DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK V
HADISTIA ZAHRA (1310711083)
ALAL FITROH
(1310711087)
OCY LEVY
(1310711091)
ETRIYANA M.
(1310711092)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan makalah yang berjudul PERATURAN
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG KEDOKTERAN KEPOLISIAN ( PASAL 6 J DAN K ) dengan tepat waktu.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Kesehatan Matra I.
Alasan penulis membahas makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Kedokteran Kepolisian khususnya Kedokteran Lalu Lintas dan Hukum
Kesehatan.
Suka dan duka penulis rasakan dalam proses penyusunan makalah. Pengalaman,
mencari referensi dan banyak membaca menjadi tantangan sekaligus motivasi penulis untuk
menuntaskan makalah ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Kesehatan
Matra I, atas bimbingannya dan materi yang diberikan. Kepada seluruh keluarga penulis atas
segenap dukungannya. Dan kepada setiap orang yang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna.
Penulis mengharapkan bimbingan baik berupa saran dan kritik yang membangun, guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan
enambah kualitas sumber daya manusia serta berguna bagi keluarga dan masyarakat secara
keseluruhan. Terimakasih.
Jakarta, Agustus 2016
Kelompok V
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ..........................
1.2 PERUMUSAN MASALAH ...
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 TUJUAN UMUM ....
1.3.2 TUJUAN KHUSUS..
1.4 METODELOGI PENULISAN...
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN .....
4
5
6
6
7
7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kedokteran Lalu Lintas, antara lain:
A. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang keselamatan lalu lintas.............
B. Pemeriksaan kesehatan calon pengemudi dan pengemudi............................ ........
C. Penanggulangan gawat darurat kecelakaan lalu lintas...........................................
2.2 Hukum Kesehatan, antara lain:
A. Penanganan sengketa medik dan kesehatan.
B. Penyusunan aturan internal rumah sakit (hospital by-laws)...
C. Bioetika kedokteran..
D. Perdagangan gelap organ tubuh manusia (Illegal organ trafficking).
8
11
16
27
37
38
39
45
3.2 SARAN
45
DAFTAR PUSTAKA
46
BAB I
PENDAHULUAN
3
dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala
aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan
kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran
merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan
kedokteran (medical care / sevice).
Tujuan hukum Kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam
masyarakat
diharapkan
kepentingan
manusia
akan
terpenuhi
dan
terlindungi
(Mertokusumo, 1986). Dengan demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun
tidak akan banyak menyimpang dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang
kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak
kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan permasalahan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Kedokteran Lalu Lintas, antara lain:
A. Hal-hal apa saja yang di bahas mengenai komunikasi, informasi dan edukasi
tentang keselamatan lalu lintas ?
B. Hal-hal apa saja yang di bahas mengenai pemeriksaan kesehatan calon pengemudi
dan pengemudi ?
C. Hal-hal apa saja yang di bahas mengenai penanggulangan gawat darurat
kecelakaan lalu lintas ?
laws) 3.bioetika kedokteran dan 4.perdagangan gelap organ tubuh manusia (Illegal organ
trafficking);
Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1KEDOKTERAN LALU LINTAS
A. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI TENTANG
4.
suatu
sumber
pendanaan
keselamatan
lalu
lintas
yang
berkesinambungan
d) Merencanakan dan merekayasa langkah-langkah untuk meningkatkan keselamatan
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
5.
lalu lintas
Melakukan perbaikan terhadap lokasi-lokasi rawan kecelakaan
Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pendidikan keselamatan bagi anak sekolah
Meningkatkan kualitas pengemudi
Melakukan program penyuluhan keselamatan
Meningkatkan standar keselamatan kendaraan
Penyempurnaan peraturan perundangan lalu lintas dan angkutan jalan
Peningkatan pelaksanaan penegakan hukum
Pengembangan sistem pertolongan pertama pada kecelakaan
Pengembangan penelitian keselamatan jalan
Kantong udara
Pintu samping
Bawah dashboard
Sabuk keselamatan
Pembatas beban
Sandaran kepala aktif
Lalu lintas
Zebra cross
pembatasan kecepatan
Jalur lambat/cepat
Trotoar
pengemudi
(misalnya
kebiasaan
mengkonsumsi
alkohol,
jamu
kuat, minuman suplemen, bahkan narkoba (ganja/ekstasi/sabu). Salah satu cara untuk
mengendalikan angka kecelakaan lalu lintas adalah dengan memeriksakan kondisi
kesehatan pengemudi sebelum mulai bekerja. Pemeriksaan kesehatan pekerja
transportasi darat, khususnya pada pengemudi bertujuan untuk dapat mengukur
kondisi kesehatan supaya dapat menentukan kelaikan kerja dan kembali bekerja. Hal
10
minimal untuk pengemudi kendaraan alat berat, kendaraan penarik atau kendaraan
bermotor dengan menarik kereta gandengan lebih dari 1.000 kg (pemohon SIM B II)
adalah 21 tahun.
B. Persyaratan Fisik
1. Anggota badan lengkap
Sebagai pengemudi kendaraan
badan, terutama
lengan
untuk mengoperasikan
tangan
peralatan
umum,
dan
di
diperlukan
tungkai
dalam
kelengkapan
kaki.
Dalam
kendaraan
anggota
mengemudi,
diperlukan
fungsi
alat
berat
sangat
tergantung
pada
waktu
reaksi
visual,
ketahanan
terhadap
kesilauan,
audiogram,
ambang
dengar
rata-rata
(average
hearing
thresholdlevel) pada frekuensi 500 4000 Hz tidak boleh melebihi 40 dB. Bila
ambang dengar rata-rata lebih dari 40 dB, maka harus dibantu dengan alat bantu
dengar.
4. Kondisi psikis yang baik
Seorang pengemudi haruslah mempunyai motivasi yang baik, artinya ia
harus mengetahui tujuannya memasuki lalu lintas. Dari segi intelegensia,
seorang pengemudi harus mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang ada.
Selain itu, seorang pengemudi harus mengerti bahwa selama mengemudikan
kendaraan, terjadi suatu proses belajar yang berkesinambungan; ia harus belajar
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan keterampilan mengemudikan
kendaraan, kebiasaan, dan kepandaian berlalu lintas dari waktu ke waktu. Yang
terakhir, seorang pengemudi harus mempunyai emosi yang baik. Lingkungan lalu
lintas mampu
merangsang
tanggapan
emosional
pengemudi,
sehingga
12
yang bersangkutan
dituntut
kematangan
emosi
dan
tanggapan
tertentu
untuk mempertahankan batas kecepatan dan mengikuti garis jalur yang ada.
C. Pemeriksaan Kesehatan Mata Pada Pengemudi
Pemeriksaan kesehatan mata pada (calon) pengemudi bersifat penapisan atau
skrining (screening), di mana pemeriksaan kesehatan dilakukan pada orang yang
asimptomatik untuk menentukan adanya kelainan atau gangguan kesehatan, sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik lanjutan agar diagnosis dini dapat
ditegakkan. Berbeda dengan pemeriksaan yang bersifat diagnostik lanjutan, di mana
dilakukan pada orang yang diduga memiliki kelainan, pemeriksaan tersebut
bertujuan untuk menegakkan diagnosis pada orang yang tersangka menderita
kelainan atau gangguan tertentu. Oleh karena perbedaan tujuan tersebut, maka
pemeriksaan skrining dan pemeriksaaan diagnostik berbeda dalam hal sensitivitas
dan spesifisitasnya. Sensitivitas memperlihatkan kemampuan suatu alat pemeriksaan
untuk mendeteksi penyakit pada seorang subyek, sedangkan spesifisitas menunjuk
pada kemampuan
Berikut ini adalah beberapa persyaratan umum bagi suatu instrumen agar layak
disebut sebagai alat skrining, di samping mempunyai angka sensitivitas dan
spesifitas tertentu:
1. Instrumen pemeriksaan haruslah tersedia di Indonesia.
2. Mudah dioperasikan, minimal oleh para dokter umum.
3. Mempunyai mobilitas yang tinggi, mudah dibawa ke mana-mana, dan dapat
dipakai pada pemeriksaan kesehatan di lapangan.
4. Relatif murah dan terjangkau.
Khususnya bagi pemerksaan skrining mata pada seorang (calon) pengemudi,
terdapat delapan komponen pemeriksaan sesuai dengan Konsensus Nasional
Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi. Tabel berikut menjelaskan masingmasing jenis pemeriksaan mata beserta instrumen pemeriksaan terpilih.
Tabel 1. Komponen Pemeriksaan Mata
Jenis Pemeriksaan
Instrumen Pemeriksaan
Snellen Chart
Pemeriksaan Fisik
Lapangan pandang
Kampimetri
13
Persepsi warna
Buku Ishihara
Lakassidaya
Persepsi kedalaman
3. Kesimpulan
Terdapat 8 komponen pokok pemeriksaan mata yang perlu diperiksa pada
seorang (calon) pengemudi, sesuai Konsensus Nasional Pedoman Pemeriksaan
Kesehatan Pengemudi yang disusun oleh PERDOKI. Berikut adalah ringkasan
masing-masing pemeriksaan:
1. Pemeriksaan
vajam
penglihatan
(visual
acuity)
menggunakan
Pemeriksaan
pergerakan
bola
mata
dilakukan
bersamaan
dengan
pemeriksaan fisik oleh dokter. Apabila dijumpai gangguan pergerakan bola mata,
seperti pada strabismus, parese N. III, stroke, dll., dan adanya riwayat diplopia,
maka subyek tidak disarankan untuk mengemudikan kendaraan.
3.
Campimeter.
Standar lapangan pandang horisontal minimal untuk seorang pengemudi
adalah 120o. Beberapa peneliti di Eropa mengusulkan persyaratan lapangan
pandang vertikal sebesar 40o sebagai tambahan persyaratan.
4.
L77 Lakassidaya.
Seorang
pengemudi
yang
waktu
reaksinya
mengalami
14
kelelahan
sehingga berpotensi
mengakibatkan
hilangnya
daya
konsentrasi
maksimal.
6.
penglihatan oleh Snellen Chart, ataupun pada pemeriksaan fisik oleh dokter,
yaitu mencari ada atau tidaknya katarak. Adanya katarak dapat diketahui
dari pemeriksaan visus dengan tambahan pinhole (gangguan visus yang tidak
dapat dikoreksi pinhole), dan adanya kekeruhan lensa pada pemeriksaan fisik mata
oleh dokter.
7.
bantuan Kartu Snellen atau Kartu Baca Jaeger. Tes adaptasi gelap (dari
tempat terang ke tempat gelap) nilai normalnya 20 detik, sedangkan tes adaptasi
terang (dari tempat gelap ke tempat terang), nilai normalnya 5 detik
8.
Pemeriksaan
persepsi
kedalaman
ruang
menggunakan
instrumen
pemeriksaan Kartu TNO. Untuk saat ini, masih belum ada standar baku batasan
stereoakuitas minimal untuk (calon) pengemudi. Namun Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FKUI-RSCM mengusulkan batasan 120 detik busur bagi
pengemudi kendaraan umum, dan batasan 60 detik busur bagi pengemudi
kendaraan dan alat berat.
15
Penderita Darurat Tidak Gawat yaitu penderita akibat musibah yang datang
tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka
sayat dangkal.
Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat yaitu penderita yang menderita penyakit
yang tidak mengancam jiwa/kecacatan, Misalnya pasien dengan DM terkontrol,
flu, maag dan sebagainya.
o tersengat
o terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau
radiasi.
Waktu kejadian
o Waktu perjalanan (traveling/trasport time)
o Waktu bekerja
o waktu sekolah
o waktu bermain dan lain- lain
Bencana Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian
harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalarn masyarakat
sebagaimana mestinya.
17
5. TRIAGE
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk
memperoleh prioritas tindakan. Pembagian golongan pada musibah masal/
bencana :
Gawat darurat merah Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
Gawat tidak darurat putih Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
Tidak gawat, darurat kuning Kelompok pasien akibat musibah yang datang
tiba-tiba, tetapi tidak mngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka
sayat dangkal.
Tidak gawat, tidak darurat hijau, Kelompok pasien yang tidak luka dan tidak
memerlukan intervensi medic.
Meninggal hitam
18
Airway control (jalan nafas) : apakah jalan udara (pernapasan) terbuka atau
terhalang? (oleh debu, air, atau darah kering).
o Penilaian: pastikan korban tidak sadar
Dengan cara menyentuh atau menggoyangkan secara halus dan berteriak
memanggil. Hati-hati pada korban trauma (kecelakaan) pada kepala dan leher.
Kesalahan pergerakan akan menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan.
Apabila korban sadar (dapat bicara) berarti tidak ada masalah dengan jari
nafasnya.
Sumbatan nafas:
Total; sulit bernafas, memegangi leher
Parsial: seperti ngorok, mengi, kumur.
Dalam beberapa kasus dimana korban tidak ada respon.lidah menjadi
penyebab dari tersumbatnya jalan nafas, karena pada saat kehilangan
19
kesadaran otot-otot akan lumpuh termasuk otot dasar lidah akan jatuh ke
belakang sehingga jalan nafas tertutup
o Bila penderita tidak sadar mintalaha bantuan orang terdekat dalam melakukan
melakukan pertolongan
o Posisi korban untuk melakukan RJP yang efektif, korban harus terlentang dan
berada pada permukaan yang keras;
o Buka jalan nafas
Untuk membuka jalan nafas, kepala korban diposisikan ekstensi (tengadah
kepala) untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh lidah. Benda asing atau
sisa muntahan yang terlihat dalam mulut harus segera disingkirkan secara
cepat dan seksama.
Teknik mempertahankan jalan napas
Pada penderita dengan kasus henti napas maka tindakan untuk membebaskan
jalan napas dan memberikan ventilasi harus segera dulakukan.
a. Chin lift maneuver
Empat jari salah satu tangan diletakan di bawah rahang , ibu jari di atas dagu,
kemudian secara hati-hati diangkat ke depan,manuver ini tidak boleh
menyebabkan posisi kepala hiperekstensi. Bila perlu ibu jari digunakan untuk
membuka mulut atau bibir.
b. Jaw thrust
Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua
tangan sehingga gigi bawah berada di depan gigi atas, kedua ibu jari membuka
mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk
imobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust, buka mulut dan head tilt disebut triple
airway manuver.
20
21
tidak sadar. Pemeriksaan nadi dilakukan dengan cara meraba secara lembut
arteri carotis.
Secara umum dapat dikatakan bila jantung berhenti berdenyut, maka
pernafasan akan langsung mengikuti, namun keadaan ini tidak berlaku
sebaliknya. Seseorang akan mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung
yang masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti
jantung karena kekurangan oksigen.
Perdarahan luar (terbuka), pendarahan yang dapat dilihat dengan jelas dengan
adanya darah yang keluar dari luka. Luka ini berada di permukaan luar kulit
atau bagian tubuh.Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang
telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan
tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok
seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa
kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak. Perawatan untuk
Perdarahan luar, antara lain:
o Tekanan Langsung
o Elevasi
o Titik Tekan
o Immobilisasi
22
Perawatan Perdarahan
Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :
23
a) Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b) Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c) Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d) Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan
tubuh korban.
Pada perdarahan besar:
a) Jangan buang waktu mencari penutup luka
b) Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau
dengan bahan lain.
c) Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung
(hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan
pada titik-titik tekan.
d) Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e) Pasang pembalutan penekan
Pada perdarahan ringan atau terkendali :
a) Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b) Tekan sampai perdarahan terkendali
c) Pertahankan penutup luka dan balut
d) Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a) Baringkan dan istirahatkan penderita
b) Buka jalan napas dan pertahankan
c) Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d) Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
e) Jangan beri makan dan minum
24
25
26
2.2
HUKUM KESEHATAN
A. PENANGANAN SENGKETA MEDIK DAN KESEHATAN
Ada dua jenis hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam pelayanan
kesehatan, yaitu :
o hubungan karena terjadinya kontrak terapeutik
diawali dengan perjanjian (tidak tertulis) sehingga kehendak kedua belah
pihak diasumsikan terakomodasi pada saat kesepakatan tercapai. Kesepakatan
yang dicapai antara lain berupa persetujuan tindakan medis atau malah
penolakan pada sebuah rencana tindakan medis.
o hubungan karena adanya peraturan-perundangan
Hubungan karena peraturan-perundangan biasanya muncul karena
kewajiban yang dibebankan kepada dokter karena profesinya tanpa perlu
dimintakan persetujuan pasien.
Kedua hubungan tersebut melahirkan tanggung jawab hukum, tanggung jawab
profesi dan tanggung jawab etika dari seorang dokter. Seorang dokter atau
dokter gigi yang melakukan pelanggaran dapat saja dituntut dalam beberapa
pengadilan, misalnya dalam bidang hukum ada pengadilan perdata, pengadilan
pidana dan pengadilan administratif.
Bagaian yang sangat esensial dalam hubungan kontrak terapeutik
adalah komunikasi. Informasi yang lengkap dari pasien. Informasi ini
diperlukan dokter untuk kepentingan asosiasi dalam temuan dalam rangka
menegakkan diagnosa dan merancang pengobatan. Sementara itu informasi
lengkap dari dokter diperlukan pasien untuk menentukan persetujuannya
dalam tindakan medis yang memenuhi standar. Dasar adanya kewajiban dokter
adalah adanya hubungan kontraktual profesional antara tenaga medis dengan
pasiennya, yang menimbulkan kewajiban umum dan kewajiban profesional
bagi tenaga medis tersebut. Kewajiban profesional diuraikan di dalam sumpah
profesi, aturan etik profesi, berbagai standar pelayanan, dan berbagai prosedur
operasional. Seperti diketahui untuk dapat memperoleh kualifikasi sebagai
dokter, setiap orang harus memiliki suatu kompetensi tertentu di bidang medik
27
dengan tingkat yang tertentu pula, sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapainya selama menjalani pendidikan kedokterannya. Tingkat kompetensi
tersebut bukanlah tingkat terendah dan bukan pula tingkat tertinggi dalam
kualifikasi tenaga medis yang sama, melainkan kompetensi yang rata-rata
(reasonable competence) dalam populasi dokter. Banyak ahli berpandangan
bahwa hubungan pelayanan kesehatan adalah hubungan atas dasar
kepercayaan.
Ketua Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (Indonesia Health Law
Society) berupaya semaksimal mungkin menyembuhkan penyakit yang
dideritanya. Pasien juga percaya bahwa dokter akan berupaya semaksimal
mungkin
selain
menyembuhkan
penyakitnya
juga
akan
mengurangi
29
Sengketa Medik adalah sengketa yang terjadi antara pasien atau keluarga
pasien dengan tenaga kesehatan atau antara pasien dengan rumah sakit / fasilitas
kesehatan.
Biasanya yang dipersengketakan adalah hasil atau hasil akhir pelayanan
kesehatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan prosesnya. Padahal
dalam hukum kesehatan diakui bahwa tenaga kesehatan atau pelaksana pelayanan
kesehatan saat memberikan pelayanan hanya bertanggung jawab atas proses atau
upaya
yang
dilakukan
30
32
sebagaimana
Agus
Purwadianto
mengatakan
bahwa
Risiko
tersebut juga tidak lepas dari peran rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
kesehatan. Kasus pembiaran medik yang berdampak pada kecacatan atau
kematian kepada pasien menimbulkan dampak hukum yang sangat besar,
namun begitu karena ketidaktahuan atau kurang pahamnya pasien dalam
sistem pelayanan kesehatan menjadi suatu hal yang biasa saja.
Dalam sistem hukum Indonesia pembiaran medik secara umum belum
tercantum secara jelas namun dalam hal 8 yang demikian dapat diasumsikan
ke dalam beberapa peraturan perundangundangan yang ada misalnya :
1. KUHPerdata Dalam pasal 1366 KUHPerdata, bahwa setiap orang bertanggung jawab
tidak saja untuk kerugian yang disebabakan perbuatannya tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya, dalam asumsi pasal tersebut
kelalaian adalah merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertugas di rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
tentunya merupakan tanggung jawabnya, jika terjadi pembiaran medik bahwa karena
hal-hal yang berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang mengabaikan pasien dengan
alasan tertentu misalnya karena tidak ada biaya, atau penjaminnya, sehingga
mengakibatkan terjadinya kecacatan dan kematian bagi pasien, maka tenaga
kesehatan dapat di gugat perdata dalam hal kelalaian dari tugas dan tanggung
jawabannya yang seharusnya dikerjakan.
2. KUHP Pasal 304 KUHP, Sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam
keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya, dia wajib
memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu. Dalam hal
demikian, tenaga kesehatan dengan sengaja membiarkan pasien yang masuk di rumah
sakit dan membutuhkan perawatan namun dengan kelalaiannya membiarkan pasien
sehingga pasien mengalami kecacatan dan atau kematian, maka tenaga kesehatan
tersebut dapat dituntut melakukan suatu tindakan kejahatan pidana, berkaitan dengan
kenyataan yang mempunyai arti dibidang pidana, antara lain apakah tindakan, atau
perbuatan dan sebab-akibat yang terjadi tersebut memenuhi kualifikasi suatu
kejahatan atau tidak. Berkaitan dengan kenyataan yang dapat dijadikan perkara pidana
yang artinya bahwa ada korban yang terancam atau dibahayakan jiwanya dan apakah
kejadian tersebut murni karena faktor manusia dan bukan alam.
35
Tahun 2009 Tentang Kesehatan dalam ketentuan pidana tidak secara jelas mengatur
tentang tindak pidana kesehatan. Pasal 190 menyebutkan pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan
pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 (ayat 2) di pidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,-.
Dalam hal pasal ini tidak dengan secara tegas hanya mengatur tentang ketentuan
pidana yang terjadi di unit gawat darurat tetapi tidak dengan pasien umum yang
berada di rumah sakit, untuk pembiaran medik ini bisa terjadi pada unit gawat darurat
ataupun untuk pelayanan umum karena pembiaran medik terjadi pada pasien yang
kurang mampu.
Penyelesaian sengketa medik dalam hal pembiaran medik yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di rumah sakit dapat di selesaikan dengan beberapa penuntutan, baik secara
pidana maupun secara perdata namun dalam perjalanan perkembangan hukum
kesehatan tidak menutup kemungkinan penyelesaian sengketa medik dapat
diselesaikan melalui mediasi medis, atau kalau memang harus di selesaikan di tingkat
pengadilan maka sangat dibutuhkan suatu pengadilan umum yang hakim-hakimnya
sebaiknya hakim yang memahami secara khusus tentang kesehatan atau telah dilatih
khusus untuk penyelesaian sengketa medik.
dari indonesia dan sulit dicari, maka perlu dirujuk referensi yng authoritative dalam
bidang hukum dan bidang perumah sakitan. Pembuatn definisi peraturan internal rumah
sakit haruslah ekstra hati-hhati karena menyangkut sebuah produk hukum yang spesifik.
2. Tujuan
1. Memberikan pelayanan prima dan profesional berdasarkan standar yang ditetapkan.
a)
b)
rumah sakit.
c)
Mengembangankan penelitian dasar dan terapan untuk meningkatkan mutu
d)
pelayanan.
Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk menjalin
37
d) Sanksi terhadap dokter yang diputuskan melanggar disiplin. Atau berperilaku tidak baik,
yang memberikan pelayanan medis dan atau tindakan medis yang tidak sesuai dengan
izin yang diberikan, yang tidak sesuai dengan standar pelayanan yang secara profesional
tidak kompeten atau tidak kompten lagi, atau yang melanggar ketentuan-ketentuan
dalam medical staff by laws.
C. BIOETIKA KEDOKTERAN\
1. Definisi
Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata
Yunani (bios = hidup dan ethos = adat istiadat atau moral), yang secara harfiah
berarti etika hidup.Bioetika dapat dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk
mempertahankan hidup dan terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk
memperbaiki mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan
etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang- bidang
terkait.
Perkembanan yg begitu pesat dibidang biologi dan ilmu kedokteran membuat
etika kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang
berkaitam dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidanh medis dan
profesi dan kedokteran. Terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga,
masyarakat dan teman sejawat .
2. ETIKA KEDOKTERAN Kamus Besar B.Indonesia DEPDIKBUD/1998, etika adalah :
a) Ilmu tentang apa yang baik, dan apa yang buruk, serta tentang hak dan kewajiban
moral.
b) Kumpulan / seperangkat azas atau nila yang berkenaan dengan akhlak.
c) Nilai yang benar dan salah yang diamati suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan
menurut Kamus Kedokteran (Ramli dan Pamuncak tahun 1997),
etika adalah
A. Definisi
Jual/beli
organ
tubuh
manusia
adalah
tindakan
untuk
memindahkan
39
Pakistan
Dengan adanya masalah kemiskinan yang meluas. Banyak orang yang kesulitan
mendapatkan uang sehingga mereka kesulitan untuk melunasi utang-utang mereka.
Aset terbesar dan satu-satunya milik mereka adalah ginjal mereka yang dihargai
hanya sekitar US3000 atau kurang lebih 25 juta. Pada tahun 1994, Pakistan
mengumumkan Undang-Undang Transplantasi Organ-Organ Tubuh. Bagaimana pun,
dalam undang-udang tersebut terdapat banyak masalah yang memungkinkan orangorang yang berada di luar garis keluarga menyumbangkan organ-organ mereka dan
mereka mendapatkan kompensasi untuk itu.
India
Lingkaran perdagangan organ-organ tubuh manusia di India sudah berlangsung
selama 12 tahun, termasuk skandal yang terjadi pada tahun 2004 yang lalu.
Dilaporkan bahwa Komisi Kuasa Transplantasi yang bertugas untuk mencegah
terjadinya perdagangan organ tubuh manusia telah bekerja sama dengan para broker
penjual ginjal. Mereka mengklaim bahwa mereka bisa menyelamatkan nyawa dan
akan lebih baik bagi mereka untuk bekerja sama dengan broker tersebut daripada
melawan mereka. Banyak broker, rumah sakit, dan dokter yang sudah tertangkap di
India.
Mozambique
diyakini menjadi salah satu negara utama tempat penjualan organ tubuh
manusia.Organ tubuh yang paling banyak diperjualbelikan adalah ginjal. Hukum di
Afrika Selatan melarang penjualan organ tubuh manusia. Namun, pemerintah
memberikan wewenang khusus kepada direktur medis rumah sakit dan ahli patologi.
Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan penggantian organ-organ tubuh
manusia dari orang-orang atau tubuh yang tidak dikenal untuk kepentingan medis.
E. Dampak positif Perdagangan Organ Tubuh
a. Mampu menyelamatkan nyawa orang lain yang menderita gagal organ / kerusakan
organ.
b. Membuat resipien mengatasi keterbatasannya (kornea mata, ligamen, tulang).
c. Membuat penampilan resipien lebih indah (rambut, kuping, kulit).
d. Meningkatkan ekonomi suatu kelompok (mafia perdagangan organ) dan negara.
e. Mendapat imbalan materi yang banyak dan secara instan kepada pendonor.
F. Dampak Negatif Perdagangan Organ Tubuh
a. Melanggar hak asazi manusia (HAM).
b. Perdagangan organ tubuh merupakan human trafficking dan termasuk kejahatan
transnasional oleh PBB.
c. Tereksploitasinya manusia.
d. Banyak terjadi di negara- negara ketiga dan negara- negara yang sedang konflik
40
e. Menghilangkan nyawa pendonor, hal ini dikarenakan rata-rata rumah sakit yang
memprakasai perdagangan organ, jarang memiliki fasilitas yang memadai.
f. Seringnya terjadi ketidak-cocokan organ yang diterima resipien.
g. Membuat pendonor tidak mampu hidup normal.
h. Banyaknya kasus pencurian organ tubuh baik untuk orang yang masih hidup
maupun mayat.
i. Imbalan materi yang diterima pendonor kadang tidak sesuai dan dibawah harga
normal.
j. Bermunculan kelompok kelompok / mafia pencuri organ tubuh.
G. Organ dan jaringan tubuh manusia yang Diperdagangkan
a. Rambut
Rambut yang baik untuk bahan dalam hair-extension industry banyak berasal
dari India karena biasanya rambut dari India sangat panjang dan dirawat dengan
bahan alami tanpa merusak rambut tersebut.
b. Korneamata
Kornea mata merupakan organ tubuh manusia yang relatif lebih mudah
ditransplantasikan dan relatif lebih mudah juga diangkut melewati batas-batas
negara menuju negara-negara yang membutuhkan. Di Amerika sendiri kebutuhan
terhadap kornea mata sangat tinggi dan donor sangat sedikit sehingga Amerika
merupakan pengimpor kornea mata yang cukup besar di dunia. Seorang mantan
ahli bedah China bersaksi di depan Kongres AS bahwa ia telah memanen ratusan
kornea (bersama dengan ginjal dan kulit) dari tahanan yang dieksekusi di China.
Meskipun
PBB
telah
mencoba
untuk
mengakhiri
perdagangan
organ
internasional, namun sejauh ini pasar global tetap tidak bisa dikendalikan..
c. Jantung
Pasar gelap untuk tranplantasi jantung hampir tidak ada karena dalam
melakukan transplantasi dibutuhkan keahlian kedokteran yang sangat tinggi dan
mungkin saja organ jantung yang diperoleh belum tentu cocok dengan mereka
yang membutuhkan. Di Arab Saudi terdapat pasar gelap untuk melakukan
transplantasi jantung, namun hampir tidak ada bukti untuk menguatkan dugaan
tersebut.
d. Hati
Transplantasi hati bisa dilakukan dengan menggunakan donor hidup. Metode
ini lebih sulit karena tim dokter harus memastikan kondisi si pendonor nyaman
dan memastikan kondisinya 100 persen kembali sehat. Hati pendonor diambil
sebagian dan didonorkan kepada yang sakit. Nah dengan kondisi seperti ini, tidak
bisa sembarang orang menjadi donor sehingga jumlah pendonor sangat sedikit.
Di pasar gelap, hati dari para tawanan di penjara China yang dieksekusi
41
merupakan sumber yang penting. Di Philippina juga bisa diperoleh dari beberapa
masyarakat yang ekonominya rendah dan membutuhkan uang.
e. Ginjal
Ginjal juga termasuk organ yang bisa diperdagangkan. Selain cara ilegal,
ginjal juga dapat diperoleh dengan legal dari para pedonor hidup.
f. Kulit
Jika kulit terbakar atau luka kulit sangat mudah meninggalkan lubang di
tubuh, dan tidak bisa diatasi dengan menjahitnya, tak ada pilihan lain selain
menutupnya dengan kulit yang lain, yang tentunya juga berasal dari manusia.
Namun tidak banyak manusia yang masih hidup mendonorkan kulitnya.
Akibatnya untuk kulit ini tidak ada pilihan lain diambil dari mayat, mungkin
melalui rumah pemakaman seperti ligamen dan tulang. Namun demikian
cangkok kulit ini tidak selalu berhasil karena mungkin saja menimbulkan infeksi
bagi tubuh.
g. Kerangka
Ekspor organ tubuh manusia sejatinya dilarang sejak lama, paling tidak
semenjak tahun 1985. Namun masih banyak saja yang melakukan bisnis ini
karena keuntungan yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
42
keselamatan lalu lintas adalah keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko
kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/
atau lingkungan. komunikasi lalu lintas merupakan sekumpulan subsistem yang saling
berhubungan
dengan
melalui
penggabungan,
pemrosesan,
penyimpanan,
dan
pendistribusian data yang terkait dengan penyelenggaraan Lalu Lintas. Untuk Poltabes
agar lebih meningkatkan upaya edukasi, terhadap pengendara agara tidak melakukan
pelanggaran.
Peraturan Internal (Hospital By laws) merupakan aturan dasar yang mengatur tata
cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf medis, bertujuan untuk agar rumah sakit dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan peraturan internal rumah sakit.
Pasal 64 ayat (3) jual/beli organ tubuh manusia adalah perbuatan yang melanggar
hukum dengan cara mengambil organ tubuh seseorang tanpa sepengetahuan korban yang
dilakukan dengan cara merekrut, membawa, dan mengirim korban ke negara tujuan yang
dilakukan oleh seseorang dan/atau sekelompok orang terorganisir untuk memperoleh
keuntungan materiil.
3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan pada pihak universitas , pemerintah, kepolisian dan
orang tua dalam berlalu lintas :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat seberapa kuat hubungan
pengetahuan, sikap, dan perilaku keselamatan lalu lintas.
2. Melakukan penikitan yang sama pada anak usia sekolah yang sudah memiliki Surat
Izin pengemudi.
3. Kepolisian memperketat peraturan lalu lintas dan memberika sanksi hukum untuk
pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas agar pengguna jalan lebih tertib
berlalu lintas sehingga angka kejsadian kecelakaan lalu lintas dapat berkurang.
4. Bagi PERDOKI, dan khususnya Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia,
perlu dilakukan
penyempurnaan
Konsensus
Nasional
Pedoman
Pemeriksaan
Kesehatan Pengemudi, mengingat bahwa ada beberapa hal yang luput dari perhatian.
Hal-hal yang perlu ditambahkan keterangannya antara lain:
Perlunya dilakukan pembagian lebih lanjut antara persyaratan kemampuan
penglihatan
bagi
pengemudi
kendaraan
umum
sesuai
SIM-nya.
Selain
untuk
mengemudi
di
malam
hari,
dan
batasan
tajam
43
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi 2008, Rineka Cipta, Jakarta,
2010
Ariestandi Irmansyah, Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi, Graha Ilmu
Yogyakarta, 2013
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011
http://home.utah.edu/~mda9899/cprpics.html
http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/2011/M%20Nasser.pdf
44
http://www.pertamedikasentul.co.id/rspsc-updates/artikel/detail/emergency-igd/7
World Health Day: Road safety is no accident![1]
BPS, Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian
Materi yang Diderita Tahun 1992-2008,[2]
Asian Development Bank, Pedoman Keselamatan Jalan Untuk Kawasan Asia Pasifik,
Diterbitkan oleh Ditjen Perhubungan Darat, 2002
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011.
45