Bab Ii
Bab Ii
2.1
Semen
Menurut G.T. Austin 1996 menerangkan bahwa semen berasal dari bahasa
Latin cementum yang berarti perekat atau dalam pengertian luas adalah material
yang dapat memberikan sifat perekat diantara batuan batuan dalam konstruksi.
Semen juga diartikan sebagai campuran kimia yang memiliki sifat hidraulis, yaitu
sifat dimana apabila dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat
material lain menjadi suatu massa yang padat.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. memiliki 2 plant dimana tipe semen
yang diproduksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. plant-9 PalimananCirebon adalah Portland Composite Cement (PCC) dan tipe semen yang
diproduksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. plant-10 Palimanan-Cirebon
adalah Portland Composite Cement (PCC) dan Ordinary Portland Cement (OPC).
2.2
Bahan Baku
Pembuatan suatu produk tidak lepas dari adanya bahan baku, begitu juga
dengan pembuatan semen. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam
membuat produk dimana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk
jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang). (wikipedia:2015)
Bahan baku pembuatan semen dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahan baku
utama dan bahan baku pendukung. Bahan baku utama dalam pembuatan semen
yakni terdiri dari batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay), bahan ini
memberikan efek hidrasi dan pengerasan pada semen jika dicampur dengan air.
Bahan baku pendukung terdiri dari bahan baku korektif dan bahan tambahan.
Bahan korektif yang digunakan adalah pasir silika (silica sand) dan pasir besi
(iron sand) sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah gypsum dan trass.
baku
utama
termasuk
dalam
kelompok
Calcareous
yang
karbonat. Pada dasarnya batu kapur adalah batuan alam yang tergolong sebagai
calcareous yang mengandung komponen kalsium karbonat (CaCO3) dan
terbentuk karena adanya proses pengendapan kimiawi maupun pengendapan sisa
sisa organisme seperti algae, foraminifer atau coral. Selain batu kapur dapat
juga digunakan chalk marly limestone, coral limestone, marble limesand, shell
deposit, dsb.
Batu kapur dalam keadaan murni berupa senyawa CaCO3. Kadar CaCO3
dalam batu kapur berkisar antara 85 90%, dan MgCO3 2 5%. Warna fisik
kapur dipengaruhi oleh zat pengotornya. Batu kapur sebagian besar terdiri dari
struktur kristal yang halus, kekerasannya biasanya tergantung dari umur
geologinya. Semakin tua umur geologinya maka semakin keras dan bagus pula
batu kapur tersebut. Batu kapur merupakan sumber CaO yang utama dalam reaksi
yang terjadi di kiln. Limestone yang digunakan oleh PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. adalah limestone yang berasal dari Gunung Kromong dengan
kandungan CaCO3 sebesar 46 48%. Komposisi dari limestone dibutuhkan untuk
2.2.2
kandungan SiO2 pada pembuatan semen. Pasir silika dengan kadar silika oksida
tinggi diperoleh dari daerah Rembang, Jawa Tengah. Pasir silika untuk sementara
disimpan di tempat penyimpanan terbuka di dekat penambangan batu kapur.
Kebutuhan pasir silika sekitar 2,26% dari keseluruhan bahan baku. Senyawa
SiO2 dalam silika ini diperlukan untuk membentuk senyawa senyawa semen
seperti 2CaO.SiO2 (C2S) dan 3CaO.SiO2 (C3S).
2)
Fe2O3 dalam campuran bahan baku (raw meal) dan juga sebagai senyawa
pembentuk C4AF (tetrakalsium aluminoferit) dalam akhir proses pembuatan
clinker. Pasir besi diperoleh dari Cilacap, Jawa Tengah, kebutuhannya sekitar
2,28% dari keseluruhan bahan baku.
Gypsum
Gypsum
merupakan
senyawa
kalsium
sulfat
anhydrous.
Fungsi
6CaO.Al2O3.3SO3.32H2O
Gypsum
Ettiringite
Bahan mentah ini diperoleh dengan cara membelinya dari Petrokimia Gresik
(untuk gypsum synthetic) dan untuk gypsum alami di impor langsung dari
Thailand. Konsentrasi gypsum yang digunakan sekitar 30% dari keseluruhan
bahan baku untuk umpan cement mill dalam pembuatan semen jenis PCC.
2)
pozzolink. Sifat ini dapat memperlambat setting time dan menambah kekuatan
semen. Trass berasal dari lahar gunung berapi yang mengandung SiO2 aktif yang
dapat berikatan dengan freelime yang tinggi, freelime yang tinggi mengakibatkan
semen mempunyai kuat tekan yang kecil hal ini akan menghasilkan sifat mudah
terekspansi dan mudah retak. Dengan adanya penambahan trass maka kadar
freelime ini dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi lebih baik dan kuat
tekan akhir yang lebih tinggi. Trass diperoleh dari daerah Brobos, PalimananCirebon. Konsentrasi trass yang digunakan berkisar antara 9 10% untuk semen
PCC dari keseluruhan bahan baku. Sebelum dipakai trass dicampur terlebih
dahulu dengan limestone dengan perbandingan 2:1.
1)
berada dalam clinker setelah proses pembakaran clinker selesai. Kadar alkali
maksimum 1% karena dapat menimbulkan keretakan pada beton jika agregat
yang digunakan mengandung silika reaktif.
3)
Sulfur
Sulfur muncul biasanya dalam bentuk sulfida (pyrete dan marccasite
FeS), dalam hampir semua bahan baku semen. Kelebihan kandungan sulfur
seperti SO2 dapat bereaksi dengan CaCO3 dalam preheater dan kembali ke kiln
sebagai CaSO4. Zat ini juga dapat memproduksi alkali sulfat yang
mempengaruhi operasi kiln dan kualitas semen. Selain itu, kandungan sulfur
yang lebih banyak dapat menyebabkan penambahan emisi SO2 pada gas
buangan, menyumbat saluran Suspension Preheater (SP) sama seperti
pelapisan pada dinding
kiln.
Kandungan
SO3
Klorida
Klorida bereaksi dengan alkali dalam rotary kiln membentuk alkali
10
5)
Fluoride
Kandungan fluoride dalam bahan baku semen berfluktuasi antara 0,03 -
Phosphor
Kandungan phosphor maksimum adalah 0,25%, bila melebihi harga
Limestone
Moisture content
: 8,85 %
Table 2.1 Komposisi Limestone
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
Jumlah (%)
8,61
2,38
0,86
47,92
0,75
0,22
0,09
0,19
2)
Clay
Moisture content
: 2,40 %
Table 2.2 Komposisi Clay
Senyawa
SiO2
Al2O3
Jumlah (%)
49,64
16,18
11
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
4,55
7,61
1,42
1,58
0,65
1,67
3)
Silica sand
Moisture content
: 1,10 %
Table 2.3 Komposisi Silica Sand
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
Jumlah (%)
72,18
10,87
2,05
5,01
0,42
0,35
2,91
1,23
4)
Iron sand
Moisture content
: 6,95 %
Table 2.4 Komposisi Iron Sand
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
Jumlah (%)
23,91
11,28
55,48
5,01
0,42
0,35
0,39
1,23
5)
Gypsum
Moisture content
: 1,06 %
12
6)
Trass
Moisture content
: 5,10 %
Table 2.5 Komposisi Trass
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
SO3
Na2O
K2O
Jumlah (%)
69,33
15,40
2,90
3,28
0,21
3,52
1,73
2.3
13
terdapat dalam semen sebagai mineral cristal phase glass atau dalam keadaan
bebas dan sebagai larutan padat dalam fasa mineral. Mineral mineral kristal
paling
banyak
terdapat
dalam
semen
adalah
trikalsiumsilikat
(C3S),
Mineral
C3 S
C2 S
C3 A
C4AF
Jumlah (%)
60,47
14,83
9,39
9,79
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
Jumlah (%)
21,09
5,60
3,22
66,53
1,82
0,55
0,24
0,60
14
Senyawa
Jumlah (%)
SiO2
30,97
Al2O3
8,44
Fe2O3
3,05
CaO
55,10
MgO
1,43
SO3
1,71
Na2O
1,04
K2O
0,80
Syarat kimia
2)
Kadar SO3
: 1,5 1,7%
Kadar Freelime
: 1,4 0,6%
Syarat fisika
Table 2.9 Syarat Fisika semen PCC
No
Uraian
Satuan
Persyaratan
m2/kg
Min 300
%
%
Maks 0,80
Maks 0,20
Menit
Menit
Min 45
Maks 375
15
Kuat tekan
Umur 3 hari
Umur 7 hari
Umur 28 hari
Pengikatansemu :
Penetrasiakhir
Kandunganudaradalam mortar
Min 50
%vol
Maks 12
Selain dilakukan analisa sifat fisika, dilakukan juga analisa kimia untuk
mengetahui sifat-sifat kimia yang terdapat pada semen yang dihasilkan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Adapun analisa kimia yang dilakukan
meliputi:
a)
disebabkan karena adanya air kristal dari gypsum dan uap air serta CO2 yang
terserap dari udara sehingga dapat diketahui dan diperkirakan berapa lama
semen dapat disimpan. Besarnya hilang pijar bergantung dari banyaknya air
kristal dalam gypsum, umumnya berkisar 0,5 - 0,8%. Hilang pijar pada semen
terutama disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal yang berasal dari
gypsum dan penguapan air serta CO2 yang terserap dari udara.
b)
direaksikan dengan asam klorida dan natrium karbonat. Impuritis yang terdapat
dalam jumlah kecil ini biasanya berasal dari bahan lempung dalam gypsum dan
SiO2 yang tidak terikat dalam clinker, tetapi jumlahnya cukup besar sehingga
perlu diperiksa kemungkinan kemurnian gypsum yang dipakai, perubahan
terhadap distribusi ukuran partikel dari tepung baku dan proses pembakaran
clinker.
c)
Modulus Semen
Modulus semen adalah bilangan yang menyatakan perbandingan
16
kuantitatif dari senyawa senyawa seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.
Modulus modulus ini digunakan untuk menghitung perbandingan bahan baku
yang digunakan untuk pembuatan clinker dengan komposisi yang diinginkan,
sehingga menghasilkan jenis semen yang sesuai dengan standar produk yang
berlaku. Modulus yang dipakai dalam semen adalah :
(a)
fase cair pada suhu clinkerisasi, Karena pada suhu tersebut SiO2 masih
dalam fasa padat, sedangkan Al2O3 dan Fe2O3 sudah berada pada fasa cair.
Perubahan SM dapat menyebabkan perubahan perubahan pada bentuk
coating di burning zone dan burnability dari clinker. Pembentukan ring
coating didalam kiln biasanya dapat dipantau dari perubahan SM clinker.
(b)
17
perbandingan CaO nyata dengan CaO teoritis paling tinggi yang dapat
mengikat oksida-oksida SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Perhitungan LSF
didasarkan pada anggapan kondisi pembakaran
clinker sempurna,
homogenitas bahan baku baik, dan CaO bebas pada clinker sama dengan 0.
3)
bahan kontruksi bangunan, tetapi dengan syarat tidak ada senyawa asam
yang menghancurkan.
2)
Hidrolis
Semen yang bersifat hidrolis akan mudah mengikat air, termasuk
kandungan air yang ada di udara. Oleh karena itu, semen tidak dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama pada udara terbuka karena dapat
mengakibatkan penggumpalan atau pengerasan sebelum digunakan.
3)
asam akan mengubah senyawa senyawa semen yang larut. Selain itu,
senyawa sulfat juga dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dan kalsium
alumina hidrat yang menyebabkan ekspansi. Yang berlangsung secara
berkelanjutan, sehingga dapat menyebabkan keretakan.
4)
suhu tinggi.