Anda di halaman 1dari 20

USULAN PENELITIAN

REKONSTRUKSI STRUKTURAL DAN ARSITEKTURAL


KAWASAN GERBANG UTAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANGGA WARSITO

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
1

USULAN PENELITIAN
REKONSTRUKSI STRUKTURAL DAN ARSITEKTURAL
KAWASAN GERBANG UTAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANGGA WARSITO

Usulan Penelitian
Sebagai salah satu syarat melakukan penelitian pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2

Judul Penelitian
Nama
NIM

: Rekonstruksi Struktural dan Arsitektural Kawasan


Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor
: Angga Warsito
: F44120052

Bogor, Maret 2016


Disetujui oleh
Pembimbing

Dr. Ir. Erizal, M. Agr


NIP. 19650106 199002 001

Diketahui oleh
Ketua Departemen/Program Studi

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA


NIP. 19580527 198103 001

PRAKATA
Puji dan syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan karunia dan rahmat-Nya Usulan Penelitian yang berjudul Rekonstruksi
Struktural dan Arsitektural Kawasan Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor ini
dapat diselesaikan. Penyusunan Usulan Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk melakukan penelitian pada Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan.
Terima kasih diucapkan kepada Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku pembimbing
atas dukungan dan masukan yang diberikan. Harapannya segenap pihak yang
terkait dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi yang membangun dalam
penyempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan Penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2016
Angga Warsito

DAFTAR ISI
PRAKATA

iv

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Dasar-dasar Pembebanan

Analisis Pembebanan

Gaya Geser Dasar Seismik

Desain Lanskap

METODE PENELITIAN

10

Waktu dan Tempat

10

Alat dan Bahan

10

Prosedur Penelitian

10

DAFTAR PUSTAKA

14

DAFTAR TABEL
1 Faktor Keutamaan Gempa
2 Rencana Kegiatan

6
10

DAFTAR GAMBAR
1 Skema Perancangan Lanskap
2 Bagan Alir Penulisan dan Perhitungan

12
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gerbang adalah tempat keluar atau masuk ke dalam suatu kawasan tertutup
yang dikelilingi pagar atau dinding. Gerbang berguna untuk mencegah atau
mengendalikan arus keluar-masuknya orang. Gerbang dapat bersifat sederhana
hanya berupa bukaan sederhana pada sebuah pagar, maupun dekoratif dan bahkan
monumental. Istilah lainnya untuk gerbang adalah pintu dan gapura. Gerbang
besar dan kokoh pada sebuah bangunan dapat menjadi sarana pertahanan,
misalnya gerbang pada benteng atau kastil. Pintu adalah bagian yang menutup
akses lewat melalui rumah gerbang. Kini banyak gerbang modern dioperasikan
secara otomatis sehingga dapat membuka dan menutup secara otomatis.
Institut Pertanian Bogor memiliki beberapa gerbang untuk akses keluar
masuk para civitas maupun pengunjung. Gerbang utama Institut Pertanian Bogor
terletak di tepi Jalan Raya Dramaga. Ketika memasuki pintu gerbang akan terlihat
logo IPB warna Biru dalam ukuran besar, kemudian di samping kiri terdapat
jajaran spanduk yang merupakan media publisitas kegiatan IPB, kemudian akan
ditemui kantor dari petugas keamanan dari Satuan PLK-IPB.
Gerbang utama ini sudah ada sejak kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga
didirikan, sehingga secara visual terkesan sudah usang dan perlu renovasi.
Keberadaan gerbang memiliki peran yang penting, antara lain untuk aspek
keamanan, estetika dan publikasi. Dalam aspek keamanan, gerbang utama
memiliki fungsi untuk memonitor kendaraan yang keluar masuk. Peran dalam
aspek estetika dan publikasi adalah, gerbang utama memberikan daya tarik lebih
dan dapat memberi ciri khas dari Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.
Sampai saat ini belum ada desain baru untuk gerbang utama Kampus Institut
Pertanian Bogor Dramaga, dengan yang diharapkan sesuai dengan kemajuan yang
telah diraih Institut Pertanian Bogor.
Evaluasi struktur sesuai dengan peraturan terbaru perlu dilakukan mengingat
dalam perencanaan, struktur harus memikul beban rancang secara aman tanpa

kelebihan tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi yang masih
dalam daerah yang diizinkan. Kemampuan suatu struktur untuk memikul beban
tanpa mengalami kelebihan tegangan ini diperoleh dengan menggunakan faktor
keamanan dalam mendesain elemen struktur. Selain harus kuat dalam memikul
beban rancang, struktur harus dirancang secara efisien agar desain struktur yang
dirancang relatif lebih ekonomis. (Surya 2012)
Rumusan Masalah
1. Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor berdiri sejak 2009, sehingga perlu
adanya rekonstruksi atau pemugaran dari segi struktur untuk menjamin
kekuatan konstruksi.
2. Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor memiliki tampilan visual yang perlu
dibuat lebih menarik, sehingga perlu adanya re-design dalam aspek arsitektur.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kekuatan struktur dari gerbang utama Institut Pertanian Bogor
dan melakukan rekonstruksi apabila ditemukan nilai ketahanan struktur yang
tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Melakukan desain ulang dalam segi fungsional dan segi visual pada kawasan
gerbang utama Institut Pertanian Bogor, sehingga meningkatkan atensi dan
ketertarikan masyarakat sehingga menjadi suatu icon dari Kampus Institut
Pertanian Bogor Dramaga.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah:
1. Menjamin kekuatan konstruksi gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
2. Memberikan desain arsitektur yang lebih modern dan representatif pada
kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor disertai dengan peningkatan
aspek fungsional.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dideskripsikan secara singkat sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada gapura gerbang utama Institut Pertanian Bogor dan
Lanskap taman depan gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
2. Penelitian dilakukan dengan aspek-aspek sipil dan arsitektural, dilengkapi
dengan CAD, perhitungan pembebanan dan rancangan anggaran biaya.

TINJAUAN PUSTAKA
Dasar-dasar Pembebanan
Perencanaan struktur suatu bangunan sebaiknya mengikuti peraturanperaturan pembebanan berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman
secara konstruksi. Dalam SNI 1726-2013 (BSN 2012), dicantumkan bahwa
struktur gedung direncanakan kekuatannya terhadap beban mati, beban hidup, dan
beban gempa. Berikut adalah pengertian dari beban-beban tersebut:
1. Beban mati, merupakan berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung.
2. Beban hidup, merupakan semua beban yang terjadi akibat penghuni atau
penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang berpindah yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat
diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan
dalam pembebanan atap dan lantai tersebut.
3. Beban gempa, merupakan semua beban statis ekuivalen yang bekerja dalam
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari pergerakan tanah
akibat gempa tersebut, gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur
tersebut yang terjadi oleh pergerakan tanah akibat gempa. Beban gempa
merupakan fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur
gedung juga tergantung dari waktu pembebanan (Pranata dan Wijaya 2008).
Suatu konstruksi beton bertulang merupakan suatu kombinasi dari balok,
kolom dan pelat yang dihubungkan bersama secara tegar yang membentuk suatu
kerangka. Setiap bagian secara tersendiri harus mampu menahan gaya yang
bekerja (Mosley dan Bungey 1989). Proses perancangan bangunan tahan gempa
harus mempertimbangkan gaya-gaya horizontal yang timbul akibat gempa yang
bekerja pada struktur. Pada SNI 1726-2013 (BSN 2013) tercantum bahwa
pemilihan cara menganalisis bangunan tahan gempa untuk gedung yang tidak
beraturan (simetris) dan untuk gedung yang bentuk, ukuran dan penggunaannya
tidak umum akan dianalisis menggunakan analisa dinamik. Analisa dinamik dari

struktur bangunan yang menderita beban gempa dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu riwayat waktu (time history analysis) dan analisa respons spektrum
(response spectrum analysis).
Balok merupakan elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari plat
lantai ke kolom penyangga vertikal. Balok adalah batang struktural yang menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang
mengakibatkan terjadinya lenturan. Dua hal utama yang dialami oleh balok adalah
gaya tekan dan gaya tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun
gaya lateral. Kolom merupakan elemen bangunan yang berfungsi utama sebagai
pendukung gaya tekan (Dewobroto 2005). Dalam praktiknya, kolom tidak hanya
menahan gaya lain seperti momen dan geser. Secara struktural, kolom mempunyai
peran yang relatif penting dan kritis daripada balok. Kolom menahan lantai lebih
luas dan banyak hal yang berkaitan dengan momen pada kolom yang belum
diketahui secara pasti, sehingga kolom juga berfungsi sebagai elemen penjamin
stabilitas bangunan. Kolom pada struktur gedung merupakan elemen yang
berfungsi sebagai pilar-pilar yang mendukung berdirinya rangka struktur serta
berperan untuk mendistribusikan beban-beban dari elemen pelat lantai dan balok
yang kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
Beban dari elemen pelat lantai dan balok ini berupa beban aksial serta
momen lentur. Struktur gedung tinggi harus di desain dengan prinsip strong
colomn weak beam artinya kolom harus didesain lebih kuat dari struktur balok.
(Fauzan 2016). Apabila komponen struktur memerlukan penulangan torsi maka
harus dipasang tulangan baja yang merupakan tambahan terhadap penulangan
yang sudah ada yakni penulangan untuk menahan gaya geser, lentur maupun
aksial. (Setiawan 2014). Analisis pelat sama seperti analisis pada balok.
Pembebanan disesuaikan dengan beban persatuan panjang dari lajur pelat
sehingga gaya momen yang timbul adalah gaya per lebar satuan pelat berdasarkan
pola lendutan dan momen tipikal dengan sistim balok. Pemasangan tulangan
lentur akan membentang dari kedua tumpuannya. Sedangkan pemasangan
tulangan yang tegak lurus terhadap tulangan lentur diperuntukkan guna mencakup
efek struktur beton (Wulandari 2013).
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan,
menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat
mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk
mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang
bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan
tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus
diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,
bebanbeban yang bekerja, gayagaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi
dan lainlain. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang
diijinkan. (Nugroho 2012).
Analisis Pembebanan
Analisis Pembebanan

Beban yang akan ditinjau dan dihitung dalam perancangan struktur adalah
beban mati, beban hidup dan beban gempa dengan kombinasi pembebanan (BSN
2013b).
1. Kuat perlu (U)
U=1.4D
(1)
U=1.2D + 1.6L+0.5 (L atau R)
(2)
U=1.2D + 1.6(Lr atau R) + (1.0L atau 0.5W)
(3)
U=1.2D + 1.0W + 1.0L+0.5(Lr atau R)
(4)
U=1.2+1.0E+1.0L
(5)
U=0.9D+1.0W
(6)
U=0.9D+1.0E
(7)
Dengan: D = beban mati. (N)
L = beban hidup. (N)
E = beban gempa. (N)
R = beban hujan. (N)
2. Kuat Rencana
Dalam menentukan kuat rencana suatu komponen struktur, maka kuat
minimalnya harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan yang sesuai
dengan sifat beban. Dalam SNI 1727-2013 (BSN 2013a) diberikan faktor
reduksi kekuatan untuk berbagai mekanisme yaitu:
a. reduksi lentur tanpa beban aksial
= 0.8
b. aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur
= 0.8
c. aksial tekan, aksial tekan dengan lentur (spiral)
= 0.7
d. aksial tekan, aksial tekan dengan lentur (sengkang) = 0.65
e. geser dan torsi
= 0.6
f. tumpuan pada beton
= 0.7
3. Perhitungan Beban Gempa
Budiono dan Supriyatna (2011) menyebutkan bahwa dalam perencanaan
struktur bangunan tahan gempa, diperlukan standar dan peraturan perencanaan
bangunan untuk menjamin keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang
mungkin terjadi serta menghindari dan meminimalisasi kerusakan struktur
bangunan dan korban jiwa terhadap gempa bumi yang sering terjadi. Oleh
karena itu struktur bangunan tahan gempa harus memiliki kekuatan, kekakuan,
dan stabilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya keruntuhan bangunan.
Respons spektrum merupakan konsep pendekatan yang digunakan untuk
keperluan perencanaan bangunan. Definisi respons spektrum adalah respons
maksimum dari suatu sistem struktur single degree of freedom (SDOF) baik
percepatan (a), kecepatan (v), dan perpindahan (d) dengan struktur tersebut
dibebani oleh gaya luar tertentu. Absis dari respons spektrum adalah periode
alami sistem struktur (T) dan koordinat dari respons spektrum adalah respons
maksimum. Kurva respons spektrum akan memperlihatkan simpangan relatif
maksimum (Sd), kecepatan relatif maksimum (Sv), dan percepatan total
maksimum (Sa). Berdasarkan SNI 1726-2012 (BSN 2012), desain respons
spektrum harus ditentukan dan dibuat terlebih dahulu. Data-data yang
dibutuhkan antara lain: Parameter percepatan batuan dasar, parameter kelas

situs, koefisien-koefisien situs dan parameter-parameter percepatan respons


spektrum gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget (MCER),
parameter desain percepatan spektrum. Data-data tersebut kemudian digunakan
untuk menentukan nilai percepatan respons spektrum terhadap periode struktur
sehingga membentuk suatu grafik (Nugroho 2008). Penentuan nilai desain
percepatan respons spektrum (Sa) untuk periode yang lebih kecil dari periode
pada waktu nol detik (To), nilai Sa ditentukan dengan persamaan (8).
S a=S DS (0.4 +0.6

T
)
T0

(8)

Pada periode yang lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil dari
atau sama dengan periode pendek (Ts) nilai spektrum desain Sa sama dengan
parameter percepatan spektrum desain pada periode pendek (SDS). Sedangkan
untuk periode yang lebih besar dari Ts nilai desain percepatan respons
spektrum Sa diambil berdasarkan persamaan (9).
S a=

S DS
T

(9)

dimana:
SDS = parameter percepatan spektrum desain pada periode pendek. (g)
SD1 = parameter percepatan spektrum desain pada periode 1 detik. (g)
T
= periode yang ditentukan. (detik)
Gaya Geser Dasar Seismik
Besarnya gaya geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus
ditentukan sesuai SNI-1726-2012 dengan menggunakan persamaan (10).
Koefisien respons seismik (Cs) ditentukan sesuai dengan persamaan (11). Nilai Cs
yang dihitung sesuai dengan Persamaan (11) tidak boleh melebihi nilai Cs yang
diperoleh dari perhitungan dengan persamaan (12).
V

= CsW

(10)

Keterangan:
N = gaya geser dasar seismik. (N)
Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik efektif. (N)

Cs

SDS
R
T( )
Ie

(11)

Keterangan:
SDS = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode
pendek
R
= faktor modifikasi respons
6

Ie

= faktor keutamaan gempa berdasarkan Tabel 1

Tabel 1. Faktor keutamaan gempa


Kategori risiko
Faktor keutamaan gempa
I atau II
III
IV
Sumber : SNI 1726-2012

1.0
1.25
1.50

Cs =

SD1
R
T( )
Ie

(12)

Perencanaan Balok
Berdasarkan SNI 2847-2013 (BSN 2013b) mencakup beberapa tahapan yaitu:
1. Penentuan dimensi balok, mutu beton, dan mutu baja.
2. Penghitungan kuat lentur perlu balok total
3. Penentuan rasio penulangan
4. Penghitungan luas lapangan
5. Penentuan diameter dan jumlah tulangan
Kuat lentur balok ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan dan nilainya,
harus memenuhi persamaan (13), (14), (15).
Mu,b = 1,2 MD,b + 1,6 ML,b + 0,5 MA,b

(13)

Mu,b = 1,2 MD,b + 1,6 ML,b,R 1,0 ME,b

(14)

Mu,b = 0,9 MD,b 1,0 ME,b

(15)

Dengan:
MD,b = momen lentur balok akibat beban mati tak terfaktor. (N.mm)
ML,b,R
= momen lentur balok akibat beban hidup tak terfaktor
dengan memperhatikan faktor reduksinya. (N.mm)
ME,b
= momen lentur balok akibat beban gempa tak terfaktor. (N.mm)
MA,b = momen lentur balok portal akibat beban atap tak terfaktor. (N.mm)
Analisis struktur pada kolom akibat pembebanan akan menghasilkan gaya
dalam yang digunakan untuk melihat kemampuan penampang beton bertulang
dalam menahan kombinasi gaya aksial dan momen lentur yang digambarkan
dalam suatu bentuk kurva interaksi antara kedua gaya tersebut, disebut dengan
diagram interaksi P-M kolom. Diagram interaksi ini dapat dibagi menjadi dua
daerah, yaitu daerah yang ditentukan dari keruntuhan tarik dan dari keruntuhan
tekan, dengan pembatasnya adalah titik seimbang. Berdasarkan output gayagaya dalam kolom yang diperoleh dari hasil analisis struktur, data yang didapat
diplot dalam diagram Interaksi Aksial-Momen (P-M). Setiap kombinasi beban

P-M kolom yang diperoleh dari hasil analisis sruktur diplotkan pada diagram
interkasi kolom (Zaidir et al 2012).
Rasio tulangan dihitung menggunakan persamaan (16), (17) dan (18).
Luas tulangan dihitung menggunakan persamaan (19).
=

0,85. f ' c . 1
600
x
fy
600+ fy

min

maks =

1,4
fy

Ve,b =
Dengan:

0,75.

(16)

(17)

(18)
M pr 1 + M pr 2 W

L
2

(19)

Ve,b
= gaya geser rencana balok. (N)
M pr 1
= kuat momen lentur 1. (N.mm)
M pr 2
L
W

= kuat momen lentur 2. (N.mm)


= bentang bersih balok. (mm)
= beban gravitasi. (N)

Perencanaan Kolom
Berdasarkan SNI 2847-2013 (BSN 2013b), kuat kolom portal dengan
daktilitas penuh harus memenuhi persamaan (20). Gaya geser rencana Ve pada
kolom dihitung dengan persamaan (21).
6

Me 5 Mg

(20)

Dengan :

Me

Mg

= jumlah momen pada saat pusat hubungan balok-kolom


sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka
pada hubungan balok-kolom tersebut. (N.mm)
=

jumlah momen pada saat pusat hubungan balok-kolom

sehubungan dengan kuat lentur balok-balok yang merangka pada


hubungan balok-kolom tersebut. (N.mm)

M pr 1 + M pr 2
Ve =
H
Dengan:

(21)

Ve
= gaya geser rencana kolom. (N)
M pr 1
= kuat momen lentur 1. (N.mm)
M pr 2
H

= kuat momen lentur 2. (N.mm)


= tinggi kolom. (mm)

Desain Lanskap
Pengertian lanskap yang banyak dipersepsikan oleh para ahli perancang dan
para ahli kebun ialah penampakan asli dan aspek estetika. Kier (1979)
mengartikan Lanskap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik,
termasuk komponen yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam
suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang
terpadu. Neef (1967 dalam Klink 2002) memberi pengertian lanskap adalah
keharmonisan struktur dan proses yang di tandai dari sifat karakter sebagian
permukaan bumi.
Perancangan sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan estetis,
perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-elemennya
(Arifin 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di sebut juga
unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat
dibedakan berdasarkan karakter menjadi :
1. Material Lunak (soft material), terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di
lahan maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang
sebagai elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun
yang tidak langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial)
sangat perlu di perhatikan.
2. Material Keras (hard material), kelompok ini mencakup semua elemen taman
yang sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti : tanah, batuan,
perkerasan/paving, jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan
rumah. Elemen ini juga memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan
sebagainya.
Ashihara dalam Susanti (2000) di dalam bukunya membagi elemen Lanskap
ke dalam tiga bagian :
1. Hard material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan
pergola
2. Soft material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya
3. Street furniture : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman, lampu
taman, kolam, dan sebagainya.
Simonds (1983) menjelaskan bahwa dalam lanskap karakter tapak yang
menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang
memiliki banyak variasi menjadi kesatuan yang harmonis. Lebih lanjut Simonds
menjelaskan bahwa dalam mendesain sebuah lanskap terdapat sebuah prinsip,
9

yaitu dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemenelemen yang baik, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau
dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi
kesatuan yang harmonis. Ingram (1991) menambahkan bahwa prinsip-prinsip
desain merupakan perpaduan antara elemen-elemen desain yang tergabung dan
saling berinteraksi dalam pembentukan suatu taman, yaitu: kesatuan,
keseimbangan, peralihan, pemberian focal point, kesesuaian, irama, pengulangan
dan kesederhanaan.
Penataan zona resapan air yang kurang diperhatikan saat kondisi hujan
banyak terjadi penggenangan air yang merusak pandangan. Seharusnya dalam
setiap penataan ruang harus mempertimbangkan adanya saluran air sebagai tempat
pengaliran air agar tidak menggenang dan merusak pemandangan dan juga
memanfaatkan sumur resapan untuk memberikan cadangan air tanah sehingga
dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau. Penggunaan tanaman yang kurang
tepat memberikan kesan yang tidak baik terutama dalam tata ruang pada gebang
Kampus. Ketika kita masuk kampus tidak memiliki pohon-pohon sebagai pemberi
kesan yang sejuk dan tenang saat kita masuk ke dalam kampus (Najoan 2011).
Seharusnya pada gerbang depan kampus pemberian pohon trembesi Samanea
saman (Rain Tree) yang memiliki fungsi sebagai tempat penaungan agar tidak
terlalu panas ketika musim kemarau dan tidak memberikan kesan yang gersang
pada saat kemarau. Secara ekologi tanaman ini memiliki fungsi sebagai
pengurangan emisi gas CO2 dan dapat mengurangi dampak pemanasan global
(Nuroniah dan Kosasih 2010).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Pengambilan data dan evaluasi dilakukan pada bulan Maret hingga bulan
Mei. Rencana kegiatan ditampilkan pada Tabel 2. Penelitian bertempat di
Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor dengan objek penelitian adalah
gerbang utama dan lanskap kawasan gerbang utama.
Tabel 2 Rencana Kegiatan. (Tahun 2016)
No
Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengumpulan
10

2
3
4
5

6
7
8
9

data
Analisis
struktur
Perhitungan
pembebanan
Desain
lanskap
Evaluasi
desain
struktural
dan
arsitektural
Penyusunan
draft skripsi
Seminar
Ujian skripsi
Perbaikan
dan
penggandaan
Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah laptop Asus tipe K401LB, alat tulis dan pita
ukur. Software yang digunakan adalah Microsoft Excel, Microsoft Word,
AutoCAD 2016, SAP2000 dan Lumion 3D.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data primer dari gerbang utama
Institut Pertanian Bogor. Tahap ini dilakukan dengan pengukuran langsung dan
wawancara dari sumber yang terkait. Setelah data primer didapatkan, metode
perencanaan bangunan pun dipilih. Perencanaan dimulai dengan perancangan
CAD dan perhitungan pembebanan dengan menggunakan software AutoCAD
2016 dan SAP2000 sehingga dapat ditentukan dimensi teknis dari rancangan,
perancangan CAD ini meliputi: denah, potongan, dan 3 dimensi. Setelah
perancangan CAD selesai, selanjutnya adalah penyusunan Rancangan Anggaran
Biaya (RAB). Penyusunan RAB dilakukan dengan software Microsoft Excel.
Langkah selanjutnya merupakan finishing, dengan visualisasi dengan software
Lumion 3D. Setelah semua komponen rancangan selesai, dilakukan penyusunan
draft yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi skripsi. Adapun detail metode
penentuan dimensi dan perhitungan pembebanan akan dijelaskan lebih lanjut.
Data Primer

11

Data primer adalah data primer utama, data yang diperoleh dari pengukuran
langsung di kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor. Data meliputi
dimensi bangunan gerbang utama dan dimensi dari komponen Lanskap kawasan
gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang yang mendukung proses pembahasan
yang diperoleh dari sumber buku referensi dan literatur. Data-data sekunder antara
lain sebagai berikut:
1. Beban-beban yang bekerja pada bangunan,
2. Standar-standar perhitungan Struktur Beton Bertulang
3. Metode Perhitungan struktur bangunan,
Kajian Penelitian
Data yang telah diperoleh, selanjutnya akan dilaksanakan proses kajian
penelitian, dalam proses kajian ini penulis mengacu pada pedoman-pedoman yang
mengatur tentang batasan-batasan dalam perencanaan struktur bangunan beton
bertulang. Serta dilakukan perhitungan beban-beban yang bekerja pada struktur
bangunan gedung tersebut dengan tujuan untuk mengetahui besarnya beban-beban
yang bekerja pada masing-masing komponen struktur, sehingga didapatkan suatu
struktur dengan berbagai jenis dimensi atau ukuran dari masing-masing
komponen yang efektif, efisien serta kuat secara teknis.
Proses kajian ini, mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia (Standar Nasional Indonesia), sehingga diharapkan perencanaan
struktur gerbang utama Institut Pertanian Bogor ini dapat mampu menahan semua
beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan gedung tersebut dan dapat
dipertanggung jawabkan baik dari segi, kekuatan, keamanan, keindahan, serta
tetap memperhatikan unsur ekonomis, sehingga dapat membantu pengguna dalam
mendesain atau menganalisa struktur bangunan gedung yang lain. Dalam kajian
perhitungan ini digunakan berbagai sumber literatur sebagai acuan dan referensi
diantaranya adalah SNI 1727-2013, SNI 1726-2012, SNI 03-2847-2013 dan
program SAP 2000.
Perancangan Lanskap
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kualitatif yang mengacu pada tahapan proses perancangan lengkap Simonds
(1983).
Proses perancangan dibagi ke dalam empat tahap, yaitu; persiapan awal,
inventarisasi, analisis dan sintesis, pembuatan konsep dan pembuatan hasil akhir
desain berupa Gambar 1. Skema tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Persiapan
Awal

Inventarisasi
(Pengumpulan Data Primer

Pengukuran Tapak

Analisis dan Sintesis

Konsep
Meliputi:
-konsep desain
-Pengembangan
konsep

Gambar
Desain
Lanskap
12

Gambar 1 Skema Perancangan Lanskap


Mulai

Pengumpulan data

Data primer: Data yang didapat dari pengukuran


Datalangsung
sekunder: Sumber Referensi /literatur

Permodelan Struktur & Pembebanan


Perhitungan Momen

SNI 1727-2013
SNI 2847-2013

Tidak

Diperoleh
Desain Arsitektur Gambar Rancangan Akhir & RAB
Dan Lanskap
Selesai

Gambar 2 Bagan Alir Penelitian

Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung pada lokasi
penelitian yaitu di kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor, meliputi
dimensi gapura utama beserta data teknis beton serta dimensi dan inventarisasi
tapak pada lanskap. Data sekunder berupa standar mutu yang berlaku berdasarkan
SNI 1727-2013 (BSN 2013a) dan SNI 03-2847-2013 (BSN 2013b).
Permodelan Struktur dan pembebanan
Permodelan struktur dilakukan menggunakan software SAP2000. Permodelan
mengikuti gambar desain dan data teknis serta material dan dimensi yang telah
didapat dari pengukuran langsung.

13

Perhitungan Momen
Analisis dilakukan menggunakan software SAP2000 dan bantuan Microsoft
excel untuk beberapa perhitungan pada ketiga jenis beban. Analisis beban hidup
dan beban mati mengacu pada SNI pembebanan gedung pada SNI 1727-2013.
Kombinasi pembebanan beban hidup, beban hidup dan beban gempa mengacu
pada SNI 03-1726-2012 . Keluaran pada tahap ini gaya-gaya dalam pada struktur.
Desain arsitektur dan lanskap dan RAB
Desain arsitektur dan lanskap dilakukan dengan software AutoCad dan
rendering gambar akhir menggunakan software Lumion 3D. Perhitungan
rancangan anggaran biaya (RAB) dikerjakan menggunakan software Microsoft
Excel.

Daftar Pustaka
Ahmad, I A. 2009. Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Kuat Tekan Beton.
Jurnal Teknik Sipil Vol.16 No.2, Makasar. Universitas Negeri Makasar
Arifin, H S. (2006) Evaluasi Lanskap Perkotaan, IPB Press, Bogor.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2013).
Badan Standardisasi Nasional: Jakarta.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013a. Beban Minimum untuk
Perancangan Gedung dan Struktur Lain (SNI 1727-2013). Badan
Standardisasi Nasional: Jakarta.
14

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013b. Persyaratan Beton Struktural untuk


Bangunan Gedung (SNI 2847-2013). Badan Standardisasi Nasional: Jakarta.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013c. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton (SNI 03-2847-2013). Badan Standardisasi Nasional: Jakarta.
Budiono B, Supriatna L. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa
dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Bandung
(ID): ITB Press.
Dewobroto W. 2005. Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa
Pushover. Jurnal Teknik Sipil. 2(1):11-14.
Fauzan SA. 2016. Evaluasi Struktur Gedung X di Jakarta Berdasarkan SNI 031726-2012 Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hadi YCE. 2000. Mekanika Tanah Statis Tak Tentu Metode Cross. Indonesia.
Ingram DL. 1991. Basic Principles of Landscape Design. Institute of Food and
Agricultural Sciences, The University of Florida, USA.
Kier Rob. 1979. Urban Space, Academy Editions. London.
Klink HJ. 2002. Landscape ecology: From roots to the present. In: Bastian O and
Steinhardt U (eds) Development and perspectives of landscape ecology,
Kluwer Academic Publisher: Boston.
Mosley WH, Bungey JH.1989. Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga.
Najoan J. 2011. Evaluasi Penggunaan Tanaman Lansekap di Taman Kesatuan
Bangsa (Tkb) Pusat Kota Manado. Jurnal Sabua 3(1): 9-18.
Nugroho F. 2008. Evaluasi Kinerja Seismik dengan Analisis Statik Nonlinear
Pushover Pada Gedung Berdenah. Jurnal Teknik Sipil. 7(2):27-28.
Nugroho SA. 2012. Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut
Dengan Kombinasi Geotekstil Dan Grid Bambu. Jurnal Teknik Sipil. 8(1):3140.
Nuroniah, Kosasih. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea Saman (Jacquin)
Merrill) Sebagai Pohon Peneduh. Mitra Hutan Tanaman 5(1): 1-5.
Pranata YA, Wijaya PK. 2008. Kajian Daktilitas StrukturGedung Beton Bertulang
Dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong, Jurnal Teknik
Sipil. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 8(3).
Setiawan I. 2014. Evaluasi Geser Dasar Minimum Pada SNI 1726-2012. Jurnal
Teknik Sipil.10(2):166-184.
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual Site Planning and Design.
McGraw-Hill Book Co. Inc: New York.
Sulistyantara B. 2002. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya: Jakarta.
Surya M. 2012. Analisis dan Evaluasi Struktur Wing Fahutan IPB,Bogor Terhadap
Ketahanan Gempa Berdasarkan Peta Gempa 2010 [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Susanti ET. 2000. Pemanfaatan Elemen Alam sebagai Faktor Penunjang
Religiusitas dan Fasilitas Peribadatan Studi Kasus: Tempat Peziarahan
Sendangsono. Seminar Arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata:
Semarang.
Wulandari S. 2013. Analisis Dan Evaluasi Struktur Atas Tower C Grand Center
Point Apartement Terhadap Beban Gempa Berdasarkan Peta Gempa
Indonesia 2010 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

15

Anda mungkin juga menyukai