Anda di halaman 1dari 27

Penyakit Paru Obstruktif

Kronik

Oleh :

Annisa Abdi Ghifari


NIM : 1508434485

PENDAHULUAN
DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara
yang tidak sepenuhnya reversibel dan
bersifat progresif, berhubungan dengan
respon inflamasi paru terhadap gas atau
partikel beracun.1,2

FAKTOR RESIKO
Faktor resiko PPOK terdiri dari :
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Stres oksidatif
4. Gen
5. Tumbuh kembang paru

Inflamasi saluran napas pasien PPOK


merupakan amplifikasi dari respoms
inflamasi normal akibat iritasi kronik
seperti asap rokok. Mekanisme untuk
amplifikasi
ini
belum
diketahui,
kemungkinan akibat factor genetik. Pada
pasien yang tidak merokok, prosen
inflamasi belum diketahui. Inflamasi paru
bertambah berat akibat stress oksidatif

dan proteinase yang berlebihan.

Pada
bronkitis
kronik
terdapat
pembesaran kelenjar mukosa bronkus,
metaplasia
sel
goblet,
inflamasi,
hipertrofi otot polos pernapasan serta
distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai
oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan
dinding
alveoli.
Secara
anatomik
dibedakan tiga jenis emfisema: 2,3
Emfisema sentriasinar, dimulai dari
bronkiolus respiratori dan meluas ke
perifer, terutama mengenai bagian atas
paru sering akibat kebiasaan merokok
lama
Emfisema panasinar (panlobuler),
melibatkan seluruh alveoli secara merata
dan terbanyak pada paru bagian bawah
Emfisema asinar distal (paraseptal),
lebih banyak mengenai saluran napas
distal, duktus dan sakus alveoler. Proses
terlokalisir di septa atau dekat pleura.
Obstruksi saluran napas pada PPOK
bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas
kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos

penyebab utama obstruksi jalan napas.2,3

DIAGNOSIS
Diagnosis PPOK dipertimbangkan bila
timbul gejala dan tanda sebagai berikut :
1,2

1. Sesak , sesak yang progresif.


Bertambah berat jika beraktivitas, dan
menetap.
2. Batuk kronik. Batuk kronik bias hilang
timbul dan tidak berdahak.
3. Batuk kronik berdahak. Berbagai batuk
kronik yang berdahak bias
mengindikasikan PPOK.
4. Riwayat faktor resiko. Seperti terpajan
asap rokok, bahan kimia di tempat
kerja, asap dari dapur.
5. Riwayat keluarga dengan PPOK.
Jika terdapat gejala diatas,
pertimbangkan PPOK dan lakukan uji
spirometri, jika terdapat pada pasien usia
diatas 40 tahun. Spirometri diperlukan

untuk memastikan diagnosis PPOK.


ANAMNESIS
Pada anamnesis tanyakan riwayat
terpajan semua factor resiko, riwayat
berat badan lahir rendah, batuk berulang
dengan atau tanpa dahak, sesak dengan
atau tanpa mengi.
PEMERIKSAAN FISIK2
PPOK umunya tidak ditemukan kelainan.
Inspeksi
Pursed lips breathing
Barrel chest
Penggunaan otot bantu nafas
Hipertrofi otot bantu nafas
Pelebaran sela iga
Palpasi
Pada emfisema, fremitus melemah dan
sela iga melebar.
Perkusi

Pada emfisema hipersonor, batas


jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong kebawah.
Auskultasi
Suara nafas vesikuler normahl,
melemah
Terdapat ronkhi atau mengi pada waktu
bernafas biasa atau pada ekspirasi
biasa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh.
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema,
pasien kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed-lips berathing.
Blue bloater
Gambaran khas pada bronchitis kronik,
pasien gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru,
sianosis dan perifer.
Pursed-lips breathing

Sikap sesorang yang bernapas dengan


mulut mencucu dan ekspiras yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal
napas kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang rutin dikerjakan untuk
menegakkan diagnosis PPOK adalah uji
faal paru
sedang pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht,
Leukosit) dan foto toraks untuk
menyingkirkan penyakit paru lain.
Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk
memeriksa VEP1, KVP dan VEP1/KVP.
VEP1 merupakan parameter yang paling
umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan
penyakit. Disebut obstruksi apabila
%VEP1 (VEP1/VEP1 prediksi) <80% atau
VEP1% (VEP1/KVP) < 75%. Apabila
spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin dilakukan, bisa dilakukan
pemeriksaan APE (arus puncak
ekspirasi), dengan memantau variabiliti
harian pagi dan sore tidak melebihi 20% .
1

KLASIFIKASI GOLD PPOK dengan


menggunakan spirometri

Pemeriksaan Radiologi pada PPOK2

EMFISEMA

BRONKITIS
KRONIK

Hiiperinflasi

Normal

Hiperlusen

Corakan

Ruang retrosternal

mendatar
Diafragma mendatar

bronkovaskul
er
bertambah
pada 21%
kasus

Jantung menggantung

PPOK EKSASERBASI AKUT

Eksaserbasi akut pada PPOK berarti


timbulnya
perburukan
dibandingkan

dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi


dapat disebabkan infeksi atau faktor
lainnya seperti polusi udara, kelelahan
atau timbulnya komplikasi.1
Gejala eksaserbasi :
-Sesak bertambah
-Produksi sputum meningkat
-Perubahan warna sputum
Eksaserbasi
menjadi tiga :

akut

akan

dibagi

a.Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3


gejala di atas
b.Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2
gejala di atas
c.Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1
gejala di atas ditambah infeksi saluran
napas atas lebih dari 5 hari, demam
tanpa sebab lain, peningkatan batuk,
peningkatan mengi atau peningkatan
frekuensi pernapasan > 20% baseline,
atau frekuensi nadi > 20% baseline
Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan
dilakukan dirumah oleh penderita yang

telah diedukasi dengan cara :


Menambahkan dosis bronkodilator atau
dengan mengubah bentuk
bronkodilator yang digunakan
dari bentuk inhaler, oral dengan
bentuk nebuliser
Menggunakan oksigen bila aktivitas dan
selama tidur
Menambahkan mukolitik
Menambahkan ekspektoran
Jika dalam 2 hari gejala tidak berkurang
segera ke dokter
Penyebab eksaserbasi akut
Primer :
-Infeksi trakeobronkial (biasanya
karena virus)
Sekunder :
-Pnemonia
-Gagal jantung kanan, atau kiri,
atau aritmia
-Emboli paru

-Pneumotoraks spontan
-Penggunaan oksigen yang tidak
tepat
-Penggunaan obat-obatan (obat
penenang, diuretik) yang
tidak tepat
-Penyakit metabolik (DM, gangguan
elektrolit)
-Nutrisi buruk
-Lingkunagn memburuk/polusi
udara
-Aspirasi berulang

KLASIFIKASI PPOK
Klasifikasi PPOK menurut GOLD 2015:

Klasifikasi
PPOK

GEJALA
KLINIS

Spirometri

PPOK Ringan

Gejala batuk kronik


dan produksi sputum
ada tapi tidak sering.
Pada derajat ini pasien
tidak menyadari
bahwa faal paru mulai
menurun
Gejala sesak mulai
dirasakan saat
aktivitas dan kadang
ditemukan gejala
batuk dan produksi
sputum. Pada derajat
ini biasanya pasien
mulai memeriksakan
kesehatannya.
Gejala sesak lebih
berat, penurunan
aktivitas, rasa lelah
dan serangan
eksaserbasi semakin
sering dan berdampak
pada kualitas hidup
pasien
Gejala diatas ditambah
tanda-tanda gagal
napas atau gagal
jantung knan dan
ketergantungan
oksigen. Pada derajat
ini kualitas hidup
menurun dan jika
eksaserbasi
mengancam jiwa.

FEV1 80% Prediksi

PPOK Sedang

PPOK Berat

PPOK Sangat
Berat

50% FEV1 < 80%


Prediksi

30% FEV1 < 50%


Prediksi

FEV1 < 30% Prediksi

Skala sesak menurut modified Medical


Research Council (mMRC) :
Skala
sesak
1.
2.

3.
4.

5.

Keluhan sesak berkaitan


dengan aktivitas
Tidak sesak kecuali aktivitas
berat
Sesak mulai timbul jika
berjalan cepat atau naik
tangga 1 tinggi
Berjalan lambat karena
merasa sesak
Sesak timbul jika berjalan 100
meter atau setelah beberapa
menit
Sesak bila mandi atau
berpakaian

Kualitas hidup penderita PPOK dapat


dinilai dengan CAT dimana kuisioner
yang terdiri atas 8 pertanyaan. Setiap
pertanyaan memiliki nilai 0 sampai 5. 0
artinya sangat baik dan 5 berarti
kondisinya sangat tidak baik.
1.
2.
3.
4.

Kondisi batuk pasien


Kondisi dahak pasien
Apakah ada rasa berat di dada
Bagaimana kondisi sesak nafas
saat naik tangga

5. Apakah ada keterbatasan dalam


aktivitas sehari-hari
6. Apakah ada kekhawatiran untuk
keluar rumah akibat penyakit yang
dideritanya
7. Dapat tidur nyenyak atau tidak
8. Apakah pasien merasa bertenaga
atau tidak
Menurut gejala :
Sedikit gejala (mMRC 0-1 atau CAT <10):
pasien A atau C
Banyak gejala (mMRC 2 atau CAT10):
pasien B atau D
Berdasarkan hasil spirometri :
Resiko rendah (GOLD 1 atau 2) : pasien A
atau B
Resiko tinggi (GOLD 3 atau 4) : pasien C
dan D
Eksaserbasi :
Resiko rendah : 1 per tahun dan tidak
pernah dirawat akibat eksaserbasi :
pasien A atau B
Resiko tinggi : 2 per tahun atau 1

dirawat akibat eksaserbasi : pasien C


atau D

PENATALAKSANAAN
Tujuan penaalaksanaan PPOK mencakup
beberapa komponen, yaitu :
1. mengurangi gejala
2. Mencegah progresifitas penyakit
3. Meningkatkan toleransi latihan
4. Meningkatkan status kesehatan
5. Mencegah dan menangani komplikasi
6. Mencegah dan menangani eksaserbasi
7. Menurunkan kematian
Penghentian merokok mempunyai
pengaruh besar untuk mempengaruhi
riwayat dari PPOK. Kita sebagai dokter
harus bisa membuat pasien untuk
berhenti merokok. Aktivitas fisik sangat
berguna untuk penderita PPOK dan
pasien harus didorong untuk tetap aktif.

Pasi
en
grup
A

B,C,
D

Hal yang
penting

rekomen
dasi

Menurut
guideline

Berhenti
rokok
( bisa
ditambahk
an terapi
farmakolo
gi)
Berhenti
merokok (
bisa
ditambah
dengan
terapi
farmakolo
gi)
Rehabilita
si paru

Aktivitas
fisik

Vaksin flu
Vaksin
pneumococ
cal

Aktivitas
fisik

Vaksin flu
Vaksin
pneumococ
cal

TERAPI FARMAKOLOGIS UNTUK PPOK


STABIL
Terapi

farmakologis

dilakukan

untuk

mengurangi
gejala,
mengurangi
keparahan
eksaserbasi
dan
meningkatkan status kesehatan. Setiap
pengobatan harus spesifik terhadap
setiap pasien, karena gejala
dan
keparahan dari keterbatasan aliran udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya
gagal nafas dan status kesehatan secara
umum.
Bronkodilator adalah
obat pilihan pertama untuk menangani
gejala PPOK, terapi inhalasi lebih dipilih
dan bronkodilator diresepkan sebagai
pencegahan/ mengurangi gejala yang
akan timbul dari PPOK. Bronkodilator
inhalasi kerja lama lebih efektif dalam
menangani gejala daripada bronkodilator
kerja cepat.
Antiinflamasi digunakan apabila terjadi
eksaserbasi akut dalam bentuk oral
maupun
injeksi
intravena.
Yang
digunakan
biasanya
kortikosteroid
golongan
metilprednisolon
atau
prednisone.
Antibiotika hanya diberikan bila terdapat

eksaserbasi.
Antioksidan
untuk
mengurangi
eksaserbasi dan memperbaiki kualitas
hidup.
Antioksidan
dapat
diberikan
pada
eksaserbasi yang sering, bukan untuk
pemakaian rutin.
Mukolitik. Hanya digunakan terutama
pada eksaserbasi akut. Mengurangi
eksaserbasi pada bronchitis kronis, tidak
dianjurkan untuk pemakaian rutin.
Phosphodiesterase-4 inhibitor. Diberikan
kepada pasien dengan derajat III atau IV
dan memiliki riwayat eksaserbasi dan
bronchitis kronik.
Grup pasien

Pilihan
pertama

Pilihan
kedua

Antikolinergi
k
kerja
pendek atau
kerja
pendek
beta2 agonis

Antikolinergi

Antikolinergi
k kerja lama
atau
beta2agonis
kerja
lama
atau
beta2agonis
kerja
pendek dan
antikolinergi
k
kerja
pendek
Antikolinergi

Pilihan lain

k
kerja
lama
atau
beta2agonis
kerja lama
Inhalasi
kortikosteroi
d
+
beta2agonis
kerja lama
Atau
antikolinergi
k kerja lama
Inhalasi
kortikosteroi
d
+
beta2agonis
dan
atau
antikolinergi
k
kerja
panjan

beta2agonis
kerja cepat
fenoterol
levalbuterol
salbutamol
terbutaline
kerja lama
formoterol
arformoterol
indacaterol
salmeterol
tulobuterol
antikolinergik
kerja cepat

k kerja lama
dan
beta2agonis
kerja lama

ipratropium bromide
oxitropium bromide
kerja lama
aclidinum bromide
glicopyrronium
bromide
tiotropium
umeclidinum
kombinasi beta agonis kerja cepat plus antikolinergik dala
fenoterol/ipratropium
salbutamol/ipratropiu
m
kombinasi beta agonis kerja lambat plus antikolinergik da
formoterol/aclidinium
indacaterol/glycopyrronium
vilanterol/umeclinidiu
m
metilxantin
aminofilin
teofilin

inhaled kortikosteroid
beclomethasone
budesonide
fluticasone
kombinasi beta 2 agonis kerja lama + kortikosteroid dalam
formoterol/belclometasone
fermoterol/budesonid
e
formoterol/mometasone
salmeterol/fluticason
e

vilanterol/fluticasone furoate
kortikosteroid sistemik
prednisone
metilprednisolon
penghambat phospodiesterase 4
raflumilast

EDUKASI1,2
Edukasi merupakan hal yang terpenting
dalam pengelolaan jangka panjang untuk
PPOK stabil. Tujuan edukasi : mengenal
perjalanan penyakit dan pengobatan,
melaksanakan
pengobatan
yang
maksimal, mencapai aktivitas optimal,
dan meningkatkan kualitas umum
Secara umum bahan edukasi yang harus
diberikan adalah :

Pengetahuan dasar mengenai PPOK


Obat obatan,
sampingnya

manfaat

dan

efek

Hindari pencetus (berhenti merokok)


Penyesuaian aktivitas

1. Berhenti merokok
Disampaikan
pertama
kali
diagnosis PPOK ditegakkan.

ketika

2. Penggunaan obat-obatan
3. Penggunaan oksigen
Kapan oksigen harus digunakan, dosis,
dan efek samping jika kelebihan oksigen.
4. Penilaian dini eksaserbasi akut dan
pengelolaannya.
5. Dapat menghindari dan mendeteksi
pencetus eksaserbasi
6. Dapat menyesuaikan kebiasaan hidup
dengan keterbatasan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
1.

GOLD,Inc. Pocket Guide to COPD


Diagnosis,
Management,
and
Prevention.
Diakses
dari:
http://www.goldcopd.com/Guidelineite
m.asp?l1=2&l2=1&intId=989
pada
tanggal 1 Oktober 2015

2. PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK)
Pedoma,
Diagnosis,
dan
Penatalaksanaan
di
Indonesia.
Jakarta : PDPI ; 2011

3.MW Lorraine. Pola Obstruktif pada


Penyakit Pernafasan. Dalam: AP
Sylvia,
MW
Lorraine,
editor.
Patofisiologi. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC; 2005. Hal.783-795
4.

SR Bambang, Hisyam Barnawi.


Obstruksi Saluran Pernafasan Akut.
Dalam: WS Aru, dkk, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta:
Pusat
Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI; 2007. Hal 984-985

Anda mungkin juga menyukai