Anda di halaman 1dari 9

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD UNDATA PALU
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. N

Umur

: 45 tahun

Alamat

: Jl. Munif Rahman

Pekerjaan

: PNS

Pendidikan terakhir

: S1

Agama

: Islam

Status pernikahan

: Menikah

Tanggal pemeriksaan

: 23/8/2016

Ruangan

: Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD


Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bintik-bintik pada tungkai atas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan bintik bintik
pada tungkai atas sebelah kiri dan disertai rasa gatal yang dialami sejak 3 minggu
yang lalu. Bintik-bintik tersebut berukuran seperti jarum pentul, kemudian
bertambah banyak. Bintik-bintik tersebut tidak disertai dengan rasa nyeri.
Pasien melakukan pengobatan dengan memberi salep hydrocortizon tanpa
diperiksa oleh dokter terlebih dahulu. Setelah mendapat pengobatan, pasien
mengaku bintik bintik yang timbul bertambah banyak dan menyebar pada daerah
tungkai atas sebelah kanan. Tidak ada riwayat demam, maupun penyakit serupa
dalam keluarga. Pasien mengaku memiliki riwayat konyak seksual hanya dengan
suaminya. Suami pasien tidak menderita hal yang serupa.

Riwayat penyakit dahulu :


Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), alergi obat, makanan, cuaca (-). Riwayat
penyakit serupa (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran

: compos mentis

b. Vital Sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi

: 88 kali/menit

Respirasi

: 20 kali/menit

Suhu

: 36,7 C

c. Status Dermatologis
Lokalisasi:
1. Kepala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Leher
Dada
Punggung
Perut
Genitalia
Bokong
Ekstremitas atas

: Tidak terdapat ujud kelainan kulit

(UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Terdapat UKK berupa papul-papul berwarna

putih, memiliki lekukan di tengahnya, berbentuk bulat, dan berukuran


miliar pada regio femoralis dextra et sinistra
9. Ekstremitas bawah
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak berupa papul-papul berwarna putih,


memiliki lekukan di tengahnya, berbentuk bulat, dan
berukuran miliar pada regio femoralis dextra

Gambar 2. Terdapat UKK berupa papul-papul berwarna


putih, memiliki lekukan di tengahnya berbentuk bulat, dan
berukuran miliar pada regio femoralis sinistra
RESUME
Pasien perempuan datang dengan keluhan Papul papul pada regio
femoralis bilateral dan disertai rasa gatal yang dialami sejak 3 minggu yang lalu.

papul-papul berukuran miliar. Bintik-bintik tersebut tidak disertai dengan rasa


nyeri. Sebelumnnya pasien melakukan pengobatan dengan memberi salep
kortikosteroid tanpa indikasi oleh dokter. Setelah mendapat pengobatan, pasien
mengaku papul yang timbul bertambah banyak dan menyebar pada region
femoralis dextra et sinistra. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan Terdapat UKK
berupa papul-papul berwarna putih, berbentuk bulat, dan berukuran miliar pada
region femoralis dextra et sinistra
V.

DIAGNOSA KERJA

Moluskum kontagiosum

VI.

DIAGNOSA BANDING
Veruka Vulgaris
Varicella

VII.
ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan PCR
- Pemeriksaan Histopatologi
VIII.
PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, makan makanan yang
bergizi, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak menggaruk bintik bintik

yang timbul
Pasien disarankan agar tidak saling meminjam alat mandi, misalnya
handuk, pakaian. Mencegah kontak fisik sesama teman

b. Medikamentosa
Sistemik : Cetirizine 10 mg 1x1
Topikal : Asam Fusidat cream 2x sehari
Terapi bedah ( elektrokauterisasi, bedah beku dengan CO2 dan N2 )

IX.
a.
b.
c.
d.

PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad fungtionam
Qua ad sanationam
Qua ad cosmetikam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

PEMBAHASAN
Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
Molluscum Contagiosum Virus (MCV); kelompok Pox virus dari genus
Molluscipox virus. Molluscum contagiosum virus (MCV) merupakan virus double
stranded DNA, berbentuk lonjong dengan ukuran 230 x 330 nm. Terdapat 4
subtipe utama Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu MCV I, MCV II,
MCV III, dan MCV IV. Keempat subtipe tersebut menimbulkan gejala klinis
serupa berupa lesi papul miliar yang terbatas pada kulit dan membran mukosa.1,2
MCV I diketahui memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga
subtipe lain. Sekitar 96,6% infeksi moluskum kontagiosum disebabkan oleh MCV

I. Akan tetapi pada pasien dengan penurunan status imun didapatkan prevalensi
MCV II sebesar 60%. Molluscum contagiosum virus (MCV) merupakan
imunogen yang lemah. Sekitar sepertiga pasien tidak memproduksi antibodi
terhadap MCV, sehingga seringkali didapatkan serangan berulang.1,2,3
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang
dewasa. Transmisinya melalui kontak kulit langsung dan autoinokulasi. Jika pada
orang dewasa digolongan dalam Penyakit akibat hubungan Hubungan Seksual
(P.H.S.) yang ditularkan melalui kontak membran mukosa. Kejadian moluskum
kontangiosum sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual pada orang muda
kini meningkat. Hal ini juga terlihat pada penderita AIDS.1,4,5
Penyebab dari moluskum kontangiosum merupakan anggota dari
kelompok pox-virus yang tidak digolongan yaitu Virus Moluskum Kontangiosum.
Virus ini belum dapat ditularkan kepada hewan dan belum dapat ditumbuhkan
pada biakan jaringan. Virus ini telah dipelajari pada manusia dengan mikroskop
elektron. Virus murni berbentuk lonjong atau berbentuk bentuk bata dan
berukuran 230 x 330 nm, virus ini menyerupai vaksinia. Antibodi terhadap virus
ini tidak bereaksi silang dengan pox virus lainnya.2,4
Virus moluskum kontagiosum, yang berisi linier double-stranded DNA,
menyebabkan penyakit kulit moluskum kontagiosum. Restriksi endonuklease
menjelaskan 4 subtipe virus: virus moluskum kontagiosum subtipe I, II, III, dan
IV. Semua subtipe diklasifikasikan sebagai anggota dari genus Orthopoxvirus atau
sebagai poxvirus yang tidak spesifik.2 Ketika infeksi pada manusia terjadi,
keratinosit epidermis yang diserang. Replikasi virus terjadi dalam sitoplasma sel
yang terinfeksi, menghasilkan karakteristik badan inklusi sitoplasma. Histologi,
badan-badan inklusi yang paling nyata terlihat dalam stratum granulosum dan
lapisan stratum korneum pada epidermis. Hiperproliferasi epidermis juga terjadi
karena terjadi peningkatan dua kali lipat dalam devisi seluler lapisan basal
epidermis.4,6
Pasien dengan moluskum kontagiosum kebanyakan asimtomatis, beberapa
mengeluh gatal, dan sakit.4,5 Pada infeksi moluskum kontagiosum, secara klinis

ditemukan papul (berisi massa yang mengandung badan moluskum) berukuran


miliar, kadang lentikular, berwarna putih seperti lilin, bentuk kubah yang
tengahnya terdapat lekukan (delle), jika ditekan akan keluar massa yang putih
seperti nasi. Lokasi penyakit pada anak adalah muka, badan, dan ekstremitas,
sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Meskipun
lesi khasnya berupa suatu papul berbentuk kawah (delle), lesi pada daerah genital
yang lembab dapat meradang akan memborok dan dapat terkacaukan dengan lesi
yang ditimbulkan oleh HSV.4,5 Kadang dapat terjadi infeksi sekunder sehingga
timbul supurasi. Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 7 minggu. Pada
pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum
yang mengandung partikel virus.3
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada moluskum kontangiosum
yaitu pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan
moluskum yang mengandung partikel virus diatas stratum basal. Selain itu pada
pemeriksaan histopatologik dijumpai hipertrofi dan hiperplasia dari epidermis.
Pemeriksaan ini untuk membedakan dengan veruka,granuloma piogenik, Basal
Cell Carsinoma (BCC).
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret.
Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2
dan sebagainya. Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan
seksualnya. Pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal,
moluskum kontagiosum akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu
beberapa bulan sampai tahun. Setiap satu lesi muncul sampai 2 bulan tetapi untuk
mencegah autoinokulasi atau kontak langsung, pengobatan dapat berguna. Tujuan
dari pengobatan adalah menghilangkan lesi. Obat-obatan topikal yang dapat
diberikan adalah anti virus, tretinoin krim 0,1% untuk menghambat pembentukan
mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat untuk kauterisasi kulit,
keratin dan jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa pemberian antagonis
histamine H2 untuk mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi
sekunder. Kongjugtivitis dan keratitis dapat timbul sebagai komplikasi pada lesi
disekitar kelopak mata. Dermatitis atopi atau kondisi lain yang disertai penurunan
fungsi imun dapat menyebabkan penyebaran lesi dengan mudah serta infeksi
bakteri sekunder.
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang
residif. Biasanya prognosis penyakit ini baik karena merupakan penyakit self
limited. Penyembuhan spontan bisa terjadi pada orang-orang imunokompeten
selama 18 bulan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology 3rd Edition.Blackwell
Science Ltd. Oxfold 2003.
2. Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM. Textbook of
Dermatology. Volume II. 6th Edition. Blackwell Science Ltd. London.
1998.

3. Lawrence CP, Brenner S, Ramos-e-Silva M, Parish JL. Atlas of Women's


Dermatology : From Infancy to Maturity. London, Taylor & Francis, 2006.
4. James WD. Acne. The New England Journal of Medicine. 2005.

www.insp.mx/biblio/alerta/al0805/24.pdf
5. Tjuh Nurul Alam J, dalam Menaldi SL (Ed.): Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2015.
6. Fitpatricks,et all.. Dermatology in General Medicine 7th Edition. USA.
2008
7. Klaus W, Johnson RA, Saavedra A. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology 7th Edition. New York: Mc Graw Hill; 2013.
8. Siregar, R.S., Atlas penyakit kulit dan kelamin, SMF kesehatan Kulit dan
Kelamin FK UNAIR. 2009

Anda mungkin juga menyukai