Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Survei Lapangan
3.1
3.1.1
Survei Bathimetri
Pengantar
Pengembangan suatu pelabuhan terdiri dari dua sisi perencanaan pengembangan, yakni
pengembangan sisi daratan dan perairan, dimana keduanya merupakan satu kesatuan
perencanaan yang melengkapi satu sama lain dalam operasional pelabuhan. Perencanaan
pengembangan sisi perairan ini memerlukan salah satu data perairan pelabuhan, yakni kedalaman
perairan sekitar pelabuhan eksisting agar dapat menentukan hal-hal yang perlu dilakukan dalam
merencanakan kedalaman sesuai dengan pengembangan pelabuhan itu sendiri. Oleh karena itu
dalam rangka kegiatan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Waisala Provinsi Maluku, maka
dilakukan survei bathimetri di kawasan perairan pelabuhan yang merupakan daerah kepentingan
perairan pelabuhan sebagai bagian dari perencanaan pengembangan sisi perairan yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran kedalaman atau topografi dasar perairan di wilayah kepentingan
pelabuhan yang dilakukan dengan cara pemeruman sehingga didapatkan kedalaman (z) serta
posisi (x, y) wilayah perairan pelabuhan dari permukaan dasar laut sehingga permukaan dasar laut
pada lokasi rencana pembangunan Pelabuhan Waisala Provinsi Maluku dapat digambarkan.
3.1.2
Metodologi Survei
Metodologi teknis survei bathimetri dalam kegiatan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
Waisala Provinsi Maluku ini dijabarkan secara singkat dalam uraian di bawah ini dan digambarkan
dalam suatu bagan alir yang diberikan dalam Gambar 3.1. Secara umum Pemeruman dilakukan
dengan menggunakan alat GPS MapSounder yang dapat mengukur kedalaman laut dan
menentukan posisinya dengan metoda GPS pada jalur memanjang dan jalur melintang, dimana
hasil ukuran direkam dengan interval perekaman data disesuaikan dengan keinginan kerapatan
data (batas minimal perekaman data tiap 10 m, atau 1 detik pergerakan alat/kapal survei). Titik
awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian dimasukan ke dalam alat pengukur
yang dilengkapi dengan fasilitas GPS untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur
sounding. Contoh alat yang dipakai dan penempatan alat dalam pelaksanaan Survei Bathimetri di
Pelabuhan Waisala diberikan dalam Gambar 3.2.
31
Survei Bathimetri
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa
Jadwal;
Lokasi Survei;
disusun
Ahli Geodesi;
Ahli Perencana Pelabuhan.
Personil;
Peralatan.
Surat ke instansi terkait
Pemberi Kerja
Pelaksanaan Survei:
Lokasi: kawasan perairan sekitar rencana Pelabuhan Waisala;
Luas areal pengukuran min. 30 ha;
Alat survei:
GPS MapSounder;
Notebook;
Kapal/perahu.
Pengolahan Data:
Kompilasi data;
Penggambaran Peta Bathimetri.
Penyusunan Laporan
umber:
Gambar 3.1 Alur Pikir Metodologi Survei Bathimetri Rencana Pelabuhan Waisala
umber:
32
3.1.3
Pelaksanaan Survei
Pengukuran bathimetri dilakukan sesuai dengan lingkup kerja yang dimintakan dalam Kerangka
Acuan Kerja, yakni pengukuran lahan seluas minimal 30,0 ha pada kawasan perairan Pelabuhan
Waisala. Dokumentasi pada saat pelaksanaan survei diberikan dalam Gambar 3.3
umber:
3.1.4
Hasil Survei
Hasil survei bathimetri menunjukan perairan lokasi rencana pembangunan Pelabuhan Waisala
merupakan merupakan perairan yang landai, dimana kedalaman perencanaan di depan dermaga
pelabuhan (faceline) adalah -5 m yang didapat pada jarak kurang lebih 100 m dari bibir pantai dan
pertambahan kedalaman berjarak sekitar 20 m setiap meternya. Hasil survei bathimetri ini
diberikan dalam suatu peta situasi bathimetri yang digabungkan dengan peta situasi topografi
dalam Gambar 3.7, sedangkan data mentah hasil survei bathimetri ini diberikan dalam buku
laporan tersendiri berupa Laporan Survei Lapangan.
3.2
3.2.1
Survei Topografi
Pengantar
33
lahan darat eksisting dan lahan yang akan direncanakan sebagai bagian dari pengembangan sisi
darat pelabuhan. Survei topografi ini dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian rata-rata dari
suatu lokasi survei yang nantinya dijadikan acuan dalam membangun fasilitas pelabuhan dan
tujuan survei ini adalah untuk mendapatkan peta situasi wilayah daratan pada lokasi rencana
pengembangan Pelabuhan Waisala.
3.2.2
Metodologi Survei
Metodologi teknis survei topografi dalam kegiatan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Waisala
Provinsi Maluku ini dijabarkan secara singkat dalam uraian di bawah ini dan digambarkan dalam
suatu bagan alir yang diberikan dalam Gambar 3.4.
Lingkup pekerjaan Survei Topografi dalam penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Waisala
meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Orientasi lapangan;
Pemasangan patok Bench Mark (BM);
Pengukuran kerangka dasar pemetaan;
Pengukuran situasi detail;
Pengukuran situasi untuk lokasi tapak bangunan;
Perhitungan dan penggambaran draft sementara di lapangan.
Tahapan pelaksanaan Survei Topografi dalam kegiatan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
Waisala ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.2.3
Pelaksanaan Survei
Pengukuran Topografi dilakukan sesuai dengan lingkup kerja yang dimintakan dalam Kerangka
Acuan Kerja, yakni pengukuran lahan seluas minimal 10,0 ha pada lahan darat eksisting, lahan
perencanaan, serta lahan di sekitar lokasi rencana pengembangan Pelabuhan Waisala.
Dokumentasi pada saat pelaksanaan survei topografi rencana Pelabuhan Waisala diberikan dalam
Gambar 3.5, sedangkan deskripsi patok Bench Mark (BM) sejumlah 2 buah diberikan dalam
Gambar 3.6.
3.2.4
Hasil survei topografi menunjukan bahwa kondisi situasi dan topografi daratan lokasi rencana
pengembangan Pelabuhan Waisala merupakan dataran yang memiliki ketinggian relatif datar,
yakni berkisar 0 2,5 mdpl berupa rawa tanah dengan ilalang, dimana hal ini digambarkan dalam
suatu peta situasi topografi yang digabungkan dengan peta situasi bathimetri pada Gambar 3.7,
34
sedangkan data mentah hasil survei topografi ini diberikan dalam buku laporan tersendiri berupa
Laporan Survei Lapangan.
Survei Topografi
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa
Jadwal;
Lokasi Survei;
Personil;
disusun
Ahli Geodesi;
Ahli Perencana Pelabuhan.
Peralatan.
Surat ke instansi terkait
Pemberi Kerja
Pelaksanaan Survei:
Lokasi: lahan darat perencanaan pengembangan Pelabuhan Waisala;
Luas areal pengukuran min. 10 ha;
Alat survei:
Theodolit T0;
Waterpass;
Pencatat Ketinggian.
Pengolahan Data:
Kompilasi data;
Penggambaran Peta Kontur;
Penggambaran Peta Situasi.
Penyusunan Laporan
umber:
Gambar 3.4 Alur Pikir Metodologi Survei Topografi Rencana Pelabuhan Waisala
umber:
umber:
Gambar 3.6 Deskripsi Patok Bench Mark (BM) Rencana Pelabuhan Waisala
Rencana Induk Pelabuhan Waisala Provinsi Maluku 2016
Gambar 3.7 Peta Situasi Topografi dan Bathimetri Rencana Pelabuhan Waisala
Rencana Induk Pelabuhan Waisala Provinsi Maluku 2016
3.3
3.3.1
Pengantar
Pengembangan suatu pelabuhan tidak terlepas dari data mengenai pasang surut yang ada di
perairan tersebut dimana hal ini berpengaruh terhadap tingginya air permukaan dari permukaan
dasar laut. Survei pengamatan pasang surut ini bermaksud untuk menentukan kedudukan air
tertinggi, duduk tengah, dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS serta bertujuan
untuk menentukan bidang referensi kedalaman air laut (HWS, MSL, LWS). Referensi yang akan
digunakan sebagai Chart Datum atau garis nol kedalaman adalah LWS, dimana referensi ini
dipergunakan pula untuk mengoreksi hasil pengukuran bathimetri.
3.3.2
Metodologi Survei
Metodologi teknis survei pasang surut dalam kegiatan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
Waisala diuraikan dalam penjelasan singkat dan digambarkan dalam suatu bagan alir yang
diberikan dalam Gambar 3.8. Ketentuan-ketentuan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pengamatan pasang surut adalah:
1. Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 hari terus
menerus menggunakan alat pencatat (tide gauge), dimana pencatatan dimulai pukul 00.00
waktu setempat pada hari pertama dan terakhir pada pukul 24.00 hari ke-15 (atau 24 jam x 15
hari);
2. Pengamatan pasang surut dilakukan terus menerus pada saat survei bathimetri dilakukan
dengan lama pengamatan 15 piantan dan interval pengamatan maksimal 1 serta dilaksanakan
dengan mengamati dan mencatat tinggi muka air pada palem;
3. Pengamatan pasang surut dilakukan pada area/lokasi survei yang sama sehingga diharapkan
4.
5.
6.
7.
8.
Ahli Geodesi;
diperiksa
disusun
saat pasang tertinggi;
Lokasi Survei;
Ketua Tim
9. Konstruksi stasiun pasang surut harus kuat, tidak goyang selama
pengamatan
berlangsung,
Ahli
Perencana Pelabuhan.
Personil;
dengan menggunakan metoda tersebut sehingga diperoleh Konstanta Harmonic S 0, M2, S2, N2,
Pelaksanaan Survei:
Lokasi: kawasan perairan sekitar Pelabuhan Waisala yang diperkirakan menjadi kawasan kepentingan pelabuhan;
Alat survei:
Palem;
Alat Pencatat.
Pengolahan Data:
Kompilasi data;
Perhitungan periode pasang surut.
Rencana Induk Pelabuhan Waisala Provinsi Maluku 2016
Penyusunan Laporan
umber:
Gambar 3.8 Alur Pikir Metodologi Survei Pasang Surut Rencana Pelabuhan Waisala
3.3.3
Pelaksanaan Survei
Pengamatan pasang surut di Pelabuhan Waisala dilaksanakan dengan menggunakan pheil scale
untuk mendapatkan data yang akan diolah dengan menggunakan metode admiralty. Pengamatan
pasang surut ini dilaksanakan di wilayah perairan Pelabuhan Waisala selama 15 x 24 jam dengan
periode 30 menit. Dokumentasi pelaksanaan survei pengamatan pasang surut Pelabuhan Waisala
diberikan dalam Gambar 3.9.
3.3.4
Hasil Survei
Nilai Formzahl pasang surut di perairan rencana Pelabuhan Waisala, yakni 0,75 dengan metode
Least Square dan 0,27 dengan metode Admiralty, sehingga berdasarkan sifat pasang surut, maka
tipe pasang surut Pelabuhan Waisala ini merupakan tipe campuran condong ke harian ganda
(mixed dominan semi diurnal). Hasil survei pengamatan pasang surut Pelabuhan Waisala berupa
nilai Formzhl dan nilai elevasi pada keadaan LWS, MSL, dan HWS diberikan dalam bentuk tabel
pada Tabel 3.1 Tabel 3.2 dan grafik pasang surut hasil survei serta grafik pasang surut
perbandingan anatara survei dan analisa ramalan pada Gambar 3.10 Gambar 3.11, sedangkan
data mentah hasil survei pasang surut ini diberikan dalam buku laporan tersendiri berupa Laporan
Survei Lapangan.
umber:
Tabel 3.1
Metode Admiralty
No.
Konstituen
M2
24,59
267,88
22,91
S2
14,91
194,92
10,95
69,75
N2
3,23
265,58
1,43
-82317,93
K2
12,96
142,62
2,52
69,75
K1
19,92
-50,12
8,31
2178,58
O1
9,51
243,56
0,86
-55336,89
P1
21,17
134,40
2,74
2178,58
Amplitudo
Beda Fasa
Amplitudo
Beda Fasa
-53237,45
Metode Admiralty
No.
Konstituen
M4
0,86
164,38
0,86
-106246,31
MS4
0,79
215,35
0,59
-52948,72
10
S0
Amplitudo
Amplitudo
199,41
Bil. Formazhl
Tipe Pasang Surut
umber:
Beda Fasa
Beda Fasa
199,41
0,75
0,27
Tabel 3.2
No.
Least Square
Admiralty
Normal
246,82
283,86
239,55
265,47
223,26
233,28
199,41
199,41
174,34
165,66
160,21
134,96
155,28
112,14
II
47,41
84,45
40,14
66,06
23,85
33,87
6
7
-25,07
-33,75
-39,2
-64,45
-44,13
-87,27
91,54 cm
171,72 cm
Tunggang Pasang
III
91,54
171,72
84,27
153,33
67,98
121,14
44,13
87,27
19,06
53,52
4,93
22,82
umber:
2.5
2.
BIG
1.5
1.
.5
Gambar 3.11 Grafik Pengamatan Pasang Surut Perbandingan Survei dan Analisa Ramalan Rencana Pelabuhan Waisala
3.4
3.4.1
Pengantar
Survei pengamatan arus bertujuan untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus yang
akan berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal.
3.4.2
Metodologi Survei
Metodologi teknis survei pengamatan arus dalam kegiatan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
Waisala Provinsi Maluku ini dijabarkan secara singkat dalam uraian di bawah ini dan digambarkan
dalam suatu bagan alir yang diberikan dalam Gambar 3.12.
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa
Jadwal;
Lokasi Survei;
Personil;
disusun
Ahli Geodesi;
Ahli Perencana Pelabuhan.
Peralatan.
Surat ke instansi terkait
Pemberi Kerja
Pelaksanaan Survei:
Lokasi survei: kawasan perairan rencana Pelabuhan Waisala yang diperkirakan menjadi kawasan kepentingan pelabuhan;
Waktu pengamatan: 5 hari berturut-turut, 24 jam, 2 sesi pengukuran (pagi dan sore), spring tide dan neap tide;
Kedalaman 0,2 d, 0,6 d, dan 0,8 d
(d = kedalaman lokasi pengamatan arus);
Alat survei:
Currentmeter Tohodenta MC2;
Perahu;
Tali;
Pemberat.
Alat survei:
Palem;
Alat Pencatat.
Pengolahan Data:
Kompilasi data;
Perhitungan Arus.
Penyusunan Laporan
umber:
Gambar 3.12 Alur Pikir Metodologi Survei Pengamatan Arus Rencana Pelabuhan Waisala
3.4.3
Pelaksanaan Survei
Durasi pengukuran arus pada stasiun pengukuran dilakukan selama 25 jam dengan interval
pengambilan data setiap satu jam. Pengukuran dilaksanakan pada 2 titik lokasi di wilayah perairan
Pelabuhan Waisala. Pengukuran pada setiap stasiun dan setiap even pengukuran dilaksanakan
pada tiga kedalaman (d) yaitu pada setiap 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dengan menggunakan alat Current
Meter OTT Hydrological Services Germany no. seri 055-BI 98-28. Dokumentasi pelaksanaan
survei pengamatan arus Pelabuhan Waisala diberikan dalam Gambar 3.13.
umber:
3.4.4
Hasil Survei
Hasil pengamatan arus di lokasi rencana Pelabuhan Waisala didapatkan bahwa kecepatan arus
secara keseluruhan di wilayah perairan Waisala ini sangatlah kecil dengan rata-rata kecepatan 0
0,25 m/det, yang artinya wilayah ini relatif aman dari gelombang dan aman untuk dijadikan areal
sandar kapal, mengingat pula wilayah perairan rencana Pelabuhan Waisala ini berupa teluk. Hasil
pengamatan arus rencana Pelabuhan Waisala diberikan dalam bentuk tabel yang disampaikan
pada Tabel 3.3 Tabel 3.4, sedangkan grafik perbandingan arus dan pasang surut serta current
rose rencana Pelabuhan Waisala diberikan dalam Gambar 3.14 Gambar 3.17.
Tabel 3.3
Hari/Tgl.:
Koord.:
0391347 T, 9660054 U
Kedalaman (D):
15 m
Jam
Arah
(0)
Lokasi:
No.
Pasut
(cm)
Kecepatan (m/dtk)
0,2D
0,6D
0,8D
17:00:00
50
0,01
0,01
0,01
199
18:00:00
310
0,05
0,00
0,00
204
19:00:00
290
0,04
0,02
0,00
208
20:00:00
300
0,01
0,01
0,01
211
21:00:00
20
0,05
0,06
0,09
212
22:00:00
120
0,01
0,02
0,01
212
23:00:00
310
0,01
0,02
0,02
213
00:00:00
330
0,00
0,02
0,03
207
01:00:00
300
0,00
0,01
0,00
201
10
02:00:00
80
0,00
0,00
0,00
194
11
03:00:00
120
0,00
0,00
0,00
194
12
04:00:00
140
0,00
0,00
0,00
195
13
05:00:00
40
0,01
0,01
0,01
197
14
06:00:00
60
0,01
0,00
0,00
199
15
07:00:00
220
0,01
0,00
0,01
189
16
08:00:00
240
0,01
0,01
0,00
197
17
09:00:00
270
0,01
0,01
0,00
202
18
10:00:00
220
0,01
0,00
0,00
209
19
11:00:00
290
0,02
0,01
0,00
212
20
12:00:00
270
0,01
0,00
0,00
218
21
13:00:00
270
0,01
0,01
0,01
211
22
14:00:00
30
0,04
0,02
0,01
205
23
15:00:00
70
0,02
0,01
0,00
197
24
16:00:00
50
0,04
0,03
0,02
195
25
17:00:00
80
0,03
0,02
0,01
188
umber:
Tabel 3.4
Hari/Tgl.:
Koord.:
0391347 T, 9660054 U
Kedalaman (D):
15 m
Jam
Arah
(0)
Lokasi:
No.
Pasut
(cm)
Kecepatan (m/dtk)
0,2D
0,6D
0,8D
17:00:00
180
0,08
0,08
0,07
208
18:00:00
290
0,05
0,05
0,04
214
19:00:00
300
0,05
0,11
0,01
224
20:00:00
280
0,06
0,06
0,02
226
21:00:00
120
0,05
0,05
0,02
219
Lokasi:
Hari/Tgl.:
22:00:00
150
0,07
0,07
0,05
217
23:00:00
100
0,08
0,05
0,03
204
00:00:00
80
0,11
0,05
0,04
195
01:00:00
90
0,11
0,05
0,05
191
10
02:00:00
100
0,10
0,09
0,11
184
11
03:00:00
60
0,11
0,11
0,12
177
12
04:00:00
190
0,09
0,10
0,06
184
13
05:00:00
120
0,08
0,07
0,08
189
14
06:00:00
50
0,11
0,08
0,08
198
15
07:00:00
290
0,10
0,12
0,12
199
16
08:00:00
280
0,24
0,14
0,15
205
17
09:00:00
310
0,25
0,20
0,20
209
18
10:00:00
320
0,18
0,15
0,16
212
19
11:00:00
290
0,14
0,11
0,09
214
20
12:00:00
320
0,05
0,06
0,05
206
21
13:00:00
250
0,05
0,05
0,07
201
22
14:00:00
300
0,05
0,05
0,04
195
23
15:00:00
80
0,07
0,09
0,06
195
24
16:00:00
50
0,10
0,10
0,08
195
25
17:00:00
80
0,09
0,07
0,07
199
umber:
umber:
Gambar 3.14 Perbandingan Pengamatan Arus dan Pasang Surut Rencana Pelabuhan Waisala
Sta. 1
umber:
Gambar 3.15 Perbandingan Pengamatan Arus dan Pasang Surut Rencana Pelabuhan Waisala
Sta. 2
umber:
STAND 2
umber:
3.5
Wawancara dan diskusi dilakukan bersama pihak KUPP Waisarisa, Kepala Dusun Masika Jaya,
Pihak Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat yang diwakili instansi Badan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan
Pertanahan Negara, yang dilakukan selama beberapa kali di lokasi rencana Pelabuhan Waisala
dan di Piru, dimana masing-masing instansi diwakili oleh staff yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
masing-masing instansi.
Beberapa hal mengenai wilayah Dusun Masika Jaya berdasarkan wawancara dengan pihak-pihak
terkait di atas mengenai rencana pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Waisala antara
lain adalah:
1. Lokasi Dusun Masika Jaya memang merupakan salah satu wilayah yang akan dikembangkan
menjadi salah satu simpul transportasi laut oleh Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat,
dimana saat ini terdapat dermaga kayu yang dibangun oleh Desa Waisala pada tahun 2001
dengan dimensi panjang trestle 34 m lebar 2 m serta dermaga dengan panjang 6 m dan lebar
2 m, serta lahan daratan berukuran 10 x 15 m;
2. Secara umum, pergerakan orang dan barang dari dan ke wilayah Desa Waisala, sebagian
besar melalui Dusun Masika Jaya, dalam hal ini transportasi laut, mengingat akses jalan darat
yang masih buruk menuju pusat kegiatan yang lebih tinggi hierarkinya, yakni Piru;
3. Pergerakan orang dan barang melalui Dusun Masika Jaya adalah dari dan menuju 3 pulau
yang berada di depan daratan lokasi rencana, yakni Pulau Buano, Pulau Kelang, dan Pulau
Manipa, serta Ambon;
4. Pergerakan barang selama ini masih berupa pesanan dari luar daerah, berupa pesanan
beberapa olahan hasil bumi, antara lain minyak kayu putih dalam kemasan curah, biji kakao,
ikan, dan sejumlah kecil kopra serta ternak;
5. Seluruh pergerakan baik penumpang maupun barang sampai saat ini belumlah tercatat baik di
KUPP Waisarisa maupun BPS atau dinas lainnya.
Oleh karena itu berdasarkan potensi-potensi di atas, maka pihak KUPP Waisarisa dan Pemerintah
Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, khususnya pihak Dusun Masika Jaya sangat mendukung
rencana pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Waisala, dimana bentuk dukungannya
berupa:
1. Kesiapan penyerahan kepemilikan lahan untuk dipergunakan segala hal yang mendukung
terbangun dan beroperasinya pelabuhan. Untuk itu masyarakat telah sepakat menyerahkan
lahan seluas 4.557 m2 (73,5 m x 62 m) di lokasi rencana pembangunan pelabuhan kepada
pihak KUPP Waisarisa, dimana surat tertulis penyerahan lahan tersebut diberikan dalam
Gambar 3.18;
2. Kesiapan pembangunan jalan akses pelabuhan dari pusat Dusun Masika Jaya ke lokasi
rencana pelabuhan.
3.6
Rapat FGD terkait rencana pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Waisala, Desa Masika
Jaya, Desa Waisala, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi
Maluku dilaksanakan pada hari Kamis, 21 April 2016 di ruangan rapat Kantor UPP Kelas III
Waisarisa Wilayah Kerja Pelabuhan Hatu Piru, di Piru. Beberapa dokumentasi rapat FGD ini serta
bukti kehadiran para pihak yang menghadiri rapat diberikan dalam Gambar 3.19 Gambar 3.20,
sedangkan para pihak yang menghadiri rapat FGD ini, yakni:
1. Konsultan Penyusun RIP Kementarian Perhubungan, PT. Ditori Geokarya Teknik;
2. KUPP Waisarisa, Bapak Sunarko, sebagai Pimpinan Rapat;
3. Sub Direktorat Pengembangan Pelabuhan, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Bapak M.
Suhendra;
4. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, Ibu Marlen
Lewerissa;
5. Dinas Perhubungan Kabupaten Seram Bagian Barat, Bapak Tri Von Bulow;
6. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Seram Bagian Barat, Bapak H. F. Joseph;
7. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Seram Bagian Barat, Bapak J. Takalele.
umber:
umber:
Gambar 3.19 Dokumentasi Pelaksanaan Rapat Focus Group Discussion (FGD) Rencana
Pelabuhan Waisala
umber:
Gambar 3.20 Bukti Kehadiran Para Pihak yang Menghadiri Rapat FGD Rencana Pelabuhan Waisala
Pelabuhan Waisala.
3. Tim Evaluasi Sub Direktorat Pengembangan Pelabuhan, Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia menyampaikan saran dan masukan sebagai berikut:
a. Kejelasan lahan pelabuhan, hibah lahan ke Kementerian Perhubungan dan bagaimana
dukungan Pemda serta BPN agar lahan pelabuhan dapat disertifikasikan atas nama
Kemenhub cq. Dirjen Perhubungan Laut;
b. Dukungan Pemda untuk penyediaan lahan/pengembangan jalan akses pelabuhan;
c. Dukungan dan komitmen pemda untuk menertibkan hal-hal yang mengganggu operasional
semisal penertiban calo, PKL, dan lain-lain;
d. Komitmen Pemda untuk memberikan rekomendasi kesesuaian RIP dengan
RTRW/Penetapan RIP berdasarkan peraturan sesuai dengan hierarki pelabuhan;
e. Dukungan dan komitmen lain yang menurut analisa bapak/ibu dibutuhkan demi
peningkatan kinerja dan kualitas pelabuhan.
4. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat,
menyebutkan:
a. Rencana pembangunan Pelabuhan Waisala sudah sesuai dengan RTRW Kab. Seram
Bagian Barat 2010 2030 dan pemerintah mendukung sepenuhnya terhadap rencana
pembangunan pelabuhan di Waisala;
b. Sanggup untuk membantu segala kelancaran terhadap proses selanjutnya dalam rangka
rencana pelaksanaan Pembangunan Pelabuhan Waisala kedepannya.
5. Dinas Perhubungan Kabupaten Seram Bagian Barat menyebutkan:
a. Sudah ada kenaikan status ruas jalan Piru ke Waisala dari status jalan provinsi ke jalan
nasional di tahun 2016;
b. Adanya dukungan secara lisan dari Kepala Desa untuk penyerahan lahan yang akan
digunakan untuk kepentingan Pelabuhan Waisala dan melarang pembangunan di wilayah
tersebut selain untuk kepentingan Pelabuhan Waisala.
6. Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Seram Bagian Barat menyebutkan:
a. Menanyakan tentang kejelasan status lahan untuk akses ke Pelabuhan Waisala harus
jelas dulu sebelum dibangun;
b. Diusahakan jalan akses ke pelabuhan minimum lebar jalannya 8 10 m.
7. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Seram Bagian Barat menyebutkan:
a. Status tanah di sekitar Pelabuhan Waisala adalah tanah negara;
b. Apabila diperlukan pembebasan lahan dengan luas areal di bawah 5 ha, proses ganti
ruginya bisa dilakukan sesuai dengan jual beli tanah seperti pada umumnya dengan harga
c.
Beberapa hal yang menjadi kesimpulan rapat FGD mengenai rencana pembangunan dan
pengembangan Pelabuhan Waisarisa antara lain adalah:
1. Pada prinsipnya Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat sangat setuju sekali
dengan adanya rencana Pembangunan Pelabuhan Waisala di Dusun Masika Jaya;
2. Bentuk dukungan yang akan dilakukan oleh Pemda setempat adalah membantu terhadap
proses pengalihan status tanah di sekitar rencana Pelabuhan Waisala kepada Kementerian
Perhubungan cq. Dirjen Perhubungan Laut;
3. Hal-hal lainnya yang mendukung kelancaran proses pembangunan Pelabuhan Waisala.
3.7
Dokumentasi Lapangan
Beberapa dokumentasi mengenai orientasi pencapaian dan situasi lokasi rencana Pelabuhan
Waisala pada saat survei lapangan yang dilakukan konsultan diberikan dalam Gambar 3.21
Gambar 3.22.
umber:
umber:
3.8
Status lahan yang menjadi lahan rencana Pelabuhan Waisala dikalim sebagai tanah milik
masyarakat Dusun Masika Jaya, dimana telah ada sebagian lahan seluas 4.557 m 2 (73,5 m x 62
m) yang telah diserahkan oleh masyarakat melalui pihak kecamatan kepada pihak KUPP
Waisarisa. Lokasi lahan hibah ini diberikan dalam peta pada Gambar 3.24.
3.9
Akses jalan menuju lokasi rencana Pelabuhan Waisala saat ini belum tersedia, dimana pencapaian
menuju lokasi rencana pelabuhan berupa masih berupa jalan setapak melalui semak dan rawa,
dimana dokumentasi jalan akses eksisting diberikan dalam Gambar 3.23.
umber:
Gambar 3.23 Kondisi Jalan Akses menuju Lokasi Rencana Pelabuhan Waisala
umber:
Gambar 3.24 Lahan Hibah Masyarakat ke KUPP Waisarisa untuk Rencana Pelabuhan Waisala
Rencana Induk Pelabuhan Waisala Provinsi Maluku 2016