Oleh :
Kelompok 1
Muhammad Fauzi Ramadhan
(31132029)
Mina Audina
(31132030)
Novia Hergiani
(31132035)
Farmasi 3A
PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2016
A. Waktu Praktikum
Hari
: Jumat
Tanggal
: 12 Februari 2016
Waktu
B. Tujuan
Mengetahui kadar sampel asam salisilat pada sediaan salep dengan metode titrasi
Bromatometri
C. Dasar Teori
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya.
Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan reaksi reduksi-oksidasi
dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan lambat) sehingga
dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan bromine berlebih.
Brom dapat digunakan sebagai oksidator seperti iodium. Brom akan direduksi oleh
zat-zat organik dengan terbentuknya senyawa hasil subtitusi yang tidak larut dalam air.
Selain bromnya sendiri, brom dapat juga diperoleh dari hasil pencampuran kalium bromat
dan kalium bromida dalam lingkungan asam kuat. Beberapa senyawa yang dapat ditetapkan
kadarnya dengan larutan baku brom dalam Farmakope Indonesia Edisi IV : klorokresol,
fenol, fenol cair, fenileprin HCl, resorsinol, dan timol (Gandjar, 2003).
Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat di gunakan
pada secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang di gunakan sebagai obat luar, yang
terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping
itu digunakan pula garam salisilat. Turunan yang paling di kenal adalah asam asetilsalisilat.
COOH
OH
Bahan baku utama pembuatan asam salisilat adalah phenol, NaOH, karbon dioksida
dan asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai obat-obatan dan sebagai
bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi seperti aspirin dan beberapa
turunannya sebagai antiseptik, asam salisilat zat yang mengiritasi kulit dan selaput lendir.
Asam salisilat tidak di serap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat
tanpa memberikan efek langsung pada sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan
menyebabkan terbentuknya lapisan lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk
rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi akibat rematik,
menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah pemakainanya akan
menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal.
Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat juga dapat
digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam salisilat. Misalnya sodium
salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesik dan antipiretik serta untuk terapi bagi
penderita rematik akut. Alumunium salisilat yang berupa bubuk sehalus debu digunakan
untuk mengatasi efek catarrhal pada hidung dan tekak. Ammonium salisilat digunakan
sebagai obat penghilang kuman penyakit dan bakteri. Kalsium salisilat dapat digunakan
untuk mengatasi diare.
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Statif
8. Pipet volume
2. Klem
3. Buret
4. Pipet tetes
5. Gelas piala
12. Erlenmeyer
6.
Neraca analitik
7.
Spatula
b. Bahan
1. Sampel
Asam
(Salep)
Salisilat
6. Na2S2O3
7. FeCl3
2. Etanol
8. HCl pekat
3. Kloroform
9. KI 30%
5. K2Cr2O7
c.
E. Prosedur Kerja
1. Isolasi Sampel
Timbang salep sebanyak 1 gram
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Tambahkan etanol 25 ml
l.
m.
Kocok kuat hingga tercampur
n.
o.
p.
q.
r.
Ambil / pisahkan fase etanol
s.
t.
u.
v.
Fase Etanol
Fase Kloroform
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
Fase Etanol
Fase Kloroform
ah.
ai.
aj.
2. Pembakuan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
ak.
al.
am.
an.
ao.
+ HCl 5 ml
ap.
aq.
ar.
as.
at.
+ KI 5 ml
au.
av.
aw.
ax.
ay.
+ Amylum 3 tetes
az.
ba.
bb.
bc.
bd.
Lakukan triplo
be.
bf.
3. Titrasi Blanko
bg.
Pipet 10 ml etanol 96 %
bh.
bi.
bj.
bk.
bl.
+ 25 ml KBrO3-KBr
bm.
bn.
bo.
bp.
bq.
4. Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Titrasi Bromometri
br.
Pipet sampel 10 ml
bs.
bt.
bu.
bv.
bw.
+ 25 ml KBrO3-KBr
bx.
by.
bz.
ca.
cb.
Tutup dan+diamkan
KI 5 ml 15 menit
cc.
cd.
+ Kloroform 5 ml
ce.
cf.
cg.
ch.
ci.
cj.
Lakukan triplo
ck.
cl.
F. Persamaan Reaksi
HO
Br
HO
+ 3 Br2
O
cn.
HO
tribromophenol
Salicylic acid
2 KI + Br2
Br
2 KBr + I2
+ 3 HBr + CO2
I2 + Na2S2O3
cp.
2 NaI + Na2S4O6
cq.
G. Data Hasil Pengamatan
a. Pembakuan Na2S2O3 0,1 N dengan K2Cr2O7
cr.
cs.
ct.
No
cu.
1
cx.
cy.
2
da.
3
dd.
Rata
50
10,1
cz.
50
db.
10,2
dc.
50
de.
10
df.
50
10,1
dg.
b. Titrasi Blanko Etanol 96 %
dh.
No
dk.
di.
do.
2
dq.
dr.
Rata
Etanol 96 % (ml)
10
0,5
dl.
1
dn.
3
dt.
dj.
dp.
10
0,4
ds.
10
du.
0,6
dv.
10
0,5
dw.
c. Penetapan Kadar asam salisilat dengan titrasi Bromatometri
dx.
dy.
dz.
No
ea.
1
ed.
2
eg.
10
ee.
7,5
ef.
10
eh.
7,7
ei.
3
ej.
10
Rata
7,6
ek.
el.
10
7,6
em.
H. Perhitungan
a. Pembakuan Na2S2O3 0,1 N dengan K2Cr2O7
en. N Na2S2O3
mg BE K 2 Cr2 O7
V N a S 2 O3
eo.
ep.
50 49
10,1
0,101 N
V KBr x
er. V KBr x
N KBr
V Na2S2O3
N Na2S2O3
0,1
7,6
0,101
es.
V KBr
et.
0,7676
0,1
7,676 ml
eu.
c. Volume KBr yang bereaksi dengan sampel
ev. = V KBr yang ditambahkan V KBr yang bereaksi dengan Na2S2O3 Volume
blanko
ew. =
25
7,676
0,5
V sampel
N sampel
V Na2S2O3
N sampel
16,824
0,1
N sampel
1,6824
10
0,168 N
Na2S2O3
ez.
10
fa.
fb.
2. Gram asam salisilat
fc.
mgrek
V
fd.
mg
= BE x N x V
fe.
= 138, 12 x 0,168 x 10
ff.
= 232, 04 mg
fg.
= 0,232 g
fh.
3. % Kadar sampel
=
fj.
0,231
x 100
1
fk.
= 23,2 %
fi.
fl.
% Kadar
fm.
fn.
fo.
fp.
fq.
fr.
fs.
ft.
fu.
fv.
fw.
fx.
I. Pembahasan
fy.
yang termasuk kedalam golongan Asam Hidroksi Benzoat. Adapun sampel yang digunakan
adalah Asam Salisilat dengan kode sampel 6A. Asam Salisilat yang akan ditetapkan
kadarnya berbentuk salep, sehingga harus dipisahkan dahulu antara zat aktif dengan
matriksnya. Dalam sediaaan salep, zat yang biasa digunakan sebagai matriks adalah basis
lemak (adeps lanae).
fz.
dengan cara ekstraksi karena sampel asam salisilat yang didapatkan berupa sediaan salep.
Metedo ekstraksi yang digunakan adalah Ekstraksi Cair Cair (ECC) dengan menggunakan
pelarut yang berbeda. Cara mengekstraksinya yaitu pertama sampel yang telah ditimbang
sebanyak 1 gram dilarutkan dengan kloroform. Kloroform akan melarutkan basis lemak
pada sampel salep karena sifatnya yang sama-sama non polar. Setelah sampel larut,
kemudian dimasukkan kedalam corong pisah. Pada corong pisah tersebut ditambahkan 25
ml etanol. Etanol berfungsi untuk menarik asam salisilat yang terdapat pada fase kloroform.
Karena dilihat dari kelarutannya, asam salisilat sukar larut dalam klorofom sehingga asam
salisilat yang telah bercampur di dalam corong dapat ditarik oleh etanol. Kemudian corong
pisah dikocok hingga tercampur dan diamkan hingga fase terpisah menjadi 2 fase. Fase yang
terbentuk adalah lapisan atas fase kloroform dan lapisan bawah adalah fase etanol, sehingga
untuk fase etanol dapat dipisahkan dan ditampung dalam gelas kimia. Fase etanol yang
diambil, kemudian diidentifikasi dengan larutan FeCl3, apabila terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu berarti positif asam salisilat tertarik dengan etanol. Karena
kemungkinan pada fase kloroform masih terdapat asam salisilat, maka ekstraksi terus
dilanjutkan dengan menambahkan 25 ml etanol ke dalam corong pisah dan dikocok lalu
didiamkan sampai terbentuk 2 fase. Ekstraksi terus dilakukan sampai pada fase etanol ketika
diuji dengan FeCl3 tidak terbentuk larutan warna ungu.
ga.
metode yang digunakan adalah titrasi Bromometri. Titrasi adalah suatu metode penentuan
kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya.
Dalam titrasi dikenal juga titrasi langsung dan titrasi tidak langsung. Titrasi langsung
merupakan proses dimana larutan langsung dititrasi, sedangkan titrasi tidak langsung adalah
proses titrasi dimana senyawa yang akan dititrasi direaksikan terlebih dahulu dengan
senyawa lain karena jika tidak direaksikan maka tidak akan terjadi reaksi. Misalnya saja jika
kedua larutan bersifat sebagai pengoksidator maka harus ditambahkan senyawa lain agar
salah satu senyawa bersifat sebagai reduktor.
gb.
pembakuan titran. Adapun titran yang digunakan adalah Natrium tiosulfat. Tujuan dilakukan
titrasi pembakuan adalah untuk mengetahui normalitas yang sebenarnya dari Natrium
tiosulfat karena banyak pengaruh yang terjadi selama keadaan praktikum.
gc.
etanol. 96%. Titrasi blanko dilakukan karena pada sampel masih terdapat etanol hasil dari
proses isolasi. Sehingga titrasi ini dilakukan untuk mengetahui etanol yang bereaksi dengan
Natrium tiosulfat. Etanol 96% dapat bereaksi dengan titran, sehingga jika dilakukan blanko,
hasil volume Natrium tiosulfat berlebih yang bereaksi dengan sampel akan dikurangi
hasilnya dengan volume blanko.
gd.
Bromatometri. Prinsip dari titrasi Bromatometri adalah titrasi tidak langsung yang
melibatkan brom. Brom dapat digunakan sebagai oksidator. Sebelum dititrasi dengan
Natrium tiosulfat, sampel ditambahkan terlebih dahulu dengan KBr. Hal ini dilakukan
karena Asam salisilat tidak dapat bereaksi langsung dengan Natrium tiosulfat. Natrium
tiosulfat merupakan oksidator sehingga Asam salisilat perlu diubah menjadi senyawa yang
bersifat sebagai reduktor, sehingga diberikan KBr terlebih dahulu dan asam salisilat dapat
bereaksi dengan Br2. Sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan
KBrO3-KBr dan ditambahkan asam klorida pekat. Ketika Asam klorida pekat ditambahkan
maka brom akan dibebaskan. Adapun reaksinya :
ge.
gf.
Brom selanjutnya bereaksi dengan asam salisilat untuk menghasilkan endapan putih
HO
Br
HO
+ 3 Br2
O
gg.
gh.
HO
Br
+ 3 HBr + CO2
tribromophenol
Salicylic acid
Ketika larutan bromin dan HCl pekat ditambahkan Erlenmeyer harus tertutup rapat
untuk menghindari menguapnya brom, dan dibiarkan 15 menit agar oksidasi asam salisilat
oleh brom berlangsung secara sempurna. Selanjunya ditambahkan larutan KI. Penambahna
KI bertujuan untuk mengubah brom menjadi iodium sesuai dengan reaksi :
gi.
gj.
2 KI + Br2
2 KBr + I2
gl.
I2 + Amylum
I3-
Iodium yang terbentuk selanjutnya dititrasi dengan larutan baku Natrium tiosulfat
gm.
gn.
I2 + Na2S2O3
2 NaI + Na2S4O6
Kelebihan brom tidak langsung dititrasi dengan Natrium tiosulfat karena perbedaan
potensialnya yang sangat besar, akibatnya jika brom langsung dititrasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat maka produk yang dihasilkan tidak hanya tetrational (S 4O62-) tetapi juga
sulfat (SO42-), bahkan mungkin sulfide yang berupa endapan kuning.
go.
maka harus diketahu Bromin yang bereaksi dengan titran dengan membandingkan dengan
volume Natrium tiosulfat yang bereaksi dengan sampel. Selanjutnya ditentukan volume
Bromin yang bereaksi dengan sampel dengan cara mengurangi volume Bromin yang
ditambahkan dengan volume bromin yang bereaksi dengan titran dan volume titrasi blanko,
sehingga bisa didapatkan normalitas sampel dan dihitung kadar asam salisisat yang terdapat
dalam sampel. Adapun kadar asam salisilat yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar
23,2 %
gp.
J. Kesimpulan
gq.
RI.
Jakarta
gu.
Kelima.
Erlangga. Jakarta
gv.
Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
gw.
Sudjadi., Rahman Abdul. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
Univrsity Press
gx.
L. Lampiran
gy.
gz.
ha.
hb.
hc.
hd.
he.
hf.
hg.