Anda di halaman 1dari 14

BAB II

BAHAN BAKU DAN PRODUK

2.1

Semen
Menurut G.T. Austin 1996 menerangkan bahwa semen berasal dari bahasa

Latin cementum yang berarti perekat atau dalam pengertian luas adalah material
yang dapat memberikan sifat perekat diantara batuan batuan dalam konstruksi.
Semen juga diartikan sebagai campuran kimia yang memiliki sifat hidraulis, yaitu
sifat dimana apabila dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat
material lain menjadi suatu massa yang padat.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. memiliki 2 plant dimana tipe semen
yang diproduksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. plant-9 PalimananCirebon adalah Portland Composite Cement (PCC) dan tipe semen yang
diproduksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. plant-10 Palimanan-Cirebon
adalah Portland Composite Cement (PCC) dan Ordinary Portland Cement (OPC).

2.2

Bahan Baku
Pembuatan suatu produk tidak lepas dari adanya bahan baku, begitu juga

dengan pembuatan semen. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam
membuat produk dimana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk
jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang). (wikipedia:2015)
Bahan baku pembuatan semen dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahan baku
utama dan bahan baku pendukung. Bahan baku utama dalam pembuatan semen
yakni terdiri dari batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay), bahan ini
memberikan efek hidrasi dan pengerasan pada semen jika dicampur dengan air.
Bahan baku pendukung terdiri dari bahan baku korektif dan bahan tambahan.
Bahan korektif yang digunakan adalah pasir silika (silica sand) dan pasir besi
(iron sand) sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah gypsum dan trass.

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

2.2.1 Bahan Baku Utama


Bahan

baku

utama

termasuk

dalam

kelompok

Calcareous

yang

mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3) sehingga menyumbang


komponen kapur serta kelompok Siliceous dan Argillaceous sebagai penyumbang
komponen tanah liat. Ketiga kelompok ini banyak mengandung senyawa kimia
pembentuk semen yaitu kalsium oksida dan silikat. Bahan baku utama dalam
pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. plant-9 dan 10
yakni, batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay). Material tersebut di dapatkan
dari penambangan di Gunung Kromong yang terletak 1,5 km di belakang area
plant-9 dan plant-10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Daerah
penambangan ini terdiri dari 5 quarry (titik penambangan) dan setiap quarry
memiliki kualitas material yang berbeda beda.
1)

Batu Kapur (Limestone)


Batu kapur merupakan komponen yang berfungsi sebagai pembawa kalsium

karbonat. Pada dasarnya batu kapur adalah batuan alam yang tergolong sebagai
calcareous yang mengandung komponen kalsium karbonat (CaCO3) dan
terbentuk karena adanya proses pengendapan kimiawi maupun pengendapan sisa
sisa organisme seperti algae, foraminifer atau coral. Selain batu kapur dapat
juga digunakan chalk marly limestone, coral limestone, marble limesand, shell
deposit, dsb.
Batu kapur dalam keadaan murni berupa senyawa CaCO3. Kadar CaCO3
dalam batu kapur berkisar antara 85 90%, dan MgCO3 2 5%. Warna fisik
kapur dipengaruhi oleh zat pengotornya. Batu kapur sebagian besar terdiri dari
struktur kristal yang halus, kekerasannya biasanya tergantung dari umur
geologinya. Semakin tua umur geologinya maka semakin keras dan bagus pula
batu kapur tersebut. Batu kapur merupakan sumber CaO yang utama dalam reaksi
yang terjadi di kiln. Limestone yang digunakan oleh PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. adalah limestone yang berasal dari Gunung Kromong dengan
kandungan CaCO3 sebesar 46 48%. Komposisi dari limestone dibutuhkan untuk

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

membentuk komponen komponen utama clinker yang terdapat dalam


kandungan semen, yaitu : 3CaO.SiO2 (C3S), 2CaO.SiO2 (C2S), 3CaO.Al2O3 (C3A)
dan 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF). Limestone yang digunakan sebagai bahan baku
sekitar 94,02% dari keseluruhan bahan baku yang digunakan.
2)

Tanah Liat (Clay)


Tanah liat memiliki rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O, dan merupakan bahan

tambang yang termasuk kedalam kelompok argillaceous yang banyak


mengandung silika dan alumina. Tanah liat tanpa impuritas berwarna putih,
adanya Fe menyebabkan warna hitam pada tanah liat. Sifat tanah liat jika
dipanaskan atau dibakar akan berkurang kadar airnya dan akan menjadi keras.
Kandungan terbesar dalam clay adalah SiO2 yaitu sekitar 49,64% dimana
senyawa SiO2 dibutuhkan untuk membentuk senyawa C2S dan C3S. Selain itu clay
juga mengandung senyawa Al2O3 yang cukup banyak yaitu sekitar 16,18%
dimana senyawa Al2O3 dibutuhkan untuk membentuk senyawa C3A dan C4AF.
Jumlah clay yang digunakan sebagai bahan baku berkisar antara 1,44% dari
jumlah kesuluruhan bahan baku yang digunakan.

2.2.2

Bahan Baku Korektif


Bahan baku korektif adalah bahan tambahan pada bahan baku utama apabila

pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida oksidanya belum


memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya, bahan
baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina dan
oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand) dan pasir besi (iron sand).
(Maulhidayat:2012).
1)

Pasir Silika (silica sand)


Pasir silika merupakan material yang ditambahkan untuk menaikan

kandungan SiO2 pada pembuatan semen. Pasir silika dengan kadar silika oksida
tinggi diperoleh dari daerah Rembang, Jawa Tengah. Pasir silika untuk sementara
disimpan di tempat penyimpanan terbuka di dekat penambangan batu kapur.

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

Kebutuhan pasir silika sekitar 2,26% dari keseluruhan bahan baku. Senyawa
SiO2 dalam silika ini diperlukan untuk membentuk senyawa senyawa semen
seperti 2CaO.SiO2 (C2S) dan 3CaO.SiO2 (C3S).
2)

Pasir Besi (iron sand)


Pasir besi merupakan bahan pendukung untuk meningkatkan kandungan

Fe2O3 dalam campuran bahan baku (raw meal) dan juga sebagai senyawa
pembentuk C4AF (tetrakalsium aluminoferit) dalam akhir proses pembuatan
clinker. Pasir besi diperoleh dari Cilacap, Jawa Tengah, kebutuhannya sekitar
2,28% dari keseluruhan bahan baku.

2.2.3 Bahan Baku Tambahan


Bahan aditif merupakan bahan campuran yang ditambahkan kedalam
clinker untuk mendapatkan sifat sifat tertentu yang diinginkan. Faktor faktor
yang perlu diketahui dalam memilih bahan aditif yaitu :
a. Komposisi kimia
b. Komposisi mineralogi
c. Pengaruh terhadap prosses pembakaran
d. Pengaruh terhadap kualitas semen
e. Economical availability
Dari faktor faktor diatas maka PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
memilih bahan aditif yaitu :
1)

Gypsum
Gypsum

merupakan

senyawa

kalsium

sulfat

anhydrous.

Fungsi

penambahannya adalah sebagai retarder, yaitu memperlambat waktu pengerasan


(setting time) semen. Mekanisme penghambatan diawali dengan reaksi C3A
dengan H2O menjadi kalsium alumina hidrat (berupa pasta yang bersifat cepat
mengeras). Pasta tersebut akan bereaksi dengan gypsum dan membentuk
ettiringite. Ettiringite akan membungkus permukaan pasta sehingga reaksi hidrasi
C3A terhambat dan proses pengerasan dapat diperlambat. Persamaan reaksinya

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

dapat dilihat seperti dibawah ini :


C3A + 3(CaSO4.2H2O) + 26H2O

6CaO.Al2O3.3SO3.32H2O

Gypsum

Ettiringite

Bahan mentah ini diperoleh dengan cara membelinya dari Petrokimia Gresik
(untuk gypsum synthetic) dan untuk gypsum alami di impor langsung dari
Thailand. Konsentrasi gypsum yang digunakan sekitar 30% dari keseluruhan
bahan baku untuk umpan cement mill dalam pembuatan semen jenis PCC.
2)

Trass atau pozzoland (CaO.SiO2.Al2O3.3H2O)


Penambahan trass berfungsi agar semen yang dihasilkan mempunyai sifat

pozzolink. Sifat ini dapat memperlambat setting time dan menambah kekuatan
semen. Trass berasal dari lahar gunung berapi yang mengandung SiO2 aktif yang
dapat berikatan dengan freelime yang tinggi, freelime yang tinggi mengakibatkan
semen mempunyai kuat tekan yang kecil hal ini akan menghasilkan sifat mudah
terekspansi dan mudah retak. Dengan adanya penambahan trass maka kadar
freelime ini dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi lebih baik dan kuat
tekan akhir yang lebih tinggi. Trass diperoleh dari daerah Brobos, PalimananCirebon. Konsentrasi trass yang digunakan berkisar antara 9 10% untuk semen
PCC dari keseluruhan bahan baku. Sebelum dipakai trass dicampur terlebih
dahulu dengan limestone dengan perbandingan 2:1.

2.2.4 Bahan Pengotor


Dalam pembuatan semen sama halnya dengan proses pembuatan bahan
kimia lainnya tidak terlepas dari adanya bahan pengotor. Bahan pengotor ini
berasal dari penggunaan bahan baku yang tidak murni. Proses produksi semen
menggunakan bahan baku yag berasal dari proses pertambangan, dimana bahan
baku yang diperoleh dari proses pertambangan biasanya merupakan batuan yang
mengandung banyak mineral sehingga tingkat kemurniannya tidak terlalu tinggi.
Bahan pengotor yang ada dalam proses produksi semen ini diantaranya
Magnesium Oksida (MgO), Alkali (Na2O dan K2O), Sulfur, Klorida , Fluoride,
Phosphor.

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

1)

Magnesium Oksida (MgO)


Senyawa MgO dalam semen kebanyakan berasal dari batu kapur yaitu

setelah terjadinya proses pembakaran clinker. Apabila jumlah MgO terlalu


banyak maka akan terdapat MgO bebas (periclase). Jika periclase bereaksi
dengan H2O maka akan membentuk Mg(OH)2 yang memiliki volume lebih
besar yang dapat menimbulkan keretakan pada kontruksi beton. Kadar MgO
dalam semen tidak boleh melebihi 5%.
2)

Alkali (Na2O dan K2O)


Senyawa senyawa ini banyak terdapat pada sand dan clay yang tetap

berada dalam clinker setelah proses pembakaran clinker selesai. Kadar alkali
maksimum 1% karena dapat menimbulkan keretakan pada beton jika agregat
yang digunakan mengandung silika reaktif.
3)

Sulfur
Sulfur muncul biasanya dalam bentuk sulfida (pyrete dan marccasite

FeS), dalam hampir semua bahan baku semen. Kelebihan kandungan sulfur
seperti SO2 dapat bereaksi dengan CaCO3 dalam preheater dan kembali ke kiln
sebagai CaSO4. Zat ini juga dapat memproduksi alkali sulfat yang
mempengaruhi operasi kiln dan kualitas semen. Selain itu, kandungan sulfur
yang lebih banyak dapat menyebabkan penambahan emisi SO2 pada gas
buangan, menyumbat saluran Suspension Preheater (SP) sama seperti
pelapisan pada dinding

kiln.

Kandungan

SO3

dalam semen dapat

mempengaruhi waktu proses pengerasan (setting time) semen. Kandungan SO3


maksimum yang diperbolehkan dalam semen yaitu 1,4 0,6%.
4)

Klorida
Klorida bereaksi dengan alkali dalam rotary kiln membentuk alkali

klorida dan bersirkulasi diantara zona pembakaran dan preheater sampai


menyebabkan peningkatan pelapisan di kiln. Kandungan klorida dalam bahan
baku yang diharapkan hanya berkisar antara 0,015 - 0,1%.

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

10

5)

Fluoride
Kandungan fluoride dalam bahan baku semen berfluktuasi antara 0,03 -

0,8%. Kelebihan fluoride akan mengurangi kekuatan semen.


6)

Phosphor
Kandungan phosphor maksimum adalah 0,25%, bila melebihi harga

tersebut maka akan mengurangi kekuatan semen.

2.2.5 Spesifikasi Bahan


Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan semen memiliki
karakteristik dan kandungan / komposisi senyawa yang berbeda beda.
Komposisi pada setiap bahan baku sangat penting dalam penentuan jumlah bahan
baku yang akan digunakan dalam proses untuk menghasilkan produk semen yang
diinginkan. Komposisi setiap bahan baku adalah sebagai berikut:
1)

Limestone
Moisture content

: 8,85 %
Table 2.1 Komposisi Limestone

Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O

Jumlah (%)
8,61
2,38
0,86
47,92
0,75
0,22
0,09
0,19

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

2)

Clay
Moisture content

: 2,40 %
Table 2.2 Komposisi Clay

Senyawa
SiO2
Al2O3

Jumlah (%)
49,64
16,18

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

11

Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O

4,55
7,61
1,42
1,58
0,65
1,67

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

3)

Silica sand
Moisture content

: 1,10 %
Table 2.3 Komposisi Silica Sand

Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O

Jumlah (%)
72,18
10,87
2,05
5,01
0,42
0,35
2,91
1,23

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

4)

Iron sand
Moisture content

: 6,95 %
Table 2.4 Komposisi Iron Sand

Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O

Jumlah (%)
23,91
11,28
55,48
5,01
0,42
0,35
0,39
1,23

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

5)

Gypsum
Moisture content

: 1,06 %

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

12

6)

Trass
Moisture content

: 5,10 %
Table 2.5 Komposisi Trass

Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
SO3
Na2O
K2O

Jumlah (%)
69,33
15,40
2,90
3,28
0,21
3,52
1,73

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

2.3

Produk yang Dihasilkan


PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Palimanan-Cirebon plant-9 ini

memproduksi semen jenis Portland Composite Cement (PCC) yang merupakan


semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker yang terdiri
dari senyawa kalsium silikat (C3S dan C2S) yang bersifat hidrolis bersama gypsum
dan trass sebagai bahan tambahan. PCC merupakan tipe semen I yang digunakan
untuk bahan bangunan perumahan. Perbedaan semen PCC dan OPC yaitu semen
PCC mempunyai kandungan trass atau pozzoland sekitar 30%, dan biasanya
untuk mengurangi cost pembelian trass, semen PCC selain dicampurkan dengan
trass, dicampur juga dengan Hi-limestone, hal ini dilakukan disadari dari aspek
ekonomi, namun dari segi kualitas semen PCC memenuhi aturan SNI. Salah satu
keunggulan Portland Composite Cement (PCC) yaitu lebih ramah lingkungan
(menggunankan bahan baku dan bahan bakar alternative), sedangkan untuk semen
OPC mempunyai kandungan trass sekitar 4%, dan jika dilihat dari segi kualitas
lebih bagus karena bahan baku utamanya lebih banyak, dan harganya lebih mahal
dari pada semen PCC. Berdasarkan dari analisa kimia yang dilakukan dapat
diketahui bahwa semen Portland tersusun atas limestone, silica, alumina, besi
oksida, dan mengandung sedikit impurities dalam bentuk magnesia, freelime,
insoluble residu, dan alkali (Na2O dan K2O). Komponen komponen diatas

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

13

terdapat dalam semen sebagai mineral cristal phase glass atau dalam keadaan
bebas dan sebagai larutan padat dalam fasa mineral. Mineral mineral kristal
paling

banyak

terdapat

dalam

semen

adalah

trikalsiumsilikat

(C3S),

dikalsiumsilikat (C2S), trikalsiumaluminat (C3A), tetrakalsium aluminoferrit


(C4AF). Namun sebelum menjadi produk semen, clinker yang dihasilkan di kiln
memiliki komposisi mineral dan senyawa sebagai berikut:
Tabel 2.6 Komposisi mineral clinker

Mineral
C3 S
C2 S
C3 A
C4AF

Jumlah (%)
60,47
14,83
9,39
9,79

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

Komposisi senyawa pada clinker adalah sebagai berikut:


Tabel 2.7 Komposisi Senyawa Clinker

Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O

Jumlah (%)
21,09
5,60
3,22
66,53
1,82
0,55
0,24
0,60

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

Dengan kandungan free lime dalam clinker 1,93%. Freelime merupakan


produk dari limestone yang tidak bereaksi di dalam kiln. Kandungan freelime pada
clinker adalah 1,5 1,8 %. Keberadaan limestone di dalam clinker berpengaruh
pada kualitas produk yang di hasilkan, karena jika kandungan freelime pada
clinker berada di bawah 1,5 % maka clinker yang dihasilkan akan rapuh, namun
jika kandungan freelime pada clinker berada di atas 1,8 % maka clinker yang
dihasilkan akan keras.

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

14

Sedangkan setelah clinker ditambahkan dengan gypsum dan trass sebagai


bahan baku tambahan. Kandungan produk semen (PCC) adalah sebagai berikut:
Table 2.8 Kadar senyawa dalam PCC

Senyawa

Jumlah (%)

SiO2

30,97

Al2O3

8,44

Fe2O3

3,05

CaO

55,10

MgO

1,43

SO3

1,71

Na2O

1,04

K2O

0,80

(Sumber : QC Department, 12 Februari 2015)

2.3.1 Persyaratan Sifat Fisika dan Kimia Semen


Adapun beberapa persyaratan fisika dan kimia semen PCC (Portland
Composite Semen) sesuai dengan aturan SNI 15 7001 2001
1)

Syarat kimia

2)

Kadar SO3

: 1,5 1,7%

Kadar Freelime

: 1,4 0,6%

Syarat fisika
Table 2.9 Syarat Fisika semen PCC

No

Uraian

Satuan

Persyaratan

Kehalusan dengan alat blaine


Kekekalan
bentuk
dengan
alat
autoclave :
Pemuaian
Penyusutan
Waktu pengikatan dengan alat vicat :
Pengikatan awal
Pengikatan

m2/kg

Min 300

%
%

Maks 0,80
Maks 0,20

Menit
Menit

Min 45
Maks 375

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

15

Kuat tekan
Umur 3 hari
Umur 7 hari
Umur 28 hari

Pengikatansemu :
Penetrasiakhir

Kandunganudaradalam mortar

Kg/cm2 Min 125


Kg/cm2 Min 200
Kg/cm2 Min 250
%

Min 50

%vol

Maks 12

(Sumber : QC Department, 17 Februari 2014)

Selain dilakukan analisa sifat fisika, dilakukan juga analisa kimia untuk
mengetahui sifat-sifat kimia yang terdapat pada semen yang dihasilkan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Adapun analisa kimia yang dilakukan
meliputi:
a)

Hilang pijar (Ignition Loss)


Hilang pijar merupakan banyaknya material yang tidak terbakar

disebabkan karena adanya air kristal dari gypsum dan uap air serta CO2 yang
terserap dari udara sehingga dapat diketahui dan diperkirakan berapa lama
semen dapat disimpan. Besarnya hilang pijar bergantung dari banyaknya air
kristal dalam gypsum, umumnya berkisar 0,5 - 0,8%. Hilang pijar pada semen
terutama disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal yang berasal dari
gypsum dan penguapan air serta CO2 yang terserap dari udara.
b)

Residu tak terlarut (Insoluble Residue)


Residu tak terlarut yaitu impuritas yang tetap tinggal setelah semen

direaksikan dengan asam klorida dan natrium karbonat. Impuritis yang terdapat
dalam jumlah kecil ini biasanya berasal dari bahan lempung dalam gypsum dan
SiO2 yang tidak terikat dalam clinker, tetapi jumlahnya cukup besar sehingga
perlu diperiksa kemungkinan kemurnian gypsum yang dipakai, perubahan
terhadap distribusi ukuran partikel dari tepung baku dan proses pembakaran
clinker.
c)

Modulus Semen
Modulus semen adalah bilangan yang menyatakan perbandingan

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

16

kuantitatif dari senyawa senyawa seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.
Modulus modulus ini digunakan untuk menghitung perbandingan bahan baku
yang digunakan untuk pembuatan clinker dengan komposisi yang diinginkan,
sehingga menghasilkan jenis semen yang sesuai dengan standar produk yang
berlaku. Modulus yang dipakai dalam semen adalah :
(a)

Silica Modulus (SM)


Modulus ini mengidentifikasikan perbandingan antara fase padat dan

fase cair pada suhu clinkerisasi, Karena pada suhu tersebut SiO2 masih
dalam fasa padat, sedangkan Al2O3 dan Fe2O3 sudah berada pada fasa cair.
Perubahan SM dapat menyebabkan perubahan perubahan pada bentuk
coating di burning zone dan burnability dari clinker. Pembentukan ring
coating didalam kiln biasanya dapat dipantau dari perubahan SM clinker.
(b)

Iron Modulus (IM)


Umumnya harga IM berkisar antara 1,5 2,5. Harga IM

mempengaruhi komposisi fase cair dalam proses pembakaran clinker. Harga


IM tinggi mengakibatkan berkurangnya fasa cair sebagai medium reaksi
sehingga menyulitkan proses pembakaran atau waktu pengerasan yang cepat
sehingga diperlukan gypsum dalam jumlah besar.
(c)

Hidraulic Modulus (HM)


Umumnya harga HM berkisar antara 1,7 - 2,3. Untuk menghasilkan

semen yang bermutu baik, maka harga HM harus mendekati 2. Apabila


harga HM > 2,3 mengindikasikan adanya CaO yang relatif tinggi terhadap
oksida lain sehingga akan mengakibatkan kuat tekan awal dan panas hidrasi
yang tinggi, daya ekspansi tinggi, daya tahan terhadap senyawa kimia
berkurang, dan kebutuhan panas untuk pembakaran semakin besar karena
besarnya energi untuk memecah CaCO3 menjadi CaO.
(d)

Faktor Penjenuhan Kapur


Lime Saturation Factor (LSF) adalah nilai yang menunjukkan

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

17

perbandingan CaO nyata dengan CaO teoritis paling tinggi yang dapat
mengikat oksida-oksida SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Perhitungan LSF
didasarkan pada anggapan kondisi pembakaran

clinker sempurna,

homogenitas bahan baku baik, dan CaO bebas pada clinker sama dengan 0.

3)

Sifat semen PCC yang dihasilkan


1)

Kuat dan kokoh


Semen PCC ini dapat menghasilkan beton yang kuat dan kokoh untuk

bahan kontruksi bangunan, tetapi dengan syarat tidak ada senyawa asam
yang menghancurkan.
2)

Hidrolis
Semen yang bersifat hidrolis akan mudah mengikat air, termasuk

kandungan air yang ada di udara. Oleh karena itu, semen tidak dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama pada udara terbuka karena dapat
mengakibatkan penggumpalan atau pengerasan sebelum digunakan.
3)

Rentan terhadap asam


Beton yang terbuat dari semen PCC tidak tahan terhadap asam karena

asam akan mengubah senyawa senyawa semen yang larut. Selain itu,
senyawa sulfat juga dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dan kalsium
alumina hidrat yang menyebabkan ekspansi. Yang berlangsung secara
berkelanjutan, sehingga dapat menyebabkan keretakan.
4)

Tahan temperatur tinggi


Beton yang mengandung semen PCC tidak mudah hancur bila terkena

suhu tinggi.

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLBAN

Anda mungkin juga menyukai