Anda di halaman 1dari 25

Standar Operasional Prosedur Kemoterapi

Standard Operating Procedures for Safe Handling Chemotherapeutic


Agents
A. Umum (General)
Seluruh petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan tentang prosedur
penanganan agent kemoterapeutik secara aman. hal ini penting bagi seluruh
petugas kesehatan untuk memahami potensial karsinogenik dan bahaya yang
ditimbulkan dari obat tersebut. Individu yang beresiko tinggi (mis. Penderita
Immunodefisiensi atau wanita hamil) harus secara khusus di pertimbangkan
kemungkinan konsekuensi dari penanganan (penyiapan hingga pemberian) agen
kemoterapeutik dan pilihan untuk menghindari paparan.
B. Kebijakan (Policy)
1. Agent (obat ) kemoterapi, diberikan hanya oleh perawat yang
memiliki keahlian pemberian kemoterapi yang tersertifikasi.
2. Semua instruksi kemoterapi harus di tandatangani dokter.
3. Seluruh intruksi kemoterapi harus diperiksa secara mandiri oleh dua
orang perawat dengan metode Double Check.
4. Sampah kemoterapi harus di buang ke tempat sampah khusus yang di
gunakan untuk membuang sampah kemoterapi
C. Desain Area Kerja (Designated Work Area)
Desain tempat seharusnya seperti di lab sehingga pengelolaan obat (dari
mulai penyiapan hingga pemberian) dapat ditangani dengan baik. Seluruh
persiapan

obat harus dilakukan didalam ruang khusus seperti

fume

hood atau biosafety cabinet. Penggunaan plastic-backed absorbent sekali pakai


yang dimasukan kedalam pakaian digunakan untuk melindungi permukaaan
tubuh

pekerja

dari

kontaminasi

obat.

Antara fume

hood dan biosafety

cabinet harus memiliki tanda seperti setiker yang menunjukan alat tersebut telah
sertifikasi dalam 12 bulan terakhir (layak pakai).

Fume hood

Biosafety cabinet
D. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
1. Selalu menggunakan sarung tangan nitrile rangkap (double), atau
sarung tangan yang khusus di disain untuk kemoterapi, ketika
menangani (menyiapkan atau memberikan) agent kemoterapeutik.
Sarung tangan tebal, panjang yang menutup bagian lengan gaun, di
rekomendasikan. Pastikan sarung tangan tidak tertusuk, terobek atau
terpotong. Sarung tangan harus harus dibuang setiap kali penggunaan,
ketika penyiapan agent kemoterapeutik atau kontaminasi dengan
produk (agent kemoterapeutik).

Sarung tangan Nitrile


2. Alat pelindung lain seperti kaca mata pelindung (protective eye
goggles), penggunaan gaun panjang (long-sleeved smock) sekali pakai,
harus digunakan untuk memaksimal keamanan (maximum safety).
Hanya menggunakan spuit dengan jarun yang dapat ditarik kembali
(retractable needles).

Kaca mata Pelindung

3.

Gaun panjang
Ketika terjadi percikan, semburan, atau semprotan bertekanan tinggi
(aerosol), facesheilds (pelindung wajah) digunakan untuk mencegah
kontak dengan mata, mulut, dan hidung.

Pelindung wajah
E. Keamanan Peraktek kerja (Safe Work Practices)
1. Pelaksanaan pemberian dan penyiapan obat harus dan wajib di area
yang telah di diasin khusus untuk pelaksanaan kemoterapi. Pastikan
telah memperhatikan label obat, nama dan kandungan serta label
peringatan khusus seperti Toxic, Special Handling Required (racun,
di butuhkan penanganan khusus)
2. Hanya menggunakan suntikan dengan jarum yang dapat ditarik
kembali dan letakan pada bak injeksi.

3. Kehati-hatian dibutuhkan pada saat obat dalam bentuk ampul dengan


bahan obat kering harus secara perlahan diketuk terlebih dahulu ke
bawah.
F. Pembuangan (Disposal)
Sampah kemoterpeutik meliputi vial kosong, labu cairan, selang kateter IV,
jarum, alat suntik, sarung tangan, dan barang-barang lain yang mengandung
residu (sisa) obat. Dan semuanya di buang ketempat sampah khusus untuk
kemoterapi.
G. Terpapar Obat (Spills/Accidental Exposure)
1. Laporkan semua kecelakaan pada petugas khusus rumah sakit. Berikan
perhatian khusus pada setiap kecelakaan akibat kontak dengan obat di
bagian mata, terhirup (ingestion), atau termakan (inhalation).
2. Accidental spill kecelakaan akibat terkena tumpahan

obat

kemoterapiharus ditangani secara tepat dan hati-hati. Buang baju yang


terkontaminasi tumpahan obat. Jika kulit yang terkontaminasi tumpahan
obat, cuci secara menyeruluh dengan sabun dan air. Jika mata terkena
percikan obat bilas mata terus menerus selam 15 menit dan hubungi
petugas khusus rumah sakit yang menangani kecelakaan kerja.
H. Membersihkan Tumpahan Obat
1. Membersihkan tumpahan obat yang volumenya < dari 5 ml :
a. Jika cair (Liquids) harus dibersihkan menggunakan kasa penyerap
kering. Jika bentuknya padat (solids) harus diusap menggunakan kasa
penyerap yang basah. Lalu dekontaminasi area menggunakan cairan
khusus obat kemoterapeutik misalnya sodium carbonate selama 30
menit atau methanolic potassium hydroxide (30% 1N KOH and 70%
methanol) selama 5 menit.
b. Perhatian : KOH bersifat korosif sehingga pelindung mata dan sarung
tangan yang resisten terhadap bahan kimia.
c. Anggap barang atau material yang telah terkontaminasi obat/ kasa
yang digunakan tadi sebagai material berbahaya karena telah kontak
dengan obat kemoterapi.
d. Area yang terkena percikan atau tumpahan harus dibersihkan sebanyak
tiga kali menggunakan cairan diterjen.

e. Setiap pecahan gelas (bila vial obat pecah) harus diambil


menggunakan skop kecil jangan menggunakan tangan dan buang di
tempat khusus untuk obat kemoterapi.
2. Membersihkan tumpahan obat yang volumenya > 5 ml
a. Ketika tumpahan luas atau yang banyak terjadi area harus diisolasi dan
percikan harus dihindari.
b. Semua anggota yang bertanggung jawab menumpahkan obat harus
menggunakan gaun sekali pakai (disposable gowns), sarung tangan
nitrile rangkap dua (double nitrile gloves), alat bantu nafas bila obat
dalam kondisi bubuk dan untuk mencegah inhalasi.
c. Hubungi bagian khusus rumah sakit, untuk penanganan dan
pembersihan tumpahan obat dengan alat khusus.
d. Tutup area tumpahan dengan kasa penyerap khusus, jika obat dalam
kondisi serbuk tutup menggunakan kasa basah.
e. Jika jumlah obat yang tumpah banyak (1 vial tumpah seluruhnya)
masukkkan

barang

atau

material

yang

terkontaminasi

ke

dalam biosafety cabinet atau fume hood dan bagian seluruh ruangan
I.

perlu di dekontaminasi.
PROSEDUR
Point yang ditekankan

Aksi
A. Tindakan awal pada pemberian kemoterapi

a. Intruksi

pemberian

obat

meliputi rute pemberian obat,


dosis, kecepatan tetes infus,
1. Cek kembali intruksi pemberian
obat .

durasi pemberian obat.


b. Verifikasi
kembali

tinggi

badan klien, berat badan, dan


perhitungan dosis.
c. Pemberian obat kemoterapi
harus di verifikasi oleh dua
orang perawat.
2. Penjelasan kepada keluarga:
a. Rasional tindakan kemoterapi.
b. Efek samping yang mungkin

muncul.
c. Tindakan untuk mencegah atau
mengurangi komplikasi.
d. Jadwal pemberian.
3. Monitoring hasil lab yang penting
yang berhubungan atau sesuai

Laporkan hasil lab yang tidak normal

dengan jenis pemberian obat kepada dokter atau perawat utama.


kemoterapi.
4. Atur atau

siapkan

peralatan

dengan Obat-obatan emergensi harus tersedia


flowmeter, dan nasal kanul di di laci emergensi untuk jaga-jaga.
suction,

oksigen

ruang pasien.
Obat-obatan pre-kemoterapi diberikan
5. Berikan

obat-obatan

pre- awal untuk mengurangi efek samping

kemoterapi sesuai indikasi dokter. dari kemoterapi atau efek yang tidak
diinginkan.
6. Pastikan pasien telah menerima Beberapa
hidrasi Intravena yang sesuai, jika membutuhkan
diindikasikan dokter.

obat

kemoterapi

pemberian

cairan

dahulu sebelum pemberian.


Perawat harus mencek kembali (di
samping tempat tidur):

7. Cek label pada alat suntik, botol


obat

kemoterapi

sesuai

diresepkan dokter.

A. PERSIAPAN KEMOTERAPI

yg

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Nama pasien
Obat kemoterapi
Dosis
Rute
Cairan Intra Vena
Kecepatan infuse
Tanggal pemasangan infuse
Kadaluarsa obat

1. Cuci tangan
2. Gunakan APD (sarung tangan nitrile rangkap 2, google (kacamata), gaun
panjang khusus, masker, pelindung wajah, dll) sebelum membuka obat
kemoterapi.
3. Seluruh persiapan

obat

harus

dilakukan

didalam ruang

khusus

seperti fume hood atau biosafety cabinet.


B. PEMBERIAN KEMOTERAPI
Aksi

Point yang ditekankan

1. Cuci tangan
a. Sarung tangan nitrile telah di
tes

aman

digunakan

saat

melakukan tindakan pemberian


2. Gunakan sarung Tangan nitrile
rangkap dua.

obat antineoplastik.
b. Buang Alat Pelindung Diri
sekali

pakai

pembuangan
dirancang

di
sampah

khusus

tempat
yang
untuk

kemoterapi.
3. Verifikasi
pemberian

kembali
obat

(apakah

rute

kemoterapi

melalui Central

line atau peripheral line)


4. Pasang obat, dan gantungkan
obat, lalu atur tetes obat sesuai
intruksi dokter.
5. Observasi kondisi klien sesuai
intruksi dokter.
6. Bila pemberian obat telah selesai

Setiap obat kemoterapi yang diberikan


harus melalui jalur infus yang berbeda
untuk masing-masing obat, kecuali jika
di intruksikan dokter.
Monitoring efek samping kemnoterapi,
keefektifan

obat

pre

kemoterapi,

hidrasi pasien,dan keamanan pasien.

buang kantong/botol obat, selang


infuse ke tempat sampah khusus
kemoterapi.
7. Beritahukan

segera

kepada

dokter jika klien mengalami:


a. Kegelisahan
b. Nafas pendek
c. Nyeri dada
d. Mati rasa
e. Dan efek samping pontesial
yang mungkin muncul dari
pemberian obat kemoterapi.

Kasus Leukemia
Seorang anak perempuan berumur 12 tahun dirawat di RSUPNCM pada
bulan Oktober 2004 selama 38 hari dengan masalah leukemia. Pasien adalah
rujukan dari RS Lampung dengan hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 6,9
g/dl, leukosit 368.000/uL, trombosit 306.000/ ul. Keluhan utama pasien adalah
sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit perut membesar seperti busung,
tanpa rasa nyeri, mual, dan muntah disertai rasa nyeri pada kedua tungkai
dan bokong yang hilang timbul, tanpa bengkak dan kemerahan. Demam tidak
terlalu tinggi dan naik turun. Tiga

hari sebelum masuk rumah sakit, pasien

menderita faringitis yang diobati dengan sefalosporin.


Pasien berasal dari Lampung, bapak pasien meninggal sejak 6 tahun yang
lalu karena serangan jantung. Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah menderita
sakit berat sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit keganasan dalam keluarga.
Pada pemeriksan fisik tampak sedang, berat badan (BB) 22 kg, tinggi badan (TB)
145 cm, compos mentis, nadi 116x/ menit , suhu 37,7 0 C, pernafasan 28x/menit,
dan konjungtiva tidak pucat serta adanya limfadenopati dan hepatosplenomegali.

Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan hemoglobin 11,7g/dl, hematokrit


31,4%, leukosit 228.400/ul, trombosit 1.122.000/ul, serta anemia normositik
normokromik. Hasil pemeriksaan sumsum tulang dan pemeriksaan aktivasi NAP
menyokong diagnosis CML fase kronik dengan skor rendah = 1 (nilai normal 10100). Hasil biakan darah menunjukkan kuman Acinetobacter Calcoaceticus yang
sensitive terhadap antibiotic chloramfenicol, cotrimoxazol, ceftazidine dan
meropenem. Pada biakan kuman dari urin mid stream didapatkan kuman
Enterobacter Aerogenes dengan jumlah kuman < 1000 ml.
Pada awal pengobatan, pasien mendapat kemoterapi standar hidroksi urea
selama 3 minggu kemudian dikombinasi dengan metrotreksat

namun tidak

menunjukkan respon yang adekuat, karena itu kemoterapi diganti dengan


cytarabine (Cytosar U). Pemberian cytosar menghasilkan respon yang adekuat
berupa penurunan jumlah leukosit dan trombosit menjadi normal. Pada perawatan
hari ke-4, pasien mendapat transfuse packed red cell (PRC) sebanyak 320 ml yang
diberikan dalam dosis terbagi pada hari pertama 150 ml dan hari keduaa 170 ml.

Sumber Kasus : Wirawan, Riadi. Nuri Dyah Indahsari. Djayadiman Gatot. 2005.
Chronic Myelogenous Leukemia Fase Akselerasi pada Anak dengan Asidosis
Metabolik dan Gizi Kurang: Suatu Laporan Kasus. Berkala Ilmu Kedokteran. Vol.
37, No. 1. Bagian Patologi Klinik. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia .RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jakarta.

Asuhan Keperawatan dengan Kanker Chronic Myelogenous Leukemia


A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama
:b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Umur
: 12 tahun
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Keluhan perut membesar, mual, dan muntah
disertai nyeri pada kedua tungkai dan bokong.
Keluhan utama pasien adalah sejak 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit perut membesar seperti busung, tanpa rasa nyeri, mual, dan
muntah disertai rasa nyeri pada kedua tungkai dan bokong yang
hilang timbul, tanpa bengkak dan kemerahan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien didiagnosa mengalami leukemia. Klien mengalami perut
membesar sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit perut
membesar seperti busung, tanpa rasa nyeri, mual, dan muntah
disertai rasa nyeri pada kedua tungkai dan bokong yang hilang
timbul, tanpa bengkak dan kemerahan. Demam tidak terlalu tinggi

dan naik turun. Tiga

hari sebelum masuk rumah sakit, pasien

menderita faringitis yang diobati dengan sefalosporin.


c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah menderita sakit berat sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat

penyakit

keganasan dalam keluarga.


e. Riwayat Terapi
Klien mendapat kemoterapi standar hidroksi urea selama 3 minggu
kemudian dikombinasi dengan metrotreksat

namun tidak

menunjukkan respon yang adekuat, karena itu kemoterapi diganti


dengan cytarabine (Cytosar U).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda- Tanda Vital:
Nadi : 116 x/ menit
Suhu : 37,7 o C
RR
: 28 x/ menit
d. BB dan TB :
BB
: 22 Kg
TB
: 145 cm
IMT : 22/ 1,452 = 10, 46 (Gizi Buruk)
e. Sistem Pernafasan
Nafas klien cepat ditandai dengan RR: 28x/menit.
f. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami rasa nyeri pada kedua tungkai dan bokong yang
hilang timbul, tanpa bengkak dan kemerahan.
g. Sistem Pencernaan
Klien mengalami penurunan berat yang signifikan, gizi kurang, dan
mual serta muntah. Pada saat pemeriksaan fisik terdapat
hepatosplenomegali dan limfadenopati berukuran 1x1x1 tidak yeri
tekan dan mudah digerakkan.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan hemoglobin
11,7g/dl, hematokrit 31,4%, leukosit 228.400/ul, trombosit
1.122.000/ul, serta anemia normositik normokromik.

Hasil pemeriksaan sumsum tulang dan pemeriksaan aktivasi


NAP menyokong diagnosis CML fase kronik dengan skor

rendah = 1 (nilai normal 10-100).


Hasil biakan darah menunjukkan kuman Acinetobacter
Calcoaceticus

yang

sensitive

terhadap

antibiotic

chloramfenicol, cotrimoxazol, ceftazidine dan meropenem.


Pada biakan kuman dari urin mid stream didapatkan kuman
Enterobacter Aerogenes dengan jumlah kuman < 1000 ml.

B. Analisa Data
No.
1.

Data
DS:
-

Klien

mengatakan

mengalami penurunan
berat
-

badan

yang

signifikan.
Klien
mengatakan

Etiologi
Ketidakmampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrient
dan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan

Masalah
Ketidakseimbanga
n

nutrisi

dari
tubuh

mual dan muntah


DO :
-

Gizi Kurang
BB: 22 Kg
TB: 145 cm
IMT : 10,46
Hepatosplenomegali
dan

limfadenopati

berukuran 1x1x1
2.

DS:
-

Agen
Klien
nyeri

mengatakan Biologis (Tumor)


pada

kedua

tungkai dan bokong.


P : Klien mengatakan
nyeri
Q : Seperti tertusuktusuk
R : Kedua tunngkai dan
bokong
S : Skala 6
T : Hilang datang
DO:
-

cidera Nyeri

Nadi : 116 x/menit

kurang

kebutuhan

RR: 28x/menit
Ekspresi wajah

meringis

kesakitan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan

ketidakmampuan

untuk

mengabsorbsi

nutrient

dan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai dengan:


DS:
-

Klien mengatakan mengalami penurunan berat badan yang

signifikan.
Klien mengatakan mual dan muntah
DO :

- Gizi Kurang
- BB: 22 Kg
- TB: 145 cm
- IMT : 10,46
- Hepatosplenomegali dan limfadenopati berukuran 1x1x1
2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (Tumor) ditandai dengan
klien mengatakan nyeri pada kedua tungkai dan bokong dan ekspresi
wajah meringis kesakitan.
D. Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Ketidakseimbanga
n

nutrisi

dari

Hasil
Setelah
dilakukan Nutrition Management

kurang tindakan keperawatan

Kaji

makanan
Kolaborasi dengan ahli

kebutuhan 3x24 jam, nutrisi klien

tubuh berhubungan terpenuhi


dengan

dengan

peningkatan berat

mengabsorbsi

badan

ketidakmampuan

alergi

jumlah kalori dan nutrisi

Adanya

untuk
dan

adanya

gizi untuk menentukan

Kriteria Hasil :

ketidakmampuan

nutrient

Intervensi

sesuai

dengan tujuan
Berat badan ideal

yang dibutuhkan pasien


(pasien yang mengalami
sedikit hipermetabolisme
atau yang memerlukan

untuk

mencerna

sesuai

makanan.
-

dengan

kenaikan metabolisme :

tinggi badan
Mampu

30-35

(Indonesian Journal of

mengidentifikasi
-

kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda

tanda malnutrisi
Tidak
terjadi

Cancer
-

140-143

Hariani, 2007))
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
(Suplementasi

penurunan berat
badan

kal/kgBB,

dapat

diberikan

yang

<150%

Recommended

berarti

Allowance

Daily

(Indonesian

Journal of Cancer 4 :
-

140-143 Hariani, 2007))


Anjurkan pasien untuk
meningkatkan
dan

protein

vitamin

(Indonesian Journal of
Cancer
-

140-143

Hariani, 2007))
Berikan obat Magestrol
Asetat (Ruiz Garcia V. et

al. 2013)
Berikan terapi

music

untuk mengurangi mual


dan muntah (Zana, Laila
Mithakhul. Sri Widodo,
-

Shobirun. 2013.)
Berikan substansi gula
Berikan makanan yang
terpilih

(sudah

dikonsultasikan

dengan

ahli gizi)
Ajarkan

pasien

bagaimana
-

membuat

catatan makanan harian.


Berikan
informasi
tentang kebutuhan nutrisi
(Hartati, S A Budi. 2007)

Nutrition Monitoring
-

Monitor

penurunan berat badan


Monitor tipe dan jumlah
aktivitas

adanya

yang

biasa

dilakukan
Monitor

selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan

lingkungan

tindakan

tidak

selama jam makan


Monitor
kekeringan,
rambut

kusam,

dan

mudah patah
Monitor
mual

dan

muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan

2.

kadar Ht
Monitor

dan perkembangan
Monitor kalori dan intake

pertumbuhan

Nyeri berhubungan Setelah dilakukan

nuntrisi.
Analgesic Administration

dengan agen cedera tindakan keperawatan

1. Tentukan lokasi,

biologis (tumor)

selama 1x24 jam

karakteristik, kualitas, dan

diharapkan level nyeri

derajat nyeri sebelum

berkurang dan klien


merasakan

pemberian obat
2. Cek riwayat alergi
3. Tentukan pilihan analgesik

kenyamanan dengan
kriteria hasil:
1. Klien melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
manajemen nyeri
2. klien menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang

tergantung tipe dan beratnya


nyeri
4. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
5. Berikan aroma terapi
essensial oil rose efektif
(Annisa, 2015)
6. Berikan terapi teknik SEFT
(Hakam, Mulia. Dkk. 2009)
7. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda, dan gejala

E. Pembahasan Jurnal
1. Kecukupan Nutrisi pada Pasien Kanker
Selama fase pengobatan atau pemulihan, pasien kanker harus memenuhi
kecukupan nutrient dengan mengkonsumsi berbagai variasi makanan yang terdri
dari bahan makanan sumber protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan cairan.
Nutisi diberikan berdasarkan kebutuha secara individual baik jumlah maupun
komposisinya. Kebutuhan nutrisi dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu selama
perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang diberikan.
Kecukupan kalori sangat diperlukan pada pasien kanker. Pasien yang
mengalami sedikit hipermetabolisme atau yang memerlukan kenakan BB: 30-35
kal/kgBB. Sementara untuk memppertahankan kecukupan protein untuk sintesis
protein dan menurunkan degradasi protein dibutuhan kadar normal 0,8-1,0
g/kgBB.
Defisiensi vitamin (khususnya folat, vitamin C, retinol) dan mineral (Mg,
Zn, Fe) dapt terjadi pada pasien kanker karena efek langsung dari tumor, efek
sitokin, proses infeksi, terapi atau asupan yang tidak adekuat. Suplementasi tidak
dapat menggantikan makanan secara keseluruhan. Penelitian yang menyangkut

penggunaan suplemen nutrisi selama terapi masih diperdebatkan. Sebagai


tambahan, kadar optimal mikronutrien pada penderit kanker belum dapat
ditetapkn. The American Cancer Sciety tahun 2001 mempublikasikan suatu
panduan bagi penderita kanker bahwa pasien kanker yang sedang menjalani terapi
dan tidak memenuhi kebutuhan nutrisi secara adekuat dapat diberikan
suplementasi. Suplementasi dapat

diverikan <150% Recommended Daily

Allowancce (RDA) (Haryani, 2007).


2. Megestrol Acetate For Treatment Of Anorexia-Cachexia Syndrome
(Review)
Megestrol asetat untuk pengobatan sindrom anoreksia-cachexia sindrom
anoreksia-cachexia (ACS) adalah masalah klinis umum ditandai dengan hilangnya
nafsu makan dan penurunan berat badan. Hal ini umum di pasien yang menderita
kanker stadium lanjut, AIDS dan beberapa kondisi lain. Saat ini, tidak ada obat
untuk ACS. Megestrol asetat (MA) diklasifikasikan sebagai hormon wanita dan
diambil bymouth. Saat ini digunakan untuk meningkatkan nafsu makan dan
meningkatkan Berat di ACS.
Ulasan diperbarui ini menunjukkan bahwa:
MA meningkatkan nafsu makan dan memiliki efek kecil pada berat badan;
MA tidak meningkatkan kualitas hidup;
Efek samping yang lebih sering pada pasien yang diobati dengan MA.
Ulasan ini menunjukkan bahwa MA dikaitkan dengan peningkatan risiko
pembekuan darah (yang dapat mengakibatkan pembengkakan, rasa sakit atau
kemerahan dari satu ekstremitas dan bukan yang lain, kesulitan tiba-tiba bernafas,
sakit kepala parah atau perubahan visi), retensi cairan (yang mengakibatkan
pembengkakan kaki atau tangan) dan kematian. Sindrom Anoreksia-cachexia
adalah umum masalah klinis yang secara substansial dampak pada kualitas hidup
dan kelangsungan hidup pasien yang terkena. Hal ini ditandai dengan hilangnya
nafsu makan, penurunan berat badan dan wasting jaringan, disertai dengan
penurunan massa otot dan jaringan adiposa, memiskinkan kualitas hidup dan
sering sebelum kematian pasien (Nelson 1994; Splinter 1992). MA endometrium
saat ini digunakan untuk meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan berat

badan pada kanker terkait anoreksia. MA hanya tersedia sebagai tablet 20 sampai
40 mg atau bentuk cair (200 mg atau 625 mg / 5 ml MA) dan dikonumsi selama 6
minggu dengan dosis 800 mg per hari dan bentuk oral empat tablet per hari (Ruiz
Garcia V. et al. 2013).
3. Upaya Peningkatan Asupan Makan Pada Pasien Kanker
Terapi kanker dengan kemoterapi merupakan pengobatan kanker secara
sistemik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Efek samping yang
timbul secara langsung terjadi dalam waktu 24 jam pengobatan, berupa mual dan
muntah yang hebat, sehingga akan mempengaruhi asupan makan. Pengaturan
makan pada pasien kanker bertujuan untuk mengurangi efek samping terapi
sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui menu yang seimbang.
Masih ada beberapa perbedaan pendapat tentang pemberian makan pada pasien
kanker. Ada yang menganjurkan pemberian diet energi dan protein tinggi,tetapi
ada juga yang berpendapat bahwa pembatasan energi dan protein akan
menghambat pemecahan sel kanker. Dengan adanya kemoterapi yang dapat
menghambat pemecahan sel kanker, maka pemberian makan dengan energi dan
protein tinggi dapat diterima.
Pasien dengan anoreksia atau cepat merasa kenyang, dianjurkan:
a.
b.
c.
d.

Makan makanan yang disukai dan dapat diterima walau tidak merasa lapar.
Makan lebih banyak bila ada rasa lapar.
Hindari minum dekat dengan waktu makan.
Memotivasi diri bahwa makan adalah bagian penting dalam program

pengobatan.
e. Porsi makanan kecil dan diberikan sering ( lebih dari 3 kali sehari).
f. Olahraga sesuai kemampuan.
g. Makan dalam situasi yang nyaman.
Pasien dengan perubahan rasa pengecapan :
a.
b.
c.
d.
e.

Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.


Tambahkan bumbu yang sesuai untuk menambah rasa.
Minuman segar misalnya sari buah atau jus.
Gunakan alat makan plastik bila sering merasa makanan berbau logam.
Berkumur dengan larutan soda (larutan 5 gram soda dalam 500 ml air).

Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan dianjurkan:

a. Banyak minum, 8-10 gelas perhari. Bila perlu minum dengan


b.
c.
d.
e.
f.

menggunakan sedotan.
Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.
Bentuk makanan saring atau cair.
Hindari makanan terlau asam atau asin.
Sering berkumur.
Makan tiap 2 jam dengan diselingi minum.

Pasien dengan mulut kering dianjurkan:


a.
b.
c.
d.

Makanan dan minuman diberikan dengan suhu dingin.


Makanan sering berkuah atau berbentuk makanan cair.
Minum yang hangat atau asam untuk meningkatkan produksi saliva.
Kunyah permen karet atau hard candy.

Pasien dengan keluhan mual dan muntah dianjurkan:


a. Beri makanan bentuk kering.
b. Hindari makanan yang beraroma tajam/ merangsang, berlemak tinggi dan
minuman yang terlalu manis.
c. Batasi cairan pada waktu makan.
d. Makan dan minum perlahan-lahan.
e. Setelah selesai makan, tetap dalam posisi duduk selama 1-2 jam (Hartati, S
A Budi. 2007).
4. Pegaruh Terapi Musik Terhadap Keluhan Mual Muntah Pada Pasien
Post Kemoterapi Karena Kanker Di Unit Sitostatika.
Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim melalui akson-akson serabut
sensori asenden ke neuron-neuron Reticular Activating System ( RAS). Stimulus
ini kemudian akan ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati
area-area korteks cerebral, sistem limbik dan korpus collosum serta melewati
area-area system saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem saraf otonom
berisi saraf simpatis dan parasimpatis. Musik dapat memberikan rangsangan
simpatik dan parasimpatik sehingga dapat menimbulkan relaksasi berupa
penurunan frekuensi nadi, relaksasi, dan tidur (Tuner 2010).
Terapi musik mempunyai sifat terapeutik dan bersifat menyembuhkan.
Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang ditangkap oleh organ pendengaran
dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang merekam
interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengar. Ritme internal ini
mempengaruhi metabolism tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung

dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mampu membangun sistem
kekebalan tubuh yang lebih baik dan dengan sistem kekebalaan yang lebih baik
tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit
(Silvia,2009).
Terapi musik juga dapat berperan sebagai salah satu teknik distraksi.
intervensi music dapat memberikan stimulus yang dapat meningkatkan rasa
nyaman, sehingga menimbulkan sensasi menyenangkan. Khususnya pada
penelitian ini adalah pasien post kemoterapi, pasien lebih memfokuskan
perhatiannya kepada musik dari pada pikiran-pikiran yang menegangkan atau
stimulus lingkungan yang lain (Snyder dan Linquist, 2002).
Nilai p value sebesar 0,000 (< 0,005) , sehingga hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi musik klasik terhadap
keluhan mual muntah pada pasien post kemoterapi di Rumah Sakit Telogorejo
Semarang. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terjadi penurunan Keluhan
mual muntah sesudah setelah pemberian terapi musik klasik. Hasil penelitian ini
mendukung kebenaran teori yang di kemukakan oleh Purwoastuti (2008), bahwa
intervensi perilaku seperti relaksasi dan pengalihan ( seperti terapi musik klasik)
dapat mengurangi keluhan mual muntah (Zana, Laila Mithakhul. Sri Widodo,
Shobirun. 2013).
5. Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique Untuk Mengurangi
Rasa Nyeri Pasien Kanker
Intervensi non farmakologi merupakan terapi pelengkap dalam
mengurangi dan mengontrol nyeri, intervensi ini dapat mencakup intervensi fisik
dan perilaku kognitif. Dalam mengurangi nyeri pada kanker salah satu teknik
yang dapat digunakan spiritual emotional freedom technique (SEFT) sebagai satu
teknik yang bermula dari teknik emotional freedom technique (EFT). SEFT
merupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy medicine) dan
terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik
tertentu pada tubuh.
Dengan melakukan tapping pada salah satu titik system meridian sehingga
peranan endorphin yang merupakan substansi atau neurotransmiter menyerupai
morfin yang dihasilkan tubuh secara alami dapat dikeluarkan oleh periaqueductal

grey matter. Keberadaan endorphin pada sinaps sel-sel saraf mengakibatkan


penurunan sensasi nyeri. Teori pengendalian gerbang (gate control) juga
menjelaskan mengapa penggosokan atau pemijatan bagian tubuh karena cedera
dapat menghilangkan nyeri. Karena aktivitas di serat-serat besar dirangsang oleh
tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri)
tertutup. Pemakaian stimulasi saraf dengan listrik transkutis atau pemijatan untuk
menghilangkan nyeri adalah salah satu contoh aplikasi klinis teori ini. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian teknik SEFT lebih efektif dalam penurunan
tingkat nyeri pesien kanker (Hakam, Mulia. Dkk. 2009).
6. Efektifitas Aroma Terapi Essensial Oil Rose Dalam Menurunkan Skala
Nyeri Pada Pasien Kanker Stadium II
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan (primidiati, 2002).
Buckle

(2002)

mendefinisikan

aromaterapi

klinis

sebagai

pemakaian

minyakesensial untuk hasil tertentu yang dapat diukur. orang mesir kuno
menggunakan aromaterapi untuk meredakan nyeri, dan pada abad ke-19, daun
rosemary dibakar di rumah sakit untuk pengasapan. sekarang, ahli aromaterapi
menggunakan minyak esensial untuk meningkatkan hasil kesehatan yang positif
termasuk perbaikan alam perasaan, edema,jerawat, alergi, memar, dan stres
(kozier, 2010). Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan
emosi seseorang. essensial oil rose merupakan jenis aroma terapi yang dapat
digunakan untuk membantu meringankan depresi, frigiditas, ketegangan syaraf,
sakit kepala dan insomnia (sharma, 2009). zat yang terkandung dalam essensial oil
rose salah satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf
sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya
(wong, 2010). Pada saat aromaterapi essensial oil rose dihirup molekul yang
mudah menguap akan membawa unsur aromati yang terkandung didalamn
nya(geraniol &linalool) kepuncak hidung dimana siliasilia muncul darisel- sel
reseptor. Apabila molekul-molekul menempel pada rambut- rambut tersebut, suatu
pesan elektrokimia akan ditranmisikan melalui saluran olfaktori kedalam system

limbik. Hal ini akan merangsang memori dan responemosional. Hipotalamus yang
berperan sebagai regulatorme munculkan pesan yang harus disampaikan keotak
pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa elektro
kimia yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks (koensomardiyah, 2009). Hal
ini menunjukkan bahwa penggunaan aroma terapi essensial oil rose efektif
menurunkan skala pada pasien kanker. Karena terdapat zat yang terkandung
dalam essensial oil rose salah satunya adalah linalool yang berguna untuk
menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun
yang menghirupnya (Annisa, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Husnah Suri. Nurul Huda, Erwin. 2015. Efektifitas aroma terapi essensial
oil rose Dalam menurunkan skala nyeri pada pasien kanker stadium II.
JOM Vol 2 No 1 Februari . Mahasiswa/Perawat RS Awal Bros Pekanbaru
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Clinical Procedure / Protocol Oncology Services - Unit Practice Manual Page 1 of
5 John Dempsey Hospital-Department of Nursing The University of
Connecticut Health Center
For Chemotherapy Administration from John Dempsey Hospital Department of
Nursing The University of Connecticut Health Center
Hakam, Mulia. Krisna Yetti, Rr. Tutik Sri Hariyati. 2009. Intervensi Spiritual
Emotional Freedom Technique Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Pasien
Kanker. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 2, DESEMBER 2009: 91-

95. Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok


16424, Indonesia.
Hariani, Ririn. 2007. Kecukupan Nutrisi pada Pasien Kanker.Indonesian Journal
of Cancer.
Hartati, S A Budi. 2007. Upaya Peningkatan Asupan Makan Pada Pasien Kanker.
Gizi Indon, 30(1):70-72. Instalasi Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM).
Ruiz Garcia V, Lpez-Briz E, Carbonell Sanchis R, Gonzalvez Perales JL, BortMarti S. Megestrol Acetate For Treatment Of Anorexia-Cachexia Syndrome
(Review). Cochrane Database Of Systematic Reviews 2013, Issue 3. Art.
No.:
CD004310.
DOI:
10.1002/14651858.
CD004310.Pub3.
Www.Cochranelibrary.Com
Wirawan, Riadi. Nuri Dyah Indahsari. Djayadiman Gatot. 2005. Chronic
Myelogenous Leukemia Fase Akselerasi pada Anak dengan Asidosis
Metabolik dan Gizi Kurang: Suatu Laporan Kasus. Berkala Ilmu
Kedokteran. Vol. 37, No. 1. Bagian Patologi Klinik. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Jakarta.
Zana, Laila Mithakhul. Sri Widodo, Shobirun. 2013. Pegaruh Terapi Musik
Terhadap Keluhan Mual Muntah Pada Pasien Post Kemoterapi Karena
Kanker Di Unit Sitostatika.

Anda mungkin juga menyukai