Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Feasibility Study (FS) ini merupakan Laporan yang disusun dalam pekerjaan
Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED
dan Verifikasi) di Direktorat Jendral Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Tahun
Anggaran 2015.
Feasibility Study (FS) ini secara umum merupakan penjabaran dari hasil survey yang
telah kami lakukan di wilayah Desa Yoyok dan Tabalema, Kecamatan Mandioli Selatan,
Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara serta sesuai dengan perencanaan dan
metode pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi).
Demikian Feasibility Study (FS) ini kami susun dan sampaikan dengan harapan dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai rencana pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
Jakarta,
Januari 2016
DAFTAR ISI
BAB 2
2.1
2.2
BAB 3
EXECUTIVE SUMMARY
3.1
3.2
Kesimpulan.................................................................................................................
4.2
Saran...........................................................................................................................
BAB 1
STUDI KELAYAKAN
DAN DED PLTS
Setelah mempelajari, memahami dan melakukan pengkajian terhadap Kerangka Acuan Kerja
(KAK) pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat (FS, DED dan Verifikasi) yang didukung dengan informasi tambahan pada saat
mengukuti rapat penjelasan pekerjaan (aanwazjing) yang dilaksanakan oleh panitia
pelelangan pekerjaan pada Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konsevasi Energi
tahun anggaran 2015, berikut ini dapat kami uraikan tentang pendekatan dan metodologi
yang akan digunakan dalam penyelesaian pekerjaan ini, yang akan kami uraikan dalam
beberapa point bahasan berikut ini :
1.1 PEMAHAMAN TERHADAP KAK
Untuk dapat menentukan strategi pendekatan penanganan pekerjaan perlu dilakukan
pemahaman kami terhadap materi yang disampaikan pada KAK tersebut yang meliputi:
latar belakang permasalahan, ruang lingkup pekerjaan, maksud dan tujuan pekerjaan
maupun sasaran dan hasil akhir yang akan dicapai.
a. Latar Belakang
Latar belakang pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini telah dapat
dipahami dengan jelas sebagai berikut :
c. Keluaran Pekerjaan
Keluaran pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini telah dapat dipahami dengan
jelas sebagai beikut :
Tersedianya Laporan Penyusunan FS dan DED Pembangunan PLTS Terpusat
Maluku Utara, Papua dan Papua
d. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup kegiatan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini meliputi :
1. Koordinasi dengan instansi yang menangani bidang energi di lokasi yang
telah ditetapkan dalam KAK
2. Pengumpulan data yang meliputi :
a) Penentuan Lokasi rencana (rumah pembangkit dan rangkaian modul
surya) PLTS Terpusat yang dilengkapi dengan koordinat serta informasi
status dan luas lahan yang tersedia
b) Pengumpulan data jumlah rumah maupun fasilitas umum yang akan
menjadi calon pelanggan PLTS Terpusat
c) Pengukuran jarak dari lokasi rencana PLTS Terpusat ke masing-masing
beban sehingga didapatkan perkiraan panjang jaringan
d) Pengumpulan informasi akses ke lokasi rencana PLTS Terpusat yang
dapat dijadikan acuan untuk mobilisasi personil dan peralatan pada saat
proses pembangunan PLTS Terpusat
3. Menyusun studi kelayakan dan perencanaan teknis (FS dan DED) dengan
mempertimbangkan data yang diperoleh dan dengan memperhatikan hal-hal
berikut :
a) Dalam menghitung perkiraan kebutuhan beban, ditentukan setiap rumah
penduduk mendapat penerangan sebanyak 3 (tiga) titik lampu LED
masing-masing 3 W dan 1 (satu) tusuk kontak.
b) Disesuaikan dengan kebutuhannya.
c) Desain kontruksi pondasi modul surya dibuat menyesuaikan kondsi
tanah yang akan dijadikan lokasi untuk rangkaian modul surya.
pendekatan
metoda/model
yang
laporan
Laporan pendahuluan ini diserahkan paling lambat 14 hari setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja.
2. Laporan Antara
3. Laporan Akhir
Laporan akhir berisi perkembangan akhir dan hasil perbaikan dari laporan
INSTRUMENTAL INPUT
SUBJECT
OBJECT
METODE
INPUT
Undang-undang No. 30 Tahu 2007 Tentang Energi
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Pulau-Pulau Kecil Terluar
ergi dan Sumber Daya Mineral Bomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Energi da
Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energ
Rencana Strategis Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra KESDM) 2010-2014
TAHAPAN KEGIATAN
A.
B.
C.
D.
E.
1
.
2
.
Mengkaji studi2
terdahulu
Mengkaji Aspek teknis
dan
lainnya
1 Identifikasi
. permasalahan
2 Identifikasi kebutuhan
.
Analisa data dan detail
desain
F.
Penyusunan Laporan
G.
Pembahasan (Diskusi)
MONITORING
KOORDINASI
PPK
Kasub Dit Terkait
Kasi terkait
Direksi Pekerjaan
PPK
Kasub Dit Terkait
Kasi terkait
Direksi Pekerjaan
Dinas Terkait
Pemda Kab & Kec
PPK
Direksi Pekerjaan
Dinas Terkait
Dll nya
PPK
Kasub Dit Terkait
Kasi terkait
PPK
Kasub Dit Terkait
Kasi terkait
PPK
Kasub Dit Terkait
Kasi terkait
PPK
Kasub Dit Terkait
Kasi terkait
Direksi Pekerjaan
Dinas Terkait
Pemda
Direksi Pekerjaan
Direksi Pekerjaan
Direksi Pekerjaan
BAB 2
PENDAHULUAN
10
penyelesaian survey yang ditanda tangani oleh tim survey dan pejabat
11
Provinsi
Maluku Utara
Kab
Kec
Halmahera
Mandioli Selatan
Selatan
2
Maluku Utara
Halmahera
Desa
Yoyok dan
Tabalema
Botang Lomang
Batu Taga
Bacan
Kaputusan
Selatan
3
Maluku Utara
Halmahera
Selatan
Papua
Jayapura
Muara Tami
Papua
Mimika
Amar
Kawar
Papua Barat
Kaimana
Teluk Etna
Siawotan
Papua Barat
Fak-Fak
Kramong-
Kampung Kwamkuamur,
mongga
Misool
Dabatan
Papua Barat
Raja Ampat
12
Papua Barat
Raja Ampat
Meosman-sar
Yenbekwan
10
Papua Barat
Raja Ampat
Kofiar
Awat
11
Papua Barat
Raja Ampat
Supnin
Kapadiri
12
Papua Barat
Raja Ampat
Kofiau
Deer
13
Papua Barat
Raja Ampat
Kofiau
Dibabal
14
Papua Barat
Raja Ampat
Kofiau
Mikiran
15
Papua Barat
Raja Ampat
Waigeo Timur
Yenbekaki
KEGIATAN
1
I
II
III
IV
Nov-15
2
3
Des-15
2
3
KETERAN
GAN
4
Shedule Survey Studi Kelayakan PLTS Area Maluku Utara, Papua dan Papua Barat
13
KORDINATOR
FS DAN DED
ADMIN
TEAM SURVEY
TEAM
1
TEAM
2
TEAM
LAPORAN
TEAM
3
TEAM
1
TEAM
2
TEAM
PERANCANGAN
TEAM
3
TEAM
1
TEAM
2
TEAM
3
14
15
2.8 METODOLOGI
INSTRUMENTAL INPUT
SUBJECT
OBJECT METODE
INPUT
Undang-undang No. 30 Tahu 2007 Tentang Energi
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Pulau-Pulau Kecil Terluar
ri Energi dan Sumber Daya Mineral Bomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Ene
uran Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan fisik Pemanfaatan Energi Baru dan
Rencana Strategis Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra KESDM) 2010-2014
NAMA ALAT
GAMBAR
FUNGSI
GPS
KOMPAS
16
PYRANOMETER
WALKING
DISTANCE
KAMERA
Digunakan untuk
mendokumentasikan kegiatan
survey dan juga peralatan atau
item yang akan menjadi dasar
pembuatan design
THERMOMETER
KERTAS +
PENSIL+
PENGHAPUS
Uraian Data
Survey
Moda
Transportasi
Bandara ke
Lokasi PLTS
Data
Keberada
an
(cek list)
Keterangan
Alat yang
Digunaka
n
Bus
Kapal
kecil/Besar
Kamera
Angkot
Motor
Mobil
Informasi
DISHUB
17
Sepeda
Polisi
2.
Sistem
Pengamanan
Lokasi
Kamera
Informasi
Perangkat
Desa
Siskamling
Warga
Swadaya
Masyarakat
Sering Terjadi
Kerusuhan/
Pencurian
3.
Kondisi
keamanan
Informasi
Perangkat
Desa
Jarang Terjadi
Kerusuhan/
Pencurian
Aman
Berbukit
4.
Kondisi Lokasi
PLTS
Dataran
Terbuka
Kamera
Hutan
5.
Status Lahan
PLTS
Sudah
dibebaskan
Belum
Dibebaskan
Informasi
Perangkat
Desa
Berbukit
6.
Kondisi Lahan
PLTS
Dataran
Terbuka
Kamera
Hutan
7.
Tanggapan
Penduduk
Terhadap
Pembangunan
PLTS
Mendukung
Interview
Menolak
21
36
8.
Tipe Rumah
Kamera
45
Informasi
Perangkat
Desa
60
70
Elektrik
9.
Tenaga Kerja
Lokal
Informasi
Perangkat
Desa
Sipil
Kuli
Kontak Person
Kepala Desa
No.Telp
Informasi
18
0.
1
1.
Fasilitas Umum
Polsek
No.Telp
Pihak Terkait
No.Telp
PJU
Fasilitas
Umum
Ada
1
2
Keberadaan Toko
Bangunan
Jumlah....
.
Kapasitas..
Jumlah
Kapasitas..
Jarak.
Perangkat
Desa
Kamera
Informasi
Perangkat
Desa
Kamera
Informasi
Perangkat
Desa
Tidak Ada
Sering Terjadi
Banjir
1
3.
1
4.
Jarang Banjir
Informasi Banjir
Curah Hujan
Informasi
Perangkat
Desa
Adakemungkin
an Banjir
Ada Potensi
Banjir
Tinggi
Informasi
BMKG
Sedang
Menengah
1
5.
Kondisi Ekonomi
Masyarakat
Informasi
Perangkat
Desa
Sedang
Rendah
1
6
1
7
Jarak antar
Rumah
Jauh
Jarak ...
Sedang
Jarak ...
Dekat
Jarak ...
Jauh
Jarak ...
Sedang
Jarak ...
Dekat
Jarak ...
Meteran/
Walking
distance
meter
Meteran/
Walking
distance
meter
Tinggi
1
8
Temperature
rata-rata
Thermomet
er
Sedang
Rendah
1
9
2
Koordinat Lokasi
PLTS
Iradasi Matahari
Tinggi
...
GPS
...
Pyranomet
19
0
2
1
saat Survey
Sedang
...
Rendah
....
er
Informasi
Perangkat
Desa/
Kamera
2
2
Jenis Tanah
Gambut
Rawa
Kamera
Tanah
2
3
Gambaran Umum
layout Desa
Kamera
dan Sketch
20
BAB 3
KONSEP DED
PLTS TERPUSAT
PERATURAN UMUM
1.2
Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan
telah biasa mengerjakannya.
2.
Khusus untuk izin dari Instansi PLN (PAS PLN dengan kelas yang sesuai)
diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan lain yang telah memiliki PAS
PLN yang dimaksud)
1.3
GAMBAR - GAMBAR
1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya. Jika terdapat perbedaan
21
antara gambar dan persyaratan teknik, dan tidak ada klarifikasi pada dokumen
setelahnya, maka yang berlaku adalah pada ketentuan pada pesyaratan teknik.
2. Gambar-gambar sistim ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/
maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3. Gambar-gambar Arsitek dan Struktur / Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan pekerjaan ini.
4. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan
detail kepada MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan
mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah mempelajari
situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.
5. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang (AS
Built Drawing) yang disertai dengan operating dan Maintenance Instruction serta
harus diserahkan kepada MK sebelum penyerahan pertama dalam rangkap 5
(lima) terdiri 1 kalkir dan 4 blue print, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi
dan data notasi beserta 1 (satu) set CD electronic copy.
6. Kontraktor wajib mengajukan as-built drawing untuk peralatan atau instalasi yang
sudah terpasang perbagian pekerjaan, kompilasi gambar as-built drawing
dilakukan setelah semua system instalasi sudah terpasang dengan lengkap dan
benar. Kompilasi gambar tersebut sebagai dasar acuan untuk pembuatan final asbuilt drawing.
1.4
KOORDINASI
1. Kontraktor instalasi ini wajib bekerja sama dengan Kontraktor instalasi lainnya,
agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
2. Koordinasi yang baik wajib ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.
22
3. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.5
PELAKSANAAN PEMASANGAN
1. Selama memungkinkan, semua peralatan/material tetap dalam packaging asli
tanpa dibuka dari pabrik. Jika tidak memungkinkan harus dibungkus dengan
bahan penutup yang dapat menjaga dari kerusakan. Peralatan/material tersebut
harus diangkat, dibawa, diturunkan dan disimpan dengan baik untuk menjaga
agar terhindar dari kerusakan.
2. Simpan peralatan/material tersebut ditempat yang bersih dan kering dan
dilindungi dari kerusakan. Jika peralatan/material rusak, jangan dipasang, tetapi
harus dilakukan tahapan secepatnya untuk mendapatkan penggantian atau
perbaikan. Semua perbaikan harus mendapatkan review dan persetujuan dari
Pemberi Tugas.
3. Lakukan perbaikan atau penggatian secara rutin terhadap kerusakan yang
disebabkan karena pemotongan dalam pekerjaan seperti. Pemotongan channel,
cabinet dan pengeboran lantai, dinding dan ceiling yang diperlukan untuk
pemasangan yang baik, penunjang dan angkur dari raceway, boks atau peralatan
lain. Perbaiki semua kerusakan pada gedung, pemipaan, peralatan atau finishing.
Jalankan perbaikan dengan material yang sesuai dengan aslinya, dan pasang
sesuai dengan spesifikasi.
4. Membuat lubang core-drill melalui slab dengan alat yang sesuai untuk keperluan
ini. Semua opening, sleeve dan lubang di slab antar lantai dan partisi harus
ditutup kembali dengan seal, fire-proof, dan waterproof.
5. Hindarkan akumulasi kotoran, boks, serpihan, dll dari instalasi ini. Buang setiap
hari semua kotoran, boks, serpihan, dll tersebut dan area instalasi dijaga tetap
bersih.
6. Bersihkan semua peralatan dan instalasi setelah penyelesaian proyek.
23
7. Pastikan semua panel listrik, jalur kabel, dll sudah terpasang dengan baik dan
benar, sebelum mengaktifkan peralatan.
8. Sediakan lampu penerangan dan sistem distribusi listrik sementara dengan ukuran
yang cukup untuk peralatan yang ada termasuk ukuran kabel feeder yang cukup
untuk mengatasi penurunan tegangan. Panel dilengkapi dengan meter untuk
pembayaran kepihak lain jika diperlukan.
9. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus
menyerahkan gambar kerja/ shop drawing dan detailnya kepada Pemberi Tugas
dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
10. Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan,
Kontraktor harus segera menghubungi Pemberi Tugas.
11. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
12. Gambar pelaksanaan /shop drawing yang digunakan di lokasi proyek mutlak
harus yang sudah disetujui oleh pemberi tugas / MK.
13. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya harus berkoordinasi secara baik
dengan kontraktor lain yang terkait untuk mencapai hasil pekerjaan yang
sempurna bagi semua pihak. Jika terjadi resiko ketidak sempurnaan pekerjaan,
bongkar pasang pekerjaan, penggantian material, pembobokan, dan sebagainya
yang disebabkan oleh kurangnya koordinasi, maka resiko tersebut merupakan
tanggung jawab pihak yang kurang berkoordinasi. Jika penanggung jawab di
antara para kontraktor yang terkait tersebut tidak dicapai kesepakatan, maka
Pemberi Tugas atau MK dengan pertimbangannya sendiri dapat menetapkan
penanggung jawabnya. Penyelesaian atau perbaikan atas resiko tersebut harus
dilaksanakan secepat mungkin dengan waktu yang disetujui oleh Pemberi Tugas
atau MK yang mana dalam hal ini Pemberi Tugas berhak menunjuk pihak lain
yang melaksanakannya dengan biaya yang ditanggung oleh penanggung jawab
yang telah di tetapkan.
24
14. Kontraktor wajib membuat as-built drawing setiap kali suatu bagian pekerjaan
selesai dipasang, kemudian secara bertahap disusun terintegrasi, sehinga pada
akhir pekerjaan dicapai as built drawing keseluruhan yang lengkap, terintegrasi
dan benar. Bagian-bagian as built drawing yang di buat tersebut harus diserahkan
kepada Pemberi Tugas atau MK setiap bulan, atau waktu lain yang di tentukan
kemudian berdasarkan kemajuan pekerjaan, dalam keadaan sudah diperiksa dan
benar. Jika terjadi keterlambatan atau kelalaian dalam menyerahkan as built
drawing tersebut, maka kontraktor dapat dikenakan denda kelalaian, dan atau
penundaan pembayaran pekerjaan.
15. Material yang diajukan dan akan digunakan pada proyek ini harus asli atau
original bukan hasil modifikasi.
16. Kontraktor wajib melakukan test lab independen terhadap material dan produk
yang akan digunakan di proyek dengan mengacu standar code yang berlaku pada
produk/material tersebut.
17. Semua spesifikasi peralatan yang digunakan dalam proyek ini tidak boleh diganti
dengan merek atau kualitas yang lebih rendah. Bila ada penggantian merek harus
dengan ijin MK/Pemberi Tugas.
1.6
25
terkait. Semua kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan testing dan
commissioning merupakan tanggung jawab kontraktor.
3. Semua bahan dan perlengkapannya termasuk bahan bakar, tenaga listrik dan air
yang diperlukan serta tenaga kerja untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor.
4. Pemberi Tugas berhak meminta kontraktor untuk melakukan pengujian terhadap
material / peralatan yang diragukan kesesuaian/keasliannya ke badan independen,
tanpa ada biaya tambahan.
5. Kontraktor berkewajiban mengajukan skedul testing dan commissioning, sesuai
dengan item pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/MK,
sebelum dilaksanakan dilapangan.
6. Bila pada keadaan tertentu sehingga pengujian dan commissioning secara
keseluruhan sistem tidak mungkin dilaksanakan secara serempak, maka pada
kesempatan pertama berikutnya Kontraktor wajib mengulang pekerjaan tersebut
diatas.
7. Bila ada bagian pekerjaan yang telah diuji dan dicommissioning secara terpisah,
maka pada saat tahap akhir penyelesaian pekerjaan Kontraktor wajib
membuktikan bahwa bagian pekerjaan tersebut dapat berfungsi dengan baik
secara terus menerus, dimana hal ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
dalam kontrak. Didalam jadwal pelaksanaan secara keseluruhan bila ada bagian
pekerjaan yang telah diserah terimakan dan Pemberi Tugas / MK yang ditunjuk
memandang perlu untuk dilaksanakan pengujian dan commissioning ulang maka
Kontraktor wajib melaksanakannya. Untuk hal ini Kontraktor wajib menaruh
perhatian yang cukup sehingga pelaksanaan Pengujian dan commissioning bagian
pekerjaan tersebut tidak mengganggu dan membahayakan aktivitas Pemberi
Tugas bila bekerja pada lokasi tersebut.
8. Bilamana pengujian sistem gagal, padahal peralatan dan perlengkapannya yang
terpasang telah berfungsi, maka Kontraktor wajib segera memeriksa apakah
26
pemerintah.
1.7
b.
c.
atau barang
27
MASA PEMELIHARAAN
1. Peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugas pekerjaan ini harus
digaransi minimum selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama.
Penggunaan peralatan gedung untuk sementara dan testing tidak merupakan awal
dari masa garansi.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi adalah selama dua belas bulan terhitung sejak
saat penyerahan pertama.
3. Selama masa pemeliharaan , Kontraktor instalasi ini diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
Kontraktor wajib melaksanakan perawatan rutin minimum satu kali dalam satu
bulan terhadap peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugasnya,
termasuk penyetelan-penyetelan, pemeriksaan-pemeriksaan, perbaikan-perbaikan,
penggantian-penggantian material untuk memastikan seluruh sistem dari pekerjaan
ini bekerja sempurna dengan pemakaian daya dan energi yang paling
efisien.Kontraktor harus membuat catatan-catatan tentang penyetelan dan kondisi
peralatan dan instalasi dan disampaikan secara baik dan teratur kepada Pemberi
Tugas. Perawatan yang dimaksud harus bersifat preventif maintenance dan
kontraktor wajib melaporkan kepada pemberi tugas mengenai hal-hal yang perlu
diantisipasi untuk mencegah terjadinya permasalahan
28
memadai dan setidaknya material yang diperlukan untuk tindakan pertama dalam
waktu paling lambat 2 (dua) jam sejak diberitahukan oleh pemberi tugas atau pihak
yang ditugaskan untuk itu.
4. Selama masa pemeliharaan , seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan
masih merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
5. Selama masa pemeliharaan , apabila Kontraktor instalasi ini tidak melaksanakan
tugas perawatan / perbaikan / penggantian / penyetelan / lain-lain yang
diperlukan, maka Pemberi Tugas berhak menyerahkan pekerjaan tersebut kepada
pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.
6. Selama masa pemeliharaan , Kontraktor instalasi ini harus melatih petugaspetugas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas sehingga dapat mengenali sistim
instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.
7. Setiap kegiatan dalam masa pemeliharaan harus dibuatkan berita acaranya.
1.9
1.10
LAPORAN - LAPORAN
1. Laporan Harian dan Mingguan
Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang
memberikan gambaran mengenai:
Kegiatan fisik
Catatan dan perintah Pemberi Tugas yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis.
29
30
1.12
1.13
IJIN - IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor meliputi :
1. Pengurusan dan biaya yang timbul untuk instalasi bangunan yang dikeluarkan
oleh PLN dan Depnaker
2. Pengurusan dan biaya yang timbul untuk High-pot-test peralatan tegangan
menengah yang dikeluarkan oleh PLN.
3. Biaya dan pengurusan ijin penangkal petir.
4. Biaya dan pengurusan terminasi kabel TM pada cubicle gardu PLN.
1.14
31
1.15
1.16
RAPAT LAPANGAN
Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh
Pemberi Tugas dan MK..
Umum
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban
32
Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan
ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
2.2
2.3
GAMBAR KERJA
Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, harus
menyerahkan gambar kerja antara lain sebagai berikut:
Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan dan
fixtures.
Detail denah perkabelan yang terkoordinasi dengan instalasi atau pekerjaan yang
lain.
Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.
33
Gambar koordinasi instalasi yang terkait dengan instalasi kontraktor lain dalam
bentuk gambar tumpang tindih terpadu (composite drawing) pada area-area
instalasi bersama, dengan cara berkoordinasi dan bekerja sama dengan kontraktor
terkait, sehingga dicapai instalasi yang rapi, benar, dan terkoordinasi secara baik.
Pemberi Tugas atau MK berhak menentukan kontraktor yang mengkoordinir
penggambaran tersebut.
Detail lain yang diminta oleh MK / Pemberi Tugas.
2.4
3.1.
3.2.
34
4. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T,
1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut tanpa
menyebabkan suhu yang lebih dari 650C dengan dimensi busbar minimum 1,5
kali dari kemampuan lewat arus (kapasitas incoming breaker). Setiap busbar
copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan
untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap
kenaikan suhu yang diperbolehkan. Semua Cu bar harus dilapisi oleh Tin Platting
(electro platting).
5. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan
getaran. Ampermeter dan Voltmeter yang digunakan berukuran 96 x 96 mm
dengan skala linear dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi, serta ada
sertifikat tera dari LMK / PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).
6. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan
sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi / Manajemen Konstruksi
lapangan.
7. Unit Box Panel haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga mendapat ventilasi
udara yang cukup. Pada lubang ventilasi udara harus diberi filter yang
konstruksinya diperkuat sehingga didapatkan suatu konstruksi yang baik.
8. Unit Box Panel yang berfungsi untuk MotorControlCenter haruslah dilengkapi
dengan force ventilasi.
9. Main switch breaker tipe air break 3 pole atau 4 pole yang telah direkomendasi
dari NEMA serta karakteristiknya menurut standard IEC 947-2 dan kemampuan
arus hubung singkat alat tersebut tidak kurang dari 50 KA pada tegangan 500
VAC.
10. Unit Box Panel Indoor mempunyai IP rating minimum 31. Panel di daerah umum
dilengkapi dengan lockable double door lengkap dengan kaca.
11. Unit Box Panel Outdoor mempunyai IP rating minimum 55, lockable double door
lengkap dengan kaca.
35
12. Panel harus dilengkapi dengan gambar Single Line Diagram, ukuran A4 atau A3
disesuaikan dengan ukuran gambar sehingga terbaca dengan jelas. Gambar Single
Line Diagram harus delaminating dan ditempel dibalik pintu panel.
13. Instalasi kabel menuju panel dilengkapi dengan gland cable.
14. Main circuit breaker harus menggunakan tipe spring charged yang dapat
dioperasikan secara manual atau automatic yang dikombinasikan dengan sistem
motorized untuk versi fix dan drawout serta dilengkapi pengaman untuk tidak
merusak switch breaker pada saat posisi ON / OFF / TRIP.
15. Sistem penutupan atau kontak breaker harus menggunakan toggle action, free
type dan dilengkapi dengan indikator mekanikal untuk posisi ON atau OFF serta
indikasi charged dan discharged.
16. Jika main circuit breaker dioperasikan secara otomatis maka harus dilengkapi
dengan pelepas penutupan (XF) pemutus tegangan jatuh (MN) / pemutus shunt
(MX), saklar alarm dan saklar bantu.
17. Kapasitas dari kontak utama harus mampu dibebani dengan beban penuh pada
temperatur yang telah direkomendasikan dari pabrik serta waktu pemutusan tidak
lebih dari tiga detik.
18. Panel untuk sump pump dilengkapi dengan 1 buah kotak kontak yang diletakkan
di dalam panel.
19. Main circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi beban lebih (over current),
arus hubung singkat (short circuit), proteksi hubungan pentanahan.
20. Komponenkomponen pengaman yang dapat dipakai adalah:
a.
36
b. Busbar Support
Sesuai standard IEC 439, VDE 0100-520 dan BS 5486 Bus-bar support
terdiri dari unipolar/multi polar.
Kapasitas dari Bus - bar harus sesuai dengan standard Puil dan DIN 43671
Spesifikasinya :
- High Dielectric strength
- High Mechanical wisthstand
- Tahan terhadap temperatur sesuai dengan rekomendasi
c. Isolator Support
Bahan terdiri dari SMC/DMC spesifikasi terdiri dari :
High Dielectric Strenght
High Mechanical Withstand
High Temperature.
d. Pilot Lamp, Push Button, Selector Switch
Sesuai standard IEC 529, IEC 947
37
Standard BS 88.
Jenis Fuse yang digunakan adalah HRC class Q sedangkan Fuse Carier
sebagai pengaman circuit control menggunakan type catridge & Holder.
Rating Tegangan 48 V
Arus Beban 80 A
38
I-max 320 A
h. Baterai
Tegangan 2 V
Harus dilengkapi dengan sistem koneksi yang dapat mencegah korosi dan
arus hubung singkat (termasuk pada waktu pemasangan).
i. Inverter
39
Kapasitas 5000 W
Frekuensi : 50 Hz
Efisiensi : >92%
Garansi 3 tahun
3.3.
untuk
kabel
penerangan
dalam
unit,
dapat
digunakan
kabel
berukuran1,5mm2.
40
3.4.
Lighting Fixtures
Lampu LED (Down Light)
1) Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflector aluminium, atau sesuai
gambar.
2) Lamp holder menggunakan standar E-27.
3) Diameter dari kap lampu minimal lihat gambar.
4) Lampu yang dipakai dari jenis LED 7 Watt
3.5.
3.6.
Grounding
1) Pada bak control, kawat grounding yang dipergunakan dari terminal grounding
sampai ke massive copper adalah kawat tembaga BC 70 mm2. Sedangkan dari
peralatan yang akan digrounding sampai ke bak kontrol menggunakan kawat
aluminium isolasi XLPE (NA2XY) ukuran 120 mm2 kecuali untuk penangkal
petir menggunakan kawat high voltage shielded dengan ukuran dan jenis sesuai
dengan rekomendasi dari supplier penangkal petir.
41
2) Pada bak kontrol terdapat terminal grounding yang terbuat dari bahan tembaga
untuk menghubungkan antara grounding bagian atas dan bagian bawah. Untuk
terminasi kabel pada terminal grounding pada bak kontrol, kawat grounding
ujungnya diberi cable shoe kemudian dibaut pada terminal grounding tersebut.
3) Untuk grounding dipergunakan kabel BC 70 mm2 dalam Pipa Galvanis diameter
1 inch dan pada ujungnya dipasang Massive Copper Rod dengan diameter
minimum 5/8 sebagai elektrode pentanahan sepanjang meter. Grounding
tersebut ditanam dalam tanah minimal 6 m.
4) Nilai tahanan grounding system adalah sebagai berikut:
- Instalasi listrik 2 minimal kedalaman 6 meter
- Instalasi penyalur petir 5 minimal kedalaman 6 meter
- Instalasi elektronik 1 minimal kedalaman 6 meter
Nilai hambatan diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut - turut.
5) Lihat gambar detail untuk bak kontrol dan terminal grounding.
6) Grounding untuk peralatan elektronik, grounding lift dan grounding elektrikal
masing masing dipisah antara satu dengan yang lain, dengan metoda grounding
yang sama.
7) Lingkup pekerjaan grounding untuk kontraktor elektrikal adalah:
1. Instalasi grounding peralatan elektrikal (trafo,PDTM, PDTR, penyalur petir)
sampai ke bak kontrol grounding masing masing peralatan.
2. Semua instalasi grounding pada bak kontrol yang belum dikerjakan pada
pekerjaan SAP 1 seperti terlihat pada gambar.
42
4.1
Panel-panel
1) Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan
harus rata (horisontal).
2) Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland, dan
diberi lapisan seal dari karet untuk menutupi bagian bekas lubang yang
permukaannya tajam atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang
tajam.
3) Untuk panel-panel yang dipasang diluar ruangan (Outdoor Panel) type Free
Standing diberi kaki dengan jarak minimal 50 cm dengan permukaan tanah
dilengkapi dengan pondasi cor.
4) Semua panel harus ditanahkan.
4.2
Kabel-Kabel
1) Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas
dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
2) Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengindentifikasikan phasanya sesuai dengan PUIL 2000.
-Phasa R
= Merah
-Phase S
= Kuning
-Phase T
= Hitam
-Netral
= Biru
-Grounding
= Hijau - Kuning
3) Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel, diklem dan
disusun yang rapi.
43
4) Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada kabel
penerangan, dimana terminasi sambungan dilakukan pada termination / junction
box.
5) Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya. Material sepatu kabel harus sesuai dengan material
konduktor kabel, jika menggunakan kabel aluminium dan busbar tembaga maka
sepatu kabel harus menggunakan tipe bimetal (Al-Cu lug).
6) Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat pres hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.
7) Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm minimum, dimana
sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan diatasnya
diamankan dengan batu bata sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah
40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
8) Sudut pembelokan (Bending Radius) kabel Feeder harus mengikuti ketentuan
yang disyaratkan oleh pabrik untuk masing-masing diameter kabel.
9) Untuk kabel serabut, terminasi ujung kabel tersebut harus menggunakan handslip.
10) Semua kabel yang berada didalam trench kabel harus diletakkan / disusun dalam
kabel ladder (Fabricated, hot deep galvanized) kabel ladder harus disupport setiap
jarak 100 cm.
11) Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel
ladder.
12) Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya
kabel dan dilengkapi dengan Cable Mark.
13) Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan instalasi lainnya harus
ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis medium
dengan diameter minimum 2-1/2 kali penampang kabel.
14) Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada suatu
trunking kabel.
44
15) Kabel penerangan yang terletak diatas rak kabel tidak menggunakan PVC High
Impact. Setiap kabel yang keluar dari Cable Tray harus dipasang dalam PVC
High Impact. Pada bagian pertemuan antara Conduit dan Cable Tray dipasang
Joining Coupling.
16) Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan
sleeve dari pipa galvanis medium dengan diameter minimum 2-1/2 kali
penampang kabel.
17) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam kotak
terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan
dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tersebut
minimum 4 cm.
18) Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1m disetiap
ujungnya.
19) Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling menyilang.
20) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak - kontak harus didalam kotak
penyambungan dan memakai alat penyambungan berupa las dop.
21) Semua kabel yang menuju / keluar dari panel - panel type outdoor harus di dalam
pipa Sleeve GIP Medium / PVC Conduit diameter 2-1/2 x diameter kabel.
22) Kabel yang keluar dari trench yang menembus permukaan tanah, yang menuju
kabel ladder harus dilengkapi / dilindungi dengan GIP Medium sepanjang lebih
kurang 1 m dengan ketentuan 50 cm bagian yang berada di bawah permukaan
tanah sampai 50 cm dari permukaan tanah.
23) Semua kabel instalasi motor yang berada di daerah utility harus dipasang dalam
metal conduit, yang penampangnya minimum 1,5 penampang kabel dan lengkap
dengan Flexible Metal Conduit.
24) Setiap kabel dalam PVC High Impact Conduit yang dipasang pada Slab harus
diberi Saddle Spacers setiap jarak 150 cm.
45
25) Untuk instalasi kabel yang menggunakan PVC Hight Impact Conduit yang
melintas diatas balok, harus menembus balok dengan jarak minimum 10 Cm dari
atas balok yang ditembus, atau melintas dibawah balok.
4.3
4.4
Lampu Penerangan
1) Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari
Arsitek dan disetujui oleh Direksi / Manajemen Konstruksi.
2) Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang
terbuat dari bahan aluminium.
3) Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
4) Semua
lampu
penerangan
type
Flouresscent
harus
digantung
dengan
4.5
Grounding
1) Semua bagian dari sistim listrik harus digrounding.
46
PENGUJIAN
5.2.
Umum
Sebelum semua peralatan utama dari sistim dipasang harus diadakan pengujian secara
individual parsial (Partial Test). Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah
dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik yang bersangkutan dan
LMK / PLN serta instansi lain yang berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut
dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari sistim, untuk menjamin
bahwa sistem berfungsi dengan baik. Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat lulus
pengujian dan peralatan untuk pengujian yang perlu disediakan oleh Kontraktor
menjadi tanggung jawab Kontraktor sendiri.
5.3.
5.2.1.
Pengujian PLTS
47
Sebelum dilakukan pengujian pada sistem pembangkit listrik tenaga surya kapasitas
50Wp, yang harus diutamakan adalah kelengkapan instalasi. Apakah telah terpasang
dengan benar dan rapih agar dapat dilakukan pengujian dan menghasilkan data yang
akurat. Parameter yang diobservasi meliputi pengukuran besaran secara berkala antara
pukul 08:00 17:00 WIB dan setiap satu jam sekali dilihat pada alat ukur yang
digunakan pada pengujian dan mencatatnya, untuk mendapatkan nilai atau hasilhasil
yang mendekati sebenarnya. Penggunaan alat ukur perlu diperhatikan dari jenis dan
kegunaannyaseperti yang digunakan pada pengujian sistem pembangkit listrik tenaga
surya kapasitas 250Wp, alat ukur yang digunakan berupa Amperemeter digital yang
berfungsi untuk mengukur arus dan Voltmeter analog yang berfungsi untuk mengukur
tegangan. Ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan pada pengujian sistem
pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 250Wp :
1) Memeriksa dan mengamati ketelitian dan kecermatan alat ukur yang digunakan
pada pengujian.
2) Untuk mengetahui data-data yang akurat dari hasil pengujian digunakan alat
ukur berupa. Voltmeter analog 48 V, alat ini digunakan untuk mengetahui
tegangan DC yang keluar dari panel surya dan untuk mengetahui arus AC yang
keluar dari panel surya, maka alat ukur yang digunakan adalah Amperemeter
digital 1000Ah.
3) Mencatan data-data hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan dalam
pengujian, alat ukur yang digunakan berupa Voltmeter analog 48V dan
Amperemeter digital 1000Ah.
4) Selama pengujian dilakukan, keadaan cuaca harus benar-benar diperhatikan
karena keadaan cuaca sangat berpengaruh pada perfomansi atau unjuk kerja
pada panel surya.
5) Setelah data-data dari hasil pengujian terkumpul, langkah selanjutnya adalah
pembuatan tabel dan grafik hubungan antara arus terhadap waktu dan hubungan
antara tegangan terhadap waktu.
5.2.2.
48
berfungsi baik dan bekerja sempurna dalam keadaan operasional maupun gangguan
berupa undervoltage, over current, overthermis, short circuit dan lain - lain serta
megger antara fasa, fasa netral, fasa nol.
5.2.3.
5.2.4.
Lighting Fixtures
Setiap lighting fixtures yang menggunakan Ballast dan kapasitor harus dilakukan
pengujian / pengukuran faktor daya. Dalam hal ini faktor daya yang diperbolehkan
minimal 0,85.
5.2.5.
Pentanahan / Grounding
Semua grounding dari sistem harus dilakukan pengukuran tahanan dengan ketentuan
nilai tahanan sebagai berikut :
- Instalasi listrik 5 minimal kedalaman 6 meter
Dan dilakukan pada keadaan cuaca tidak turun hujan selama minimal 3 hari berturutturut.
6.1.
6.1
PR O D U K
Umum
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor harus mengajukan salah
satu merk yang tercantum dalam spesifikasi teknis dan akan mengikat dalam
pelaksanaan. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Pemberi Tugas. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah seperti
tercantum dalam outline specification
NO
URAIAN
STANDARD
CODE
SPESIFIKASI
49
ELEKTRIKAL
Panel & Instalasi
Panel Maker TR
Panel Surya
Type
Baterai Charger Regulator
Type
Baterai
Type
Inverter
Type
3
4
5
IEC 60439
SNI, SPLN
cell monocrystalin
SNI, SPLN
PWM
IEC,ISO3746
Calsium MF
SNI, SPLN
Pure sine wave
Komponen Panel
SPLN,LMK,IEC
Type
Meter-meter
IEC
Kabel Daya
SNI,SPLN,IEC
Type
BS 729, ASTM
A123, JIS
BSEN 50086, BS
4607 & IEC 433
Kabel Marking
10
PVC Conduit
11
Type
Armature Lampu
12
Lampu LED
13
BS EN 60669-1
14
15
IEC,SPLN,LMK
BS EN 60669-1
16
CIE 43 & 51
Clipsal, Broco
Marcs,Lion way, Comfolite,
Powermark, Setara
Clipsal, MK, ABB, National,
Broco Premium, Berker
ABB, Hager, MG,Clipsal
National,Clipsal,MK
plastik
Lokal
50
BAB 3
EXECUTIVE SUMMARY
Laporan Study Kelayakan Awal ini, disajikan sehubungan dengan rencana pelaksanaan
pekerjaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Yoyok dan
Tabalema, Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku
Utara.
Laporan Study Kelayakan awal ini memuat informasi mengenai kelayakan lahan, kondisi
jalur aksis, pemilihan konfigurasi system yang sesuai dengan hasil survey lokasi serta analisa
menggunkan sofware, perhitungan energi, dan analisa ekonomi yang berupa anggaran
pembangunan (CAPEX) dan anggaran operasional (OPEX).
Dari Study Kelayakan ini diharapkan agar para piphak pengambil keputusan dapat
memahami detil pembangunan PLTS yang akan menjadi acuan dalam memulai pekerjaan ini.
Dari hasil Study Kelayakan awal, diharapkan adanya rekomendasi untuk pembangunan PLTS
dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Berdasarkan data awal dipilih desa Yoyok dan Tabalema dan PLTS yang akan dibangun
direncanakan sebesar 30 kWp dan baterai 192 kWH.
Analisa Finansial juga dilakukan pada studi kelayakan ini, dan diperoleh harga investasi
sebesar Rp. ...........................,00
3.1 KONSEP DASAR PLTS
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi
krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat
perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Disamping jumlahnya yang
tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak
51
lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat di konversi menjadi listrik dengan
menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.
Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 kWh/m 2 atau
setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp.
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang
menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau
sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup
besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.
Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang
bekerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu
sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas energi yang
terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar
1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi menjadi energi listrik
berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai 25 maka produksi listrik maksimal yang
dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m 2. Dari sini terlihat bahwa PLTS itu
membutuhkan lahan yang luas. Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS
menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal
ini karena proses pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang
banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan jaringan listrik PLN.
Kemudian sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang
tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Berarti prospek
fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. Untuk itulah perlu diusahakan menekan
harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai berikut. Pertama menggunakan bahan
semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat dan Galium Arsenik yang lebih kompetitif.
Kedua meningkatkan efisiensi sel surya dari 10% menjadi 15%.
Energi listrik yang berasal dari energi surya pertama kali digunakan untuk
penerangan rumah tangga dengan sistem desentralisasi yang dikenal dengan Solar
Home System (SHS), kemudian untuk TV umum, komunikasi dan pompa air.
Sementara itu evaluasi program SHS di Indonesia pada proyek Desa Sukatani,
Bampres, dan listrik masuk desa menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan
dengan keberhasilan penerapan secara komersial.
52
53
54
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup
kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintergrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel
surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang
masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai
teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya
penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60% dan hampir
seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat
pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi
merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun
2005-2025, Pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System
berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS
hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada
sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50% pasar energi surya di Indonesia
sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas
hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal
untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.
a. PLTS TERPUSAT
PLTS Terpusat artinya pembangkitan tenaga listrik dengan menggunakan energy
matahari dilakukan secara terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan melalui
jaringan distribusi.
Komponen utama dari PLTS Terpusat ini adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
55
Uraian dan penjelasan fungsi dan pengertian teknik lainnya berkaitan dengan
komponen-komponen utama PLTS tersebut adalah sebagai berikut :
1. Modul Sel Surya
Panel surya solar cell mengubah sinar matahari menjadi listrik. Listrik tersebut
disimpan di dalam baterai, baterai menghidupkan lampu.
56
2. Baterai
Baterai adalah alat penyimpan tenaga listrik arus searah (DC). Ada beberapa jenis
baterai di pasaran yaitu jenis baterai basah/konvensional, hybrid dan MF
(Maintenance Free).
sel negatifnya
57
Tata letak, apakah posisi tegak, miring atau terbalik. Bila pertimbangannya
untuk segala posisi maka baterai kering adalah pilihan utama karena cairan
air baterai tidak akan tumpah. Kendaraan off road biasanya menggunakan
baterai kering mengingat medannya yang berat. Baterai ikut terguncangguncang dan terbanting. Baterai kering tahan goncangan sedangkan baterai
tegangan. Yang custom juga ada, biasanya dipakai untuk keperluan industri.
Kapasitas baterai yang tertulis dalam satuan Ah, (Ampere hour), yang
menyatakan kekuatan baterai, seberapa lama baterai tersebut dapat bertahan
baterai kering.
Pemakaian dari baterai itu sendiriapakah untuk kebutuhan rutin yang sering
dipakai ataukah Cuma sebagai back-up saja. Baterai basah, tegangan dan
kapasitasnya akan menurun bila disimpan lama tanpa recharger, sedangkan
baterai kering relatif stabil bila disimpan untuk jangka waktu lama tanpa
charger.
Harga karena baterai kering mempunyai banyak keunggulan maka harganya
pun jauh lebih mahal daripada baterai basah. Untuk menjembatani rentang
harga yang jauh maka produsen baterai juga memproduksi jenis baterai
kalsium ( calcium battery ) yang harganya diantara keduanya.
Secara
garis
besar,
battery
dibedakan
berdasarkan
aplikasi
dan
58
dapat dikeluarkan serentak selama 30 detik pada titik beku air yaitu 0C.
RC ( Reserve Capacity ) menunjukan berapa lama ( dalam menit ) battery
tersebut dapat menyalurkan arus sebesar 25A sambil tetap menjaga
tegangannya diatas 10,5 Volt.
Battery Deep Cycle mempunyai 2-3 kali lipat nilai RC dibandingkan battery
konvensional. Umur battrey AGM rata-rata antara 5-8 tahun
3. Baterai Charger Regulator (BCR)
BCR, digunakan untuk mengatur pengaturan pengisian baterai. Tegangan
maksimum yang dihasilkan panel surya / solar cell pada hari yang terik akan
menghasilkan tegangan tinggi yang dapat merusak baterai. BCR, adalah
komponen penting dalam Pembangkit Listri Tenaga Surya. BCR adalah
elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan
diambil dari baterai ke beban.
59
overvoltage.
Mengatur arus yang dibebaskan / diambil dari baterai agar baterai tidak full
Ampere, dsb.
Full charge dan low voltage cut
Seperti yang telah disebutkan diatas BCR yang baik biasanya mempunyai
kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka
secara otomatis pengisian arus dari panel surya / solar cell berhenti. Cara deteksi
adalah melalui monitor level tegangan baterai. BCR akan mengisi baterai sampai
60
level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangannya drop, maka baterai
akan diisi kembali.
BCR biasanya terdiri dari : 1 input ( 2 teminal ) yamg terhubung dengan
output panel surya / solar cell, 1 output ( 2 terminal ) yang terhubung dengan
beban baterai / baterai dan 1 output (2 terminal ) yang terhubung dengan beban
( load ). Arus listrik DC yang berasal dari baterai tidak mungkin masuk ke panel
sel surya karena biasanya ada diode protection yang hanya melewatkan arus
listrik DC dari panel surya / solar cell ke baterai, bukan sebaliknya.
Charge Controller bahkan ada yang mempunyai lebih dari 1 sumber daya,
yaitu bukan hanya berasal dari matahari, tapi juga bisa berasal dari tenaga angin
ataupun mikro hidro. Dipasaran sudah banyak ditemui charge controller tandem
yaitu mempunyai 2 input yang berasal dari matahari dan angin. Untuk ini energi
yang dihasilkan menjadi berlipat ganda karena angin bisa bertiup kapan saja,
sehingga keterbatasan waktu hanya tidak bisa disuplai energi matahari secara full,
dapat disupport oleh tenaga angin. Bila kecepatan rata-rata angin terpenuhi maka
daya listrik per bulannya bisa jauh lebih besar dari energi matahari.
Charging Mode BCR
Dalam Charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage
charging:
Fase bulk : baterai akan dichargr sesuai dengan tegangan setup (bulk antara 14.4 14.6 Volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel
surya / solar cell. Pada saat baterai sudah pada tegangan setup (bulk)
61
Pengguna inverter dari dalam Pembangki Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah
untuk perangkat yang menggunakan AC ( Alternating Current ). Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inverter:
62
kerjanya maksimal
Input DC 12 Volt atau 24 Volt
Sinewave ataupun square wave output AC
True sine wave inverter diperlukan terutama ntuk beban-beban yang masih
mengunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancar dan tidak cepat panas, oleh
karena itu dari sisi harga maka true sine wave inverter adalah yang paling mahal
diantara yang lainnya karena dialah yang paling mendekati bentuk gelombang asli
dari jaringan listrik PLN.
Dalam perkembangnanya dipasaran juga beredar modified sine wave
inverter yang merupakan kombinasi anatara square wave dan sine wave. Bentuk
gelombangnya bila dilihat melalui oscilloscope berbentuk sinus dengan ada garis
putus-putus di antara sumbu y=0 dan grafiknya sinusnya. Perangkatnya yang
menggunakan kumparam masih bisa beroperasi dengan modified sine wave
inverter, hanya saja kurang maksimal.
Sedangkan
pada
square
wave
inverter
beban-beban
listrik
yang
diklaim bisa mencapai 95-97% bila beban outputnya hampir mendekati rated
bebannya. Sedangkan pada umumnya effisiensi inverter adalah berkisar 50-90%
tergantung dari beban outputnya.
63
beban kerja inverter yang tertera maka effisiensinya semakin besar, demikian pula
sebaliknya.
listrik
tenaga
surya
sebaiknya
memperhatikan
spesifikasi
controller dan panel surya/ solar cell perhatikan spesifikasi kabel, karena dengan
tegangan 12 V, spesifikasi kabel yang sesuai dapat mengurangi loss 3% ataupun
mengurangi penurunan tegangan.
Kabel memiliki resistansi (dalam ohm), semakin besar kabel, resistansinya
semakin kecil. Pada tegangan 12 V, pengurangan tegangan terjadi pada kabel
yang panjang, sehingga mengurangi effisiensi dari instalasi pembangkit listrik
tenaga surya kita.
Untuk menghubungkan tenaga charge controller dengan baterai, gunakan
gauge kabel yang sama, dengan alasan, arus antara charge controller ke baterai,
dan arus panel surya/ solar cell ke charge controller, hampir sama.
Untuk baterai ke inverter, gunakan kabel yang sebesar mungkin ataupun
hampir sama dengan kabel yang digunakan oleh aki mobil. Usahakan jarak antar
inverter dan baterai tidak lebih dari 1.8 m. Pertimbangannya adalah 10 Amps AC
pada 240 volts, sama dengan 200 Amps pada 12 volt DC baterai. Kabel yang
tidak sesuai menyebabkan panas dan bisa menyebabkan kebakaran.
6. Monitor Performansi PLTS
Perencanaan pembangkit listrik tenaga surya memperhatikan hal sebagai berikut :
64
Berapa besar arus yang dihasilkan oleh panel surya/ splar cell (dalam
ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan jumlah panel surya/ solar
Bahan solar cell panel yang paling umum adalah crystalline silicon.
Bahan crystalline dapat terdiri dari single crystal, mono or single crystalline, dan
poli or multi-crystalline. Selain itu solar cells panel ada yang terbuat dari lapisan
tipis amorphous silicon. Sel cristalline silicon mempunyai 2 tipe yang hampir
serupa, meskipun sel single cristalline lebih effisien dibandingkan dengan polycrystalline karena poly-crystalline merupakan ikatan antara sel-sel. Keunggulan
dari amorphous silicon adalah harga yang terjangkau tetapi tidak seefisien
crystalline silicon solar cell.
Total pengeluaran listrik (wattage) dari solar cell panel adalah sebanding
dengan voltase/ tegangan operasi dikalikan dengan arus operasi saat ini. Solar
65
cell panel dapat menghasilkan arus dari voltase yang berbeda-beda. Hal ini
berbeda dengan baterai, yangmenghasilkan arus dari voltase yang relatif konstan.
Karakteristik output dari solar cell panel dapat dilihat dari kuva
performansi, disebut I-V curve. I-V curve menunjukan hubungan antara arus dan
votase.
Gambar di atas menunjukan tipikal kurva I-V. Voltase (V) adalah sumbu
horizontal. Arus (I) adalah sumbu vertikal. Kebanyakan kurva I-V diberikan
dalam Standar Test Conditions (STC) 1000 watt per meter persegi radiasi (atau
disebut satu matahari puncak/ one peak sun hour) dan 25 derajat Celcius/ 77
derajat Fahrenheit suhu solar cell panel.
kondisi optimal dalam lingkungan laboratorium.Kurva I-V terdiri dari 3 hal yang
penting :
a) Maximum Power Point (Vmp dan Imp)
b) Open Circuit Voltage (Voc)
c) Short Circuit Current (Isc)
a) Maximum Power Point (Vmp dan Imp)
Pada kurva I-V, Maximum Power Point Vmp dan Imp, adalah titik
operasi, dimana maksimum pengeluaran/ output yang dihasilkan oleh solar
cell panel saat kondisi operasional. Dengan kata lain, Vmp dan Imp dapat
diukur pada saat solar cell panel diberi beban pada 25 derajat Celcius dan
radiasi 1000 watt per meter persegi. Pada kurva di atas voltase 17 volts
adalah Vmp, dan Imp adalah 2,5 ampere. Jumlah watt pada batas maksimum
66
ditentukan dengan mengalikan Vmp dan Imp, maksimum jumlah watt pada
STC adalah 43 watt.
Output berkurang sebagaimana voltase menurun. Arus dan daya output
dari kebanyakan modul solar cell panel menurun sebagaimana tegangan/
voltase meningkat melebihi maximum power point.
b) Open Circuit Votage (Voc)
Open Circuit Voltage (Voc) adalah kapasitas tegangan maksimum yang
dapat dicapai pada saat tidak adanya arus (current). Pada kurva I-V , Voc
adalah 21 volt. Daya pada saat Voc adalah 0 watt.
Voc solar cell panel dapat diukur di lapangan dalam berbagai macam
keadaan.
67
Sembilan hal utama yang mempengaruhi unjuk kerja/ performansi dari modul
solar cells panel:
c.1. Resistansi beban
c.2. Intensitas cahaya matahari
c.3. Suhu/ temperatur solar cells panel
c.4. Bayangan/ shading
c.5. Penentuan Arah dan Kemiringan Panel Surya
c.6. Array atau Rangkaian Modul Surya
c.7. Hubungan Modul Surya Secaran Paralel
c.8. Hubungan Modul Surya Secara Seri
c.9. Hubungan Modul Surya Secara Seri dan Paralel
68
69
70
71
72
Gambar 3.7 Susunan dua buah modul surya dihubungkan secara seri
c.9. Hubungan Modul Surya Secara Seri dan Paralel
Untuk mencatu daya sistemsistem PLTS yang diinginkan, maka
perlu untuk menggabungkan sejumlah modul surya secara seri maupun
paralel. pada gambar terlihat bahwa array atau rangkaian modul surya
untuk menacatu daya sistem terdiri dari 2 buah modul surya yang
dihubungkan secara seri dan 4 buah modul surya yang dihubungkan
secara paralel.
73
Lokasi Kab.
Halmahera
Selatan
Sebelah utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate.
74
Pada musim barat atau utara umumnya berlangsung pada bulan Desember sampai
dengan bulan Maret dan bulan April adalah masa transisi ke musim selatan atau timur
tenggara dan pada saat itu biasanya diikuti dengan musim kemarau. Sedangkan musim
selatan atau timur tenggara umumnya berlangsung selama enam bulan, yang berawal
dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Masa transisi kemusim barat adalah pada
bulan November dan biasanya terjadi musim hujan.Pada masa transisi antara bulan
April dan bulan November kecepatan angin yang terjadi rata-rata 10,2 Km/Jam dengan
kecepatan terbesar 14,3 Km/Jam sedangkan curah hujan yang terjadi rata-rata 15002500 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80-150 Hari. Besarnya curah hujan tersebut
menurut klasifikasi Schmidt F.H. dan J.H.A. Ferguson yang menunjukan Daerah
Halmahera Selatan tergolong dalam klasifikasi Tipe Iklim A dan B terkecuali daerah
Saketa yang beriklim C dan daerah Laiwui yang bertipe Am (Klasifikasi Koppen).
Salah satu daerah di Kabupaten Halmahera Selatan yang berada pada garis Katulistiwa
yaitu Gugusan Pulau Gura Ici yang berakibat suhu udara didaerah tersebut cukup
tinggi, yaitu antara 20 - 31 C sedangkan daerah-daerah lainya berada pada suhu udara
27 - 30.
Topografi
Jika dilihat dari sifat permukaan dan kemiringan ( Topografi ) di Kabupaten Halmahera
Selatan terdapat 4 kategori yaitu :
75
Selatan, Obi Utara, dan Obi Timur. Sedangkan wilayah kecamatan yang memiliki
kondisi kelerengan curam sangat curam (15 - >40 ) adalah kecamatan Makian,
Makian Barat, Gane Barat Utara, Gane Barat, Gane Barat Selatan, Bacan, Bacan
Timur, Bacan Selatan, Bacan Timur Selatan, Bacan Timur Tengah, Obi, dan Obi
Selatan.
Kecamatan Mandioli Selatan (Menunggu Hasil Survey)
1. Desa Yoyok dan Tabalema
Lokasi
Ketersediaan Lahan
Kebutuhan Listrik
Kemampuan Pengelolahan
Analisa Keekonomian
3.3 ANALISIS KETEKNIKAN PLTS
Lokasi PLTS terletakdi Desa Hlibuei, Kecamatan Sidding, Kabupaten Bengkayang.
Akses menuju lokasi dapat digambarkan melalui tabel berikut :
No
1
2
3
Dari
Ke
(Pontianak)
Ibu Kota Provinsi
(Bengkayang)
Ibu Kota Provinsi
(Bengkayang)
Ibu Kota Provinsi
(Sidding)
Ibu Kota Provinsi
(Sidding)
Moda
Waktu
Transportasi
Tempuh
Mobil
4 jam
Motor
4,5 jam
Motor
<0,5 jam
Koordinat lokasi PLTS yang akan dibangun di Desa Hlibuei, Kecamatan Sidding, ialah
15254.00N1092224.00E. Data potensi energi matahari yang diperoleh dari
database NASA untuk Koordinat tersebut ialah sebagai berikut :
No
Bulan
Iradiasi (kWh/m2.day)
Januari
4.09
Februari
4.69
Maret
5.05
76
April
5.32
Mei
5.13
Juni
5.05
Juli
4,95
Agustus
5.00
September
4.73
10
Oktober
4.67
11
November
4.44
12
Desember
4.17
13
Rata-rata
4.77
Lahan yang tersedia dilokasi tersebut berupa tanah keras berpasir putih dengan kondisi
awal ditumbuhi semak. Ukuran lahan yang disediakan untuk lokasi PLTS ialah sebasar
364 m2 namun dapat ditambah sesuai kebutuhan. Gambar kontur lahan PLTS sesuai
dengan data koordinat dari google earth ialah sebagai beriku. perbedaan ketinggian
antar titik maksimal sebesar 1 meter
IMAGE
Terdapat 50 rumah pada saat survey yang terbagi ke dalam 2 rumah betang.
Diperkirakan jumlah rumah meningkat menjadi 70 rumah ditahun 2014 yang terpusat
dirumah betang dan beberapa rumah di sekitar rumah betang tersebut. Setiap rumah
akan diperoleh supply energy sebesar 350 Wh tiap hari dari PLTS sedangkan sarana
umum yang jumlah 5 unit akan memperoleh supply energy sebesar 700 Wh. Selain itu
akan dipasang penerangan jalan umum disepanjang jalur distribusi listrik. Jumlah titik
penerangan disesuaikan dengan panjang jaringan. Untuk desa Semuntik, jumlah titik
penerangan ialah 15 titik.
Total kebutuhan beban di Desa Wirayudha ialah 28.900Wh per hari. Untuk memenuhi
kebutuhanbeban tersebut maka diperlukan PLTS dengan kapasitas sebesar 15kWp.
Berdasarkan hasil simulasi menggunakan software, diperolah grafik produksi energy
PLTS dan performance ratio untuk lokasi desa Sungai Bening sebagai berikut
GRAFIK
77
Dari grafik diketahui bahwa energy yang dihasilkan oleh PLTS mencukupi kebutuhan
beban dan terdapat kelebihan energy sekitar 89% untuk antisipasi pertumbuhan beban
hingga beberapa tahun kedepan.
Lahan yang dibutuhkan untuk PLTS 15 kWp di desa Nanga Bugau ialah sekitar 19 x 22
meter atau 418 m2. Kebutuhan lahan ini lebih besar dari lahan yang tersedia dilokasi.
3.4 ANALISIS KEEKONOMIAN PLTS
Analisa Keekonomian PLTS yang disampaikan pada laporan studi kelayakan ini lebih
bertujuan untuk mengetahui pembiayaan yang diperlukan untuk pembangunan PLTS di
desa Hlibuei dapat digambarkan sebagai berikut :
HARGA SUBSISTEM
SUBSISTEM
Photovoltaic System
Rp
323,581,250.00
Rp
423,561,258.00
Controller
Rp
295,801,275.00
Penangkal Petir
Rp
49,479,375.00
Rp
50,050,000.00
Rp
10,182,445.00
Pyranometer
Rp
40,130,013.00
Rumah Pembangkit/Shelter
Rp
153,755,000.00
Rp
121,946,000.00
Rp
89,640,000.00
Rp
8,050,000.00
Rp
360,387,518.00
Total
Rp 1,926,564,134.00
78
79
BAB 4
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Untuk membangun PLTS terpusat didaerah terpencil diperlukan studi kelayakan
yang menyeluruh mengenai aspek geografis, keamanan, dan sosial ekonomi
setempat
2. Sistem PLTS terpusat yang akan diterapkan adalah sistem Off Grid
3. Jatah energi per rumah yang ditetapkan oleh Kementrian ESDM adalah
300Wh/hari. Data ini akan digunakan sebagai acuan perhitungan kapasitas
pembangkit PLTS
4. Kebutuhan Lahan PLTS minimal yang harus disediakan sekitar 300 m2 untuk
beban 100 rumah
5. Standar komponen utama PLTS harus mengacu pada Permen ESDM No. 10 Tahun
2015
6. Yang termasuk biaya proyek adalah pengadaan dan pemasangan peralatan PLTS ,
distribusi listrik sampai menuju titik beban, serta bangunan sipil untuk ruang
pembangkit. Sedangkan untuk lahan PLTS dipersiapkan PEMDA setempat.
4.2 SARAN
1. Tim survey Sebelum melakukan studi kelayakan ke lokasi, diperlukan persiapan
dan pemahaman tentang item-item yang akan disurvey, alat ukur yang digunakan,
juga form data survey serta jalur dan sarana transportasi menuju lokasi
2. Tim survei dan Engineering harus berkoordinasi agar data yang diambil sesuai
dengan kebutuhan.
80