PENDAHULUAN
Pleura dibentuk oleh jaringan yang berasal dari mesodermal. Pembungkus ini
dapat dibedakan menjadi pleura viseral yang nmelapisi paru dan pleura parietal yang
yang melapisi dinding dalam hemithorax. Ruang yang berada di antara kedua pleura
disebut rongga pleura. Pada keadaan normal, rongga pleura tersebut berisi cairan pleura
dalam jumlah yang sedikit yang menyelimuti kedua belah pleura yang memisahkan
pleura parital dan pleura viseral.1,2
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rongga pleura adalah seperti efusi
pleura dan pneumotoraks. Adanya udara disertai cairan di dalam rongga pleura disebut
hidropneumotoraks sedangkan jika ini disertai dengan nanah ( empiema ) maka disebut
piopneumotoraks. Penyebab terjadinya piopneumotoraks biasanya berasal dari paru
seperti pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis
paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks,
torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba. Patofisologi
dari empiema itu sendiri yaitu akibat invasi kuman piogenik ke pleura. Hal ini
menyebabkan timbul peradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serosa.
Dengan bertambahnya sel-sel PMN, baik yang hidup ataupun yang mati dan peningkatan
kadar protein di dalam cairan pleura, maka cairan pleura menjadi keruh dan kental.
Endapan fibrin akan membentuk kantung-kantung yang akhirnya akan melokalisasi
nanah tersebut. Insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 17,8 per
100.000 penduduk per tahun. Ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1.2,3
Pada kurang lebih 25 % penderita pneumothorax ditemukan juga sedikit cairan
dalam pleuranya. Cairan ini biasanya bersifat serosa, serosanguinesa atau kemerahan
(berdarah). Hidrothorax dapat timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumothorax pada
kasus-kasus trauma/ perdarahan intrapleura atau perforasi esofagus (cairan lambung yang
masuk ke dalam rongga pleura.3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di
dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.3
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA
Pleura adalah sebuah membran serosa yang terlipat dan membentuk dua lapis
membran. Pleura parietal melapisis permukaan dalam dinding toraks kanan dan kiri,
permukaan superior diafragma kanan dan kiri, dan mediastinum kanan dan kiri.
Kemudian pada pangkal paru, membran serosa ini berbalik melapisi paru dan disebut
pleura viseralis yang berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi tiap lobusnya.3.4
Diantara pleura parietal dan viseral terdapat ruang yang disebut rongga pleura
yang didalamnya terdapat cairan pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat
sedikit yang hanya berfungsi memisahkan pleura parietal dan viseral. Cairan pleura
masuk ke dalam rongga pleura dari dinding dada yaitu bagian pleura parietalis dan
mengalir meninggalkan rongga pleura menembus pleura viseralis untuk masuk ke dalam
aliran limfa. melumasi permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan
tersebut pada saat pernafasan. Arah aliran cairan pleura tersebut ditentukan oleh tekanan
hidrostatik dan tekanan osmotik di kapiler sistemik.3.4
Proses inspirasi terjadi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru
diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2
faktor, yaitu faktor thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan otot-otot pernafasan
pada dinding dada) akan memperbesar rongga dada ke arah transversal dan
anterosuperior, sementara faktor abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar
diameter vertikal rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negatif
pada kavum pleura, paru-paru menjadi terhisap sehingga mengembang dan volumenya
membesar, tekanan intrapulmoner pun menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2
akan bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke
kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.3.4
Proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar dari tekanan
atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan mengakibatkan rongga
dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada kavum pleura menjadi lebih
positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat
sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer.3.4
Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk
ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan
intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan
mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal
yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter.3.4.
Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi
hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat
ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat katup
tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat,
dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh
karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.3.4.
F. DIAGNOSIS
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti
ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk-batuk. Rasa nyeri
dan sesaknafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya
perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru
dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang
minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya
datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk setempat pada sisi paru yang terkena, kadangkadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu
bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu
sampai empat hari.6
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit
paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan-keluhan tersebut
dapat terjadi bersama-sama atau sendiri-sendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang
tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri
dan sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat
mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh
darah dimediastinum.6
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk-batuk,
sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stem fremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau ergeser ke
arah yang sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan rontgen foto toraks. Pada rontgen foto
toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila
pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak
gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto
toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal.7
G. GAMBARAN RADIOLOGI
Pada gambaran radiologi hidropneumothorax merupakan perpaduan antara
gambaran radiologi dari efusi pleura dan pneumothorax. Pada hidropneumothorax cairan
pleura selalu bersama-sama udara, maka meniscus sign tidak tampak. Pada foto lurus
maka akan dijumpai air fluid level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat garis
mendatar karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada
hidropneumothorax ini ruang pleura sangat translusen dengan tak tampaknya gambaran
pembuluh darah paru, biasanya tampak garis putih tegas membatasi pleura visceralis
yang membatasi paru yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen menutupi paru
bawah, dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang menyebabkan sinus
costofrenikus menumpul.8.9
Gambar.Hidropneumotorax
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum
(primary survey - secondary survey). Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah:
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi
secara konsekutif (berturutan). Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa
dilakukan bila pasien stabil) adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable
2. Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau
lebih ). Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg )
3. Suction
Jenis WSD
1. Satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua
lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk
hampir ke dasar botol. Keuntungannya adalah :
- Penyusunannya sederhana
- Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya adalah :
- Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan
- Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
- Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang
membatasi garis pengukuran drainase
2. Dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang
kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat
dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi
udara.
Keuntungan :
- Mempertahankan water seal pada tingkat konstan
- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik
Kerugian :
- Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke
dalam area pleura.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
Keuntungan :
- Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
- Kurang satu ruang untuk mengisi
- Tidak ada masalah dengan penguapan air
- Penurunan kadar kebisingan
Kerugian :
- Mahal
- Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural
karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.
Calibrated spring mechanism
Keuntungan :
- Mampu mengatasi volume yang besar
Kerugian
- Mahal
Tempat pemasangan WSD
1. Bagian apeks paru ( apikal )
2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal
3. Posterolateral interkosta ke 8 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus ).
Persiapan pemasangan WSD
Perawatan pra bedah
1. Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur.
2. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi, oksigen dan
pipa dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama terpasangnya WSD, posisi
jangan sampai selang tertarik oleh pasien dengan catatan jangan sampai rata/
miring yang akan mempengaruhi tekanan.
3. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau mengemukakan
keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil pembedahan.
4. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk serta pernafasan
dalam yang rutin pasca bedah.
5. Mengajari pasien latihan lengan dan menerangkan hasil yang diharapkan pada
pasca bedah setelah melakukan latihan lengan.
Persiapan alat
1. Sistem drainase tertutup
2. Motor suction
3. Selang penghubung steril
4. Cairan steril : NaCl, Aquades
5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6. Kassa steril
7. Pisau jaringan
8. Trocart
9. Benang catgut dan jarumnya
10. Sarung tangan
11. Duk bolong
12. Spuit 10 cc dan 50 cc
13. Obat anestesi : lidocain, xylocain
14. Masker
Perawatan pasca bedah
Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain :
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada 1 jam pertama
3. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi
4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan
jangan sampai selang terlipat
5. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah posisi
6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat jumlah cairan yang
dibuang
8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis, empisema.
10. Anjurkan pasien menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk yang efektif
11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting karena beberapa
kondisi dapat terjadi antara lain :
1. Motor suction tidak jalan
2. Selang tersumbat atau terlipat
3. Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainase, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
Cara mengganti botol WSD
1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
http: //www.medicastore.com/doc/pneumotoraks
3.
Asril Bahar, 1999, Penyakit-penyakit Pleura, Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid II,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
4.
5.
Robbins, Kumar, 1995, Buku ajar patologi, jakarta, Balai penerbit FKUI
6.
http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/pneumothorax.html
7.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09
8.
9.
10.
http://augusfarly.wordpress.com/2010/06/12/asuhan-keperawatan-wsd
11.
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/29/water-seal-drainage/