Disusun Oleh:
FIRMAN SATYA SANYOTO
NIM. 156100300111008
REVIEW
PENERAPAN MESIN PEMANEN TEBU
(CHOPPER HARVESTER)
I.
Pendahuluan
Di Indonesia tanaman tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa,
Sumatra dan Kalimantan. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang dipanen
diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Setelah itu, Nira
atau yang biasa disebut sari tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan
sehingga menjadi gula pasir yang kita konsumsi. Dari proses pembuatan tebu
tersebut dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes
(molasse) dan air. Daun tebu yang kering adalah biomassa yang memiliki nilai
kadar kalori yang cukup tinggi.
Penebangan tebu haruslah memenuhi standar kebersihan yaitu kotoran
seperti daun tebu kering, tanah dan lainnya tidak boleh lebih besar dari 5%.
Untuk tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu di sisakan didalam tanah
sebatas permukaan tanah asli agar dapat tumbuh tunas. Bagian pucuk tanaman
tebu dibuang karena bagian ini kaya dengan kandungan asam amino tetapi
miskin kandungan gula. Tebu tunas juga dibuang karena kaya kandungan asam
organis, gula reduksi dan asam amino akan tetapi miskin kandungan gula.
II.
Pemanenan Tebu
Pemanenan adalah kegiatan akhir dari setiap siklus penanaman tebu,
dimana kegiatan pemanenan meliputi Tebang, Muat dan Angkut, yang bertujuan:
memungut tebu dalam jumlah yang optimal dari setiap petak tebang,
mengangkut tebu dari petak tebangan ke pabrik dan mempertahankan hasil gula
yang secara potensial berada pada tanaman tebu. Kegiatan tebang muat angkut
(TMA) adalah kegiatan yang sangat komplek, karena bukan saja merupakan
rangkaian dari tiga kegiatan yang saling mempengaruhi, tapi juga karena sangat
ketat dibatasi oleh waktu. Apabila terjadi kendala di salah satu kegiatan, maka
kegiatan lainnya akan terganggu. Seluruh kegiatan pertanaman akan ditentukan
hasilnya dalam kegiatan TMA, bahkan hasil kinerja perusahaan akan ditampilkan
dari kegiatan TMA. Kinerja manajemen seolah-olah dipertaruhkan dalam
kegiatan ini. Secara garis besar tujuan dari TMA adalah mendapatkan tebu giling
sangat
rentan
terhadap
faktor
eksternal
(faktor
sosial),
memerlukan tenaga tebang dalam jumlah besar, dan hal ini seringkali sulit
didapatkan.
b.
pengiriman
relatif
besar,
penyelesaian
penebangan
dan
dapat
memenuhi
quota
pengiriman
tebu
ke
pabrik,
untuk
Sumber : http://survey-pemetaan.blogspot.co.id/2011/07/tata-cara-budidaya-tanaman-tebu-bagian_20.html
Sumber : http://survey-pemetaan.blogspot.co.id/2011/07/tata-cara-budidaya-tanaman-tebu-bagian_20.html
harvester
memotong
tebu
pada
pangkal
batang
dekat
Sumber : https://www.researchgate.net/figure/270988110_fig1_Figure-4-A-typical-whole-stalk-harvestersystem-1-topper-2-crop-divider-and
Sumber: http://www.google.ki/patents/US6869356
pemanen
tebu
tersebut
mempunyai
kelebihan
dan
b.
c.
Menggoncangkan batang tebu supaya terlepas dar tanah dan pasir yang
menempel
d.
e.
f.
g.
Sumber : http://agri.wu.ac.th/msomsak/LabNet/Activities/2728May2547/precision_June_2004/sld040.htm
b.
c.
d.
e.
Sisa panen yang tertinggal, berupa potongan daun-daun dan seresah lain,
merupakan sumber hara bagi lahan tebu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi waktu dan biaya pemanenan dari
Kemiringan lahan
Pola kebun
Pola tanaman tebu di Indonesia adalah plant cane (tebu utama) dan ratoon
(tanaman keprasan), sementara mesin panen tebu chopper harvester di
desain untuk melakukan panen pada tanaman tebu pertama (plant cane)
yang memotong tanaman tebu sampai pada dasar, sehingga tidak
menyisakan untuk tumbuhnya tanaman tebu kedua (ratoon). Dengan kata
lain diperlukan modifikasi khusus agar mesin ini dapat bekerja dengan efektif
dan efisien.