Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan masalah besar dalam pekerjaan tambang terbuka
maupun tambang bawah tanah, baik secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap produktivitas. Secara langsung air dapat
menghentikan seluruh aktifitas tambang terbuka. misalnya pada saat hujan
turun sangat deras. Secara tidak langsung air berpengaruh terhadap kondisi
tempat kerja. berpengaruh terhadap material bahan galian. dan juga
berpengaruh terhadap kemantapan lereng tambang.
Aliran air permukaan ke arah penggalian pada tambang terbuka dapat
menimbulkan bermacam masalah operasional dan maupun logistik pada
penambangan. Sistem penyaliran pada tambang terbuka terdapat dua
macam, yaitu pencegahan air yang akan masuk ke lokasi penambangan dan
penanganan air yang telah masuk ke lokasi penambangan.
Penyaliran tambang merupakan suatu aktivitas yang tak dapat
dipisahkan dalam kegiatan operasional penambangan baik itu tambang
terbuka

maupun

mempengaruhi

tambang
dalam

bawah

sistem

tanah.

Beberapa

penyaliran

yaitu

parameter
tingginya

yang
curah

hujan/intensitas hujan (rainfall intensity), terpotongnya akuifer di lahan


tambang sebagai akibat aktivitas penggalian yang selalu menimbulkan
masalah

untuk

kelancaran

kegiatan

operasional

penambangan

dan

rancangan dari saluran.


Penerapan metode tambang terbuka tidak terlepas dari masalah air
yang masuk ke dalam area penambangan. Beberapa parameter hidrologi
seperti curah hujan, penguapan, infiltrasi dan air limpasan (run of) serta
parameter hidrogeologi yang berkaitan dengan air tanah merupakan
parameter-parameter

yang

sangat

mendasar

dalam

membuat

suatu

rancangan sistem penyaliran tambang, pada lokasi penelitian parameter

yang sangat mempengaruhi adalah curah hujan dengan besaran diatas ratarata normal.
Penelitian dilakukan pada pit X PT. Megumy Inti Anugerah jobsite
PT. Rantaupanjang Utama Bhakti. Pit ini berlokasi di Desa Pegatbukur,
Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Kegiatan

Penambangan

Batubara

di

PT.

Megumy

Inti

Anugerah

menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode strip mine.


Sistem penyaliran yang digunakan adalah mine dewatering dan mine
drainage. Saat musim hujan di PT. Megumy Inti Anugerah sering terjadi
genangan dan luapan air di lantai dasar tambang dikarenakan volume air
hujan dan air limpasan yang masuk kedalam lokasi tambang cukup
besar namun volume sumuran tidak cukup untuk menampung air yang
masuk serta untuk mengeringkan genangan air tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap
sistem penyaliran tambang yang ada.
Berdasarkan

analisis

data

curah

hujan

tahun

2004

2013,

diperoleh curah hujan rencana adalah 93,12 mm/hari, intensitas curah


hujan 32,21 mm/jam dengan periode ulang hujan 3 tahun dan resiko
hidrologi sebesar 91,22 %. Luas daerah tangkapan hujan pada lokasi
penelitian dibagi menjadi empat daerah tangkapan hujan, sebagai berikut
: DTH I = 0,22 Km, DTH II = 0,53 Km, DTH III = 0,08 Km dan DTH IV =
0,34 Km. Debit air limpasan

pada setiap daerah tangkapan hujan

sebagai berikut: DTH I = 1,61 m/detik, DTH II = 4,30 m/detik, DTH III
= 0,66 m/detik dan DTH IV = 2,41 m/detik.
Untuk mencegah supaya air tidak masuk ke area penambangan
maka di buat saluran terbuka di sekitar bukaan tambang. Kemudian
untuk air yang masuk kedalam bukaan tambang pit X di alirkan secara
alami kedalam sumuran. Dimensi saluran terbuka adalah sebagai berikut:
Saluran I : (barat Pit X): a = 1,32 m; b = 1,09 m; B = 2,2 m; h = 1,15 m; d
= 0,95 m.

Saluran II : (timur Pit X): a = 0,90 m; b = 0,75 m; B = 1,51 m; h = 0,78 m;


d = 0,65 m.
Saluran III : (selatan Pit X): a = 1,72 m; b = 1,40 m; B = 2,81 m; h = 1,49
m; d = 1,22 m.
Volume sumuran dihitung berdasarkan jumlah air yang masuk dan
debit pemompaan. Sumuran pit X menggunakan 2 pompa Sykes HH160i dengan debit total 420 m3/jam dan volume sumuran 26259,38 m
dengan waktu pengeringan sumuran 22 hari. Selanjutnya air pada
sumuran dipompa menuju kolam pengendapan. Kolam pengendapan
mampu mengendapkan 99,38% dari total padatan tersuspensi yang
ada, waktu pengerukan pada kompartmen 1 adalah 64 hari, kompartmen
2 adalah 132 hari dan kompartmen 3 adalah 145 hari.

1.2 Tujuan
Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat
lebih

aktif

dalam

mempelajari

materi

yang

didapatkan

di

kampus.

Sedangkan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:


- Memahami tujuan dalam pembuatan makalah System Penyaliran Tambang
- Dapat memahami dan menjelaskan

BAB II
SISTEM PENYALIRAN TAMBANG DAN KAJIAN TEKNIS SISTEM
PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT MEGUMY INTI ANUGERAH
KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2.1 Pengertian Sistem Penyaliran Tambang


Didalam

penyaliran

atau

drainage

akan

berbicara

tentang

pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu
aktifitas tambang batubara. Faktor-faktor yang diperlukan dalam sistem
pengontrolan penyaliran air tambang antara lain Sump terdiri dari sumur
dalam atau sumur pompa, curah hujan rata-rata, debit air minimummaksimum, kualitas air dan biaya.
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan
air yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk
mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam
jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem
penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan
4

alat serta mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat


mekanis yang digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama.

2.2 Sistem Penyaliran Air Tambang


Penyaliran air tambang dapat berupa Pencegahan atau pengendalian
air masuk ke lokasi penambangan. Secara umum, perusahaan cenderung
menggunakan salah satu cara saja dengan pertimbangan biaya tanpa
mengurangi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) didalam penambangan
Batubara. Hal penting yang perlu diperhatikan didalam sistem penyaliran
tambang adalah bagaimana cara memprediksikan kapan cuaca ekstrim
terjadi, yaitu dimana aliran air tanah dan limpasan sangat membahayakan
front penambangan. Ketika pengambilan keputusan untuk memilih salah
satu cara penyaliran saja tanpa memperhitungkan kondisi cuaca ekstrim,
maka bila terjadi banjir di dalam front penambangan semua akan sia-sia dan
biaya pun akan membengkak. Hal ini menyebabkan, kondisi cuaca pada
tambang

terbuka

sangat

berperan

besar

efeknya

terhadap

aktivitas

penambangan dan apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka


front penambangan akan terhindar dari kondisi yang membahayakan
karyawan dan peralatan mekanis yang di pergunakan.

2.3 Efek Air Tambang


Efek dari air tambang sebenarnya mudah dilihat, yaitu kebanyakan
menyangkut tentang biaya dan keselamatan serta kesehatan pekerja. Efek
Air Tambang dapat dibedakan menjadi 2 secara umum yaitu Efek secara
langsung dan Efek secara Tidak Langsung, yaitu :
a) Efek langsung dari air terhadap penambangan
Biaya Penyaliran dapat berupa air yang ada di proses untuk

keperluan bahan galian dan sebagainya


Terjadinya longsoran akibat resapan air sehingga menghentikan
aktifitas produksi dan merusak fron penambangan, perolehan

bijih menjadi

rendah,

atau

bahkan

dapat

kecelakaan tambang.
b) Efek air tak langsung terhadap penambangan
Mengurangi
efisiensi
kerja
karyawan,

menyebabkan

peralatan

dan

menghambat penangan material


Menambah waktu dan biaya perawatan (Maintenance) alat
Mengganggu aktifitas peledakan di lapangan
Jika terjadi runtuhan dapat membawa gas-gas beracun
Menghasilkan lumpur jika lereng mengalami longsor
Perusahaan harus membeli material yang tahan air (Waterproof)
untuk melindungi produk.

2.4 Pengendalian Air Tambang


Terdapat dua cara pengendalian air tambang yang sudah terlanjur
masuk ke dalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam terbuka
(sump) atau membuat paritan dan adit. Sistem penyaliran dengan membuat
kolam terbuka dan paritan biasanya ideal diterapkan pada tambang open
cast atau kuari, karena dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air
dari bagian lokasi yang lebih tinggi ke lokasi yang lebih rendah. Pompa yang
digunakan pada sistem ini lebih efektif dan hemat. Pada tambang Open
pit menggunakan pompa menjadi sangat vital untuk menaikkan air dari
dasar tambang kepermukaaan atau kerja pompa pun cukup berat. Terkadang
tidak cukup digunakan hanya dengan 1 unit pompa, tetapi harus beberapa
pompa yang dihubungkan seri untuk membantu daya dorong dari dasar
sampai permukaan. Hal ini menyebabkan biaya atau ongkos pompa menjadi
lebih besar. Sedangkan pada sistem adit lebih ideal diterapkan pada
tambang

terbuka Open

Pit dengan

syarat

lokasi

penambangan

harus

mempunyai lembah tempat membuat sumuran dan adit agar air dapat
keluar.

2.5 Pencegahan Air Tambang


Pencegahan air tambang bertujuan untuk mengupayakan air tambang
agar tidak masuk kedalam front penambangan. Dengan cara ini maka
6

kegiatan penambangan tidak akan terganggu. Salah satu cara pencegahan


agar air tambang tidak masuk ke lokasi kerja penambangan telah diuraikan
yaitu dengan membuat sumur terbuka (sump) di luar area penambangan.
Cara pencegahan air tambang ada 2 Jenis yaitu Mine Drainage dan Mine
Dewatering.

2.5.1 Jenis-Jenis Penyaliran Pada Tambang Terbuka


Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
A. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan.
Hal ini

umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang

berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine


Drainage :
1. Metode Siemens : Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan
dibuat lubang bor kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan
pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian
ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah
terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan
dibuang ke luar daerah penambangan.

Metode Siemens

2. Metode

Pemompaan

Dalam

(Deep

Well

Pump). Metode

ini

digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah


dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja
secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter
sampai 60 meter.

Metode Deep Well Pump

3. Metode Elektro Osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda


serta katoda. Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik maka air
akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir menjadi
air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.

Metode Elektro Osmosis

4. Metode Small Pipe With Vacuum Pump. Cara ini diterapkan pada
lapisan batuan yang impermeabel (jumlah air sedikit) dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang

ujung

bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding


lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring
kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang.
Di bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat
ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap udara
sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

Metode Small Pipe With Vacuum Pump

B. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air
hujan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai
berikut :
1. Sistem Kolam Terbuka
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke
daerah penambangan. Sistem ini diterapkan untuk membuang air
tambang dari lokasi kerja. Air tambang dikumpulkan pada sumuran
(sump),

kemudian

dipompa

keluar.

Pemasangan

jumlah

pompa

tergantung pada kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa


menyesuaikan debit air yang masuk ke dalam lokasi penambangan.

10

Sistem Kolam Terbuka


(https://haydaynet.blogspot.co.id/2016/04/sistem-penyaliran-tambang.html)

2. Sistem Paritan
Pembuatan

parit

sangat

ideal

diterapkan

pada

tambang

terbuka open cast atau quarry. Parit dibuat berawal dari sumber mata
air atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan
dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus
dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang gorong-gorong
yang

terbuat

dari

beton

atau

galvanis.

Dimensi

parit

diukur

berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras


dengan

memperhitungkan

kemiringan

lereng.

Bentuk

standar

melintang dari parit umumnya trapesium. Penyaliran dengan cara


paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu dengan
pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan
11

parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran-saluran yang
kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang langsung
ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Sistem Paritan
(http://mining-key.blogspot.co.id/2011/01/perawatan-tambang.html)

3. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada
tambang terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horizontal
yang dibuat dari tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat di sisi
bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja.
Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya
pembuatan saluran horizontal tersebut dan shaft. Penyaliran dengan
sistem adit cocok diterapkan pada tambang Open Pit yang cukup
12

dalam, tetapi terdapat suatu lembah yang memungkinkan dibuatnya


sumuran (Shaf). Sumuran ini berfungsi sebagai jalan keluarnya aliranaliran air melalui beberapa adit dari dalam tambang. Aliran air
akhirnya keluar melalui Lembah.

Sistem Adit

2.5.2 Jenis-Jenis Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah


Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan Tunnel (Terowongan)
Penyaliran dengan cara ini adalah dengan membuat tunnel atau adit
bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana terowongan atau adit ini
dibuat sebagai level pengeringan tersendiri
tambang

bawah

tanah.

Cara

ini

relatif

untuk mengeluarkan air

murah

dan

ekonomis

bila

dibandingkan dengan sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan air


ke luar tambang.
2. Dengan Pemompaan
Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan adalah
untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar shaf atau sumuran
13

bawah tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan
maupun air rembesan air bawah tanah.

3. Penyaliran Tambang Dengan Pemboran (Dewatering Drill).


Sistem penyaliran tambang bawah tambang ini dilakukan dengan cara
membuat lubang bor yang ditargetkan ke litologi tertentu yang diperkirakan
mempunyai kandungan air yang besar. Pada level tertentu dibuat stasiun bor
yang kemudian dilakukan pemboran untuk mengeluarkan air sesuai dengan
letak kandungan air tanah yang berpotensi besar menjadi sumber air di
dalam tambang. Air akan mengalir pada elevasi yang menurun melalui
drainway dengan memanfaatkan gravitasi.

2.6 Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


1. Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah
satu yang perlu
diperhitungkan.

Secara

umum

permeabilitas

dapat

diartikan

sebagai

kemapuan suatu fluida


bergerak melalui rongga pori massa batuan.

2. Rencana Kemajuan Tambang


Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir
saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat
sistem kerja yang
ada.

14

3. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan,
sehingga besar kecilnya

curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi

penambangan akan mempengaruhi banyak sedikitnya air tambang yang


harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data curah
hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel
yang dilakukan dengan

mengambil

ada,

kemudian

ambil

curah

data

tersebut,

untuk

sampel

data

curah

hujan

bulanan

hujan maksimum

setiap

bulannya

dapat

dibatasi

yang
dari

jumlahnya sebanyak n

data. Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk


periode ulang tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu
kurun

waktu

dimana

curah

hujan

rencana

tersebut

diperkirakan

berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang


tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus
diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan
data adalah kumpulan yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk
proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.

Xr = X + (xn ) . (Yr Yn)

Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
x = Standar deviasi curah hujan
n = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate

15

Tabel 2.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran
Keterangan

Periode

ulang

hujan

(tahun)
Daerah terbuka

05

Sarana tambang

2- 5

Lereng-lereng

tambang

dan 5- 10

penimbunan
Sumuran utama

10 -25

Penyaliran keliling tambang

25

Pemindahan aliran sungai

100

Untuk menentukan reduced variate digunakan rumus dibawah ini:

Yt = (-ln(-ln(T-1))T

Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)

Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus:

Yn = ln(-ln(n+1-m))n+1
Rata-rata Yn, YN = YnN

Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation)


ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
16

Sn = (Yn-YN)2(n-1)

Keterangan:
Yn

= Koreksi rata-rata

YN

= Nilai rata-rata Yn

= Jumlah data

Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus:

CHR = X + SSn(Yt-YN)

Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan


mm/hari, yang kemudian debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran.
Selain itu juga harus diperhatikan resiko hidrologi (PR) yang mungkin terjadi,
resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan dengan debit
yang sama besar angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan
dengan debit yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%. Resiko
hidrologi dapat dicari dengan menggunakan rumus:

PR = 1-(1-1TR)

Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
17

TL

4. Intensitas curah hujan ( I )


Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah
hujan biasanya dinotasikan dengan huruf I. Keadaan curah hujan dan
intensitas menurut Takeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut
dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
I = R24/24 (24/t)

2/3

Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I

= Intensitas curah hujan (mm/jam)

= Waktu konsentrasi (jam)

Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat
dilihat pada table 2.2
Tabel 2.2
Hubungan Derajat dan Intensitas Curah Hujan
Derajat hujan

Intensitas
curah

Kondisi
hujan

(mm/menit)
Hujan lemah

0.02-0.05

Tanah basah semua

Hujan normal

0.05-0.25

Bunyi hujan terdengar

Hujan deras

0.25-1.00

Air

tergenang

permukaan

diseluruh

dan

terdengar

bunyi dari genangan


Sangat deras

>1.00

Hujan

seperti

ditumpahkan,

saluran pengairan meluap


18

5. Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan, yang apabila terjadi
hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
menuju ke titik pengaliran.
Air yang jatuh ke permukaan, sebagian meresap ke dalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku
permukaan bumi, kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Semua air yang mengalir dipermukaan belum tentu menjadi sumber air
dari suatu sistem penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan
hujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi,
kerapatan vegetasi serta keadaan geologi.
Daerah

tangkapan

hujan

merupakan

suatu

daerah

yang

dapat

mengakibatkan air limpasan permukaan mengalir kesuatu tempat (daerah


penambangan) yang lebih rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan
berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti . Daerah tangkapan
hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan
mengumpulkan air hujan sementara.
Setelah daerah tangkapan hujan ditentukan, maka diukur luasnya pada
peta kontur, yaitu dengan menarik hubungan dari titik-titik yang tertinggi
disekeliling
kemungkinan

tambang
arah

membentuk
mengalirnya

poligon
air,

tertutup,

maka

luas

dengan

melihat

dihitung

dengan

menggunakan planimeter atau millimeter blok. Hasil pembacaan dari


planimeter, kemudian dikalikan dengan skala yang digunakan dalam peta,
sehingga didapatkan luas daerah tangkapan hujan dalam m2.

6. Air Limpasan

19

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena
curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik
yang disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya
kelerengan, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.
a. Aspek-aspek yang berpengaruh
- Curah hujan = curah hujan, intensitas curah hujan dan frekuensi hujan
- Tanah = jenis dan bentuk toprografi
- Tutupan = kepadatan, jenis dan macam vegetasi.
- Luas daerah aliran
b. Perkiraan debit Air Limpasan
Untuk memperkirakan debit air limpasan maksimal digunakan rumus
rasional, yaitu :
Q = 0,278. C . I .A
Keterangan :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan(km2)
Pengaruh rumus ini, mengasumsikan bahwa hujan merata diseluruh
daerah tangkapan hujan, dengan lama waktu (durasi) sama dengan waktu
konsentrasi (tc).

c. Koefisien limpasan (C)


Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan
besarnya limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi
pada tiap-tiap daerah tangkapan hujan.
20

Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan koefisien


limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :
1) Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil,
karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah,
melainkan akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang
gundul akan memberi nilai C yang besar.
2) Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil
daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan
misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah,
sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
3) Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang
kecil, daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam
untuk keadaan yang sama.

Tabel 2.3
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan
Datar

Kegunaan Lahan
- Persawahan rawa-rawa

Kemiringan < - Hutan, perkebunan


3%
Agak miring
(3-15%)

Koefisien
Limpasan
0,2
0,3

- Permukiman

0,4

- Hutan, perkebunan

0,4

- Pemukiman

0,5

- Vegetasi ringan

0,6

21

- Tanah gundul

0,7

- Hutan
Curam

0,6

- Pemukiman

0,7

Kemiringan > - Vegetasi ringan


15%

Tanah

penambangan

0,8
gundul,

0,9

2.7 Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Terbuka di PT


MEGUMY INTI ANUGERAH Kabupaten Berau Provinsi Kalimatan
Timur
2.7.1 Curah Hujan Rencana dan Intensitas Curah Hujan
Berdasarkan perhitungan dapat ditentukan besarnya curah hujan
maksimum adalah sebesar 93,12 mm/hari dengan umur tambang 6
tahun. Data curah hujan yang digunakan di daerah penelitian adalah
selama 10 tahun mulai dari tahun 2004-2013 dengan periode ulang
hujan 3 tahun. Resiko hidrologi yang didapatkan dari perhitungan adalah
91,22%. Penentuan intensitas curah hujan dilakukan dengan persamaan
mononobe, dari hasil perhitungan didapatkan intensitas curah hujan
32,21 mm/jam.

Tabel 2.4
Rencana Curah Hujan pada Periode Ulang Berbeda
22

2.7.2 Daerah Tangkapan Hujan


Pada lokasi penelitian dibagi menjadi 4 Daerah Tangkapan Hujan
(DTH) dengan nilai koefisien yang bervariasi. Penentuan nilai koefisien
didasarkan atas topografi daerah penelitian, jenis tanah dan kerapatan
vegetasi.

23

Gambar 1. Daerah Tangkapan Hujan Pit X PT.MIA

Tabel 2.5
Luas Daerah Tangkapan Hujan dan Nilai Koefisien Limpasan

2.7.3 Debit Air Tambang


Debit air tambang yang diperhitungkan hanya berasal dari air hujan
yang langsung jatuh kedalam pit dan air hujan yang mengalir sebagai
air limpasan. Debit air limpasan untuk setiap DTH dapat dilihat pada
tabel 3.
2.7.4 Saluran Terbuka
Terdapat

saluran

terbuka

dalam

kegiatan

penambangan di daerah penelitian., yaitu saluran 1, saluran


saluran 3 dengan bentuk saluran terbuka
Dimensi
dikarenakan

dan

berbentuk trapesium.

saluran terbuka yang ada disekeliling pit X belum tepat


saluran

terbuka

belum

mampu menangani

debit air limpasan yang masuk. Dimensi saluran terbuka aktual pada PT.
MIA dan saluran yang direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 4.
2.7.5 Sumuran
Sumuran

di

lokasipenelitian belum

dapat

menampung

semua air yang masuk kedalam lubang bukaan sehingga permukaan


kerja pada saat ini hampir seluruhnya tenggelam air dengan volume
24

air 368568,98 m,dikarenakan kapasitas sumuran yang ada saat ini


sangat kecil oleh sebab itu maka perlu dilakukan perbaikan. Volume
sumuran diperoleh dari menggabungkan grafik intensitas hujan yang
dihitung

dengan

teori

Mononobe

versus

waktu,

dan

grafik

debit

pemompaan versus waktu. Dari hasil perhitungan maka rekomendasi


sumuran dapat dilihat pada tabel 5.
2.7.6 Pompa
Metode penyaliran lain yang digunakan pada lokasi penelitian adalah
open sump. Kenyataan

dilapangan debit pompa sebesar

dihasilkan terlalu kecil yaitu m3/jam

288 yang

dengan operating speed

yang

digunakan adalah 1450 Rpm. Berdasarkan data tersebut waktu yang


dibutuhkan untuk mengeringkan sumuran yang terendam, perlu dilakukan
peningkatan

debit

pompa

tersebut.

Sehingga

rekomendasi

yang

diberikan yaitu meningkatkan operating speed pompa dari 1450 Rpm


menjadi 1650 Rpm (Tabel 6).
Kolam Pengendapan Kolam pengendapan yang terdapat pada PT. Megumy
Inti Anugerah berjumlah 1 kolam pengendapan yang terdiri dari 3 kolam
kompartmen.

Saat

ini

kolam pengendapan

masih

mampu

untuk

menampung air limpasan pada area penambangan. Akan tetapi, perlu


dilakukan kajian terhadap penjadwalan pengerukan

25

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah

penambangan

untuk

mencegah,

mengeringkan,

atau

mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan.


2. Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang diantaranya
adalah permeabilitas, curah hujan, rencana kemajuan tambang
3. Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka

dapat

dibedakan menjadi dua yaitu Mine Drainage dan Mine Dewatering


4. Metode penyaliran tambang adalah Metode Siemens, Metode
Pemompaan Dalam, Metode Elektro Osmosis, Metode Small Pipe With
Vacuum Pump, Sistem Kolam Terbuka, Sistem Paritan, Sistem Adit
5. Perbaikan
dimensi
dari tambang yang diusulkan sistem
penyaliran untuk mendukung kegiatan penambangan:
26

a. Saluran terbuka I : B = 2,2 m; b = 1,09 m; d = 0,95 m; h =


1,15 m; a = 1,32 m.
b. Saluran terbuka 2 : B = 1,51 m; b = 0,75 m; d = 0,65 m; h =
0,78 m; a = 0,90 m.
c. Saluran terbuka I : B = 2,81 m; b = 1,40 m; d = 1,22 m; h =
1,49 m; a = 1,72 m.
6. Perubahan
dimensi
sumuran

agar

mampu menampung

volume air yang masuk ke lokasi penambangan adalah 32026m.


7. Kondisi permukaan kerja pada saat ini hampir seluruhnya
tenggelam

air,

volume

Operating speed
m3/jam untuk

air

368568,98m

peningkatan

dari pompa yaitu1650 Rpm dengan debit 420

mempercepat

menjadi 22 hari.
8. Kondisi
kolam

perlu

pengeringan

pengendapan

cukup

sumuran
baik,

mampu

mengendapkan 93% dari total padatan tersuspensi yang ada.


Upaya pengerukan kolam kompartemen 1 dilakukan setiap 183 hari
sekali, untuk kolam kompartemen 2 dilakukan setiap 377

hari

sekali dan kolam kompartemen 3 dilakukan setiap 413 hari sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Sarosa Sinatria. 2004. Analisa Perubahan Air Tanah dan Aplikasinya Dalam
Penyaliran Air Tanah Pada Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ PT.FREEPORT
INDONESIA (Online) (https://www.scribd.com/doc/45561436/Skripsi-AnalisaPerubahan-Kimia-Air-Tanah Diakses pada Minggu 22 Mei 2016 21:00)

Suhendra Yudha Krisna. 2015. Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang


Terbuka di PT.MEGUMY INTI ANUGERAH Kabupaten Berau Provinsi Kalimatan
Timur (Online)
(http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/jtp/article/download/1474/1347 Diakses
pada Minggu 22 Mei 2016 21:00)

27

Syaiful. 2012. Sistem Penyaliran Tambang (Online)


(http://syaiful049.blogspot.co.id/ Diakses padaMinggu 22 Mei 2016 21:00)

Gaol Alex Sander Lumban. 2013. Sistem Penyaliran Air Tambang (Online)
(http://alexsanderlgaol.blogspot.co.id/2013/02/sistem-penyaliran-airtambang.html Diakses pada Senin 23 Mei 2016 11:30)

Amin. 2015. Sistem Penyaliran Tambang (Online)


(http://documents.tips/documents/sistem-penyaliran-tambang-1.html
Diakses pada Senin 23 Mei 2016 11:50)

Anonym. 2012. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran


Tambang (Online) (http://www.realminers.com/2012/12/faktor-faktor-yangmempengaruhi-sistem.html Diakses pada Selasa 24 Mei 2016 11:00)

LAMPIRAN TABEL
Tabel 1. Nilai Debit Air Limpasan

Tabel 2. Tabel Perbandingan Dimensi Saluran Lama dan Baru

28

Tabel 3. Tabel Rekomendasi Sumuran

Tabel 4. Rekomendasi Peningkatan Operating Speed Pompa

Tabel 5. Dimensi Kolam Pengendapan dan Waktu Maintanance

29

Anda mungkin juga menyukai