yang dapat disalurkan kepada
masyarakat. Informasi tersebut baik berupa penemuan inovasi baru dalam
pertanian
yang berguna dan mendukung bagi pembangunan pertanian sehingga akan
mempercepat proses pembangunan. Salah satu aspek pembangunan ialah tersedianya
sumberdaya manusia yang memiliki keahlian, pengetahuan, dan keterampilan
lain
mengenai sesuatu. Melalui radio, pemirsa yang semula tidak tahu akan i
novasi baru

bidang pertanian akan menjadi tahu dan mengenal, yang semula tahu menj
adi lebih
tahu, dan yang sudah tahu agar lebih menerapkan.
Di Indonesia banyak terdapat media komunitas, baik yang berupa media cetak
ataupun yang berupa televisi komunitas yang dikembangkan beberapa warga
masyarakat untuk menyebarluaskan informasi. Namun,
yang paling banyak
adalah
yang berupa radio komunitas. Mengapa demikian karena dari berbagai bentuk media
,
radio siaranlah yang paling mudah dioperasikan dan paling murah biayany
a
dibandingkan dengan media cetak atau media televisi sehingga sangat efe
ktif untuk
menyiarkan informasi (Nurudin, 2007).
3. Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan selalu dijalankan oleh setiap media massa, termasuk radio.
Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu ins
titusi
yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan buday
a.
Sebagai agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan
budaya itubermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan
demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budayabudaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.
4. Fungsi Komunikasi
Mencermati pengertian pers di atas maka dapat dipahami bahwa pers seba
gai
media komunikasi massa adalah lembaga/institusi (bisnis/sosial/kemasyarakat
an)
yang di dalamnya terdapat kegiatan junalistik yaitu mencari, memperoleh,
memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan
,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data grafik maupun dalam bentuk
lainnya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis salu
ran yang
tersedia (McQuail, 1987).
Radio adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisa
n,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainn
ya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis salu
ran yang
tersedia. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud inform
asi,
pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan sosial
kolektif dan permintaan individu (McQuail, 1987).
Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain:
dari pengirim ke penerima, dari anggota audien ke anggota audien lainn
ya, dari
seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat terkait. Semua itu buk
an sekedar
saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tata
cara dan
pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan
untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya (Nurudin, 2007).

5. Fungsi sosial
Radio menjalankan fungsi pengawasan peringatan, jika menginformasikan
tentang ancaman yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya bencana ala
m,
serangan militer, inflasi dan krisis ekonomi. Fungsi pengawasan instrume
ntal dari
media massa jika informasi yang disampaikan memiliki kegunaan atau dapa
t
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks kontrol sosial, radio juga sebagai sarana komunikasi masa
memiliki juga fungsi pengawasan (surveillance). Fungsi pengawasan ini memiliki d
ua
tipe yakni peringatan dan alat pengawasan. Tipe pertama sangat penting
terutama
dalam menginformasikan gejala-gejala yang menentukan hidup mansuai atau
suatu
masyarakat seperti peringatan akan adanya gunung meletus, inflasi ekonom
i, bahaya
banjir dan lain sebagainya. Dan sebagai alah pengawasan, media massa m
eneruskan
informasi yang berguna dan membantu kehidupan setiap hari (Rakhmat, 2004).
2.4 Peranan Radio dalam Pembangunan Pertanian
Salah satu bentuk media massa yang potensial untuk mendukung pemberdaya
an
masyarakat perdesaan adalah radio. Media siaran ini memiliki kemampuan
tinggi untuk
mengantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan secara cepat dan serentak k
epada
khalayak luas, yang berada di tempat yang terpencar, tersebar luas, sampai ke te
mpat-tempat
yang jauh terpencil dan sulit dicapai angkutan umum.
Pembangunan pertanian dan pedesaan yang telah dilaksanakan selama ini, di satu s
isi
telah berhasil mengubah wajah pertanian dan perdesaan Indonesia. Disampi
ng perubahan di
bidang prasarana fisik, teknologi dan produktivitas pertanian, para petani Indon
esia juga telah
berubah secara nyata. Secara makro populasi petani telah menjadi lebih
kecil jumlahnya
secara persentase tetapi lebih tinggi kualitasnya, yang ditandai oleh l
ebih baiknya tingkat
pendidikan mereka, lebih mengenal kemajuan, kebutuhan dan harapan-harapan
nya
meningkat, dan pengetahuan serta keterampilan bertaninya juga jauh lebih
baik. Dengan
memperhatikan keadaan dan perubahan pembangunan pertanian dewasa ini bes
erta
tantangan-tantangan yang ada, sangat perlu dipersiapkan strategi pendidik
an masyarakat
perdesaan yang efektif dalam menunjang pembangunan (Hadi, 2007).
Peran radio dalam menyampaikan informasi adalah berpartisipasi dalam
pembangunan pertanian. Dalam pembangunan pertanian, radio sebagai penyeba
r pesan dan
hasil-hasil pertanian. Esensi dari pembangunan pertanian itu sendiri ada
lah adanya upaya
untuk meningkatkan produktivitas pertanian seperti bertambahnya inovasi d
an kemajuan
teknologi, dan adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Pesan dan informasi yang disampaikan dari hasil pembangunan memiliki su

atu
tujuan. Dalam usaha pembangunan, haruslah bertujuan untuk meningkatkan derajat m
anusia,
terutama masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan agar mereka dap
at hidup layak.
Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan dalam pembangunan adalah
mengurangi
tingkat kemiskinan.
Dalam pembangunan pertanian, maka yang harus dilak
ukan adalah
mengurangi tingkat kemiskinan pada masyarakat petani dengan cara meningkatkan pr
oduksi
pertanian. Peran radio radio
dalam pembangunan pertanian telah dilakuk
an sejak dahulu.
Dalam ringkup radio, dikenal Siaran Pedesaan, yang mula-mula dimulai se
bagai Siaran
Pertanian.

2.5 Peluang Radio Sebagai Sarana Pembagunan Pertanian


Media radio selain memiliki keunggulan dan efektif sebagai sarana dalam
menyampaikan pesan pembangunan, juga memiliki hambatan. Dalam proses pem
bangunan,
manusia ada kecenderungan untuk menginginkan sifat manusiawi, yaitu situ
asi tatap muka
atau komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Agak lain h
alnya dengan
televisi yang di samping suara, masih membawa gambar dari komunikator,
sehingga
dengan terjadinya tatap muk
penyajian pesan nampaknya menjadi lebih manusiawi
a yang
semu (Susanto,1982). Selain itu, ada kelemahan radio yang menghambat penyampaian
pesan,
Bahwa radio juga memiliki kelemahan, terutama informasinya yang selintas
membuat
informasi yang disampaikan sulit diingat, karena siaran radio melalui pendengara
n dan hanya
sekali maka informasi tersebut tidak bisa di dokumentasikan oleh penden
garnya (Romli cit.
Puspitasari, 2009).
Di beberapa kota besar di Indonesia seperti Semarang dan Palembang serta Surabay
a,
radio masih memiliki peluang menjadi salah satu media yang digemari ol
eh masyarakat.
Akan tetapi, umumnya mayoritas khalayak yang mendengarkan siaran ialah
para remajadewasa. Hal tersebut dapat menjadi kendala karena sasaran utama pembang
unan pertanian
ialah seluruh masyarakat khususnya yang terjun langsung dalam dunia per
tanian, sementara
kebanyakan remaja kurang tertarik dengan sektor pertanian. berikut data
persentase
pendengar radio di beberapa kota di Indonesia tahun 2009.
Grafik 1. Persentase Jumlah Pendengar Radio di Beberapa Kota Besar di Indonesia
Mengacu pada hasil survei MARS Indonesia di 8 kota (Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Medan, Makassar, Balikpapan, Palembang) yang termuat dalam Perilaku Belan

ja
Konsumen Indonesia 2009
maka jumlah pendengar radio secara total masih se
kitar 37%.
Semarang menjadi kota yang warganya paling suka mendengar siaran radio,
disusul
kemudian Palembang dan Surabaya. Sebaliknya, kota yang warganya paling
banyak
meninggalkan siaran radio adalah Balikpapan dan Medan.
Karakteristik p
endengar radio
yang masih setia tersebut mayoritas berasal dari kelompok usia muda (1
8-25 tahun) dengan
strata sosial ekonomi (SES) kategori B, yaitu yang pengeluaran bulanann
ya di bawah Rp
2.500.000 hingga Rp1.250.000.
Sementara stasiun radio yang masih memiliki sihir kepada pendengarnya adalah Gen
FM yang berada pada posisi teratas untuk kota Jakarta, dengan jumlah
pendengar mencapai
40,8%. Disusul berikutnya Muara FM (11%), I-Radio (9,3%), Kiss FM (7,4
%), dan Kayu
Manis (6,5%). Sedangkan stasiun radio terfavorit di Bandung adalah Dahl
ia (25,1%) dan
Rama FM (22,6%), Semarang adalah Pop FM (25%) dan Gajah Mada (22,7%),
Surabaya
adalah M-Radio (34,9%), Makassar adalah Gamasi (44,9%), dan Palembang adalah Eli
ta FM
(41,4%).
Acara yang paling banyak menyedot pendengar radio mayoritas
adalah musik
(82%), lalu berita dan ceramah. Sedangkan informasi lalu lintas hanya menduduki
peringkat
kelima, masih kalah dengan acara wawancara dengan nara sumber yang berada di p
eringkat
keempat. Tempat yang paling sering dipakai untuk mendengarkan radio ada
lah rumah
sebagai pilihan utama, lalu kendaraan dan kantor/tempat kerja.
Waktu
favorit pendengar
radio yang paling tinggi frekuensinya adalah antara jam 06.00-08.00 WIB, disusul
kemudian
jam 20.00-22.00 WIB dan terakhir antara jam 08.00-10.00 WIB (Zumar, 2010).
Berdasarkan survai lain, jumlah Penonton TV dan Pendengar Radio di Ind
onesia
Potensi penonton tercatat oleh Nielsen sebanyak 12,2% atau sebanyak 46,7 juta or
ang dengan
golongan usia 5 tahun keatas. Hitungan ini diketahui oleh Nielsen sete
lah melakukan survei
di 10 kota atau sekitar 5,7 juta orang perharinya. Di Indonesia menur
ut Andini Wijendaru,
executive public relation PT. AGB Nielsen Media Reasearch Indonesia, jumlah peno
nton TV
di Indonesia mencapai 1,2% dari populasi 27 atau sebanyak 566 ribu orang. Sement
ara, fakta
menunjukkan bahwa lebih dari 101 juta pendengar radio (Menurut AC Niel
sen, Penetrasi
Radio di Indonesia adalah 43% dari Jumlah Penduduk) secara nasional. Jumlah pend
engar itu
juga merupakan calon potensial pengguna radio news & information networ
k, radio
streaming, internet broadband, serta telephone and mobile phone. Dari d
ata tersebut,
menunjukkan bahwa jumlah pendengar radio lebih banyak dibandingkan penon

ton TV
khususnya di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan jumlah pendengar radi
o yang mencapai
101 juta orang, sementara penonton televisi hanya 566 ribu orang per
hari. Radio sebagai
sarana komunikasi dan informasi yang up-to-date, dapat menyampaikan beri
ta secara
langsung, cepat dan aktual. Selan itu jangkauannya luas, mulai dari ko
ta sampai ke desa
terpencil sekalipun. Bahkan ke daerah yang belum dijamah tenaga listrik
yang tidak
memungkinkan menonton televisi juga bisa mendengarkan siaran radio. Sifa
t radio yang
mobilitas
inilah yang menjadikan salah satu alasan jumlah pendengar radio le
bih banyak
dibandingkan penonton televisi (Abdullah, 2012).
Hambatan-hambatan radio dalam komunikasi pembangunan dapat diatasi oleh
beberapa cara. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
penyampaian
pesan pembangunan yakni dengan pendekatan manusiawi. Pendekatan manusiawi
tersebut
ialah pemanfaatan informasi oleh komunikator tentang situasi khalayak ya
ng ingin dicapai.
Menurut Susanto (1982), cara tersebut dapat berupa teknik penyajian, re
levansi, dan sifat
lokal. Cara tersebut merupakan unsur-unsur yang dapat mendekatkan komuni
kator dengan
khalayak, terutama komunikator yang tidak berhadapan muka dengan khalayak.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Karakter radio sebagai media yakni hanya produksi suara, informasi muncul se
lintas,
unggul dalam kecepatan, imajinatif, fleksibel, murah, sederhana, tanpa b
atas
jangkauan, dan bersifat hangat, dekat, dan personal kepada pemirsa.
2. Fungsi radio sebagai media yakni melaksanakan fungsi bisnis, informa
si, hiburan,
komunikasi, dan sosial.
3. Peluang radio sebagai sarana penunjang pembangunan pertanian sangat
besar karena
radio lebih bersifat dekat dengan masyarakat (interpersonal), unggul dalam kecep
atan,
murah, dan fleksibel.
4. Kelemahan dan tantangan radio sebagai sarana penunjang pembangunan p
ertanian
yakni
hanya produksi audio (informasi menjadi kurang jelas), tidak te
rdokumentasi,
imajinatif (memunculkan makna yang keliru), dan kurang mengenai sasaran
yang
dituju yakni petani.
5. Peran radio dalam pembangunan pertanian yakni utamanya dalam menyeba
rkan
informasi penunjang pembangunan pertanian layaknya inovasi pertanian dan
mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku pelaku pertanian sehingga dapat berger
ak
untuk mendukung pembangunan pertanian.

6. Efektivitas radio dibandingkan dengan media massa lainnya yakni masi


h sangat
kurang karena umumnya masyarakat telah beralih untuk menggunakan interne
t dan
televisi yang memiliki banyak keunggulan dibanding radio.
3.2 Saran
Melihat berbagai peluang, hambatan, dan tantangan mengenai peran radio
dalam
pembangunan, dapat dikatakan sebenarnya radio memiliki peluang yang cukup besar
sebagai
sarana penunjang pembangunan pertanian. akan tetapi, di era globalisasi seperti
sekarang ini,
radio cenderung kurang efektif dalam menyebarkan informasi pertanian mes
kipun jumlah
penggunanya tinggi dan tidak kalah dengan media lainnya. Hal tersebut
karena radio hanya
produksi suara yang akan menimbulkan kejenuhan pemirsa, memunculkan makn
a yang
berbeda seperti yang dimaksud oleh komunikator, dan cenderung lebih men
garah sebagi
fungsi hiburan terkait materi yang disiarkan. Oleh karena itu, melihat jumlah pe
ngguna radio
yang tinggi, seharusnya antara pemerintah dan media dapat bekerja sama
dalam membuat
program siaran di radio sehingga lebih menarik dan efektif dalam menja
lankan fungsinya
sebagai institusi komunikasi yang juga berfungsi sebagai sarana pembangu
nan. Selain itu,
media (radio) juga hendaknya lebih mengutamakan isi program yang bersif
at mendidik
pemirsa terkait dengan penyiaran inovasi pertanian dan hal yang terkait
, bukan lebih
mengedepankan fungsi hiburannya agar banyak pemirsa yang mendengarkan. S
ebagai
konsumen juga hendaknya tidak meninggalkan radio sebagai sarana komunika
si dalam
pembangunan pertanian karena di dalamnya terdapat informasi penting terkait pert
anian yang
dapat menambah wawasan, mengubah sikap, dan berperilaku untuk bisa berpartisispa
si dalam
pembangunan pertanian.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Maesurah. 2012. <http://maesurah.blogspot.com>. Diakses pada 1 Juni 20
14.
Changara, H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Dewi, S. P. 2008. Analisis Permasalahan Struktural Masyarakat Petani dan Peran P
emerintah
Dalam Pembangunan Pertanian. Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Hadi, A. P. 2007.
Radio komunitas sebagai media alternative untuk pe
mberdayaan
masyarakat pedesaan. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Kifli, G. C. 2007. Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian pada Komun
itas Dayak di
Kalimantan Barat. Forum Penelitian Agro Ekonomi 2: 117-125.
McQuail, D. 1987. Teori Komunikasi Massa ed. 2. Erlangga, Jakarta.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa.PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Nasution, Z. 1988. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya. PT
Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Puspitasari N. 2009. Persepsi Khalayak Pendengar Tentang Mutu Siaran Ra
dio Pertanian
Ciawi (Studi Kasus: Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi dan Desa Ciriung,
Cibinong).Skripsi Sarjana. Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia IPB. Skripsi.
Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Romli, A. S. M. 2014. Karakter Radio. <http://romeltea.com/karakter-radio/> . D
iakses pada
31 Mei 2014.
Susanto, A. S. 1982. Komunikasi Massa. Binacipta, Bandung.
Zumar, D. 2010. <http://dzumar.wordpress.com/>. Diakses pada 1 Juni 2014.

Anda mungkin juga menyukai