Anda di halaman 1dari 3

ACUTE MEDULLARY COMPRESSION

Definisi
Kompresi medula akut adalah penekanan pada medula spinalis karena trauma dan
penyakittertentu yang dapat menekan medula spinalis dan mengganggu fungsi normalnya.
Kompresimedulla akut termasuk dalam kategori medical emergency dikarenakan perlunya
penanganan dandiagnosis secara cepat untuk mencegah terjadinya disabilitas jangka panjang
akibat efek ireversibel dari kompresi medulla spinalis. 6ika penekanannya sangat hebat, maka
sinyal saraf keatas dan ke bawah medula spinalis akan terhambat total. enekanan yang
tidak terlalu hebathanya akan mengganggu beberapa sinyal. 6ika penekanan telah ditemukan
dan diobati sebelumterjadinya kerusakan saraf, maka biasanya fungsi medula spinalis akan
kembali seperti semula.1
Gejala klinis2
Pada 95% kasus dengan kompresi medula dapat terjadi nyeri lokal di punggung (midline /
paravertebra) serta nyeri radikular. Nyeri pada punggung biasanya konstan, membaik saat
duduk atau saat mau berdiri, rasa nyeri meningkat saat tekanan intratorakal meningkat seperti
saat batuk, bersin, dan valsava manuver. 66% diantaranya dapat mengalami nyeri radikuler,
lebih sering tumor metastasis lumbal (90%) dan servikal (79%) dibandingkan dengan tumor
metastasis torakal (55%). Biasanya nhyeri radikuler bersifat unilateral, menjalar dari
belakang ke depan, dapat dipengaruhi oleh gerakan, memburuk saat malam hari, terkadang
dapat terasa baal atau kebas.
Pada pengobatan yang tidak adekuat, tahap selanjutnya dapat menyebabkan kelemahan
tungkai (pada 76% pasien). Kaki dapat menjadi kaku, terkadang sampai diseret. Gangguan
sensorik seperti rasa kebas (biasanya tanpa parestesi), sensasi dingin, dan selanjutnya dapat
menjadi ataxia (pada 3% pasien).
Dapat terjadi juga disfungsi otonom, pada tahap awal kehilangan kontrol mturisi, hesistansi,
dan urgensi. Pada tahap lanjut berkembang menjadi retensi urin atau inkontinensia urin.
Konstipasi, jumlah keringat berkurang dibawah level yang terkena lesi, serta kesulitan
aktivitas seksual.
Diagnosis2,3
Pada anamnesis dapat ditanyakan onset terjadinya, rasa sakitnya seperti apa, menjalar atau
tak, ada kah perbaikan atau perburukan dari perubahan posisi, skala nyeri pada saat pasien

datang, tanyakan gejala dari gangguan sensorik serta disfungsi otonom dan juga faktor risiko
lain yang mungkin terdapat pada pasien.
Penemuan dari pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada kelainan sistem neurologis
yangterdiri atas gabungan lesi pada upper motor neuron dan lower motor neuron yang
mensuplaiekstremitas atas yang mengakibatkan paralisis flaksid parsial, dan lesi yang lebih
dominan pada upper motor neuron yang mensuplai ekstremitas bawah yang mengakibatkan
paralisis spastik. Kelainan pada ekstremitas atas biasanya akan lebih parah daripada kelainan
pada ekstremitasbawah, terutama terjadi pada otot-otot tangan bagian distal. Kehilangan
kemampuan sensori hingga derajat tertentu, meskipun sensasi sakral biasanya masih utuh.
Kemampuan kontraksi anus dan tonus sfingter serta refleks babinsky harus diperiksa. Refleks
regang otot biasanya hilang pada awalnya tapi dapat kembali muncul namun disertai oleh
spatisitas otot yang bersangkutan.
Pasien yang diperkirakan dapat hidup lebih dari 1-2 bulan dan tidak terdapat paraplegi,
pemeriksaan berikut diindikasikan :

Foto polos X-ray kepala bisa terlihat gambaran tumor metastasis epidural pada 85%

pasien namun hanya 19% dapat prediksi level dari kompresi


CT-Scan atau MRI segera untuk dapat mengdentifikasi penyebab dari kompresi
medula spinalis.

Penatalaksanaan2
Farmakologis dapat diberikan dexamethasone untuk mengurangi edemadan kompresi pada
medula spinalis yang disebabkan oleh massa tumor dan dengan demikian mengurangi rasa
sakit. Dosis dexamethason10-100mg IV selanjutnya 16-96mg per oral setiap hari lalu di
turunkan dosisnya secara perlahan lebih dari 10 hari sampai 14 hari. Pasien yang diberi terapi
deksametason harus dipantau secara hati-hati untuk efek samping kortikosteroid, seperti
imunosupresi, iritasi gastrointestinal, retensi cairan,euforia, depresi, dan hiperglikemia. Kadar
glukosa darah adalah perhatian khusus pada pasien diabetes dan harus diawasi secara ketat.
Radioterapi dapat segera dilakukan setelah diagnosis telah ditegakkan. Dapat diberikan pada
tumor-tumor yang radiosensitive dan tidak ditemukan adanya kelainan pada spinal, dapat
digunakan sebagai terapi paliatif pada penderita paraplegia. Terapi bedah dapat diberikan
pada pasien dengan keadaan umum yang stabil. Pembedahan merupakan terapi lini pertama
jika lokasi tumor primer tidak diketahui dengan relaps setelah radioterapi atau adanya
instabilitas pada spinal serta pergeseran tulang belakang.

Sumber :
1. Weiner, Howard. Buku saku neurologi. Ed: Suwono WJ. 5th ed. Jakarta. EGC: 2000.
p.119-23
2. Symptom Guidelines Spinal Cord Compression. Hospice Palliative Care Program
3. Arce D, Sass P. Recognizing Spinal Cord Emergencies. New York. AAFP: 2001. Vol
64(4).p.632-3

Anda mungkin juga menyukai