Anda di halaman 1dari 77

PERAN SMARTPHONE DALAM INTERAKSI SOSIAL ANAK MUDA

( Studi Deskripsi kualitatif Peran Smartphone Dalam Kelompok Persahabatan Anak


Muda )

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dengan Minat Utama Public Relation

Oleh :
AUCKY PUTRA
0811223010

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1

LEMBAR PENGESAHAN
PERAN SMARTPHONE DALAM INTERAKSI SOSIAL ANAK MUDA

Disusun Oleh :
Aucky Putra Kristianto
0811223010
Telah Dinyatakan LULUS Dalam Ujian Sarjana
Pada Tanggal 16 Juli 2014

Ketua Sidang Majelis Penguji

Sekretaris Sidang Majelis Penguji

Dr. Drs. Suryadi, Ms


NIK. 196011031987031003

Fitri Hariana O.,SS.,SE.,M.Commun


NIK. 82101311120004

Anggota Sidang Penguji Majelis Penguji

Anggota Sidang Penguji Majelis Penguji

Yuyun Agus Riani, S.Pd., M.Sc


NIK. 75081711120024

M Fikri AR, S.Kom., MA


NIK ---

Malang,

Agustus 2014

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Prof. Dr. Ir. H. Darsono Wisadirana, Ms


NIP. 195612271983121001
2

Pernyataan Orisinalitas

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

: Aucky Putra Kristianto

NIM

: 0811223010

Jurusan

: Ilmu Komunikasi

Peminatan

: Public Relation

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Peran Smartphone


Dalam Interaksi Sosial Anak Muda adalah benar merupakan karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya, diberi tanda dan citasi yang ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar dan ditemukan
pelanggaran atas skripsi, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
skripsi dan gelar yang saya peroleh.

Malang, 7 Agustus 2014

Materai
6.000

Aucky Putra Kristianto


NIM. 0811223010

ABSTRAK
Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang
cepat membuat peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Teknologi
komunikasi dalam wujud smartphone ini merupakan fenomena yang paling unik dan
menarik dalam penggunaannya. Dalam hal tersebut, perkembangan teknologi bisa
mempengaruhi cara berinteraksi sosial dari para individu yang menggunakannya.
Smartphone yang didalamnya terdapat CMC ( computer mediated communications ) ini
adalah berbagai jenis program aplikasi yang digunakan untuk melakukan komunikasi
antar dua orang atau lebih yang dapat saling berinteraksi melalui komputer yang berbeda.
Yang dimaksud di sini bukanlah bagaimana dua mesin atau lebih dapat saling
berinteraksi, namun bagaimana dua orang atau lebih dapat berkomunikasi satu dengan
lainnya dengan menggunakan alat bantu komputer melalui program aplikasi yang ada
pada komputer tersebut. (Fulk & Collins-jarvis 2001).
Penelitian ini berfokus pada peranan smartphone dalam interaksi sosial
persahabatan anak muda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis
pendekatan deskriptif. Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak muda
yang memiliki dan menggunakan smartphone serta anak muda yang mempunyai suatu
kelompok pertemanan atau persahabatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan Mereka menggunakan smartphonenya untuk
melakukan proses interaksi sosial mereka baik interaksi primer maupun interaksi
sekunder. Mereka juga sedikit menghilangkan anggapan banyak orang terhadap adanya
smartphone yang mengatakan bahwa smartphone mempunyai kesan mendekatkan yang
jauh dan menjauhkan yang dekat. Hal tersebut bisa terjadi karena mereka merasa puas
terhadap adanya smartphone tersebut. sesuai dengan pendekatan Pendekatan uses and
gratification memberikan alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media
dan audience, dan pengkategorian isi media berdasarkan fungsinya. (Bungin, 2006)
Faktor yang lain yaitu kedekatan satu dengan anggota kelompok lainnya
tumbuh karena adanya kesamaan dan kegemaran dalam minat suatu bidang tertentu. Hal
ini berkaitan dengan dengan teori dari Kail & Cavanaugh (2000) yang menyatakan ada
empat faktor yang dapat meningkatkan hubungan persahabatan yaitu proximity,
simililarity, complementarity, dan physical attractiveness.

ABSTRACT

Along with the globalization demands rapid exchange of information makes the role
of communication technologies is very important. Communication technology in the form of
a smartphone is a phenomenon that most unique and interesting in its use. In such cases,
technological developments may affect how the social interaction of the individuals who use
them. Smartphone which there are CMC (computer mediated communications) are the
different types of application programs that are used for communication between two or more
people can interact through different computers. What is meant here is not how two or more
machines can interact with each other, but how two or more people can communicate with
each other using computer aids through existing application programs on the computer. (Fulk
& Collins-jarvis 2001).
This study focuses on the role of a smartphone in a friendly social interaction of
young children. This study uses qualitative descriptive approach types. Informants were used
in this study were young people who own and use a smartphone as well as young people who
have a group of friends or friendship.
The results of this study indicate they use a smartphone to make the process of social
interaction they both interactions primary and secondary interactions. They are also a bit
eliminate the assumption of the existence of a smartphone and more people are saying that
the smartphone has a much closer impression and keep that close. This can happen because
they are satisfied with the presence of the smartphone. accordance with the uses and
gratification approach approach provides an alternative to look at the relationship between
media content and audience, and categorizing media content based on its function. (Bungin,
2006)
Another factor is the proximity of one to the other group members to grow because of
the shared interests and preferences in a particular field. This relates to the theory of Kail &
Cavanaugh (2000) who stated that there are four factors that can improve the friendly
relations of proximity, simililarity, complementarity, and physical attractiveness.

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Brawijaya.
Peneliti menyadari penyusunan skripsi ini akan sangat sulit tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Darsono Wisadirana, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Dr. Drs. Suryadi MS dan Ibu Fitri Hariana Oktaviani, S.S, S.E, M.Commun
selaku dosen pembimbing penulis selama pengerjaan skripsi.
3. Orang tua penulis yang selalu sabar serta memberikan support dalam proses
pengerjaan skripsi.
4. Semua pihak yang telah memberi bantuan serta motivasi baik langsung maupun tidak
langsung dalam proses pengerjaan skripsi.

Akhir kata, saya selaku penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
proposal penelitian ini. Penulis sadar bahwa dalam proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi lebih
baiknya karya ini di masa yang akan datang.

Malang, Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................................... i
Lembar Pernyataan .......................................................................................................... ii
Abstrak.............................................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................................ iv
Daftar Isi .............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian .......................................................................................................5
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................................7
2.1 Komunikasi dan Perkembangan Teknologi Komunikasi ...........................................7
2.2 Perkembangan Media Teknologi Komunikasi............................................................9
2.2.1 Sejarah Teknologi Komunikasi............................................................................9
2.2.2 Jenis Teknologi Komunikasi..............................................................................10
2.3 Perkembangan Teknologi komunikasi telepon genggam .........................................12
2.4 Computer Mediated Communication........................................................................13
2.5 Interaksi Sosial ..........................................................................................................14
2.5.1 Kontak dan Komunikasi Interaksi Sosial ............................................................15
2.6 Persahabatan Anak Muda .........................................................................................19
2.7 Teory Uses and Gratification ....................................................................................23
2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................................................24
2.9 Kerangka Pemikiran..................................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................29
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................29
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................................29
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................................................30
7

3.4 Jenis dan Sumber Data ..............................................................................................30


3.4.1 Sumber Data Primer ............................................................................................31
3.4.2 Sumber Data Sekunder .......................................................................................31
3.4.3 Tehnik Pemilihan Informan ................................................................................31
3.5 Tehnik Pengumpulan Data ........................................................................................32
3.6 Analisis Data .............................................................................................................33
3.7 Keabsahan Data ........................................................................................................35
3.8 Etika Penelitian .........................................................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................37
4.1 Identitas Subyek Penelitian .......................................................................................37
4.2 Penyajian Data ..........................................................................................................39
4.2.1 Penggunaan Smartphone .....................................................................................39
4.2.2 Kontak Sosial dan Komunikasi Primer ..............................................................43
4.2.3 Peran Smartphone Dalam Interaksi Primer.........................................................49
4.2.4 Kontak Sosial dan Komunikasi Sekunder...........................................................51
4.3 Pembahasan...............................................................................................................59
4.3.1 Interaksi Sosial Anak Muda ................................................................................59
4.3.2 Peranan Groupchat dalam Teknologi smartphone ..............................................61
BAB V PENUTUP............................................................................................................64
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................................64
5.2 Saran .........................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................67
LAMPIRAN......................................................................................................................69

Daftar Gambar

Tabel 2.1 ...........................................................................................................................26


Bagan 2.1 Kerangka pemikiran..........................................................................................27
Gambar analisis data .........................................................................................................35
Gambar 4.1 proses transaksi (capture) ..............................................................................53
Gambar 4.2 proses transaksi (capture) ..............................................................................54
Gambar 4.3 proses transaksi (capture) ..............................................................................55
Tabel 4.4 ............................................................................................................................57

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia
menjadi semakin mudah dan nyaman. Teknologi yang semakin pesat ini membuat hampir
tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Seiring globalisasi dengan tuntuntan kebutuhan pertukaran
informasi peranan teknologi menjadi sangat penting.
Hassan

Fuad

(1999)

mengemukan

teknologi

komunikasi

cenderung

memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia.


Tranformasi tersebut telah memunculkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar
manusia, yang pada hakikatnya adalah interaksi antar pribadi. Pertemuan tatap muka
secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak jauh yang sangat jauh melalui tahap
citra. Teknologi komunikasi sekarang ini semakin banyak yang dikembangkan, seperti
contohnya telepon selular. Penggunaan telepon selular menjadi kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang
terdapat didalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short
messages service) saja. Telepon seluler dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan
berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Hal ini
menjadikan telepon selular sebagai salah satu bentuk perkembangan komunikasi yang
paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005).
Pengembangan pada media teknologi seperti ponsel ini berkembang sesuai jaman
dan kebutuhan para penggunanya. Sehingga dalam hal ini berpengaruh besar terhadap
kegiatan interaksi sosial dari pengguna telepon selular itu sendiri. Simanjuntak (2004)
dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon selular menyatakan paling tidak ada lima
10

implikasi dari penggunaan telepon seluler. Pertama, terhadap setiap individu yang
menggunakan ponsel tersebut. Kedua, terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga,
terhadap pertemuan tatap muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau
organisasi. Selanjutnya yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan
kelembagaan-kelembagaan masyarakat.
Marshall McLuhan di buku Understanding Media: The Extensions of Man,
mengemukakan ide bahwa pesan media ya medianya itu sendiri (Mcluhan, 1999).
McLuhan menganggap media sebagai perluasan manusia dan media yang berbeda-beda
mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga mempengaruhi cakupan serta bentuk dari
hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang
dari individu ke masyarakat. Penggunaan media komunikasi dalam hal ini adalah ponsel
sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong
terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Hal ini
tentunya terjadi dalam kondisi perkembangan teknologi komunikasi saat ini.
Salah satu bentuk perkembangan teknologi telepon seluler saat ini terwujud dari
menjamurnya smartphone

yang merupakan

telepon genggam yang mempunyai

kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer.


Belum ada standar pabrik yang menentukan arti telepon cerdas. Bagi beberapa orang,
telepon cerdas merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat
lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi
pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, telepon cerdas hanyalah merupakan sebuah
telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan
kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik
sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung VGA. Dengan kata lain,
telepon cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.

11

Sistem operasional yang dapat ditemukan dalam smartphone contohnya seperti symbian
OS, apple OS, blackberry OS, windows mobile, android, linux.
Disini interaksi yang terbentuk kemudian dipercepat prosesnya melalui suara
dan teks atau tulisan (Brotosiswoyo, 2002). Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa
disebut telepati (komunikasi antara dua manusia yang tidak bergantung pada
tempatnya) dan sudah menjadi perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh
siapa saja. Ponsel disamping itu juga dapat merubah makna dari kesendirian.
Kesendirian itu dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu
ponsel yang canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games, internet, fotofoto, menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan sendirian
tanpa ada apapun. Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, tetapi
terdapat juga banyak dampak negatif bermunculan. Budyatna (2005) mengemukakan
bahwa bentuk komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana
proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik.
Disini Budyatna melihat bahwa dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi
proses yang transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik
dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka.
Dari hasil penelitian, didapat fenomena dimana tidak jarang individu lebih
memilih memainkan atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah
suatu kegiatan atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Nurudin (2005)
menyebutkan bahwa 60% dari respondennya lebih senang mengirim dan membaca SMS
atau memainkan games ponselnya ditengah acara keluarga yang dianggap membosankan.
Beberapa penelitian telah dikumpulkan oleh Badwilan (2004) mengenai dampak dari
penggunaan ponsel. Contoh penelitian pertama yaitu pada bulan Februari 2002 jumlah
layanan SMS yang dikirimkan mencapai 156 milyar; dan pada bulan Maret jumlahnya

12

bertambah menjadi 167 milyar. Dengan kata lain bahwa pengguna ponsel telah
menghabiskan uang sebesar 165,5 milyar untuk mengirimkan layanan SMS saja. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan ponsel yang semula dimaksudkan untuk mempermudah
pembicaraan dan menekan biaya pengeluaran, justru terkadang menjadi hal sebaliknya.
Kumpulan penelitian Badwilan (2004) yang menunjukkan dampak negatif dari
penggunaan ponsel lainnya yaitu menonjol pada aspek psikologis dan sosial. Banyaknya
peredaran gambar-gambar maupun video-video porno sekarang ini sudah dianggap hal
biasa dalam lalu lintas data komunikasi melalui ponsel. Selain itu adanya pesan SMS
yang memberikan kesan rasisme dan unsur-unsur SARA didalamnya dapat mengancam
serta merusak kehidupan interaksi masyarakat atau kelompok tertentu.
Berbagai penelitian mengenai penggunaan ponsel dan interaksi anak muda pernah
dilakukan. Salah satunya Ina Astari (2006). Ia membahas pengaruh penggunaan ponsel
terhadap interaksi sosial remaja. Melalui penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini,
Astari menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan ponsel di kalangan anak muda
cenderung tinggi dan proses interaksi anak muda terhadap lingkungan cenderung kurang.
Selain itu, penelitian mengenai smartphone pernah dilakukan Masyitoh (2010) yang
membahas pengaruh blackberry sebagai sarana akses informasi di kalangan mahasiswa
Universitas Airlangga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Namun penelitian
tersebut masih membahas tentang kegunaan smartphone sebagai sarana akses informasi. .
Padahal, dapat diargumentasikan bahwa kegunaan smarthphone pada saat ini tidak hanya
sebatas akses terhadap informasi.
1.2

Rumusan Masalah
Meski banyak penelitian yang mengkonfirmasi bahwa smartphone dapat
mengganggu interaksi sosial terutama pada anak muda (Nurudin, 2005; Astari 2006),
observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa masih ada

13

kondisi-kondisi tertentu dimana interaksi kelompok anak muda yang tidak terganggu
dengan kehadiran smartphone ini. Oleh karena itu peneliti berusaha menggali secara
kualitatif atau secara mendalam terhadap fenomena tersebut.
Kedua, peneliti berusaha menggali pada kelompok persahabatan anak muda yang
tidak terganggu oleh keberadaan smartphone ini. Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan hal ini? Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
kualititatif. Metode pengambilan data adalah dengan wawancara dan observasi kepada
dua kelompok persahabatan yang dari awal observasi interaksi sosialnya dinilai tidak
terganggu dengan keberadaan smartphonenya. Selain itu, data interaksi sosial di
smarphone juga diambil dengan metode dokumentasi untuk melihat fungsi smartphone
dalam interaksi sosial anak muda.

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah menganalisis bagaimana peranan smartphone dalam interaksi sosial anak muda.

1.4

Kegunaan Penelitian

1. Secara ilmiah, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan kepada bagaimana


dampak teknologi terhadap interaksi sosial manusia, khususnya anak muda. Sisi
bahwa teknologi komunikasi (dalam hal ini smartphone) telah menjauhkan jarak
manusia sudah banyak dikonfirmasi, namun penelitian lebih dalam tentang sisi lain
dari dampak positif teknologi komunikasi pada manusia masih kurang digali lebih
dalam.

14

2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perancang aplikasi
smartphone dan berbagai teknologi komunikasi lainnya agar mampu menciptakan
aplikasi atau program yang dapat menghangatkan hubungan manusia

15

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Komunikasi dan Perkembangan Teknologi Komunikasi


Manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial dituntut untuk dapat
berinteraksi dengan satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan manusia tidak bias hidup
tanpa bantuan orang lain.sehingga didalam kesehariannya dibutuhkan proses interaksi,
yakni salah satunya melalui komunikasi. Layaknya makhluk sosial yang tidak bias
hidup tanpa orang lain, manusia juga tidak bias untuk tidak berkomunikasi baik itu
secara interpersonal ataupun intrapersonal.
Adapun pengertian Komunikasi menurut para ahli, seperti Bernard dan Gary A.
Steiner (dalam Mulyana, 2007), bahwa komunikasi merupakan proses transmisi
informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbolsimbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses
transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Selain itu Theodore M. Newcomb
(2001) (dalam Mulyana, 2007) juga berpendapat yang sama bahwa setiap tindakan
komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan
deskriminatif, dari sumber kepada penerima. Dalam perkembangan zaman, komunikasi
juga beriringan perkembangan teknologi.
Menurut Kamus Sosial Edisi Baru, istilah Teknologi yaitu : (1) Penerapan
ilmu pengetahuan; (2) Pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu; serta (3) Semua ciri untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Johannesen (1996) teknologi diartikan sebagai aktivitas budaya
yang khas ketika manusia membentuk dan mengubah realitas alami demi tujuan-tujuan
praktis. Setiap langkah kemajuan teknologi menyebabkan serangkaian perubahan yang
16

berinteraksi dengan perubahan lainnya yang timbul dari sistem teknologi secara
keseluruhan.
Menurut Gouzali Saydam (2005), teknologi komunikasi pada hakikatnya
adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui perangkat
telekomunikasi (kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya). Informasi
tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data (komputer),
dan sebagainya. Sedangkan Shiroth dan Amin (1998) mengemukakan teknologi
komunikasi

merupakan

teknologi

yang

cepat

berkembang,

seiring

dengan

berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi ini semakin kearah
teknologi wireless (tanpa kabel).
Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni (2003)
mencangkup

telepon,

radio,

dan

televisi.

Sedangkan

dalam

buku

Human

Communication (Tubbs dan Moss, 2001), bentuk-bentuk teknologi komunikasi


ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik. Pada
tingkat antarpersona yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat elektronik, dan
voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer,
dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu interkom, konferensi telepon,
surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili.
Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi, radio, film, videotape, vidoedisc, TV
kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital.
Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan dalam dunia
bisnis. Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan telepon dilakukan
diseluruh dunia (Morey, 2004). Menurut Gouzali Saydam (2005), istilah telepon pada
awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu keberadaan telepon itu sendiri
dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa (fix telephone) dan telepon bergerak.

17

2.2 Pengertian Teknologi Komunikasi dan Informasi


Teknologi komunikasi adalah alat yang dapat membantu untuk memproses dan
mengirim data dari satu perangkat ke perangkat lainnya. Teknologi komunikasi
merupakan alat yang juga menambah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi antar
sesama. Komunikasi sangat berkaitan dengan perkembangan teknologi . Karena teknologi
berperan sebagai teknis yang digunakan untuk memproses dan menyampaikan informasi.
Teknologi informasi sendiri adalah hasil dari pemanfaatan teknologi yang membantu
manusia dalam membuat, menyimpan atau menyebarkan suatu informasi. (Abdul Kadir &
Terra CH. Triwahyuni 2003, h. 5 ).
2.2.1 Sejarah Teknologi Komunikasi
Tahun 1809 Samuel Thomas von Sommering menemukan telegram. Masa
sebelum ditemukannya telepon telegram sangat populer digunakan untuk mengirim pesan.
Tahun 1876 Alexander Grahambell menemukan penemuan baru yaitu telepon dan
berkembang menjadi jaringan komunikasi menggunakan kabel. Setelah ditemukannya
telepon, telegram sudah hampir tidak dipergunakan lagi. Tahun 1940 teknologi telepon
terus berkembang pesat hingga muncul teknologi baru yaitu transmisi audio visual
melalui siaran televisi. Saat itu siaran televisi masih berwarna hitam putih namun sudah
bersuara. Tahun 1950 saat teknologi televisi sudah berkembang pesat lalu muncul
teknologi terbaru yaitu tv kabel di Amerika Serikat. Tahun 1958 Chester Carlson
menemukan mesin fotokopi yang sangat populer digunakan dunia perkantoran hingga saat
ini. Tahun 1969 Departemen Pertahanan Amerika mengadakan riset tentang bagaimana
cara menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk sebuah jaringan. Sejak
dikembangkannya riset tersebut, munculah media internet yang merupakan media yang
modern hingga saat ini. Tahun 1989 Tim Berners Lee dan Robert Cailiau menemukan
system prototype yang menjadi World Wide Web (WWW) di CERN. WWW yang biasa

18

berada di awal nama domain website. Tahun 1994 Neil Papworth mengirimkan pesan
singkat pertama di dunia atau yang biasa disebut SMS. Tahun 1999 penggunaan telepon
genggam atau handphone sangat popular di kalangan masyarakat dunia dalam
berkomunikasi. (Abdul Kadir & Terra CH. Triwahyuni 2003, h. 8 ).

2.2.2 Jenis-Jenis Teknologi Komunikasi


1. Telegram
Telegram adalah mesin atau alat yang digunakan untuk mengirim pesan jarak jauh.
Kata telegram pada saat ini sering disebut sebagai telegram elektrik yang ditemukan oleh
negara Amerika Serikat. Penggunaan telegram tersebut dikirimkan melalui operator
telegraf atau telegrafer yang dihubungkan melalui kode morse. Biasanya sering disebut
sebagai pesan kabel atau kawat.
2. Telepon
Telepon merupakan salah satu alat komunikasi yang dipergunakan untuk
membantu manusia dalam menyampaikan pesan suara, terutama dalam bentuk pecakapan
dengan orang lain. Pada dasarnya telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi
sinyal listrik dalam suatu jaringan telepon. Dengan adanya hal tersebut memungkinkan
suatu komunikasi dapat terbentuk antar satu individu dengan individu lain.
3. Radio
Radio adalah alat komunikasi yang menggunakan gelombang elektromagnet atau
berupa isyarat-isyarat radio yang dapat menghantarkan elektronik dari suatu tempat ke
tempat lain tanpa menggunakan kawat. Dalam proses penggunaan radio, alat ini
membutuhkan penghantar yang biasa disebut sebagai pemancar. Melalui bantuan
pemancar inilah gelombang elektromagnetik dapat tersalurkan ke tempat lain.

19

4. Televisi dan Tv Kabel


Tahun 1920 Paul Nipkow menemukan sebuah piringan metal kecil yang berputarputar didalamnya, dan akhirnya terciptalah suatu sistem untuk penangkapan gambar,
transmisi serta penerimaannya. Sistem tersebut dibuat berdasarkan sistem gerakan
mekanik. Setelah televisi sudah menjadi barang elektronik yang hampir selalu ada di
setiap rumah, maka munculah televisi kabel. Ini adalah sistem penyiaran acara televisi
lewat sinyal frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat optik yang tetap dan bukan
lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena.
Tahun 1972, sebuah sistem kabel dalam Wilkes-Barre, PA, dimulai dengan
menawarkan sistem channelpay-per-view pertama kali. Mereka menamai servis baru ini
dengan nama Home Box Service atau HBO. Yang akhirnya sampai dengan sekarang
bertambah terus sehingga jumlahnya mencapai 91 channel yang bisa dinikmati di seluruh
dunia.
5. Satelit
Satelit merupakan teknologi komunikasi yang memiliki sistem yang canggih.
Salah satu satelit yang dikembangkan oleh manusia untuk pertama kali adalah Sputnik 1,
yang diluncurkan oleh Uni Soviet tepat pada tanggal 4 Oktober 1957. Satelit merupakan
sebuah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu.
Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan
telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro.
6. Internet
Internet adalah suatu jaringan komputer yang terhubung secara internasional dan
jaringan tersebut tersebar di seluruh dunia. Semua jaringan pada komputer tersebut
memungkinkan berbagai aplikasi yang dilaksanakan antar komputer dalam suatu jaringan

20

internet berupa software dan hardware yang setidaknya dibutuhkan dalam pengerjaannya.
(Abdul Kadir & Terra CH. Triwahyuni 2003, h. 14 ).

2.3 Perkembangan Media Teknologi Komunikasi Telepon Genggam


Cellphone (telepon genggam atau telepon seluler) merupakan telepon yang
termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar
sesama ponsel tersebut adalah gelombang-gelombang radio yang dilewatkan dari
pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching Center) yang
bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang
dipanggil (Gouzali Saydam, 2005).
Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik.
Dalam pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan
serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan dalam
percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan
ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya pulsa atau pemakaian (Kadir dan
Triwahyuni, 2003). Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk
menciptakan kebergantungan pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar
(voucher). Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat
menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar). Salah satu yang paling menarik
pada prabayar adalah layanan transfer pulsa (Kadir dan Triwahyuni, 2003). Layanan ini
menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam
waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi ulang.
Perkembangan handphone tidak hanya sampai dalam tahap tersebut, bahkan pada saat
ini perkembangan handphone sudah masuk pada tahapan generasi IV (Subarkah, 2011).
Dan pada saat ini di kalangan masyarakat banyak yang menggunakan jenis handphone

21

generasi III (Subarkah, 2011). Generasi ini disebut juga 3G yang memungkinkan
operator jaringan untuk memberi pengguna mereka jangkauan yang lebih luas,
termasuk internet sebaik video call berteknologi tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar
untuk dunia telekomunikasi yaitu Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE),
Wideband-CDMA, dan CDMA 2000. Kelemahan dari generasi 3G ini adalah biaya
yang relatif lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan karena masih barunya
teknologi ini. Tapi yang menarik pada generasi ini adalah mulai dimasukkannya sistem
operasi pada ponsel sehingga membuat fitur ponsel semakin lengkap bahkan mendekati
fungsi PC. Sistem operasi yang digunakan antara lain Symbian, Android, Windows
mobile, RIM Blackberry, dan IOS. ( Subarkah, 2011).
2.4 Computer Mediated Communication
Computer-Mediated Communication (CMC) adalah berbagai jenis program
aplikasi yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar dua orang atau lebih yang
dapat saling berinteraksi melalui komputer yang berbeda. Yang dimaksud di sini
bukanlah bagaimana dua mesin atau lebih dapat saling berinteraksi, namun bagaimana
dua orang atau lebih dapat berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan alat
bantu komputer melalui program aplikasi yang ada pada komputer tersebut. (Fulk &
collins-jarvis 2001).
Dalam memasuki era globalisasi, dimana CMC menjadi suatu gebrakan baru di
dunia teknologi komunikasi, partisipan CMC harus mempunyai keahlian dalam
menggunakan komputer, dan mengetahui tentang settingan aplikasi dari media yang
digunakan, kita ambil contoh Instant Messenger yaitu Yahoo Messenger. Dalam Yahoo
Messenger, terdapat berbagai macam fitur-fitur yang berguna, seperti webcam (video
camera), voice mail, yahoo talk, dan sebagainya. Minimal, para partisipan harus
mengetahui bagaimana cara menggunakan fitur-fitur yang disediakan oleh Yahoo

22

Messenger. Hal ini dianggap sangat penting, apalagi ketika kita sedang melakukan bisnis
lintas budaya dengan orang lain. Jika kita tidak mengerti hal-hal kecil seperti itu, maka
lawan bisnis kita akan menganggap kita kurang mempunyai kredibilitas yang baik. Hal
ini akan merusak reputasi kita sebagai seorang partisipan CMC. Dalam CMC, kita juga
harus mengenal psikologis komunikan.
Computer-mediated communication (CMC) ialah suatu transaksi komunikasi
yang terjadi melalui penggunaan dua atau lebih komputer jaringan. Istilah tersebut secara
tradisional disebut komunikasi yang terjadi melalui-dimediasi format computer, misalnya,
pesan instan , e-mail , chat room. Format tersebut diterapkan pada bentuk-bentuk lain dari
interaksi berbasis teks seperti pesan teks. Penelitian CMC berfokus pada dampak sosial
yang berbeda yang didukung teknologi komunikasi-komputer. Banyak studi yang
melibatkan internet berbasis jaringan sosial yang didukung oleh perangkat lunak sosial.
Mediation ini mengacu pada proses pertukaran pesan dimana pesan disampaikan melalui
perantaraan media bentuk teknologi dari teknologi paling sederhana hingga teknologi
canggih seperti computer internet. Dalam perkembangannya komunikasi melalui media
komputer terjadi peleburan antara komunikasi Mediation (perantara) dan Immediate
(langsung). Rice (2001) menyatakan Computer Mediated Communication (CMC)
mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk melalui pertukaran informasi
menggunakan media komputer khususnya komputer internet. Internet sebagai sebuah
jaringan komputer yang memungkinkan adanya transfer data atau informasi melalui
bentuk protocol transmisi menurut sistem pengalamatan global.

2.5 Interaksi Sosial


Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang tampak
apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan

23

hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial
sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar
proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu manusia, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain (Gerungan, 2004). Kelangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam
bentuknya yang sederhana, tenyata merupakan proses yang kompleks. Sedangkan Tubbs
dan Moss dalam bukunya Human Communication (2001), suatu interaksi sosial diartikan
sebagai suatu sistem sosial dua orang atau lebih yang dilengkapi dengan beberapa aturan
dan harapan, serta beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku diantaranya.
Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi
manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya.
Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan
terisolasi. Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling ideal adalah
secara tatap muka (langsung). Interaksi tatap muka lebih memungkinkan suatu proses
yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Selain itu menurut Morey (2004),
pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi
antara pihak-pihak yang berinteraksi didalamnya. Sedangkan menurut Soekanto (2002),
suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,
yaitu: 1) Adanya kontak sosial (social-contact) dan 2) Adanya komunikasi

2.5.1 Kontak dan Komunikasi Dalam Interaksi Sosial


Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama)
dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama

24

menyentuh (Soekanto, 2002). Tetapi secara gejala sosial, kontak tidak perlu berarti suatu
hubungan badaniah. Seperti pada perkembangan teknologi dewasa ini orang-orang dapat
berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat, dan
seterusnya (Soekanto, 2002). Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak
primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan
muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder
memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan
melalui perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.
Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal dari kata Latin
kommunicatio yang artinya hal memberitahukan, hal memberi bagian dalam, atau
pertukaran (Gea, Wulandari, dan Babari, 2003). Secara lebih sempit dapat diartikan
sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan
maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima (Gea, Wulandari, dan
Babari, 2003). Menurut Soekanto (2002), bahwa komunikasi adalah ketika seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik
badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Dengan begitu orang yang bersangkutan kemudian akan memberikan reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Gea, Wulandari, dan Babari (2003) menggambarkan suatu komunikasi yang
efektif apabila si penerima pesan menginterpretasikan pesan yang diterimanya
sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. Salah satu cara terbaik untuk
memastikan bahwa pesan yang diberikan benar-benar diterima secara tepat sebagaimana
yang dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan balik pesan tersebut. Umpan balik
adalah proses yang memungkinkan seorang pengirim mengetahui bagaimana pesan yang
dikirimkannya telah ditangkap oleh si penerima atau tidak. Selain itu cara seseorang

25

mendengarkan

dan

menanggapi

lawan

bicara

juga

sangatlah

penting

dalam

berkomunikasi. Memberikan tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan dapat


menghindari kecenderungan kesalahpahaman komunikasi antara pihak terkait. Menurut
Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang
langsung (bertatap muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai
aspek psikologis. Aspek tersebut antara lain :
a. Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi jarak jauh atau
komunikasi menggunakan alat. Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus
dijalankan oleh masing-masing pihak (pemberi informasi-penerima informasi, ibuanak, ayah-anak, suami-istri, guru-murid dan lain-lain) dan ditunjukkan dengan jelas.
b. Adanya hubungan dua arah secara langsung
Dengan adanya pertukaran pesan dalam komunikasi tatap muka, terjadi saling
pengertian akan makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini yang penting
bukanlah pesannya semata, melainkan arti (meaning) dari pesan tersebut.
c. Adanya niat, kehendak, atau intensi dari kedua belah pihak Hal tersebut akan
mempercepat proses adanya saling pengertian secara kognitif dalam komunikasi antar
manusia.
Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan perantara,
seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.) mempunyai dampak yang berbeda dengan
komunikasi secara langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari, dan Babari (2003),
komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya kegagalan untuk saling
berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti si penerima menangkap makna pesan
berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :
1. Gagal menangkap maksud konotatif di balik maksud seseorang

26

2. Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni dan tidak mengembangkan
pemahamannya
3. Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi
4. Adanya gangguan fisik, misalnya gangguan suara pada telepon, hasil
cetakan yang tidak baik, tampilan layar yang kurang jelas (kabur), desain
format yang tidak baik, dan lain-lain.
Dalam menilai kualitas komunikasi antar manusia, DeVito (2007) mengatakan
bahwa komunikasi antar manusia dapat berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat menurut
keluasannya atau breadth (banyaknya atau jenis-jenis topik yang dibicarakan) dan
kedalamannya atau depth (derajat kepersonalan atau inti dalam membicarakan topik
itu).
Sedangkan menurut penelitian Mardiyanti (1996), secara garis besar terdapat
beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitannya dengan kontak sosial dan komunikasi
sebagai pengukuran dari interaksi secara langsung (tatap muka), antara lain adalah minat,
frekuensi, ruang lingkup rekan-rekan, jenis dan banyaknya topik pembicaraan, tempat
melakukan kegiatan, kedalaman komunikasi serta pola dari interaksi itu sendiri (asosiatif
dan disosiatif). Terdapat lima indikator terciptanya interaksi sosial diantaranya ;Imitasi,
dublikasi (tindakan meniru, mengcopy orang lain. baik sikap maupun life style). Sugesti
(suatu proses penerimaan pedoman sikap dari orang lain tanpa kritikan terlebih dahulu,
sebab dapat dipercaya). Identifikasi (suatu keinginan terhadap sesuatu yang dianggap
memiliki keistimewaan seperti ; ketika ada orang dewasa yang dianggap memiliki
kelebihan, dan kita menganggap diri kita sudah dewasa apabila kita sudah bisa melakukan
seperti apa yang dilakukan oleh orang dewasa tadi). Simpati, kagum (proses kejiwaan
dimana seseorang tertarik pada orang lain. baik sikap, wibawa dan perbuatannya).

27

Motivasi (suatu dorongan yang diberikan oleh seseorang pada orang lain. baik melalui
sikap, perkataan) dan lain-lain.

2.6 Persahabatan Anak Muda


Menurut Rubin (2004, h. 28), persahabatan adalah multidimensi dalam sifat dan
melayani manusia dalam berbagai cara (seperti kesenangan, harapan dan ketakutan,
menyediakan afeksi, dukungan dan keamanan emosi). Persahabatan adalah hubungan dimana
dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, dan
menyediakan dukungan emosional. (Baron & Bryne, 2006). Teman dekat didefinisikan
sebagai seseorang untuk berbicara, untuk bergantung, dan menyandarkan diri untuk
mendapatkan pertolongan, dukungan, dan kepedulian, dan bersenang-senang dalam
melakukan sesuatu (2003 Rawlins, h. 11).
Menurut Weiss (2003 h. 11), teman itu datang dan berkumpul bersama karena adanya
kesenangan, rasa akan kebersamaan, dan afiliasi emosional. Persahabatan menurut Rawlins
dalam persahabatan Tillmann-Healy (2003 h. 13) menunjukkan tali afektif (implies affective
ties). Pada teman, kita mencari trust (kepercayaan), kejujuran, hormat, komitmen,
keamanan, dukungan, kedermawanan, kesetiaan, kebersamaan, keteguhan, pengertian, dan
penerimaan. (Rubin dalam Tillmann-Healy). Dalam buku Child and Adolescent
Development, Owens (2002 h.4) mengartikan persahabatan sebagai hal berkenaan dengan
dibangunnya hubungan dyadic antara dua anak yang dikarakteristikkan dengan perasaan
saling suka yang kuat. Menurut Hartup (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah
hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan
kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi. Persahabatan adalah suatu bentuk hubungan
yang dekat yang melibatkan kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu,
menceritakan rahasia, pengertian, dan spontanitas (Santrock, 2002 h.2)

28

Pada anak usia di bawah 8 tahun, prinsip dasar untuk persahabatan adalah common
activity (aktivitas bersama), dimana anak-anak memandang teman adalah seseorang yang
menyukai mereka dan senang dengan aktivitas bermain yang sama. Pada anak usia 8-10
tahun, sudah ada kemampuan role-taking skill (keahlian mengambil peran), mulai melihat
teman sebagai individu yang mempunyai psikologis yang mirip dengannya, dapat dipercaya,
setia, baik, kooperatif, dan sensitif terhadap perasaan dan kebutuhan satu sama lain (Santrock,
2002).
Walaupun pemikiran mengenai kesetiaan dan atribut psikologis yang sama yang
ditunjukkan kepada teman juga terdapat pada remaja, tapi konsepsi remaja mengenai
persahabatan lebih fokus pada reciprocal emotional commitment (saling berkomitmen secara
emosional). Teman dipandang sebagai teman karib yang benar-benar memahami kekuatan
satu sama lain, dapat menerima kelemahan satu sama lain, dan bersedia berbagi pemikiran
dan perasaan mereka (Santrock, 2002). Walaupun anak-anak mempunyai banyak teman, tapi
sedikit dari pertemanan ini yang menjadi teman dekat. Dalam observasi Kail & Cavanaugh
(2000), beliau menemukan beberapa perbedaan penting ketika bermain antara eventual
friends (sahabat) dan nonfriends (bukan teman). Pertama, walaupun sahabat tidakselalu setuju
terhadap permainan mana yang akan dimainkan, tapi mereka dapat mengatasi konflik dengan
lebih baik daripada yang bukan teman. Sahabat lebih berhasil dalam mengkomunikasikan
sesuatu dan bertukar informasi satu sama lain. Beberapa informasi yang disampaikan sahabat
bersifat personal, dan sahabat lebih mampu melibatkan self-disclosure (pengungkapan diri).
Pada remaja, yang ditekankan adalah kesetiaan mereka dalam persahabatan. Mereka percaya
bahwa teman harus membela satu sama lain dan teman tidak boleh menipu atau
meninggalkan satu sama lain.
Penekanan pada kesetiaan dalam persahabatan remaja nampaknya juga sejalan dengan
penekanan pada keakraban dimana jika teman tidak setia, remaja merasa takut akan terhina

29

karena pemikiran dan perasaan karib mereka akan diketahui oleh banyak orang. Munculnya
keakraban dalam persahabatan remaja menunjukkan bahwa teman adalah sumber dari
dukungan sosial dan emosi (Kail & Cavanaugh, 2000).

Persahabatan mempunyai enam fungsi (Kail & Cavanaugh, 2000): yaitu yang
pertama, Companionship adalah persahabatan memberikan anak pasangan yang familier,
seseorang yang mau menghabiskan waktu dengan mereka dan ikut dalam kegiatan yang
memerlukan kerja sama. Yang kedua, Stimulation adalah persahabatan memberikan remaja
informasi yang menyenangkan, kesenangan dan hiburan. Ketiga, Physical support adalah
persahabatan memberikan waktu, sumber, dan bantuan. Keempat, Ego support adalah
persahabatan memberikan dukungan, dorongan, dan umpan balik yang dapat membantu
anak-anak menjaga kesan mereka sebagai orang yang kompeten, menarik, dan individu yang
berharga. Kelima, Social comparison adalah persahabatan memberikan informasi mengenai
kapan mereka berhadapan sebagai lawan dan kapan mereka mengerjakan sesuatu dengan
baik. Keenam, Intimacy/affection adalah persahabatan memberikan hubungan yang hangat,
dekat, dapat mempercayai individu lain, sebuah hubungan yang mempunyai pengungkapan
diri (self-disclosure).
Dalam buku Child and Adolescent Development (2002), disebutkan bahwa fungsi
persahabatan adalah Persahabatan adalah tempat dimana anak-anak memperoleh keahlian
sosial dasar seperti komunikasi dan kerjasama. Persahabatan memberi pengetahuan mengenai
diri sendiri seperti halnya memberi perngetahuan mengenai orang lain dan dunia.
Persahabatan memberi dukungan emosional ketika menghadapi stres. Persahabatan adalah
awal untuk hubungan selanjutnya (percintaan, pernikahan, dan menjadi orang tua) dimana
persahabatan memberikan pengalaman mengenai cara mengatasi kekariban dan saling
mengatur (Owens, 2002).

30

Santrock (2002) mengkarakteristikkan persahabatan sebagai berikut,


a. Kesenangan yaitu kita suka menghabiskan waktu dengan teman kita
b. Penerimaan yaitu kita menerima teman kita tanpa mencoba mengubah mereka
c. Percaya yaitu kita berasumsi bahwa teman kita akan berbuat sesuatu yan
sesuai dengan kesenangan kita
d. Respek yaitu kita berpikiran bahwa teman kita membuat keputusan yang baik
e. Saling membantu yaitu kita menolong dan mendukung teman kita dan mereka
juga melakukan hal yang demikian
f. Menceritakan rahasia yaitu kita berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat
pribadi kepada teman
g. Pengertian yaitu kita merasa bahwa teman kita mengenal dan mengerti kita
dengan baik seperti apa adanya kita
h. Spontanitas yaitu kita merasa bebas menjadi diri kita ketika berada di dekat
teman kita

Contoh persahabatan tersebut memberi gambaran bahwa persahabatan mempunyai


ciri-ciri positif dan negatif sekaligus (Bukowski & Hartup) Berikut ini adalah aspek dari
kualitas persahabatan (Bukowski, 2005):
a. Companionship : Menghabiskan waktu bersama antar sahabat.
b. Conflict : Seseorang berselisih dan berargumen dengan temannya, mereka merasa jengkel
satu sama lain dan ada ketidaksepakatan dalam hubungan persahabatan mereka.
c. Help/aid : Saling membantu, menolong dan melindungi.
d. Security : Kepercayaan bahwa mereka dapat mempercayai, bersandar pada temannya.
e. Closeness : Perasaan kasih sayang atau pengalaman spesial yang dialami olah seseorang
dengan temannya dan memperkuat ikatan orang tersebut dengan temannya.

31

Dan dalam perkembangannya dalam kehidupan sosial, khususnya anak muda yang
mempunyai suatu kelompok pertemenanan atau persahabatan punya banyak faktor yang
mempengaruhi kelompok mereka seperti berikut.
Dalam Kail & Cavanaugh, (2000) mengatakan bahwa ada empat faktor yang dapat
meningkatkan hubungan persahabatan, yaitu :
a. Kedekatan mereka satu sama lain (proximity)
b. Kesamaan akan minat dan sikap mereka (similarity)
c. Saling melengkapi kepribadian mereka (complementarity)
d. Ketertarikan fisik (physical attractiveness)

Dalam pembahasan tersebut konsep persahabatan sangat penting untuk


pelaksanaan penelitian oleh penulis, dikarenakan konsep persahabatan ini termasuk
bentuk komunikasi yang akan

digunakan oleh suatu kelompok tersebut. Bentuk

komunikasi disini yang dimaksudkan seperti bagaimana antar individu-individu


menjadikan mereka menjadi suatu kelompok pertemenan atau persahabatan. Dan konsep
persahabatan ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana proses interaksi sosial
mereka sebagai suatu kelompok terhadap kehidupan sosial yang mereka jalani.
2.7 Teori Uses and Grafitication Theory
Pendekatan uses and gratification memberikan alternatif untuk memandang pada
hubungan antara isi media dan audience, dan pengkategorian isi media berdasarkan
fungsinya. (Bungin, 2006) Dalam teori ini bukan media yang mempengaruhi khalayak
namun justru bagaimana khalayak terpuaskan oleh media itu sendiri. Namun konsep yang
diteliti oleh model Palmgreen adalah konsep GS (Gratification Sought) dan konsep GO
(Gratification Obtained).

32

Gratification Sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika
menggunakan suatu jenis media tertentu (apakah itu surat kabar, televisi atau radio).

Gratification Obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah
mengkonsumsi suatu media tertentu.
Jadi kepuasan khalayak terhadap suatu media tertentu dapat diukur berdasarkan

kesenjangan (discrepancy) antara GS dan GO. Semakin kecil discrepancynya, semakin


memuaskan media tersebut. Sedangkan semakin besar discrepancynya, semakin tidak
memuaskan media tersebut.
Walaupun masih diragukan adanya satu atau beberapa model uses and
gratification, Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses
and gratification: kondisi sosial psikologi seseorang akan menyebabkan adanya
kebutuhan, yang menciptakan harapan-harapan terhadap media atau nara sumber-sumber
lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam
aktifitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan
konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. (Bungin, 2006)
Teori ini dapat berguna untuk peneliti untuk mengetahui bagaimana tingkat
kepuasan dari manfaat smartphone yang telah digunakan. Teori juga dapat menjadi
alternatif untuk mengetahui kondisi sosial psikologis dari pengguna smartphone dalam
proses interaksi mereka, apakah mempererat atau menjauhkan kelompok pertemenan
mereka.
2.8 Review Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian pertama yang direview dilakukan oleh Ina Astari (2006) dengan judul
penelitian Pengaruh penggunaan ponsel terhadap interaksi sosial remaja ( studi kasus
SMUN 68 Jakarta ). Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat penggunaan ponsel pada
remaja cenderung tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ponsel sebagai media komunikasi

33

dan juga media hiburan dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi
remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga remaja menggunakan
ponsel cenderung pada waktu yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan
keinginan untuk mengisi waktunya. Mengenai fasilitas pada ponsel, remaja cenderung
tinggi memanfaatkan dalam kesehariannya. Tetapi dari jenis-jenis fasilitas yang
dimanfaatkan tersebut dapat terlihat bahwa remaja juga mempertimbangkan faktor-faktor
biaya, sehingga tidak terlalu memberatkan pihak orang tua sebagai sumber biaya
pengeluaran seharihari. Dengan begitu biaya pengeluaran ponsel remaja tergolong
rendah, tetapi biaya tersebut diperkirakan akan meningkat ketika remaja mulai memasuki
kegiatan perkuliahan nantinya. Remaja dalam menggunakan ponselnya sebagian besar
menghubungi pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman atau pacar.
Hal ini dikarenakan remaja merasa belum cukup untuk berkomunikasi atau berhubungan
ketika bertemu saja dengan teman atau pacar. Selain itu faktor kesibukan orang tua atau
saudara dapat menjadikan remaja jarang menghubunginya melalui ponsel.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel mempengaruhi
interaksi remaja secara tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun
perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka antara
remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat disimpulkan
bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat penggunaan ponsel
yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam karakteristik remaja, seperti
semakin tingginya beban akademik, mulai mengkonsumsi media-media massa atau
teknologi dengan tinggi serta cenderung lepas dengan lingkungan sosial keluarganya.
Dengan begitu terlihat bahwa memang kelompok usia remaja cenderung kurang
interaksinya secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya.

34

Hasil penelitian kedua yang dilakukan oleh Wihda Ayu Masyitoh (2010) dengan
judul penelitian penggunaan blackberry sebagai sarana akses informasi di kalangan
mahasiswa. Hasil analisis Penelitian ini mendeskripsikan bahwa penggunaan blackberry
dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa fisip yaitu sebagai sarana akses informasi
yang mereka butuhkan secara up to date terutama informasi mengenai berbagai jenis
informasi yang dibutuhkan bagi para mahasiswa FISIP Universitas Airlangga. Blackberry
merupakan sebuah alat telekomunikasi dimana hampir semua mahasiswa menggunakan
media tersebut, setidaknya mahasiswa fisip dapat memanfaatkannya sebagai media
sharing informasi secara lebih aktif dan Dengan adanya Blackberry dimana hampir
semua mahasiswa Fisip menggunakan media tersebut, setidaknya terdapat adanya suatu
komunitas penggunaan blackberry di wilayah fakultas FISIP, agar dapat melakukan
interaksi dan komunikasi secara global dan juga dapat menambah hubungan pertemanan
dan menambah berbagai informasi yang didapatkan dari komunitas tersebut.
Hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini dapat disajikan
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahuluan
Nama

Tahun

Judul penelitian

Tujuan

Ina Astari

2006

Mengetahui
pengaruh ponsel
terhadap interaksi
sosial

wihda ayu masyitoh

2010

Pengaruh penggunaan
ponsel terhadap
interaksi sosial remaja (
studi kasus SMUN 68
Jakarta )
Pengaruh blackberry
sarana akses informasi
di kalangan mahasiswa

Mengetahui
pengaruh
blackberry terhadap
mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka terdapat pembelajaran dalam


penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. relevansi penelitian yang pertama dengan
35

peneliti adalah peneliti dapat mengetahui bahwa penggunaan ponsel di kalangan anak
muda atau remaja ini cenderung tinggi dan proses interaksi tatap muka anak muda
terhadap lingkungan sosialnya cenderung kurang. Dalam hal ini peneliti dapat menggali
lebih dalam apakah pengaruh smartphone memiliki suatu pandangan negatif terhadap
proses interaksi sosial. Relevansi penelitian yang kedua dengan peneliti ini adalah peneliti
dapat mengetahui bahwa blacberry sebagai salah satu smartphone dapat menjadi sarana
akses informasi yang mereka butuhkan secara up to date. Dalam hal ini peneliti dapat
menggali lebih dalam bahwa smartphone memiliki kegunaan yang meluas tidak hanya
menjadi sarana akses informasi yang cepat seperti yang telah dilakukan oleh Wihda Ayu
Masyitoh.
2.9 Kerangka Pemikiran
Interaksi Sosial Anak Muda

Kelompok Pertemanan
Karakter persahabatan

Interaksi Primer

Interaksi

kelompok

Sekender

(tatap muka)

(CMC)

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

Penjelasan :

36

Peran Smartphone

Penelitian ini berangkat dari fenomena munculnya smartphone sebagai salah satu
teknologi komunikasi yang digunakan untuk proses interaksi sosial anak muda saat ini.
Terjadinya proses interaksi di kelompok anak muda itu dipengaruhi oleh faktor
kepribadian dari anggota kelompok tersebut yang memiliki kegemaran dalam suatu hal
tertentu. Dalam proses terjadinya interaksi, mereka menggunakan smartphone saat
interaksi primer maupun sekunder. Peran smartphone digunakan sebagai alat untuk
menghubungkan kepada anggota dari kelompok persahabatan itu untuk melakukan proses
interaksi primer. CMC ( Computer Mediated Communications ) dalam bentuk groupchat
adalah salah satu bagian dari smartphone yang digunakan untuk proses interaksi
sekunder.

37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Sesuai dengan judul, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor

(Indranata,

2008) metode penelitian sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data


deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat
diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, maka penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada
pengematan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubunga antara peneliti dengan
responden dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi. Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan serta menganalisis peranan
tekonologi smartphone dalam interaksi sosial anak muda.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam Suprayogo (2003), adalah pemusatan konsentrasi pada
tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit
untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan
garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian
lebih terarah. Penetapan fokus dapat membatasi studi serta berfungsi untuk memenuhi

38

kriteria keluar-masuk suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Sehingga dengan
penetapan fokus yang jelas dan mantap, dapat dihasilkan keputusan tentang data yang
benar-benar fungsional dan mendukung kepentingan penelitian. Adapun fokus penelitian
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Penggunaan smartphone
Adalah mendeskripsikan bagaimana subyek menggunakan smartphone dalam
frekuensi, pemanfaatan dan fungsinya.

2.

Interaksi sosial
Interaksi sosial adalah interaksi secara tatap muka secara langsung dengan interaksi
tidak langsung. Interaksi secara langsung terjadi apabila yang mengadakan hubungan
langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling
senyum, dll). Sebaliknya, interaksi tidak ;langsung yaitu melalui perantara seperti
smartphone. Interaksi tidak langsung disini seperti melakukan SMS, BBM, atau
model Chat ( whatsapp, line ).

3.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Malang. Lebih tepatnya di area kampus
Universitas Brawijaya Malang. Area kampus tersebut dipilih dikarenakan area kampus
terdapat banyak anak muda yang menuntut ilmu di Universitas Brawijaya Malang, oleh
karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa banyaknya anak muda itu mempunyai
suatu perkumpulan kelompok pertemenan dan memiliki smartphone. Pengguna
smartphone disini sangat penting karena smartphone sebagai sarana pengganti interaksi
mereka yang dilakukan saat mereka sedang tidak berkempul secara bersamaan.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian dalam Moleong (2005), kualitatif bersifat naratif dan dekriptif.
Berdasarkan jenisnya, data dalam penelitian kualitatif terdiri atas kata-kata dan tindakan,

39

sumber data tertulis, foto dan statistik. Jenis data yang berupa sumber tertulis terdiri atas
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen resmi itu sendiri terdiri atas dokumen
internal (memo, pengumuman, instruksi dalam kalangan tertentu) dan dokumen eksternal
(majalah, buletin dan berita yang disiarkan melalui media massa).
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber data yang berkaitan
dengan sumber informasi yang menjadi fokus penelitian. Sumber data tersebut terdiri
dari:
3.4.1 Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan. Jadi data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan
pencatatan lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui interview
(wawancara) dan hasil observasi yang dilakukan dengan informan atau narasumber
yang berhubungan dengan dampak penggunaan smartphone dalam interaksi sosial.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah datadata yang diperoleh dari dokumendokumen, arsip
arsip, dan kepustakaan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data ini
digunakan untuk melengkapi data primer yang telah ada. Data ini berupa gambaran
umum tentang objek penelitian yakni latar belakang objek penelitian, tujuan dan
sebagainya.
3.4.3 Tehnik pemilihan informan
Pemilhan informan disini adalah anak muda yang mempunyai kategori sebagai
berikut :
1. Anak muda yang memiliki dan menggunakan smartphone.
2. Anak muda yang mempunyai kelompok pertemanan.

40

3. Kelompok pertemanan yang dimiliki anak muda tidak terganggu dengan


keberadaan smarphone dalam interaksi mereka.
Sesuai dengan justifikasi alasan pemilihan judul, seperti yang telah dikemukakan
dalam bab 1, halaman 4 bahwa ada kondisi-kondisi tertentu dimana interaksi kelompok
anak muda yang tidak terganggu dengan kehadiran smartphone ini. Oleh karena itu
peneliti berusaha memastikan dalam observasi awal bahwa kelompok pertemanan yang
dijadikan subjek penelitian adalah mereka yang tidak terganggu dengan keberadaan
smartphone dalam interaksi mereka. Kondisi ini diperkuat dengan seringnya peneliti
berada bersama dengan kelompok tersebut (karena peneliti tinggal bersama dengan
beberapa dari anggota kelompok persahabatan tersebut).

3.5 Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan
untuk melihat secara langsung yang menjadi objek penelitian. Observasi yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode observasi terus terang. Menurut Sanafah Faisal
dalam Sugiyono (2007) metode observasi terus terang terjadi ketika peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang bahwa sedang melakukan
penelitian.
2. Metode Wawancara (Interview)
Teknik wawancara dalam Moleong (2005), merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu berupa pedoman wawancara. Adapun
model wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah model wawancara semi terstruktur
yaitu peneliti telah menentukan format masalah yang akan diwawancara berdasarkan
masalah yang akan diteliti.

41

3. Dokumentasi
Dokumentasi

dilakukan

untuk

melihat

konten

interaksi

kelompok

persahabatan dalam smartphone. Dengan seizin para informan, screen dicapture untuk
kemudian dianalisis agar dapat diketahui fungsi smartphone bagi kelompok pertemanan
ini.
3.6 Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka dalam penelitian ini analisis data yang
digunakan adalah model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (dalam sugiyono
2011) mengemukakan bahwa bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilaukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Berikut tahapan dalam analisis Miles dan Huberman yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan penarik kesimpulan. Berikut penjelasan analisis
data.
Pertama, pengumpulan data. Tahap ini peneliti mengumpulkan data. Data
kualitatif berupa hasil wawancara kepada informan. Selain itu semua dokumentasi yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di lapangan (sugiyono 2011).
Kedua, Reduksi data. Tahap ini merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pengabstraksian, dan pentransformasi data kasar dari lapangan. Ketika peneliti
menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain
yang dirasa peneliti lebih mengetahui ( Basrowi & Suwandi 2008).
Ketiga, Penyajian data. Pada tahapan ini peneliti menyajikan data yang masih
mentah menjadikannya tersusun dan tertata secara baik. Bentuk penyajian data yang
digunakan salah satunya berupa teks naratif ( Basrowi & Suwandi 2008).

42

Keempat, Menarik kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah


sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Dalam tahap ini peneliti membuat
proporsi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada,
pengelempokan data yang telah terbentuk , dan proporsi yang telah dirumuskan
sebelumnya. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap dengan
temuan baru yang berbeda dari temuan yang sudah ada (Basrowi & Suwandi 2008).

43

Gambar 1
Komponen Analisis Data Model Interaktif

Sumber : Milles dan Huberman (dalam sugiyono 2011)


Dalam proses analisis yang akan dilakukan maka tahap awal yang dilakukan
melakukan pengumpulan data sesuai denan topik atau tema penelitian. Selajutnya dari
proses pengumpulan data akan dilakukan proses reduksi data sehingga dapat dilakukan
untuk proses penyajian data sehinga dapat digunakan sebagai dasar untuk penarikan
kesimpulan dari hasil data penelitian yang dilakukan.
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data, peneliti akan menggunakan teknik triangulasi
data yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar
data itu (Moleong, 2006: 330). Teknik ini bertujuan untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data hasil penelitian. Triangulasi merupakan cara terbaik
untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan
dari berbagai pandangan. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yaitu
menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan

44

data. Misalnya selain melalui wawancara dan observasi peneliti menggunakan observasi
terlibat (participant observation), dokumen tertulis, catatan, foto dan gambar (Moleong,
2008).
3.8 Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada
informan yang akan di wawancara. Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan
kepada informan yang diteliti, peneliti menjelaskan maksud dari penelitian. Untuk
menjaga

kerahasiaan

informan,

dalam

lembar

pengumpulan

data

penelitian

mencantumkan nama samaran dari informan. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi


yang diperoleh dari informan. Penelitian ini dijalankan setelah mendapatkan persetujuan
secara suka rela dari setiap informan dengan memberikan keterangan mengenai tujuan
dan cara penelitian.

45

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Subyek Penelitian


Persahabatan adalah hubungan dimana dua atau beberapa orang menghabiskan
waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, dan menyediakan dukungan
emosional. (Baron & Bryne, 2006). Dari teori tersebut, penulis melakukan observasi
untuk mencari suatu kelompok teman yang sering menghabiskan waktunya bersamasama. Dalam observasi tersebut, peneliti mendapatkan 2 kelompok sahabat yang
mempunyai intensitas berkumpulnya hampir sering dikampus maupun diluar kampus.
Kelompok yang pertama terdiri dari 4 orang dengan nama samaran yaitu Dimas,
Ardi, Dypta, Edo. Kelompok yang kedua terdiri dari 3 orang dengan nama samaran pula
yaitu Faisal, Rizky, dan Indah. Sesuai dengan etika penelitian yang telah ditentukan untuk
menjaga kerahasiaan informan, dalam pengumpulan data penelitian tidak dicantumkan
nama asli informan melainkan nama samaran. Berikut pemaparan profil informan.
Dimas adalah mahasiswa ilmu komunikasi angkatan 2009, dia berasal dari
Madiun dan menjadi perantauan di kota Malang. Lahir di Madiun pada 9 desember 1991,
menghabiskan banyak waktunya di Madiun karena sekolah dari SD, SMP, SMA di kota
tersebut. Dimas mempunyai ketertarikan di musik, olahraga, dan otomotif. Sesuai dengan
objek penelitian dia adalah pengguna smartphone jenis sony experia X8. Dia
menggunakan smartphone sudah lumayan lama, kurang lebih 2 tahun, dia menggunakan
smartphone ini karena dia merasa cocok dengan smartphone tersebut. Menurut dimas
harga dan fasilitas smartphone ini sangat cocok dengan kebutuhannya.

46

Informan yang kedua adalah Ardi, mahasiswa ilmu komunikasi angkatan 2009,
berasal dari Jogjakarta dan saat ini sedang kuliah di Malang. Lahir di Jogja pada 2 agustus
1991 dan menghabiskan waktu pendidikannya di Jogja sebelum melanjutkan Pendidikan
di Malang. Dia mempunyai ketertarikan terhadap musik dan olahraga. Ardi ini juga
pengguna smartphone dengan jenis iphone 4S. Dia menggunakan smartphone ini sudah
hampir 2 tahunan, dan menurutnya smartphone miliknya sangat cocok dengan
kebutuhannya selama ini.
Edo adalah mahasiswa komunikasi angkatan 2010, berasal dari kota Malang.
Lahir pada 24 mei 1992 di kota yang sama, dia mempunyai ketertarikan pada olahraga.
Edo mempunyai smartphone dengan jenis Andromax U, dia menggunakan smartphone
sebenarnya sudah hampir 3 tahunan, karena smartphone yang baru dimiliknya ini adalah
smartphone jenis yang baru. Sebelumnya dia menggunakan blackberry.
Informan yang selanjutnya adalah Dypta. Dia mahasiswa komunikasi 2010,
berasal dari kota Malang dan saat ini juga tinggal di kota yang sama. Lahir di Malang
pada 19 juni 1992 dan mempunyai ketertarikan pada musik dan olahraga. Dypta adalah
pengguna smartphone berjenis Iphone 3GS. Dia menggunakan smartphone ini sudah
hampir 2 tahunan.
Informan dari kelompok yang kedua, yang pertama adalah Rizki, seorang
mahasiswa komunikasi angkatan 2010 yang berasal dari kota Malang dan berdomisili di
kota yang sama. Dia lahir pada 13 mei 1992 di kota Malang. Dia mempunyai ketertarikan
di bidang musik sejak lama. Dalam aktivitas interaksinya dia menggunakan smartphone
samsung galaxy grand, dan dia sudah menggunakan smartphone tersebut selama 2 tahun.
Informan yang kedua yaitu Faisal, seorang mahasiswa politik angkatan 2010,
berasal dari kota Madiun. Lahir pada 17 juni 1992, dia memiliki ketertarikan pada
olahraga. Dia menggunakan smartphone iphone 4 selama 2 tahun.

47

Informan yang terakhir dari kelompok yang kedua adalah Indah. Seorang
mahasiswa komunikasi angkatan 2010, berasal dari kota Surabaya. Dia memiliki hobby
traveling, selama proses interaksinya dengan teman-temannya dia menggunakan
smartphone galaxy ace 2 yang telah digunakan selama lebih dari 1 tahun.

4.2 Penyajian Data


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan smartphone dalam
interaksi sosial anak muda, oleh karena itu data yang telah diambil oleh peneliti melalui
observasi dan hasil wawancara dengan informan ini disajikan sesuai dengan urutan fokus
penelitian yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, yaitu mengenai penggunaan
smartphone anak muda tersebut.

4.2.1 Penggunaan Smartphone


Dari hasil wawancara dengan informan penelitian didapatkan bahwa
penggunaan smartphone di kalangan anak muda atau kelompok persahabatan ini cukup
beragam. Hal yang paling utama yang digunakan oleh informan pada smartphonenya
adalah untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama, baik melalui telepon, sms,
atau menggunakan aplikasi yang lain seperti whatsapp, line, atau BBM seperti hasil
wawancara berikut ini :
Smartphone saya biasa saya gunakan untuk komunikasi ma temen-temen mas,
kan saya pakai bbm, line, whatsapp.(wawancara dengan dimas pada tanggal 3
februari 2014 di kos Dimas)
Hpku tak buat komunikasi ma temen-temen ajah mas, hampir semua sosial
media saya pakai seperti bbm, line, wa, instagram, path, twitter, ya gitu-gitu aja
sie mas. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 3 februari 2014 di tempat kos
ardi )
Selain digunakan untuk komunikasi atau interaksi dengan sesama, para
informan juga menggunakan smartphonenya untuk menggunakan beragam media sosial
48

seperti twiiter, path, youtube,dan lain-lain atau para informan menggunakan


smartphonenya untuk dijadikan modem sehingga bisa terkoneksi dengan internet untuk
mengakses google, email, bahkan bermain game online, seperti hasil wawancara berikut :
Hpku tak pakai komunikasi ma anak-anak mas, lewat sosmed kaya bbm, line,
twitter, dan yang lain-lain. Tapi aku hpku juga buat internetan kaya cari-cari
data apa ajah di google, liat video di youtube juga, kadang tak buat modem
juga nie hp, kan bisa tuh disingkronin ke laptop untuk jadi modem. (
wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 di kontrakan peneliti )
Hpku tak gunain buat komunikasi ma temen-temen mas, lewat sosial media
kayak wa, line, bbm, twitter juga, selain itu ya tak buat internetan mas, kaya
cari-cari apa aja di google, liat- liat email kadang, ya seperti itulah .
(wawancara dengan Edo pada tanggal 3 februari 2014 di kontrakan peneliti )
Hpku tak buat komunikasi ma temen-teman lewat sosial media seperti
whatsapp, line, BBM, twitter, path, dan masih banyak lagi mas. Kadang tak
buat main game juga. ( wawancara dengan Faisal pada 8 Februari di kontrakan
peneliti )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa selama
ini penggunaan smartphone oleh informan sangat beragam, ada yang menggunakan
smartphone untuk melakukan komunikasi atau interaksi dengan individu yang lain, bisa
digunakan untuk mengakses internet seperti email, google, dan yang lainnya seperti
bermain game. Selain itu juga ada yang menggunakan smartphonenya untuk mengakses
media sosial seperti twitter, path, instagram dan yang lainnya, selain itu juga ada beberapa
informan yang menggunakan smartphonenya untuk bermain game, mengambil foto dari
aplikasi kamera dan juga menggunakan smartphonenya untuk dijadikan modem agar
dapat mengakses internet lewat media yang lain seperti komputer atau laptop.
Dari sisi intensitas penggunaan smartphone, hasil dari wawancara kedua
kelompok memiliki kesamaan yaitu sama-sama menggunakan smartphone dengan
intensitas yang tinggi. Hal ini diungkapkan dalam wawancara berikut :

49

lumayan mas kurang lebih ya 12 jam, hampir setiap saat liat hp, liat jam aja
ya pake hp mas, soalnya ga ada ja. ( wawancara dengan Dimas pada tanggal
3 februari 2014 di kos Dimas )
lumayan mas kurang lebih ya 12 jam, hampir setiap saat liat hp, bangun tidur
pertama ya liat hp, pas kumpul ya liat hp, pas kemana ajah ya tetep pegang hp
buat check in di aplikasi Path kalo kita lagi dimana gitu, biar ga dikira cupu2
amat mas.( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 dikos
Dypta )

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pemakaian smartphone para


informan memiliki waktu pemakaian sehari yang cukup tinggi, dimana hampir setiap
waktu smartphone selalu digunakan. Hal ini dikarenakan smartphone mempunyai fasilitas
yang lebih dari handphone biasa. Para informan banyak menggunakan aplikasi media
sosial yang banyak tersedia di smartphonenya.
Dari sisi pengaruh umum penggunaan atau pemakaian smartphone oleh para
informan ini terdapat beberapa faktor seperti menggunakan smartphone yang mempunyai
sistem operasional yang bisa digunakan untuk kebutuhannya, harga dari smartphonenya
juga terjangkau sesuai porsinya, serta mempunyai fasilitas yang dirasa sudah sesuai
dengan kebutuhan para informan. Hal ini dibuktikan dalam hasil wawancara sebagai
berikut.
Saya menggunakan hp sony X8 ini karena OSnya sudah cukuplah untuk
kebutuhan saya, sudah bisa buat nginstall sosmed yang saya butuhin kaya BBM,
Line, Whatsapp, Twitter, trus untuk memorynya juga uda cukup buat kebutuhan
saya ( wawancara dengan Dimas pada 3 February 2014 )
Saya pilih iphone 4s ini karena saya rasa fasilitasnya cukup bisa bersaing di
jaman sekarang ini, untuk sosial media, semua bisa diinstal, tapi saya cuma
instal BBM, Line, Whatsapp itu buat berinteraksi sama anak-anak, yang lain
kaya Twiiter, Path, Instagram juga saya unduh, untuk fasilitasnya kaya kamera
juga lumayan kalo buat sekedar foto-foto, banyak aplikasi dari fotonya juga,
trus memorinya juga besar, walaupun harganya juga lumayan tinggi, tapi
menurut saya pas-pas ajah dengan apa aja yang bisa ditampilkan sama iphone
ini ( wawancara dengan Ardi pada 3 February 2014 )

50

Saya pilih galaxy grand ini karena Osnya sudah lumayan updated, fasilitasnya
juga lumayan okelah untuk kebutuhan saya pribadi, harganya juga terjangkau
menurutku ( wawancara dengan Rizky pada 8 Februari )
Dari sebagian hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pengaruh dari para informan memilih atau menggunakan smartphonenya berdasarkan
beberapa faktor seperti smartphone yang digunakan sudah mempunyai sistem operasional
yang sudah kekinian atau masa kini, yang kedua smartphone yang digunakan mempunyai
harga yang sesuai dengan fasilitas yang disajikan oleh smartphone tersebut. Dengan
adanya fasilitas yang beragam untuk memenuhi kebutuhan para informan, terdapat
beberapa manfaat dari penggunaan smartphone tersebut. Manfaatnya seperti bisa
berinteraksi dengan banyak teman, bisa dengan cepat mengetahui informasi atau berita
terbaru melalui aplikasi sosial media, bisa mengakses atau digunakan untuk internet. Hal
ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut.
Manfaatnya smartphone ini tentunya lumayan banyak ya mas, kaya bisa
interaksi sama temen-temen melalui sosmed kaya line, bbm, dan yang lain. Kalo
dipikir-pikir ya bisa ngirit pulsa juga, kan kalo sudah dipaketin ke internet,
sosmednya bisa diakses, trus interaksi lewat situ juga uda bisa. (wawancara
dengan Edo pada 3 february 2014)

Manfaatnya banyak mas, selain bisa interaksi ma temen- temen, bisa juga liat
update berita dari sosmed, contohnya kaya aku punya twiiter, trus ngefollow
info malang, trus adminnya info malang ngetweet di jalan mana gitu macet, nah
seperti itu kan informasi tuh, jadinya kita bisa tahu. Belum lagi kalo kita install
detik.com tuh, kan setiap menit ada aja berita tuh yang ditampilin, bermanfaat
deh pokoknya. ( wawancara dengan Dimas pada 3 february 2014 )
Lumayan banyak manfaat seh smartphone ini, kalo smartphone kan jelas beda
sama hp biasa, smartphone kan bisa untuk ngakses internet tentunya kalo
dipaketin sih, walaupun ga dipaketin kan semua smartphone kan ada fasilitas
WiFinya tinggal cari tempat WiFi, trus kita gunain juga bisa ngakses internet,
ga Cuma itu, kadang saya juga smartphone saya buat modem untuk laptop, kan
ada fasilitas hotspot pribadinya juga, ( wawancara dengan Ardi pada 3 Februari
2014)
Dari sebagian hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan
secara umum smartphone oleh informan mempunyai manfaat yang beragam seperti bisa
51

berinteraksi melalui sosial media, yang kedua bisa mendapatkan informasi terbaru dari
mengakses internet, serta bisa dijadikan modem, karena smartphone dapat disingkronkan
ke laptop atau PC.
4.2.2 Kontak Sosial dan Komunikasi primer
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, interaksi sosial tidak akan
mungkin terjadi jika tidak adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak disini bisa
bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan
langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling
senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubunganhubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara disini adalah smartphone.
Kontak primer yang dilakukan oleh kelompok pertemenan yang tediri dari
Dimas, Ardi, Edo, Dypta ini dikakukan hampir setiap hari. Hal ini bisa dibuktikan dari
hasil wawancara seperti berikut.
Kumpulnya hampir setiap hari mas, kadang di parkiran kampus, kadang juga
di kantin kampus belakang sakri, bahkan juga sering kumpul diluar kampus saat
nongkrong ngopi2 dimana gtu mas. Apalgi kita jarak kosannya juga ga terlalu
jauh, bahkan ada juga salah satu yang sekosan sama saya, pokoknya hampir
seringlah mas. ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 dikos
Dimas )
kumpulnya ya ketemu gitu mas, setelah pulang kuliah, pas nongkrong gitu, pas
dikosan atau dikontrakan temen yang lain, pokoknya ya kumpul aja secara
langsung ( wawancara dengan Dypta pada tanggal dypta pada tanggal 3
februari 2014 dikos Dypta )
kumpulnya ya ketemu gitu mas, setelah pulang kuliah, pas nongkrong gitu, pas
biliard, pas futsal. Intinya kalo uda janjian ketemu ya kita kumpul. (
wawancara dengan Ardi pada tanggal 8 februari 2014 di tempat Ardi )
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa proses
berkumpulnya para informan dengan teman-temannnya tidak dipengaruhi atau ditentukan
oleh jadwal khusus sehingga setiap saat dapat berkumpul dengan teman dalam

52

kelompoknya. Jadi proses berkumpulnya tidak hanya dilakukan di dalam kampus namun
demikian juga dilakukan di luar kampus.
Kedua kelompok ini juga mempunyai intesitas kebersamaan yang sering. Hal ini
bisa dibuktikan dalam hasil wawancara seperti berikut.
Kalo proses bertemunya dengan teman-teman ya bisa dikatakan hampir sering
mas kumpulnya bahwa setiap hari pasti ketumu baik dikampus maupun diluar
kampus, karena ya itu juga intensitas ketemunya juga setiap hari soalnya (
wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 di kos Dimas )

Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya dan yang pasti pertemuan
yang saya lakukan yaitu dalam seminggu bisa 3-4 kali, namun demikian hal
tersebut tergantung kebutuhan ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8
februari 2014 di tempat Ardi )
Intesitas pertemuan yang saya lakukan dengan teman bisa dikatakan hampir
sering mas kumpulnya. Seminggu bisa 3-4 kali dan itu dapat lebih tergantung
kepentingan juga ( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 februari 2014 di
tempat Edo )
Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya, karena setiap ada keperluan
apa saya selalu berkumpul dengan teman-teman untuk membahas
permasalahan itu( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 di
kos Dypta )

Kelompok yang kedua yang tediri dari Faisal, Indah, dan Rizky mempunyai
intensitas yang sama dengan kelompok yang pertama. Hal ini dibuktikan dalam
wawancara senagai berikut.
kalo ditanyai mengenai intensitas pertemuan dengan teman menurut saya bisa
dikatakan hampir sering mas kumpulnya. Pokoknya kalo ga sibuk ya kumpul,
ga ada batas waktu kapan kita kita kumpul-kumpulnya ( wawancara dengan
Indah pada tanggal 8 februari 2014 )
Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya, Pokoknya kalo ga sama-sama
lagi sibuk ya kumpul kitanya( wawancara dengan Rizky pada tanggal 8
februari 2014 di kampus )

53

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama ini
informan penelitian dalam melakukan pertemuan dengan rekan atau temannya tidak
dibatasi waktu tertentu, sehingga apabila terdapat kesempatan dan kepentingan maka
proses pertemuan dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa proses pertemuan yang
dilakukan menunjukkan kemampuan seorang informan untuk menyesuaikan diri dengan
kelompok yang ada sehingga adanya kelompok tersebut memberikan manfaat dari proses
pertemuan tersebut. Kedua kelompok sahabat ini lumayan lama. Kebersamaan kelompok
sahabat ini sudah terjalin saat mengawali perkuliahan di Universitas yang sama di kota
Malang.
Hal ini diungkapan oleh Dimas Sudah lama pas kumpulnya, udah dari awal
semester, sampai sekarang, ya hampir 4 tahunan ini kita kumpulnya. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Indah Ya kenalnya dari sejak masuk kuliah, sampai sekarang,
sering bersama seh.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua individu tersebut
mempunyai suatu kelompok teman yang selalu bersama dalam jangka waktu yang tidak
sebentar. Dan dalam proses berkumpul kelompok ini juga sering saling tukar menukar
informasi dalam segala hal, saling membicarakan sesama individu satu dengan yang
lainnya, serta mempunyai topik bahasan yang meluas baik itu mencakup di dalam
ataupun diluar kegiatan dan kehidupan mereka. Kedua kelompok ini juga mempunyai
keberagaman topik yang dibahas saat berkumpul. Berikut hasil wawancara dengan
kelompok yang pertama.
Banyak mas, kadang urusan kampus, akhir-akhir ini sering bahas urusan
kampus karena sudah pada ambil skripsi smua mas, tapi kebanyakan ya bahas
secara umum mas, entah itu berita terbaru, kadang bahas otomotif, bahas
sepak bola, banyaklah mas, pokoknya sesuai mood, pengen bahas apa ya
dibahas. ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 dikos
Dimas )

54

Banyak mas, urusan kampus, curhat pacar, curhat masalah keluarga juga.
Curhat masalah pribadi juga, pokoknya ya ajang sharing gtulah mas, kadang
tuker-tukeran informasi juga. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8
februari 2014 di tempat Ardi )
Banyak mas, urusan kampus, curhat pacar, curhat masalah keluarga juga.
Curhat masalah pribadi juga, pokoknya ya ajang sharing gtulah mas, kadang
tuker-tukeran informasi tentang otomotif, bola, game kadang-kadang, banyak
pokoknya mas.( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 februari 2014 di
tempat Edo )
Banyak mas, urusan kampus, kaya skripsi, ngebahas dosen, urusan yang lain
juga kaya updated news, banyaklah mas. Tergantung mood, pengen bahas apa
ya dibahas. ( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 Februari 2014 di
tempat Dypta )
Sedangkan kelompok yang kedua yang terdiri dari Faisal, Rizki, serta Indah juga
memiliki keanekaragaman dalam membahas topik saat mereka bertemu seperti hasil
dalam wawancara berikut.
Banyak curhatnya tentang masalah pribadi seh mas, kadang curhat pacarnya
masing-masing, keluarga, urusan kampus pastinya.( wawancara dengan Faisal
pada tanggal 8 februari 2014 )
: banyak mas, urusan kampus, kaya skripsi, ngebahas dosen,kadang ngebahas
orang lain juga tau lah cewek kaya gimana. ( wawancara dengan Rizky pada
tanggal 8 Februari 2014 di kampus )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama ini
berbagai permasalahan dapat dibahas ketika melakukan pertemuan, baik permasalahan
mengenai kampus atau kuliah juga masalah-masalah pribadinya. Selain itu dalam proses
pertemuan juga membahas mengenai informasi-informasi umum yang terbaru sehingga
informan benar-benar mendapatkan infomasi yang sangat berguna.
Hasil penelitian yang lain telah ditemukan suatu identitas karakter persahabatan
dari kedua kelompok persahabatan tersebut. Kelompok ini yang tediri Dimas, Ardi, Edo,
dan Dypta ini mempunyai karakter persahabatan yang lebih solid dari kelompok yang
kedua yang terdiri dari Faisal, Rizky, dan Indah. Kedekatan atau keakraban dari

55

kelompok yang pertama ini lebih erat, selain intensitas mereka yang sering, mereka juga
saling membantu dalam segala hal bahkan juga saling bekerja sama.

Hal ini diungkapkan oleh Dimas Sangat deket banget mas, aku sama Ardi neh
kan ngekos, kita sering nginep di tempatnya Edo ma Dypta, begitu juga
sebaliknya mas, mereka juga sering nginep dikosan kita. Apalagi kita punya
kesukaan yang sama sama sepak bola, akhirnya ya tambah tambah dikit temen
yang lain kita punya tim futsal sendiri mas, futsalnya juga hampir rutin
seminggu sekali, kadang ya 2x, tergantung mood sama nyesuiain keadaan
masing2 aja mas ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 di
kos Dimas )
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Edo ya dibilang deket ya deket banget
mas, misal kalo aku bosen ya ke kosan mereka, kadang mereka juga yang
kerumah. Pernah saling bantuin juga seh, pas itu dirumah ada acara, anak2
bantuin smuanya yang dirumah juga, kebalikan juga seh aku pernah bantuin
dalam hal ekonomi juga, kan mereka anak kosan, belum dikirim sama ortunya
disana ya ngutang ma ane lah, biasa anak kosan, , pas nongkrong kita mah bisa
tambah rame, kan kadang2 sambil ajak pacar masing2, yang punya pacar seh,
trus yang ga punya bisa minta kenalin temen pacar kita gtu2 lah. pokoknya
deket banget lah mas. ( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 februari 2014
di tempat Edo )

Hal ini berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu anggota
dari kelompok yang kedua seperti berikut.
Kalo dibilang deket ya deket, kita kan sering kumpul, sering curhat-curhatan,
tapi bisa juga dibilang ga deket, soalnya setiap individu kan punya banyak
perbedaan juga, banyak samanya tapi juga banyak bedanya sie. ( wawancara
dengan Indah pada tanggal 8 februari 2014 di kampus )

56

Dari hasil wawancara tersebut terdapat perbedaan pandangan dari kedua


kelompok persahabatan tersebut. Hal itu bisa terjadi dikarenakan anggota dari kelompok
yang pertama mempunyai kesamaan minat dalam hal berolahrga yaitu sepak bola, bahkan
kelompok yang pertama ini mempunyai suatu tim futsal yang intensitasnya dalam sebulan
sering melakukan latihan bersama hampir 6-7 kali. Hal tersebut didapatkan saat peneliti
melakukan observasi terhadap kelompok yang pertama dalam durasi lebih dari satu bulan.
Sedangkan kelompok yang kedua terkesan tidak erat dikarenakan satu individu dengan
individu yang lainnya dalam kelompok tersebut mempunyai ketertarikan minat yang
berbeda-beda.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan perbedaan antara kelompok
pertama dan kelompok kedua. Kelompok yang pertama ini hampir tidak ada konflik atau
permasalahan yang serius terhadapa para individunya. Sedangkan dari kelompok yang
kedua pernah mempunyai konflik atau masalah yang cukup serius sehingga membuat
hubungan dari setiap individu dari kelompok tersebut renggang. Akan tetapi suatu konflik
atau masalah tersebut tidak berlangsung lama, dikarenakan hubungan antara individu dari
kelompok yang kedua ini sudah saling membutuhkan satu dengan lainnya. Hal ini bisa
dibuktikan dalam hasil wawancara berikut.
Kita ga pernah ada masalah yang serius mas, dalam persahabatan kita,
paling yang kecil-kecil ajah misal, kita kan punya tim futsal kan ya mas, trus
saat sparing sama sapa gitu kita kalah, jelas dunk agak kecewa kan ya kalo
kalah, tapi ya abis gitu ga kecewa trus2an mas, malahan kalo pas suntuk bareng
gtu malah tambah akrab. Kan lagi pas barengan gtu ya betenya, abis kalah
futsal gtu misal, gak lama ya pindah jadi seneng-seneng yang lain kaya kita
biliard bareng gtu, jadi malah seneng2 trus jadinya, soalnya gak ada gunanya
marahan sama temen tuh, udah cukup marahan sama pacar aja mas. (
wawancara dengan Ardi pada tanggal 3 Februari 2014 di tempat Ardi )

57

Hal yang berbeda diungkapkan oleh salah satu anggota dari kelompok yang
kedua yang diwakili oleh Faisal seperti berikut.
Kalo masalah dalam pertemanan ya pasti ada lah mas, seperti beda pendapat
atau apalah banyak kok, kadang curhat masalah pacar gitu kan ya, tiba-tiba
kita ga sepaham gitu ya pasti marahan, tapi gak lama juga seh marahannya,
paling 2-3 hari ya paling maaf-maaf an lagi, soalnya kita uda lama knal, saling
ngerti satu sama lain, ya mungkin uda ngerasa nyaman ajah satu dengan yang
lainnya. ( wawancara dengan Faisal pada tanggal 8 Februari 2014 )

Dari hasil hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok yang
pertama dan kelompok yang kedua mempunyai perbedaan karakter persahabatan mereka
masing-masing. Kelompok yang pertama hampir tidak memiliki masalah yang serius,
adapun masalah, mereka pasti bisa menyelesaikan dengan kegiatan yang mereka suka
bersama, sedangkan kelompok yang kedua dalam proses persahabatannya pernah
memiliki masalah yang dianggap serius. Masalah yang sering ditimbulkan akibat
kesalahpahaman dari individu satu dengan individu yang lain dari kelompok itu sendiri.
Akan tetapi mereka memiliki cara untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan cepat dikarenakan setiap individu dari kelompok tersebut sudah memiliki
kenyamanan sendiri.
4.2.3 Peran Smartphone Dalam Interaksi Primer
Dalam interaksi primer dari kelompok yang diteliti smartphone memiliki peran
yang sama dari sudut pandang kedua kelompok tersebut. Kelompok yang pertama dan
kedua menggunakan smartphone digunakan untuk alat bantu mereka untuk bertemu
secara tatap muka atau interaksi primer, tidak jarang juga smartphone yang mereka pakai
digunakan untuk berinteraksi dengan yang lain di luar kelompok pertemanan tersebut.
Yang kedua smartphone memiliki peran sebagai topik bahasan yang diangkat dalam
interaksi primer dari kelompok tersebut, melalui media sosial yang mereka gunakan. Hal
ini diperkuat dari hasil wawancara sebagai berikut.
58

ya masi mas, urusan teman kalo pas lagi kumpul ya masi pegang hp masing2,
soalnya ya masi tetep interaksi sama yang lainnya misal pacar, atau liat-liat
timeline twitter, pokoknya ya tetep masi pegang hp mas. (Wawancara dengan
Dimas pada tanggal 3 Februari)
ya masi mas, urusan teman kalo pas lagi kumpul ya masi pegang hp masing2,
soalnya ya masi tetep interaksi sama yang lainnya misal pacar,teman yang
lain, ortu, kadang kita sering bahas topik yang lagi booming gtu dari info yang
kita dapet dari sosmed mas. (Wawancara dengan Ardi pada tanggal 8
Februari)
masih pegang hp sie mas, kan lihat timeline di twiiter, updated news di
goal.com juga, kadang liat-liat kaskus juga, dan masih interaksi sama temen
saya yang lainnya mas, ada temen, ada pacar, kadang smsan ma orang rumah
juga. (Wawancara dengan Edo pada tanggal 8 Februari 2014)
ya masi mas, urusan teman kalo pas lagi kumpul ya masi pegang hp masing2,
soalnya ya masi tetep interaksi sama yang lainnya misal pacar,teman yang
lain, ortu atau liat-liat timeline twitter, path, istagram, edit2 foto pokoknya ya
tetep masi pegang hp mas. (Wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 Februari
2014)
Hasil tersebut menunjukkan bahwa selama ini dalam proses komunikasi secara
langsung, kelompok ini melakukan komunikasi atau interaksi dengan individu yang lain
menggunakan smartphonenya diluar kelompok pertemanan atau persahabatan mereka, hal
yang menarik dari kelompok yang diteliti ini adalah peneliti tidak menemukan adanya
penggunaan smartphone untuk mengalihkan perhatiannya pada interaksi primer yang
mereka lakukan, hal ini bertentangan pada hasil riset yang dilakukan oleh Wihda Ayu
pada 2010 yang beranggapan bahwa smartphone hanya menjadi sarana akses informasi
yang cepat dalam proses interaksi sosial mereka, akan tetapi smartphone dapat menjadi
alat bantu mereka dalam melakukan interaksi dengan yang lain diluar kelompok mereka.
Selain itu, dalam penelitian kelompok pertemenan ini tidak terjadi kebosanan atau
kecanggungan dalam hal interaksi yang mereka lakukan. Hal ini juga bertentangan dari
penelitian yang dilakukan oleh Ina Astari pada 2006 yang beranggapan bahwa ponsel
mengurangi kualitas interaksi primer di kalangan remaja. Hal tersebut bisa terjadi
dikarenakan adanya perkembangan dari objek yang diteliti. Objek dari Ina astari (2006)
adalah ponsel atau telepon selular yang kebanyakan besar hanya digunkan untuk telepon
59

dan sms. Sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah smartphone yang tidak hanya
digunakan untuk telepon dan sms, melainkan bisa digunakan untuk hal yang lainnya
seperti mengakses internet, menggunakan sosial media yang ada seperti twiiter, path serta
yang lain sehingga bisa menjadi topik bahasan saat interaksi primer dilakukan. Hal ini
dibuktikan saat peneliti melakukan observasi pada kelompok tersebut selama 2-3 minggu.
4.2.4 Kontak Sosial dan Komunikasi Sekunder
Proses interaksi sosial tidak hanya pada kontak primer, akan tetapi juga ada
kontak sekunder. Kontak sekunder disini menggunakan smartphone dari para informan
masing-masing. Kelompok pertemenanan yang tediri dari Dimas, Ardi, Edo, Dypta
mempunyai suatu grup di sosial media yang mereka gunakan di smartphonenya. Hal ini
diperkuat oleh Edo saat diwawancarai dan dia mengatakan jelas punya mas, ada
groupchat di BBM, sama whatsapp. Disini penulis hanya menyertakan satu dari ke
empat anggota kelompok pertemanan ini dikarenakan jawabannya mereka sama semua.
Sedangkan kelompok yang kedua yang terdiri dari Faisal, Indah, dan Rizki tidak memiliki
group di sosial media antar kelompoknya. Hal itu bisa dibuktikan dari wawancara berikut.
Kita ga pake seperti itu mas. Pokoknya kalo mau kumpul ya kita langsung
kabarin mereka lewat apa saja, sms, line atau yang lainnya satu-satu, kita ga
buat groupchat atau apa lah sejenisnya. (Wawancara dengan Indah pada
tanggal 8 Februari 2014)
Dalam kelompok yang diteliti, ditemukan perbedaan dalam interaksi sekunder
yang mereka lakukan. Kelompok pertemenan yang pertama ini menggunakan groupchat
yang ada di sosial media seperti BBM. Sedangkan kelompok yang kedua tidak memiliki
groupchat yang ada di smartphone mereka masing-masing. Hal ini terjadi dikarenakan
kelompok yang kedua merasa kurang nyaman serta terbatasi oleh media saat mereka
melakukan interaksi. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut.

60

Kita merasa nyaman kalo pas mau ngobrolin banyak hal atau hal yang
penting medingan ketemuan aja mas, kalo lewat smartphone kaya ga punya
ruang yang bebas aja mas, mending kita janjian kumpul dimana gtu baru deh
ngobrol atau ngomongin hal yang penting. (Wawancara dengan Rizki pada
tanggal 8 Februari 2014)
Dalam hasil wawancara dari salah satu pernyataan yang hampir sama pada
anggota kelompok dari kelompok yang kedua dapat disimpilkan bahwa mereka tidak
menggunakan fasilitas yang ada di smartphone mereka seperti groupchat dari BBM, Line,
atau sejenisnya dikarenakan mereka lebih merasa nyaman jika suatu interaksi dilakukan
melalui interaksi primer, dan hampir dipastikan interaksi sekunder yang dilakukan
kelompok yang kedua ini hanya sebatas menyebarkan informasi atau menjadi alat bantu
untuk mereka melakukan proses interaksi primer. Hal ini berbeda dengan kelompok yang
pertama, yang menggunakan kecanggihan teknologi smartphone seperti groupchat.
Adapun kegunaan groupchat dari sosial media dari kelompok yang pertama
yang mereka gunakan untuk saling tukar menukar informasi sesama anggota kelompok
tersebut. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut.
kalo di groupchat kita saling ngabarin satu sama dengan lainnya seh mas,kita
kan kebetulan punya kegemaran yang sama kaya sepak bola, nah saya sama
Ardi tu kebetulan punya tim favorit yang sama, jadinya kalo saya atau dia
dapat berita yang baru gitu ya kita sampein di gropchat, saling tukar menukar
informasi juga seh ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 Februari 2014 )
kalo di groupchat ya sering tukar informasi mas apalagi kalo informasinya
berhubungan dengan olahraga khususnya sepak bola, anak-anak di group tu
kayaknya pada interest kalo ngomongin sepak bola ( wawancara dengan Ardi
pada tanggal 8 Februari 2014 )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa dalam
proses berkomunikasi melalui smartphone digunakan untuk saling tukar menukar
informasi antar anggota kelompok tersebut. Informasi disini adalah informasi tentang
olahraga khususnya sepak bola, mereka sering membahas seputar dunia sepak bola di
grupchat mereka dikarenakan mereka mempunyai kegemaran atau hobby yang sama yaitu
61

sepak bola. Disini juga dapat ditemukkan sebagian hasil capture dari saling tukar
menukar informasi tersebut. Berikut hasil capture dari interaksi kelompok tersebut.

Gambar 4.1 ( Proses Tukar Menukar Informasi )


Gambar diatas adalah sebagian proses interaksi sekunder dari kelompok
pertemanan ini. Dalam hal ini Ardy memberikan informasi kepada anggota kelompok
yang lainnya. Informasi yang diberikan kepada anggota kelompoknya tersebut adalah
informasi tentang dunia olahraga khususnya sepak bola. Proses interaksi ini sering terjadi,
kedekatan mereka (proximity) terbentuk salah satunya dikarenakan kesamaan akan minat
dan sikap mereka (similarity ) terhadap dunia olahraga khususnya sepak bola, sehingga
mereka sering membicarakan informasi seputar sepak bola di interaksi yang mereka
lakukan.
Selain digunakan untuk proses saling tukar menukar informasi di interaksi
sekunder, smartphone digunakan sebagai sarana jual beli barang dari masing-masing
anggota kelompok tersebut. hal ini dibuktikan dalam wawancara berikut.
kadang tu ya mas di group chat sering digunain untuk transaksi jual beli,
anak-anak sering jual beli barang yang mungkin dari salah satu temen udah
gak dipakai tu dijual, nah kebetulan temen kita sendiri yang minat sama barang
62

tersebut, ya seperti gitu deh. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8


Februari 2014 )

Dari hasil wawancara tersebut, dapat ditemukan bahwa smartphone yang


mereka gunakan dapat menjadi sarana untuk transaksi jual beli barang dari anggota
kelompok pertemenan tersebut. Melalui groupchat yang ada di sosial media yang mereka
gunakan, mereka dapat berbagi informasi tentang barang yang akan dijual atau dibeli oleh
anggota kelompoknya sendiri. Hal ini bisa dibuktikan dalam hasil capture interaksi
mereka dalam hal jual beli barang dari kelompok tersebut.

Gambar 4.2 ( Proses Transaksi Jual Beli )

63

Gambar 4.3 ( Kelanjutan Proses Transaksi Jual Beli )


Dari hasil capture dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa kelompok
pertemanan tersebut melakukan interaksi melaui grupchat yang ada di sosial media yang
mereka gunakan dalam smartphone. Dalam interaksi yang mereka lakukan dalam
grupchat tersebut, para anggota kelompok juga menggunakan bahasa-bahasa sindiran atau
saling bercanda kepada sesama anggotanya.
Selain digunakan untuk sarana saling tukar menukar informasi di seputar sepak
bola dan sarana untuk jual beli dalam kelompok pertemenan tersebut, smartphone yang
mereka gunakan dijadikan untuk jaringan komunikasi atau sarana untuk menyebarkan
suatu informasi. Hal ini dibuktikan dalam wawancara tersebut.
smartphone kadang digunain untuk jarkom mas ke anak-anak, misal jarkomin
kita mau futsal dimana, kadang kita mau nongkrong dimana, ya dibuat gitu
pokoknya . ( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 Februari 2014 )

kalo di online itu kaya pemberitahuan atau jarkoman mas kalo mau kumpul
dimana gitu, seringnya sie pas janjian futsal dimana gtu, soalnya kita berempat
64

neh sudah punya tim futsal juga sama yang lainnya juga, tapi ya sering atau
intensnya bareng ya sama 4 anak ini aja. ( wawancara dengan dypta pada
tanggal 8 Februari 2014 )

Dari hasil wawancara tersebut, ditemukan bahwa smartphone yang mereka


gunakan mempunyai fungsi untuk jaringan komunikasi antar anggota dari kelompok
persahabatan tersebut.
Dari hasil penelitian ini, interaksi sekunder kelompok persahabatan yang
pertama ini melaui perantara smartphone cukup meluas. Dalam kelompok yang diteliti
peran smartphone mempunyai 3 fungsi dalam kegiatan yang mereka lakukan, yang
pertama, mereka menggunakan smartphone sebagai sarana tukar menukar informasi
tentang kegemaran atau hobby mereka yaitu sepak bola, yang kedua, mereka
menggunakan smartphone mereka untuk sarana jual beli barang dari anggota kelompok
persahabatan itu sendiri, yang ketiga, mereka menggunakan smartphone mereka untuk
jaringan komunikasi atau menyebarkan informasi kepada anggota kelompok tersebut.

65

Kelompok Pertama
1. Sebagai

sarana

tukar

Kelompok Kedua
menukar 1.

informasi tentang hobby mereka.

Sarana

jaringan

komunikasi

antar

kelompok itu sendiri.

2. Sarana jual beli barang dari anggota


kelompok itu sendiri.
3. Sarana jaringan komunikasi antar
kelompok itu sendiri.
Tabel 4.4 (Penggunaan Smartphone Pada Interaksi Sekunder Pada Kelompok
Persahabatan)
Dalam proses interaksi sosial yang terdapat 2 unsur yaitu kontak dan
komunikasi. Dalam penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana kontak primer
maupun sekunder. Disini peneliti mendapatkan hasil dalam hal komunikasi yang
berhubungan dengan smartphone. Dari dua kelompok disini terdapat sudut pandang dari
setiap individu dalam suatu kelompok tersebut. Kelompok yang terdiri dari Dimas, Ardi,
Edo, dan Dypta mempunyai sambutan positif terhadap keberadaan smartphone. Hal ini
dapat dibuktikan dari wawancara sebagai berikut.
Ya jelasnya menjadi dorongan mas, ga ada hambatan apapun, soalnya malah
ngerasa tambah erat ajah, dan tambah klop ajah mas, soalnya pas ketemu
langsung ya sudah klop, trus komunikasi lewat smartphone ini di chat group
tadi juga intens, jadinya ya bisa jadi dorongan untuk selalu menggunakan
smartphone ini mas( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 Februari )
Kalo pribadi menurut saya ya bisa jadi dorongan mas, tanpa hambatan, saat
ketemu langsung kita solid, pas di dunia maya kita pun akrab dan semakin
akrab. (wawancara dengan Ardi pada tanggal 3 Februari )
Kalo pribadi menurut saya ya bisa jadi dorongan mas, setiap individu kan
beda-beda ya mas, ada yang bilang kalo sering ngobrol langsung face to face
gtu malah jarang interaksinya pas lewat hp, ada yang bilang juga malahan
akrabnya pas di dunia maya ajah, kalo kita seh, pas langsung ya rame, pas ga
66

langsung gtu ya tetep asyik aja mas. Ga ada hambatan pokoknya mas, Dan
menurut saya kita makin akrab dan solid aja kok ( wawancara dengan Edo
pada tanggal 3 Februari )
Kalo pribadi menurut saya ya bisa jadi dorongan mas, soalnya sering
ketemunya, di langsung ya sering ketemu pas kumpul, disaat dunia maya
smartphone juga sangat membantu, soalnya kita berempat kan ga smuanya
dari malang, jadi pas salah satu dari kita ada yang pulang kampung gitu, tetep
bisa saling komunikasi mas, jadi ya bisa jadi dorongan untuk selalu
menggunakan smartphone ini ma( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3
Februari )
Sedangkan dari kelompok yang kedua memiliki pandangan sudut yang sedikit
berbeda dengan keberadaannya teknologi smartphone saat ini. Hal ini dibuktikan dalam
wawancara berikut.
Kalo menurut saya adanya smartphone saat ini sangat positif mas,
smartphone kan ga hanya digunain buat komunikasi ajah, bisa jadi multifungsi
kalo menurutku, yang dulu kita mau akses internet aja harus pake modem
bahkan harus ke warnet, nah sekarang kan kaga, bahkan smartphone ini aja
bisa dijadikan modem, bisa ngakses internet kapan ajah selagi paketan tuh
masi lancar, tapi kalo mau ngomngin banyak hal atau yang urgent banget seh
yang mending ketemu langsung akunya mas.(wawancara dengan Faisal pada
tanggal 8 Februari)
kalo pribadi saya sendiri ya banyak positifnya lah smartphone ada pada saat
ini, komunikasi kan tambah cepet, misal kalo pas pulsa reguler abis, kan masi
ada tuh pulsa internet, jadi kalo menurutku se ya banyak iritnya, kadang
smartphone kan beli pulsanya pulsa internet ajah tuh, jadinya kalo mau
kabar2in atau komunikasi ke temen-temen ya pake sosmed, tapi, kalo mau
ngobrolin hal yang penting aku pribadi ya mending ketemu deh mas, kaya
terbatasi kalo lewat smartphone itu, tapi secara general ya banyak
posistifnya.( wawancara dengan Rizki pada tanggal 8 Februari )

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan keberadaan smartphone saat ini
sangat didukung oleh kelompok pertemanan yang telah diteliti. Mereka beranggapan
banyaknya manfaat yang positif melakukan interaksi sekunder menggunakan perantara
smartphone. Kelompok yang pertama menggunakan proses interaksi secara primer
maupun sekunder menggunakan smartphone dengan beragam sesuai aktivitasnya.
Sedangkan kelompok yang kedua terkesan cukup sempit menggunakan smartphone pada
interaksi sekundernya hanya sebatas jaringan komunikasi pada kelompoknya. Hal itu
67

terjadi karena para individu dari kelompok kedua beranggapan mereka nyaman
melakukan komunikasi yang porsinya penting lebih baik dilakukan secara primer.
Sedangkan kelompok yang kedua merasa puas serta nyaman menggunakan teknologi
smartphone untuk berinteraksi secara primer maupun sekunder.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Interaksi Sosial Anak Muda
Interaksi sosial yang terjadi pada kelompok pertemanan atau persahabatan ini
pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu melakukan komunikasi secara langsung maupun
tidak langsung. Dari hasil Penelitian kedua sistem komunikasi tersebut tidak
mempengaruhi tingkat intensitas dalam melakukan komunikasi. Kondisi ini terjadi karena
kedua sistem tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, dimana
intensitas lebih ditekankan pada tingkat keinginan dan kebutuhan untuk melakukan
komunikasi. Hal tersebut bisa ditunjukan dalam wawancara dengan Rizky Bisa
dikatakan hampir sering mas kumpulnya, Pokoknya kalo ga sama-sama lagi sibuk ya
kumpul kitanya( wawancara dengan Rizky pada tanggal 8 februari 2014 di kampus ).
Apabila ditinjau dari proses berkumpulnya dengan teman atau kelompok tidak
dilakukan dengan adanya jadwal khususnya sehingga proses komunikasi berjalan dengan
sendirinya serta sesuai dengan keinginan masing-masing informan. Hal tersebut sesuai
dengan hasil wawancara dengan Dypta Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya,
karena setiap ada keperluan apa saya selalu berkumpul dengan teman-teman untuk
membahas permasalahan itu( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 di
kos Dypta ).

68

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses komunikasi secara langsung


informan dapat berkomunikasi dengan bebas, bahkan apabila menggunakan media
komunikasi sebagai perantara kelompok yang diteliti ini juga merasa nyaman dalam hal
interaksi, dimana dalam proses komunikasi tersebut akan terjadi pertukaran informasi dari
masing-masing informan dan hal tersebut merupakan arti pentingnya proses interaksi
sosial. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Soekanto (2002), interaksi
sosial adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun
kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan
mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial.
Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk
pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial adalah suatu hubungan
antar dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain (Gerungan,
2004).
Dalam penelitian ini juga ditemukan suatu kelompok yang masih menganggap
bahwa bahwa suat pertemuan face to face lebih maksimal daripada melakukan
komunikasi melalui perantara. Hal ini bisa dikaitkan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Gea, wulandari, dan Babari (2003) yang menyatakan komunikasi tidak langsung
dapat menyebabkan timbulnya kegagalan untuk saling berkomunikasi (hambatanhambatan), dalam arti si penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud
oleh si pengirim.
Hasil penelitian juga menemukan suatu karakteristik persahabatan dalam
kelompok tersebut. Kelompok ini mempunyai karakter pada kedekatan, kesamaan dalam
hobby mereka, dan saling melengkapi kepribadian individunya jika ada yang kurang. Hal
ini berkaitan dengan teori dari Kail & Cavanaugh (2000) yang menyatakan ada empat

69

faktor yang dapat meningkatkan hubungan persahabatan yaitu proximity, simililarity,


complementarity, dan physical attractiveness. Dalam hal proximity atau kedekatan
mereka satu sama lainnya dapat disimpulkan berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa
mereka memang sangat dekat antara individu satu dengan individu yang lain di kelompok
tersebut, bahkan mereka tidak hanya kumpul secara tatap muka melainkan juga
mempunyai group di dunia maya dengan intensitas yang sangat sering.
Dalam hal similarity atau kesamaan akan minat dan sikap, dapat disimpulkan
mereka mempunyai kesamaan minat dalam hal olahraga, anggota dari kelompok
pertemanan ini sangat menggemari olahraga yang sama yaitu futsal. Selain itu saat
mereka menghadapi suatu konflik dalam interaksi kelompok mereka, mereka pun
mempunyai sikap yang sama juga untuk tidak berlarut-larut dalam masalah mereka
sendiri. Dan dalam hal complementarity atau saling melengkapi kepribadian mereka,
dalam penelitian di dapatkan hasil mereka saling melengkapi kekurangan antara individu
satu dengan lainnya, seperti dalam hal ekonomi, salah satu individu dari kelompok
tersebut membantu individu yang lainnya, dengan meminjami uang dahulu, atau dalam
hal yang lain.
4.3.2 Peranan groupchat dalam teknologi Smartphone
Dari hasil penelitian ini, Kelompok tersebut menggunakan groupchat untuk 3
fungsi. yang pertama, mereka menggunakan smartphone sebagai sarana tukar menukar
informasi tentang kegemaran atau hobby mereka yaitu sepak bola, yang kedua, mereka
menggunakan smartphone mereka untuk sarana jual beli barang dari anggota kelompok
persahabatan itu sendiri, yang ketiga, mereka menggunakan smartphone mereka untuk
jaringan komunikasi atau menyebarkan informasi kepada anggota kelompok tersebut.
Mereka menggunakan groupchat di aplikasi sosial media seperti BBM. Dan
aplikasi tersebut merupakan CMC atau computer mediated communications. Dalam
70

memasuki era globalisasi, dimana CMC menjadi suatu gebrakan baru di dunia teknologi
komunikasi, partisipan CMC harus mempunyai keahlian dalam menggunakan komputer
atau smartphone, dan mengetahui tentang settingan aplikasi dari media yang digunakan,
seperti yang digunakan oleh kelompok yang pertama. Proses interaksi melalui perantara
smartphone yang dilakukan oleh kelompok pertama ini mengadaptasi teori perkembangan
teknolongi komunikasi yang dikatakan oleh Fulk & Collins Jarvis (2001) yang
menyatakan Computer-Mediated Communication (CMC) adalah berbagai jenis program
aplikasi yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar dua orang atau lebih yang
dapat saling berinteraksi melalui komputer yang berbeda. Yang dimaksud di sini
bukanlah bagaimana dua mesin atau lebih dapat saling berinteraksi, namun bagaimana
dua orang atau lebih dapat berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan alat
bantu komputer atau smartphone melalui program aplikasi yang ada pada komputer atau
smartphone tersebut.
Hal ini berlawanan dengan pendapat dari Sarwono (2002) yang mengatakan dari
berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap
muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis
tidak terjadi pada kelompok pertemanan atau persahabatan ini. Hal terjadi dikarenakan
oleh bentuk atau karakter kepribadian dari anggota kelompok yang terdiri dari Dimas,
Ardi, Edo, dan Dypta merasa smartphone sangat penting untuk kebutuhan interaksi
mereka dan mereka merasa puas dengan adanya smartphone. Hal ini mengacu pada
pendeketan teori uses and gratification yang menyatakan Pendekatan uses and
gratification memberikan alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media
dan audience, dan pengkategorian isi media berdasarkan fungsinya. (Bungin, 2006)
Dalam teori ini bukan media yang mempengaruhi khalayak namun justru
bagaimana khalayak terpuaskan oleh media yang digunakan yaitu smartphone. Kepuasan

71

mereka terhadap smartphone menimbulkan kondisi psikologis yang menyebabkan adanya


kebutuhan untuk tetap menggunakan smartphone mereka. Karena mereka beranggapan
smartphone bisa memenuhi kebutuhan mereka, seperti yang sudah dibahas sebelumnya
mereka melakukan interaksi sekunder mereka menggunakan perantara smartphone.
Kelompok tersebut menjadi gambaran umum yang telah digambarkan oleh Katz.
Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses and
gratification: kondisi sosial psikologi seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan,
yang menciptakan harapan-harapan terhadap media massa atau nara sumber-sumber lain,
yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam
aktifitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan
konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. (Bungin, 2006). Teori
uses and gratification inilah yang dapat menjelaskan bahwa tidak semua pengguna
telepon selular atau ponsel memiliki pengaruh terhadap berkurangnya kualitas interaksi
sosialnya seperti yang diteliti oleh Ina Astari (2006) dalam melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial.
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa setiap individu dari pengguna teknologi
komunikasi seperti smartphone ini masih memegang kendali penuh dalam menggunakan
teknologi sesuai dengan kebutuhan para individu tersebut khususnya dalam hal kegiatan
berinteraksi sosial.

72

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari data temuan dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang peran smartphone pada interaksi sosial di
kalangan kelompok anak muda dapat disimpulkan sebagai berikut.
Dari sisi penggunaan kelompok persahabatan anak muda ini menggunakan
smartphone dengan sangat beragam seperti menjadi sarana komunikasi dengan individu
yang lain baik dari kelompok persahabatan itu sendiri maupun dari luar, smartphone juga
digunakan untuk mengakses media sosial seperti Twiiter, Path, Email, Game online,
Internet, aplikasi lainnya. Selain itu smartphone juga digunakan untuk dijadikan modem
agar dapat mengakses internet lewat media yang lain seperti komputer atau laptop.
Peran smartphone juga digunakan dalam proses interaksi sosial dari kelompok
persahabatan anak muda sebagai berikut.
1. Interaksi Primer
-

Menjadi alat bantu perantara atau penghubung proses komunikasi kepada anggota
kelompok tersebut untuk melakukan pertemuan secara langsung.

Menjadi alat bantu perantara atau penghubung proses komunikasi kepada individu
yang lain atau diluar dari dari kelompok tersebut

Smartphone dapat memberikan suatu informasi baru yang diperoleh dari internet
kepada anggota dari kelompok persahabatan tersebut.

Smartphone dapat menjadi bahan interaksi yang diperoleh dari internet atau media
sosial yang berada di dalamnya. Sehingga tidak ada penurunan kualitas dari interaksi
primer itu sendiri.

73

2. Interaksi Sekunder
-

Menjadi perantara atau penghubung proses komunikasi mereka disaat mereka tidak
bisa berkumpul secara bersamaan melalui groupchat.

Bisa menjadi sarana transaksi jual beli antar anggota kelompok persahabatan itu
sendiri.

Menjadi sarana tukar menukar informasi khususnya tentang kegemaran dari


kelompok tersebut.

Menjadi sarana jaringan komunikasi antar anggota kelompok tersebut.


Dengan hasil temuan seperti ini, kelompok persahabatan ini beranggapan adanya

smartphone ini menjadi dampak positif dalam hal interaksi sosial yang mereka lakukan.
Mereka juga sedikit menghilangkan anggapan banyak orang terhadap adanya smartphone
yang mengatakan bahwa smartphone mempunyai kesan mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat. Kelompok persahabatan ini tidak beranggapan dengan anggapan
banyak orang dikarekanakan mereka mempunyai karakter persahabatan yang dilengkapi
oleh faktor kedekatan satu dengan anggota kelompok yang lainnya, serta mereka
mempunyai kesamaan akan minat dalam suatu hal tertentu yaitu olahraga sepak bola yang
mereka gemari.

5.2 Saran
Peran teknologi smartphone pada saat ini bisa dikatakan sangat canggih. Dan
dengan berkembangnya jaman, teknologi smartphone ini juga akan mengalami
perkembangan yang sangat maju. Dan pada zaman saat ini pula penggunaan smartphone
khususnya di kalangan anak muda mempunyai sifat ketergantungan yang cukup tinggi.
Dan pada dasarnya karakter anak muda sangat beragam dalam penggunaan smartphone di
zaman saat ini. Dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan tentang pandangan peranan

74

smartphone pada suatu kelompok persahabatan anak muda tertentu. Di dalam penelitian
ini mempunyai keterbatasan hanya mendapatkan suatu pandangan dari kelompok
persahabatan yang mempunyai suatu kesamaan minat dari seluruh anggota kelompoknya,
serta data yang diambil oleh peneliti hanya diambil dalam kondisi snap-shot ( tidak
longitudinal ) jadi sifat data ini kurang berdinamika. Dan dalam penelitian selanjutnya
yang ingin membahas permasalahan serupa dengan penelitian ini, hendaknya lebih luas
ruang lingkupnya berinteraksi dengan suatu kelompok atau bahkan organisasi tertentu
yang menggunakan interaksi sosial mereka dengan perkembangan teknologi yang ada.
Hal itu tidak dilakukan oleh peneliti dikarenakan ruang lingkup dari peneliti yang
terbatas.

75

DAFTAR PUSTAKA
Badwilan, R. A, (2004), Rahasia dibalik handphone. Jakarta : Darul Falah
Baron, J. & Bryne, M. ( 2006 ) A real Friendship. Jakarta. Pelangi Sejahtera.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Brotosiswoyo, B. S (2002) Dampak sistem jaringan global pada pendidikan
tinggi : Tangerang : Indosakti.
Bungin, B. (2006), Sosialogi komunikasi, Jakarta Kencana Prenada Group.
Budyatna, M. (2005) Pengembangan sistem informasi : Permasalahan dan prospeknya
komunikasi. Jakarta : CV.Citra Media.
DeVito, J. A. (2007) The interpersonal communications book (5th ed). Boston: Pearson
Education, Inc.
Deddy. M (2007). Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Fulk & Collins J. (2001). Computer mediated communication. Medical jornal of Netherland.
Diakses 4 Januari 2014 dari University of Twente
Gea, A. A, Wulandari & Yohanes B. (2003) Character building II, Relasi dengan sesama.
Jakarta : PT Gramedia.
Gerungan, W.A. (2004), Psikologi sosial. Bandung : PT Refika Aditama
Gouzali. S (2005), Teknologi telekomunikasi, Perkembangan dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta
Hartup. J & Bukowski P. (2005). Friend always friend. Jakarta.Pelangi Sejahtera.
Hassan, F. Teknologi dan dampak kebudayaannya: Tantangan dalam laju teknologi. Orasi
Ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya, 11
November 1999.
Ina, A. (2006) Pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosial. Skripsi.
Bogor. Institut Pertanian Bogor

Kail & Cavanaugh, (2000). Pschyology of friendship. London. Timestoboom Inc.

76

Kadir, A & Triwahyuni/ C. H. (2003)


Penerbit Andi Yogyakarta,

Pengenalan teknologi informasi. Yogyakarta :

Johannesen, R. L. (1996), Etika komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Mardiyanti, N. (1996), Studi pola interaksi sosial Masyarakat Nelayan. Skripsi. Bogor :
Fakultas Pertanian IPB
McLuhan, M (1999) Understanding. Miami : Abraham Feerr inc.
Morey, D (2004), Phone power : Meningkatkan keefektifan berkomunikasi di telepon. Jakarta
: PT Gramedia
Moleong, J. L. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Nurudin, (2005) Sistem-sistem komunikasi di indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada
Rice. G, (2001) Computer mediated communication. Medical jornal of netherland.
Diakses 4 Januari 2014 dari University of Twente
Santrock, J, Owen, G, Rubin K, Weiss J, Rawlins M, (2002) Child and adolescent
development. England: Newcastle
Sarwono, S. W. (2002) Psikologi sosial, individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta :
Balai Pustaka.
Shiroth, M & Nur M. A.(1998) Trend industri telekomunikasi di
Indonesia. Depok : Pelangi satu
Soerjono, S. (2002) Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo
Simanjutak , (2004), Pengenalan aspek sosial telepon. Jakarta : PT Prahara group.
Subarkah, AW. (2011) Cara baru menikmati hiburan televisi. Kompas hal 6, 13 Januari 2014
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Tubbs, & Moss. (2001). Human communication, (3rd ed) California: Trustwall Inc.
Wihda. A. M (2010) Penggunaan Blackberry Sebagai Sarana Informasi di Kalangan
Mahasiswa Universitas Airlangga. Skripsi. Surabaya. Universitas Airlangga.

77

Anda mungkin juga menyukai