fume
pekerja
dari
kontaminasi
obat.
Antara fume
cabinet harus memiliki tanda seperti setiker yang menunjukan alat tersebut telah
sertifikasi dalam 12 bulan terakhir (layak pakai).
Fume hood
Biosafety cabinet
D. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
1. Selalu menggunakan sarung tangan nitrile rangkap (double), atau
sarung tangan yang khusus di disain untuk kemoterapi, ketika
menangani (menyiapkan atau memberikan) agent kemoterapeutik.
Sarung tangan tebal, panjang yang menutup bagian lengan gaun, di
rekomendasikan. Pastikan sarung tangan tidak tertusuk, terobek atau
terpotong. Sarung tangan harus harus dibuang setiap kali penggunaan,
ketika penyiapan agent kemoterapeutik atau kontaminasi dengan
produk (agent kemoterapeutik).
3.
Gaun panjang
Ketika terjadi percikan, semburan, atau semprotan bertekanan tinggi
(aerosol), facesheilds (pelindung wajah) digunakan untuk mencegah
kontak dengan mata, mulut, dan hidung.
Pelindung wajah
E. Keamanan Peraktek kerja (Safe Work Practices)
1. Pelaksanaan pemberian dan penyiapan obat harus dan wajib di area
yang telah di diasin khusus untuk pelaksanaan kemoterapi. Pastikan
telah memperhatikan label obat, nama dan kandungan serta label
peringatan khusus seperti Toxic, Special Handling Required (racun,
di butuhkan penanganan khusus)
2. Hanya menggunakan suntikan dengan jarum yang dapat ditarik
kembali dan letakan pada bak injeksi.
obat
barang
atau
material
yang
terkontaminasi
ke
dalam biosafety cabinet atau fume hood dan bagian seluruh ruangan
I.
perlu di dekontaminasi.
PROSEDUR
Point yang ditekankan
Aksi
A. Tindakan awal pada pemberian kemoterapi
a. Intruksi
pemberian
obat
tinggi
muncul.
c. Tindakan untuk mencegah atau
mengurangi komplikasi.
d. Jadwal pemberian.
3. Monitoring hasil lab yang penting
yang berhubungan atau sesuai
siapkan
peralatan
oksigen
ruang pasien.
Obat-obatan pre-kemoterapi diberikan
5. Berikan
obat-obatan
kemoterapi sesuai indikasi dokter. dari kemoterapi atau efek yang tidak
diinginkan.
6. Pastikan pasien telah menerima Beberapa
hidrasi Intravena yang sesuai, jika membutuhkan
diindikasikan dokter.
obat
kemoterapi
pemberian
cairan
kemoterapi
sesuai
diresepkan dokter.
A. PERSIAPAN KEMOTERAPI
yg
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Nama pasien
Obat kemoterapi
Dosis
Rute
Cairan Intra Vena
Kecepatan infuse
Tanggal pemasangan infuse
Kadaluarsa obat
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD (sarung tangan nitrile rangkap 2, google (kacamata), gaun
panjang khusus, masker, pelindung wajah, dll) sebelum membuka obat
kemoterapi.
3. Seluruh persiapan
obat
harus
dilakukan
didalam ruang
khusus
1. Cuci tangan
a. Sarung tangan nitrile telah di
tes
aman
digunakan
saat
obat antineoplastik.
b. Buang Alat Pelindung Diri
sekali
pakai
pembuangan
dirancang
di
sampah
khusus
tempat
yang
untuk
kemoterapi.
3. Verifikasi
pemberian
kembali
obat
(apakah
rute
kemoterapi
melalui Central
obat
pre
kemoterapi,
segera
kepada
Kasus Leukemia
Seorang anak perempuan berumur 12 tahun dirawat di RSUPNCM pada
bulan Oktober 2004 selama 38 hari dengan masalah leukemia. Pasien adalah
rujukan dari RS Lampung dengan hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 6,9
g/dl, leukosit 368.000/uL, trombosit 306.000/ ul. Keluhan utama pasien adalah
sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit perut membesar seperti busung,
tanpa rasa nyeri, mual, dan muntah disertai rasa nyeri pada kedua tungkai
dan bokong yang hilang timbul, tanpa bengkak dan kemerahan. Demam tidak
terlalu tinggi dan naik turun. Tiga
namun tidak
Sumber Kasus : Wirawan, Riadi. Nuri Dyah Indahsari. Djayadiman Gatot. 2005.
Chronic Myelogenous Leukemia Fase Akselerasi pada Anak dengan Asidosis
Metabolik dan Gizi Kurang: Suatu Laporan Kasus. Berkala Ilmu Kedokteran. Vol.
37, No. 1. Bagian Patologi Klinik. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia .RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
penyakit
namun tidak
yang
sensitive
terhadap
antibiotic
B. Analisa Data
No.
1.
Data
DS:
-
Klien
mengatakan
mengalami penurunan
berat
-
badan
yang
signifikan.
Klien
mengatakan
Etiologi
Ketidakmampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrient
dan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
Masalah
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
tubuh
Gizi Kurang
BB: 22 Kg
TB: 145 cm
IMT : 10,46
Hepatosplenomegali
dan
limfadenopati
berukuran 1x1x1
2.
DS:
-
Agen
Klien
nyeri
kedua
cidera Nyeri
kurang
kebutuhan
RR: 28x/menit
Ekspresi wajah
meringis
kesakitan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrient
dan
signifikan.
Klien mengatakan mual dan muntah
DO :
- Gizi Kurang
- BB: 22 Kg
- TB: 145 cm
- IMT : 10,46
- Hepatosplenomegali dan limfadenopati berukuran 1x1x1
2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (Tumor) ditandai dengan
klien mengatakan nyeri pada kedua tungkai dan bokong dan ekspresi
wajah meringis kesakitan.
D. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
Hasil
Setelah
dilakukan Nutrition Management
Kaji
makanan
Kolaborasi dengan ahli
dengan
peningkatan berat
mengabsorbsi
badan
ketidakmampuan
alergi
Adanya
untuk
dan
adanya
Kriteria Hasil :
ketidakmampuan
nutrient
Intervensi
sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal
untuk
mencerna
sesuai
makanan.
-
dengan
kenaikan metabolisme :
tinggi badan
Mampu
30-35
(Indonesian Journal of
mengidentifikasi
-
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
Tidak
terjadi
Cancer
-
140-143
Hariani, 2007))
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
(Suplementasi
penurunan berat
badan
kal/kgBB,
dapat
diberikan
yang
<150%
Recommended
berarti
Allowance
Daily
(Indonesian
Journal of Cancer 4 :
-
protein
vitamin
(Indonesian Journal of
Cancer
-
140-143
Hariani, 2007))
Berikan obat Magestrol
Asetat (Ruiz Garcia V. et
al. 2013)
Berikan terapi
music
Shobirun. 2013.)
Berikan substansi gula
Berikan makanan yang
terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan
ahli gizi)
Ajarkan
pasien
bagaimana
-
membuat
Nutrition Monitoring
-
Monitor
adanya
yang
biasa
dilakukan
Monitor
selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan
lingkungan
tindakan
tidak
kusam,
dan
mudah patah
Monitor
mual
dan
muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
2.
kadar Ht
Monitor
dan perkembangan
Monitor kalori dan intake
pertumbuhan
nuntrisi.
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
biologis (tumor)
pemberian obat
2. Cek riwayat alergi
3. Tentukan pilihan analgesik
kenyamanan dengan
kriteria hasil:
1. Klien melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
manajemen nyeri
2. klien menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
E. Pembahasan Jurnal
1. Kecukupan Nutrisi pada Pasien Kanker
Selama fase pengobatan atau pemulihan, pasien kanker harus memenuhi
kecukupan nutrient dengan mengkonsumsi berbagai variasi makanan yang terdri
dari bahan makanan sumber protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan cairan.
Nutisi diberikan berdasarkan kebutuha secara individual baik jumlah maupun
komposisinya. Kebutuhan nutrisi dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu selama
perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang diberikan.
Kecukupan kalori sangat diperlukan pada pasien kanker. Pasien yang
mengalami sedikit hipermetabolisme atau yang memerlukan kenakan BB: 30-35
kal/kgBB. Sementara untuk memppertahankan kecukupan protein untuk sintesis
protein dan menurunkan degradasi protein dibutuhan kadar normal 0,8-1,0
g/kgBB.
Defisiensi vitamin (khususnya folat, vitamin C, retinol) dan mineral (Mg,
Zn, Fe) dapt terjadi pada pasien kanker karena efek langsung dari tumor, efek
sitokin, proses infeksi, terapi atau asupan yang tidak adekuat. Suplementasi tidak
dapat menggantikan makanan secara keseluruhan. Penelitian yang menyangkut
badan pada kanker terkait anoreksia. MA hanya tersedia sebagai tablet 20 sampai
40 mg atau bentuk cair (200 mg atau 625 mg / 5 ml MA) dan dikonumsi selama 6
minggu dengan dosis 800 mg per hari dan bentuk oral empat tablet per hari (Ruiz
Garcia V. et al. 2013).
3. Upaya Peningkatan Asupan Makan Pada Pasien Kanker
Terapi kanker dengan kemoterapi merupakan pengobatan kanker secara
sistemik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Efek samping yang
timbul secara langsung terjadi dalam waktu 24 jam pengobatan, berupa mual dan
muntah yang hebat, sehingga akan mempengaruhi asupan makan. Pengaturan
makan pada pasien kanker bertujuan untuk mengurangi efek samping terapi
sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui menu yang seimbang.
Masih ada beberapa perbedaan pendapat tentang pemberian makan pada pasien
kanker. Ada yang menganjurkan pemberian diet energi dan protein tinggi,tetapi
ada juga yang berpendapat bahwa pembatasan energi dan protein akan
menghambat pemecahan sel kanker. Dengan adanya kemoterapi yang dapat
menghambat pemecahan sel kanker, maka pemberian makan dengan energi dan
protein tinggi dapat diterima.
Pasien dengan anoreksia atau cepat merasa kenyang, dianjurkan:
a.
b.
c.
d.
Makan makanan yang disukai dan dapat diterima walau tidak merasa lapar.
Makan lebih banyak bila ada rasa lapar.
Hindari minum dekat dengan waktu makan.
Memotivasi diri bahwa makan adalah bagian penting dalam program
pengobatan.
e. Porsi makanan kecil dan diberikan sering ( lebih dari 3 kali sehari).
f. Olahraga sesuai kemampuan.
g. Makan dalam situasi yang nyaman.
Pasien dengan perubahan rasa pengecapan :
a.
b.
c.
d.
e.
menggunakan sedotan.
Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.
Bentuk makanan saring atau cair.
Hindari makanan terlau asam atau asin.
Sering berkumur.
Makan tiap 2 jam dengan diselingi minum.
dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mampu membangun sistem
kekebalan tubuh yang lebih baik dan dengan sistem kekebalaan yang lebih baik
tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit
(Silvia,2009).
Terapi musik juga dapat berperan sebagai salah satu teknik distraksi.
intervensi music dapat memberikan stimulus yang dapat meningkatkan rasa
nyaman, sehingga menimbulkan sensasi menyenangkan. Khususnya pada
penelitian ini adalah pasien post kemoterapi, pasien lebih memfokuskan
perhatiannya kepada musik dari pada pikiran-pikiran yang menegangkan atau
stimulus lingkungan yang lain (Snyder dan Linquist, 2002).
Nilai p value sebesar 0,000 (< 0,005) , sehingga hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi musik klasik terhadap
keluhan mual muntah pada pasien post kemoterapi di Rumah Sakit Telogorejo
Semarang. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terjadi penurunan Keluhan
mual muntah sesudah setelah pemberian terapi musik klasik. Hasil penelitian ini
mendukung kebenaran teori yang di kemukakan oleh Purwoastuti (2008), bahwa
intervensi perilaku seperti relaksasi dan pengalihan ( seperti terapi musik klasik)
dapat mengurangi keluhan mual muntah (Zana, Laila Mithakhul. Sri Widodo,
Shobirun. 2013).
5. Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique Untuk Mengurangi
Rasa Nyeri Pasien Kanker
Intervensi non farmakologi merupakan terapi pelengkap dalam
mengurangi dan mengontrol nyeri, intervensi ini dapat mencakup intervensi fisik
dan perilaku kognitif. Dalam mengurangi nyeri pada kanker salah satu teknik
yang dapat digunakan spiritual emotional freedom technique (SEFT) sebagai satu
teknik yang bermula dari teknik emotional freedom technique (EFT). SEFT
merupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy medicine) dan
terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik
tertentu pada tubuh.
Dengan melakukan tapping pada salah satu titik system meridian sehingga
peranan endorphin yang merupakan substansi atau neurotransmiter menyerupai
morfin yang dihasilkan tubuh secara alami dapat dikeluarkan oleh periaqueductal
(2002)
mendefinisikan
aromaterapi
klinis
sebagai
pemakaian
minyakesensial untuk hasil tertentu yang dapat diukur. orang mesir kuno
menggunakan aromaterapi untuk meredakan nyeri, dan pada abad ke-19, daun
rosemary dibakar di rumah sakit untuk pengasapan. sekarang, ahli aromaterapi
menggunakan minyak esensial untuk meningkatkan hasil kesehatan yang positif
termasuk perbaikan alam perasaan, edema,jerawat, alergi, memar, dan stres
(kozier, 2010). Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan
emosi seseorang. essensial oil rose merupakan jenis aroma terapi yang dapat
digunakan untuk membantu meringankan depresi, frigiditas, ketegangan syaraf,
sakit kepala dan insomnia (sharma, 2009). zat yang terkandung dalam essensial oil
rose salah satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf
sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya
(wong, 2010). Pada saat aromaterapi essensial oil rose dihirup molekul yang
mudah menguap akan membawa unsur aromati yang terkandung didalamn
nya(geraniol &linalool) kepuncak hidung dimana siliasilia muncul darisel- sel
reseptor. Apabila molekul-molekul menempel pada rambut- rambut tersebut, suatu
pesan elektrokimia akan ditranmisikan melalui saluran olfaktori kedalam system
limbik. Hal ini akan merangsang memori dan responemosional. Hipotalamus yang
berperan sebagai regulatorme munculkan pesan yang harus disampaikan keotak
pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa elektro
kimia yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks (koensomardiyah, 2009). Hal
ini menunjukkan bahwa penggunaan aroma terapi essensial oil rose efektif
menurunkan skala pada pasien kanker. Karena terdapat zat yang terkandung
dalam essensial oil rose salah satunya adalah linalool yang berguna untuk
menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun
yang menghirupnya (Annisa, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Husnah Suri. Nurul Huda, Erwin. 2015. Efektifitas aroma terapi essensial
oil rose Dalam menurunkan skala nyeri pada pasien kanker stadium II.
JOM Vol 2 No 1 Februari . Mahasiswa/Perawat RS Awal Bros Pekanbaru
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Clinical Procedure / Protocol Oncology Services - Unit Practice Manual Page 1 of
5 John Dempsey Hospital-Department of Nursing The University of
Connecticut Health Center
For Chemotherapy Administration from John Dempsey Hospital Department of
Nursing The University of Connecticut Health Center
Hakam, Mulia. Krisna Yetti, Rr. Tutik Sri Hariyati. 2009. Intervensi Spiritual
Emotional Freedom Technique Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Pasien
Kanker. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 2, DESEMBER 2009: 91-