Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Sitta Syawalia

Nim

: D1051131006

Mata Kuliah : Kapita Selekta Air Bersih

Penyediaan Air Bersih dalam RPJMN 2015-2019 terhadap 100% Akses Air
Minum

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2015-2019 menetapkan


target 100-0-100 untuk air minum, kawasan permukiman, dan akses sanitasi layak
bagi penduduk Indonesia. Pada esai ini akan dibahas salah satu target RPJMN
2015-2019 pada 100% akes air minum di Indonesia. Dalam pencapaian target
diperlukan upaya-upaya dalam pencapaiannya. Sedangkan dalam memprediksi
apakah target tersebut dapat terpenuhi maka dapat dilihat tren sebelumnya yang
berhubungan dengan dengan target yg akan dituju.
Berdasarkan data statistik 1995 (SUPAS 1995), persentasi banyaknya
rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di berbagai daerah di
Indonesia sangat bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya. Secara nasional
yakni sebagai berikut : PAM 16,08%, air tanah dengan pompa 11,61%, air sumur
49,92% dan lainnya 0,80%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
pelayanan air bersih kepada masyarakat dengan sistem perpiaan oleh PAM hanya
16,06%. Sedangkan sebagian besar menggunakan air tanah, air sungai, air sumber
atau lainnya. Permasalahan yang timbul pada pemakaian air selain PAM sebagai
air minum yaitu masih belum layaknya air tersebut dikonsumsi apabila satu
parameter saja dari persyaratan air minum tidak terpenuhi. Sehingga pada esai ini
hanya difokuskan pada kinerja PDAM dalam mencapai target 100% akses air
minum.
Memperkirakan target 100% akses air minum pada RPJMN 2015-2019
dapat menggunakan data kriteria PDAM sebelumya, data APBN, dan lain-lain,
sehingga dapat dianalisis apakah pada tahun 2019 target 100% akses air minum
dapat terpebuhi. Adapun data-data tersebut diambil dari Agenda Nasional
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi 2015-2019 (Direktorat Permukiman dan

Perumahan, Bappenas) dan hasil analisis dari data Kinerja PDAM BPPSPAM
pada tahun 2010-2015. Kedua sumber data tersebut akan menunjukkan
pencapaian akses air minum di Indonesia hingga 2014 dan kinerja PDAM yang
merupakan mayoritas dalam mendukung akses air minum ke masyarakat.
Menurut data Direktorat Penataan Daerah, Otonomi Daerah dan Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah - Direktorat Jendral Otonomi Daerah Kementerian
Dalam Negeri (2014) terdapat 542 daerah otonom di Indonesia, yang terbagi atas
34 propinsi, 415 kabupaten dan 93 kota. Adapun propinsi yang bertambah di data
kinerja 2015 ini adalah Propinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran
dari Propinsi Kalimantan Timur. Dari 514 kabupaten/kota tersebut di atas, ada
beberapa kabupaten/kota yang penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) dilakukan secara bersama meskipun telah ada pemekaran wilayah
(misalnya PDAM Intan Banjar, PDAM Menang Mataram,dll) dan ada pula
penyelenggaran SPAM PDAM yang dilakukan di tingkat propinsi (misal Prop.12
Sumatera Utara melalui PDAM Tirta Nadi) dan ada pula daerah yang dikelola
oleh Perusahaan Swasta (misal PT Adya Tirta Batam di Kota Batam). Hal ini
berarti 99% wilayah Indonesia telah menerim akses PDAM.
Salah satu data yang dapat mendukung prediksi target 100% akses air
minum tercapai atau tidak adalah data kinerja PDAM BPPSPAM. Kinerja PDAM
BPPSPAM berisi kategori PDAM sehat, kurang sehat, dan sakit. Kategori tersebut
didapat dari hasil aspek-aspek kinerja PDAM yaitu keuangan, pelayanan,
operasional, dan sumber daya manusia, dimana keempat aspek tersebut sangat
mempengaruhi PDAM dalam memberikan akses air minum. Adapun kinerja
PDAM di Indonesia dari tahun 2010-2015 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kinerja PDAM di Indonesia Tahun 2010-2015


Kategori
Tahu
n
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Seha
t

Kurang
Sehat

Saki
t

Jumla
h
PDAM

142
144
171
176
182
196

129
105
101
104
103
100

70
86
56
70
74
72

341
335
328
350
359
368

Persentase
Kurang
Sehat
Sehat
(%)
(%)
42
38
43
31
52
31
50
29
51
29
53
27

Saki
t
(%)
21
26
17
20
21
20

Sumber : BPPSPAM, 2015

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tahun jumlah


PDAM di Indonesia semakin bertambahnya kuantitasnya, hal ini mengindikasikan
bahwa semakin banyak daerah di Indonesia yang menirima akses air minum.
Namun, dalam kategori PDAM sehat setiap tahunnya terjadi grafik naik dan
turun, sehingga dirata-ratakan kemajuan PDAM sehat setiap tahunnya hanya 5%.
Berdasarkan persentase rata-rata ini maka dapat diprediksi untuk 4 tahun yang
akan datang seberapa besar persentase PDAM sehat. Adapaun persentase PDAM
sehat dari tahun 2015 hingga 2019 dengan asumsi jumlah PDAM meningkat
setiap tahun sebagai berikut :
Tabel 1.2 Persentase PDAM Sehat di Indonesia Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019

Persentase
(%)
53
58
63
68
73

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 persentase
PDAM sehat sebesar 73%, hal ini masih belum memugkinkan target akses air
minum sebesar 100%. Diketahui bahwa dalam menentukan PDAM sehat atau
tidaknya memiliki keempat aspek yang berisi data keuangan dan kehilangan air.
Data keuangan salah satunya tarif FCR (Full Cost Recovery) yaitu tarif FCR
(Pemulihan Biaya Penuh) bermakna bahwa tarif rata-rata PDAM mampu

memenuhi biaya dasar atau minimal sama dengan biaya dasar PDAM. Tarif FCR
menjadi salah satu aspek utama bagi PDAM dalam rangka menciptakan
perusahaan yang sustainable dan going concern. Adapun data tarif FCR PDAM
tahun 2012-2015 sebagai berikut :
Tabel 1.3 Tarif FCR PDAM di Indonesia tahun 2012-2015
Tahun
2012
2013
2014
2015

FCR
(%)
29
30
26
26

UNFCR
(%)
71
70
74
74

Sumber : BPPSAM, 2015

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa mulai tahun 2014 terjadi


penurunan persentase FCR, berdasarkan tren data FCR dari tahun 2012-2015
dapat diprediksi persentase FCR pada PDAM di Indonesia untuk tahun 20162019, persentase ini berdasarkan banyaknya jumlah PDAM yang telah
menerapakn tarif FCR. Persentase tarif FCR dari tahun 2012-2015 dirata-ratakan
menjadi -3%, artinya terjadi penurunan setiap tahunnya sebesar 3%. Adapun
prediksi tarif FCR tahun 2016-2019 sebagai berikut :
Tabel 1.4 Prediksi Persentase Tarif FCR PDAM di Indonesia Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019

FCR (%)
26
23
20
17
14

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil tabel diatas dilihat bahwa semakin tahun terjadi


penurunan jumlah PDAM yang menerapkan tarif FCR, hal ini berbanding lurus
dengan tingkat perekonomian Indonesia yang semakin tahun melambat selain itu
juga nilai tukar Dollar yang masih tinggi, sehingga menyebabkan kinerja PDAM
menjadi lebih buruk dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
dapat dilihat pada grafik berikut :

Sumber : BPS, 2015

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010-2015 (dalam persen)


Selain FCR terdapat permalasahan yang sering terjadi pada PDAM yaitu
kebocoran atau Tingkat Air Tak Berekening (ATR)/ Non Revenue Water (NRW).
Kehilangan air atau Non Revenue Water (NRW) telah menjadi permasalahan
umum bagi PDAM di Indonesia. Kehilangan air ini tidak hanya menyebabkan
kerugian finansial PDAM, tetapi juga menyebabkan permasalahan lain seperti
diantaranya berkurangnya volume suplai air ke pelanggan, hingga pemasalahan
tekanan yang merugikan pelanggan dan pada akhirnya berpengaruh negatif
terhadap tingkat kinerja PDAM. Adapun persentase jumlah PDAM di Indonesia
yang mengalami kebocoran kurang dari 20% senagai berikut :
Tabel 1.5 Persentase NRW <20%
Tahun
2012
2013
2014
2015

NRW <20% (%)


9
9
9
9

Sumber : BPPSAM, 2015

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah PDAM
yang hanya mengalami kebocoran kurang dari 20% hanya terdapat 9% PDAM
dari total PDAM yang ada di Indonesia.

Agenda Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi 2015-2019


(Direktorat Permukiman dan Perumahan, BAPPENAS) memaparkan data
akses air minum sebagai berikut :

Hingga tahun 2014 akses air minum di Indonesia sebesar 68.3%. Menurut
BAPPENAS target 100% akses air minum dapat tercapai dengan menargetkan
setiap tahunnya terjadi peningkatan 6,33% tahun. Namun, menurut hasil analisis
yang telah dipaparkan diatas target tersebut tidak dapat terpenuhi karena
kurangnya dukungan dari pemerintah dalam hal financial. Dukungan financial
sangat berpengaruh pada kinerja PDAM itu sendiri, walaupun sudah terdapat 74
SPAM non PDAM yang beroperasi di bagian daerah-daerah di Indonesia, namun
masih saja target tersebut jauh dari harapan mengingat bahwa wilayah Indonesia
yang sangat luas yang dimana sebagian kecil masyarakatnya masih tinggal
didaerah yang sulit akan akses air minum terkecuali adanya peran aktif dari
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa target
100% RPJMN pada tahun 2019 tidak dapat terpenuhi terlepas dari adanya
dukungan lembaga sosial.

Anda mungkin juga menyukai