Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

TUMOR MAMMAE

Disusun Oleh:
Kinanti Rizky Chairunisa, S.Ked
110.2011.138
Pembimbing:
dr. H. Supriyono, Sp.B
DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI SALAH SATU
PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN DI BAGIAN
ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON
2015

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

Identifikasi
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status Pernikahan
Agama
Alamat
Tanggal Masuk RS
No. CM

II.

Ny. M
Perempuan
36 tahun
SMA
Wiraswasta
Belum Menikah
Islam
Komplek KS. Jl. Besi 4, Kota Bumi, Cilegon
9 Juni 2015
68.38.xx

Anamnesa
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 9 Juni 2015 pukul 07.05 WIB di Ruang
Bangsal Bougenville RSUD Cilegon.
Keluhan Utama

: Benjolan di payudara kiri

Keluahan Tambahan

: Nyeri dada

III.Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Cilegon pada hari Selasa tanggal 9 Juni 2015 dengan keluhan terdapat
benjolan pada payudara kiri bagian atas luar sejak 1 tahun yang lalu. Pada awalnya benjolan
dirasakan sebesar biji semangka, kemudian bertambah besar menjadi sebesar telur puyuh.
Benjolan terasa kenyal dan dapat digerakan. Benjolan kadang-kadang terasa nyeri dan tidak
menentu muncul nyerinya. Kulit diatas benjolan tidak ditemukan adanya kemerahan, tidak ada
kulit yang melekuk ke dalam, tidak ada puting yang tertanam ke dalam ataupun borok.
Riwayat keluar cairan, darah dari puting susu tidak ada maupun adanya benjolan di tempat
lain tidak ada. Pada ketiak tidak dirasakan sakit, tidak ada benjolan. Keluhan tidak disertai
dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat, rasa penuh di ulu hati, nyeri pada tulang
punggung maupun paha. Keluhan benjolan tidak disertai dengan bengkak pada lengan. Pada
saat ini pasien tidak datang bulan. Riwayat haid pertama kali sekitar umur 12 tahun. Haid
dirasakan teratur setiap bulannya. Napsu makan baik, berat badan tidak menurun.

IV.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai riwayat pengobatan paru selama 6 bulan, dan sudah dinyatakan
tuntas. Pasien mengaku terdapat riwayat diabetus mielitus dan alergi obat, namun
pasien lupa jenis obatnya. Riwayat hipertensi, asma, dalam jangka waktu yang lama
disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan atau jamu disangkal.
V.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku di dalam keluarga (budhe) ada yang mempunyai penyakit kanker
payudara

VI.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 06.00 WIB.
A. Keadaan Umum

: Sedang

B. Kesadaran

: Composmentis GCS E4 M6 V5 : 15

C. Vital sign

: Tekanan darah

: 110/60 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,00 C

D. Status Generalis :
1. Kepala : Simetris, normocephal, rambut tidak mudah dicabut.
2. Mata

: Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3

mm/3 mm, reflek cahaya (+/+)


3. Hidung : Discharge (-), deviasi septum nasi (-)
4. Telinga : Simetris kanan kiri, serumen (-)
5. Mulut

: Sianosis (-), lidah kotor (-)

6. Leher

Inspeksi

: Trakea di tengah

Palpasi

: Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe (-)

7. Thorak
a.

Jantung
Inspeksi

: Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus Cordis teraba ICS V LMC sinistra

Perkusi

: Batas kanan atas ICS II LPS dextra


Batas kanan bawah ICS IV LPS dextra
Batas kiri atas ICS II LPS sinistra
Batas kiri bawah ICS V LMC sinistra

Auskultasi : S1 > S2 di apeks reguler, bising (-), gallop (-)


b.

Paru-paru
Inspeksi

: Simetris, ketinggalan gerak (-), tidak ada benjolan

Palpasi

: Vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru


Batas paru-hepar ICS VI dextra

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)


8. Abdomen
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi

: Tympani di seluruh lapang abdomen, asites (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas
Superior

: Edema (-/-), reflex fisiologis (+/+)

Inferior

: Edema (-/-), reflex fisiologis (+/+)

E. Status Lokalis
Pemeriksaan/regi

Mammae dekstra

Mammae sinistra

o
Inspeksi

Warna kulit mammae sama seperti warna kulit sekitar,


penebalan kulit mamae tidak ada, kedua payudara tampak
simetris, tak tampak adanya massa, cekungan atau dimpling
mamae tidak ada, retraksi atau cekungan papilla mammae
tidak ada, arah papilla mammae menunjuk, pengeluaran

discharge secara spontan tidak ada.


Tidak teraba massa.
Teraba

Palpasi

Papilla

mamae

pengeluaran

sebuah

massa

pada

elastis, kuadran medial inferior, bentuk


discharge bulat lonjong, ukuran 4x3x1

tidak ada.

cm,

permukaan

Pembesaran KGB aksila konsistensi


(-)

rata/licin,

lunak

kenyal,

mobile, berbatas jelas, nyeri


tekan (-),
Papilla
pengeluaran

mamae
discharge

elastis,
tidak

ada.
Pembesaran KGB aksila (-)

VII.

Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium tanggal : 9 Juni 2015
Nilai normal

Hematologi
Hb
Ht
Laju Endap Darah
Leukosit
Trombosit
Masa perdarahan
Masa pembekuan
Golongan darah

: 12,8 g/dl

: 36,6 %
:20 mm/jam
: 12370 /ul
: 371000 /ul
: 2 menit
: 10 menit
: O RH

positif

Imunoserologi
HbsAg
Anti HIV
Glukosa darah

: negatif
: non reaktif

Sewaktu
Fungsi liver
Fungsi ginjal
Ureum

: 452 mg/dl

mg/dl
Kreatinin
Asam Urat
elektrolit
Natrium

3,0

: 1,1
: 6,3
:133,6

mmol/l
Kalium

:3,52

mmol/l
Clorida

:92,4

mmol/l

VIII. Resume
Anamnesis
Pasien datang ke Unit Gawat Darurat RSUD Cilegon pada hari Jumat tanggal 5 juni
2015 jam 21.00 WIB dengan luka bakar pada bagian tangan kanan, perut, kemaluan
dan kaki kanan akibat terkena sengatan listrik saat sedang merenovasi masjid di
daerah sekitar rumahnya. Pasien mengaku masih sadar saat sehabis tersengat listrik.
Setelah di rawat inap sampai sekarang Pasien merasakan demam disertai pusing, mual
dan muntah. Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran

: Composmentis

Tekanan Darah : 90/60 mmHg


Frekuensi Nadi : 76 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit, reguler
Suhu

: 36,9C

BB

: 50 kg

Status Generalis : dalam batas normal


Pemeriksaan Laboratorium

Penurunan Hb

: 12,6 g/dl

IX.

Peningkatan Leukosit

: 14.300 /ul

Penurunan Trombosit

: 143.000/ul

Diagnosis Kerja
Luka Bakar grade II 37% ec. Listrik

X.

Diagnosis Banding
Sindrom kulit terbakar akibat stafilokokus
Luka radiasi dan ionisasi
Luka akibat zat kimia

XI.

Usulan Pemeriksaan

XII.

EKG & GDS


Penatalaksanaan

1.Umum :
- Pasien dirawat inap untuk luka bakar
- Pertahankan ABCD dan observasi tanda tanda vital
2. Resusitasi cairan
Metode baxter : dengan Ringer Laktat (RL)
= Luas luka bakar % x BB
= 29 %

x 4 cc

x 50 kg x 4 cc = 5800 cc

8 jam pertama = dari cairan total : 2900 cc


16 jam pertama = sisanya : 2900 cc
Hari kedua
= jumlah cairan hari 1 = x 5800 cc = 2900 cc
Hari ketiga
= jumlah cairan hari 2 = x 5800 cc = 2900 cc
Diobservasi hingga urin yang keluar sebanyak 50-100 ml/ jam
3. Resusitasi nutrisi : diberikan makanan tinggi karbohdrat dan tinggi protein dengan
perbandingan 50-60% karbohidrat, 10-15 % protein dan 25-30% lemak
4. Perawatan luka bakar :

1. Pakaian dilepaskan
2. Dibersihkan dengan antiseptik seperti savlon atau iodium
3. Pembalutan : dengan metode terbuka atau tertutup. Diberikan salep sulfadiazin atau
MEBO
4. debridement : dengan eksisi tangensial bila keadaan pasien telah stabil pada hari 3-7
5. skin grafting sebelum hari ke 10 untuk mencegah keloid.
- konsultasi dengan bedah kosmetik untuk perawatan luka pada wajah

EDUKASI
-

Pasien diminta jangan berpuasa dan banyak minum air

Anggota gerak diistirahatkan dengan cara diekstensikan

Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang steril dan ber ac, sebaiknya pasien
dihindarkan dari kontaminasi udara luar dan orang yang berkunjung.

Pembalut perban sebaiknya diganti setiap hari

Untuk menghindarkan pasien dari kekakuan sendi, sebaiknya pasien menjalani


fisioterapi intensif.

XIII. Prognosis
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

Laporan Operasi
Diagnosis pre-operasi

: Luka bakar grade IIa 37% e.c sengatan listrik

Diagnosis post-operasi : Luka bakar grade IIa 37% e.c sengatan listrik
Tehnik operasi

: Debridement

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
1.

EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak
tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma
terisi oleh granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.

4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel
yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
2.

DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut

kolagen

menebal

dan

sintesa

kolagen

berkurang

dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,


kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin
berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam


dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi
3.

SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh
dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan
yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen
disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis
kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti
dibawah ini :
a. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya
luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi
hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah.

Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi
Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived
Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang
berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan
fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit
akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF -1)
yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas
untuk mensintesis kolagen.
b. Fase proliferasi atau fibroplasi
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.
Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang
terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini
mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
c. Fase remodeling atau maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan
luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan
pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam
keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari
penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan
80% dari kulit normal Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada
gangguan baik faktor luar maupun dalam.
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar ialah suatu trauma atau kerusakan/kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi, atau
kontak dengan suhu renadah (frost bite) yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan

lebih dalam.1
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di
sebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia,
radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin.

2. Insidensi dan Epidemiologi


Di Amerika dilaporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita luka bakar setiap
tahunnya dengan jumlah kematian mencapai 5000-6000 kematian pertahun dengan
500-1000 diantaranya merupakan angka kematian akibat trauma elektrik. Di
Indonesia belum ada laporan tertulis, Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta
pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka
kematian 37,38 sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000
dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26,41%.1,3
3. Etiologi
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena
api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga.2 Secara umum penyebab luka bakar dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1

Luka Bakar Api (Fire Burn)

Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)

Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)

Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

Luka Bakar Radiasi (Radiation Injury).1


4. Klasifikasi
Derajat Luka Bakar
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma
inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan
oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya
infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar
juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat
dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah
terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga

memperberat kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam


derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III:1,2,9

Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan
untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam
5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai
eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh
luka bakar derajat I adalah sunburn.1,2,9

Gambar 2.2 Luka bakar derajat 1 (sumber Kartohadmojo, 2014)

Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat
epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya jaringan yang masih tersisa tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3
minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan
eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai
rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik,
dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera
berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.1,2,9

Gambar 2.3 Luka Bakar derajat 2 ( sumber: Kartohadmojo, 2014)

Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan
yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi
dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit
harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai kulit tampak pucat abu-abu
gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang
masih sehat, luka bakar tanpa disertai nyeri maupun bula, karena pada dasarnya
seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.1,2,9

Gambar 2.4 Luka Bakar derajat 3


Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Ada beberapa metode
cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa


Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.
Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa. 2,9,11

Gambar 2.5 Gambar luas luka bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1)

Kepala dan leher

: 9%

2)

Lengan masing-masing 9%

: 18%

3)

Badan depan 18%, badan belakang 18%

: 36%

4)

Tungkai maisng-masing 18%

: 36%

5)

Genetalia/perineum

: 1%
Total : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena

perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%,
badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.2

Gambar 2.6 Luas luka bakar, rules of nine untuk dewasa, rumus 10-15-20 untuk anak, dan
rumur 10 untuk bayi (sumber: De Jong, 2005)

Metode Lund dan Browder


Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di
kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan
pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada
anak dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:
o

Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso

dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.


Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan
turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.9

Gambar 2.7 Lund and Browder chart (sumber: Pasetyono, 2006.9)


Berat-Ringan Luka Bakar
1. Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %.

b. Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a.

Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b.

Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c.

Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,

kaki, dan perineum


5. Patofisiologi
Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan
otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus
menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus
listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang
dalam karena suhu bunga api listrik mencapai 2500C. Arus listrik dapat
menimbulkan kejangan otot dan bila arus tersebut melalui jantung, maka dapat
menimbulkan fibrilasi ventrikel. Kejang tetanik tersebut dapat menimbulkan fraktur
kompresi vertebrae.2
Panas yang timbul pada pembuluh darah akan merusak intima sehingga
terjadi thrombosis yang timbul perlahan yang menyebabkan kematian se;l atau
nekrosis pada luka listrik seakan-akan progresif. Pada tegangan rendah arus searah
tidak berbahaya, sebaliknya pada tegangan tinggi, arus searah sangat berbahaya.
Panas timbul karena tahanan yang dijumpai waktu arus mengalis, dan dampaknya
dipengaruhi pada jaringan dan keadan kulit. Urutan tahanan jaringan dari yang
paling rendah ialah saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo, dan tulang. Jaringan
yang tahanannya tinggi akan lebih banyak dialiri arus listrik seperti tangan dan kaki
yang memiliki lapisan epidermis yang tebal, sehingga luka bakar akibat arus listrik di
daera ini juga lebih berat.2
Pada pathogenesis tersambar petir, dimana petir bervoltase 20-100 juta volt
dan arus dapat mencapai 20.000 ampere dengan suhu inti sampai 30.00 kelvin, hal
inilah yang menyebabkan hantaran arus listrik dapat masuk melalui kepala, terlebih

melalui lobang kepala, telinga, mata, mulut, atau leher, tubuh, dan kaki. Pada jalan
arus listrik terdapat sebagian otak, pusat pernapasan, dan jantung sehingga korban
dapat pingsan, henti napas, maupun henti jantung.
Perjalanan penyakit luka bakar terdiri atas fase akut (fase syok), sub akut, dan
fase lanjut.
o Fase akut dimulai dari cidera awal sampai dengan syok awal teratasi), atau
sering disebut sebagai fase syok 0-72 jam setelah kejadian, yang menjadi
ancaman hidup adalah gangguan airway berupa pembengkakan jalan napas
akibat cidera inhalasi oleh udara panas atau gas toksik hasil produk
pembakaran. Gangguan breathing akibat eschar yang melingkar di dada atau
trauma toraks terkait cidera misalnya fraktur iga atau pneumotoraks, serta
gangguan circulation akibat peningkatan permeabilitas dinding kapiler
sehingga dapat menyebabkan ekstravasasi cairan intravascular dalam jumlah
yang besar.9
o Fase sub akut, setelah fase sub akut dilewatin sekitar 3 minggu atau lebih
yang menjadi masalah adalah keadaan hipermetabolisme, infeksi hingga ,
serta inflamasi dalam bentuk SIRS.
o Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan
jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama.2
6. Manifestasi klinis
Cedera saat tersengat listrik lebih dari sekedar luka bakar. Fokal luka bakar
terjadi pada titik masuk dan keluar melalui kulit. Begitu berada di dalam tubuh,
perjalanan saat ini melalui otot, menyebabkan cedera lebih seperti hancur daripada
luka bakar termal. Gejala klinis yang dapat terlihat berupa luka bakar pada kulit atau
lapisan yang lebih dalam, kontraksi otot atau nyeri, mati rasa atau kesemutan,
kejang. Pada keadaan tertentu dapat terjadi patah tulang sebagai akibat kejang yang
kuat pada otot skelet. Sedangkan kontraksi otot yang terjadi pada muskulus

intercostal di dada dapat mengakibatkan henti napas sehingga penderita dapat asfiksi.
Bila arus tersebut melalui jantung maka dapat terjadi gangguan irama, berupa
fibrilasi ventrikel. Pada kecelakaan tersengat arus listrik pada daerah kepala pasien
sering mengalami pusing, nyeri kepala, pingsan, bahkan dapat terjadi edema otak.2,6,8
Trombosis sering terjadi di kapal jauh di ujung sebuah, menyebabkan
kedalaman nekrosis jaringan yang lebih besar daripada yang terlihat pada
pemeriksaan awal. Trombosis terjadis ebagai akibat panas yang timbul dari arus
listrik merusak intima pembuluh darah. Cedera otot terbesar biasanya paling dekat
dengan tulang, dimana panas tertinggi perlawanan dihasilkan. Pengobatan cedera
listrik tergantung pada luasnya otot dalam dan saraf kehancuran lebih dari faktorfaktor lainnya. Adanya Penurunan hematokrit cepat tiba-tiba kadang-kadang berikut
penghancuran sel darah merah oleh energi listrik. Perdarahan ke dalam jaringan
dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembuluh darah dan pesawat jaringan. Dalam
beberapa kasus, kapal thrombosed hancur kemudian dan menyebabkan perdarahan
besar interstisial.6,8
7. Diagnosis
Diagnosis pada luka bakar didasarkan oleh penyebab, serta gambaran klinis luka
bakar, mencakup derajat luka bakar dan luas luka bakar menggunakan rumus Rules
of nine atau Lund-Browder. Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai letak luka serta
gambaran luka, peemriksaan laboratorium dan penunjang juga diperlukan untuk
menilai komplikasi atau trauma penyerta pada pasien luka bakar listrik.11
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan analisa gas darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. EKG untuk melihat fungsi jantung
5. Radiologi jika ada indikasi ARDS dan pemeriksaan lain yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS.
8. Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar

Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman
dari American Burn Association.
1. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami
luka bakar parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan (grade II) lebih dari
10%.
2. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya.
3. Khusus daerah, termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah,
mata, atau telinga.
4. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%.
5. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan
jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam
6.
7.
8.
9.

tubuh.
Luka bakar kimia
Cidera inhalasi
Terdapat maslaah medis sebelumnya (pre-existing medical condition).
Terdapat trauma penyerta, tetapi dengan luka bakar yang paling berpotensi

menimbulkan morbiditas dan mortalitas.


10. Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada
anak yang berisiko tinggi.9,11

Pengobatan pada luka bakar, terlebih dahulu arus listrik diputus, lalu
dilanjutkan dengan resusitasi jantung dengan masase jantung dan napas buatan.
Cairan parenteral harus diberikan. Kadang luka bakar di kulit luar tampak ringan,
tetapi kerusakan jaringannya lebih dalam dan luas. Apabila banyak terjadi kerusakan
otot maka urin akan menjadi lebih gelap oleh myoglobin, penderita ini perlu
diberikan manitol dengan dosis awal 25gr, disusul dosis rumatan 12,5 gr/jam untuk
memeprbaiki filtrasi ginjal dan mencegah gagal ginjal. Apabila ada edema otak dapat
diberikan diuretic pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu membersihkan
jaringan mati secara bertahap karena tidak semua jaringan mati tampak jelas pada
hari pertama. Bila terdapat luka pada ekstremitas mungkin diperlukan fasiotomi pada
hari pertama untuk mencegah sindrom kompartemen. Selanjutnya dilakukan cangkok
kulit atau rekonstruksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
a.

Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah
mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika
dibanding dengan intubasi.
3. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan
nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen
dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan
terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
4. Perawatan jalan nafas
5. Penghisapan sekret (secara berkala)
6. Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan
nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi
inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah
dengan bronkodilator bila perlu.
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki
kompliansi paru
b.

Tatalaksana resusitasi cairan


Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang
adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga
iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu agar dapat
meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin

survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi


dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari
berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya
pada waktu yang tepat. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan
cairan ini:

Cara Evans

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam


2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan
hari kedua.

Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan
hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

c.

Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka
pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang
diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan
25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. 4

Perawatan luka bakar


Terapi pembedahan pada luka bakar
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke
5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak
akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia.
Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan
menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya
iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan
dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin
lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasikomplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan
nekrosis yang melepaskan burn toxic (lipid protein complex) yang
menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses
angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini
mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi.
Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro
organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar
yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian
cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka
bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan
hemostasis dan juga skin grafting (dianjurkan

split thickness skin

grafting). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien
luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu:
-

Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan


lebih dari 3 minggu.

Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.


Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
- Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang
timbul.
Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh
posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial. Eksisi
tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis demi
lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint). 4
Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari
seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan
hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian
larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan halhal tersebut, baru dilakukan skin graft. Keuntungan dari teknik ini adalah
didapatnya fungsi optimal dari kulit dan keuntungan dari segi kosmetik.
Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang banyak dan
endpoint bedah yang sulit ditentukan.4
Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan
fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan penuh (full
thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang
digunakan

pada

teknik

ini

adalah

pisau

scalpel,

mesin

pemotong

electrocautery. Keuntungan tindakan ini ialah lebih mudah dikerjakan, cepat,


perdarahan tidak banyak, endpoint yang lebih mudah ditentukan sedangkan
kerugian khususnya di bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada sarafsaraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi.
Fasciotomi adalah prosedur yang digunakan untuk mengobati sindrom
kompartemen akut. Sayatan dibuat pada kulit yang meluas ke fasia untuk
mengurangi tekanan. Perhatikan bahwa Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dapat
disebabkan oleh luka bakar melingkar di pergelangan tangan dengan
pembengkakan berturut-turut.4

2. Skin grafting

Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun
berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang
biasa digunakan sebagai donor autograft adalah paha, bokong dan perut. 11

Gambar 2.8 a.Pemanenan cangkok kulit dengan dermatom, b: MESH cangkok


kulit dengan ukuran yang berbeda, c: situs donor setelah panen cangkok kulit, d:
penampilan cangkok kulit setelah lampiran ke daerah penerima (3 minggu
kemudian). (Sumber : Alharbi,et all.2012)
Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara
split thickness skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik
teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk
memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode
ini disebut mess grafting.11

Gambar 2.9 Alat untuk debridement kulit dan skin graft (sumber: Alarbi,et all,
2012)
Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan
grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit
donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin
dermatome ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan
epinefrin) dan juga anestesi.11
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan
dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah
dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya,
pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau
dilakukan grafting adalah:
-

Kulit donor setipis mungkin


Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan

grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara cegah gerakan geser, baik dengan pembalut
elastik (balut tekan),drainase yang baik, gunakan kasa adsorben.11
9. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari luka bakar yang paling sering ialah syok karena
kekurangan cairan, sepsis, gagal ginjal, dan gagal nafas. Cedera tegangan tinggi
sering menghasilkan luka bakar dan pasien berisiko tinggi mioglobinuria dan gagal
ginjal.3 Walaupun jarang terjadi komplikasi luka bakar listrik lainnya yang harus

diwaspadai adalah terjadinya nekrosis usus atau myoglobinuria yang dapat


berkembang menjadi tubular nekrosis akut sebagai dampak dari nekrosis otot yang
luas. Output urin harus selalu dua sampai tiga kali normal dengan cairan intravena.
Alkalinization dari urin dan diuretik osmotik dapat diindikasikan jika terdapat
myoglobinuria. Komplikasi neurologi seperti penurunan kesadaran, amnesia
retrograd, serta depresi sum-sum tulang belakang serta neuropsikiatri (perubahan
tingkah laku dan rasa lelah kronis). Salah satu komplikasi lanjut luka bakar listrik
adalah terbentuknya katarak. Katarak dapat unilateral atau bilateral, biasanya terlihat
pada trauma di atau sekitar kepala. Kematian paling sering di rumah sakit
diakibatkan oleh pneumonia, sepsis, dan kegagalan multi organ.2,4
10. Prognosis
Prognosis pada pasien luka bakar sangat bergantung pada derajat kerusakan luka,
luas permukaan, daerah atau lokasi luka, dan usia serta kesehatan pasien. Penyulit
juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara
lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik
dan kontraktur.1,10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar ialah suatu trauma atau kerusakan/kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, arus listrik atau bahan kimia yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Pemeriksaan laboratorium perlu
dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang tatalaksana, mengingat
luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan gangguan
keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Penatalaksanaan yang efektif dan
efisien pada penderita luka bakar dapat menghambat beratnya luka bakar, mencegah
komplikasi, dan mengurangi angka kematian karena luka bakar.
3.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan faktorfaktor

yang dapat memperberat penyakit.

2. Pada pasien luka bakar dengan pemasangan kateter diharapkan sebaiknya


dilakukan pemantauan urin dan cairan (balance cairan) untuk melihat tanda-tanda
komplikasi seperti syok hipovolemik, mioglobinuria.
3. Pencegahan trauma elektrik khususnya akibat petir dapat dilakukan dengan
mencari perlindungan di rumah, gedung, atau sangkar faraday (contohnya mobil)
saat petir datang. Hindari untuk berlindung dibawah pohon di lapangan, walaupun
hutan merupakan tempat perlindungan yang cukup aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartohadmojo,Suharto.
Luka
Bakar
(Combustio)
http://elib.fk.uwks.ac.id pada Kamis, 16 Januari 2014.

Diunduh

dari

2. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta. h.67-83.
3. Cushing, Tracy. 2013. Electrical injuries ini Emergency Medicine. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview#a0199 pada Senin, 13
Januari 2014.
4. Georgiade, Gregory dan W.Christopher Prederson. 1995. Luka Bakar. Buku Ajar
Bedah Edisi I. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

5. Price T, Cooper MA. Electrical and Lighting Injuries. In: Marx J, Hockberger R,
Walls R. Rosen's Emergency Medicine. Vol 3. 5th ed. Mosby; 2002:2010-2020.
6. Utama,

Herry.S.Yudha.

2012.

Luka

Bakar Akibat

Listrik.

Diakses

http://herrysetyayudha.wordpress.com/2012/03/16/laka-bakar-akibat-listrik/

dari
pada

Senin, 13 januari 2014.


7. Thomas SS. Electrical burns of the mouth: still searching for an answer. Burns. Mar
1996;22(2):137-40.
8. Kircheimer,Sid. 2011. Electrical Burns. New York University. Diakses dari
http://www.med.nyu.edu

pada Kamis, 16 Januari 2014.

9. Prasetyono, Theddeus dan Leo Rendy. 2008. Merujuk Pasien Luka Bakar:
Pertimbangan Praktis dalam Majalah Kedokteran Indonesia Volume 58. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
10. Greenberg, Michael. 2008.Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan, Jilid 2. Penerbit
Erlangga: Jakarta. h.695-697.
11. Alharbi,Ziyad dan Piatkowski,A.et all. 2012. Treatment of burns in the first 24
hours: simple and practical guide by answering 10 questions in a step-by-step form.
World Journal Of Emergency Surgery.7:13.

Anda mungkin juga menyukai