Anda di halaman 1dari 31

1.

Definisi Fisiologi Kerja


Fisiologi Kerja adalah Ilmu yang mempelajari fungsi/faal tubuh manusia
pada saat bekerja. Merupakan dasar berkembangnya ergonomi.Bisa
dikatakan juga fisiologi kerja adalah fokus dengan respon tubuh terhadap
kebutuhan metabolisme pada saat kerja dengan mengukur aktivitas dari
cardiovaskular respiratory dan sistem otot pada saat kerja kita bisa
mendapatkan informasi untuk mencegah kelelahan.
Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan
beban kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.
Pengetahuan dasar mengenai fisiologi kerja memungkinkan untuk dapat
dievaluasi suatu sistem kerja secara efektif. Diupayakan evaluasi kerja
semaksimal mungkin bersifat objektif dan kuantitatif. Penilaian secara
kualitatif misalnya adanya kelelahan kerja, hal ini memerlukan analisis lebih
lanjut mengingat kemampuan individual yang berbeda.
2. Kerja Fisik
Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot
manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali disebut
sebagai Manual Operation diamana performansi kerja sepenuhnya akan
tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power)
ataupun pengendali kerja (control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi
energi (energi consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai
penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut.
Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh,
yang dapat dideteksi melalui :
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
4. Temperatur tubuh
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7. Tingkat penguapan
8. Faktor lainnya
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan
konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan
dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :

1. Kecepatan denyut jantung


2. Konsumsi Oksigen
1. Manifestasi Kerja Berat
Dengan bertambahnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang patut
dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap menifestasi kerja berat
tersebut antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Denyut jantung (heart rate)


Tekanan darah (blood pressure)
Cardiac output (keluaran paru dengan satuan liter per menit)
Komposisi kimia darah (kandungan asam laktat)
Temperatur tubuh (body temperature)
Kecepatan berkeringat (sweating rate)
Pulmonary ventilation
Konsumsi oksigen
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja seharihari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat
tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan
pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan
dan peningkatan prestasi. Di pihak lain , dengan pekerjaan berarti tubuh
akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap
pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat
berupa beban fisik maupun beban mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Menurut Sumamur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang
tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung
dari tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis
kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.
2.3.1 Faktor Eksternal
Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Faktor-faktor disebut
stressor, yaitu:
1. Tugas (Task)
b. Bersifat fisik seperti stasiun kerja, kondisi, medan, atau sikap
kerja.

c. Bersifat mental seperti tingkat kesulitan kerja yang


mempengaruhi tingkat emosi pekerja, atau kompleksitas
pekerjaan.
2. Organisasi Kerja
Seperti lama kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam,
sistem pengupahan, sistem kerja, ritme kerja, pelimpahan dan
wewenang kerja, dan lain-lain.
3. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan kerja fisik : mikroklimat, intensitas kebisingan,
pencahayaan.
a. Lingkungan kerja kimiawi : debu, gas pencemar.
b. Lingkungan kerja biologis : bakteri, virus.
c. Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan
karyawan, hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan,
pekerja dengan lingkungan sosial, dll.
2. Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi
tubuh tersebut dikenal sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai
baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif , yaitu
melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat
dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan,
kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi :
a. faktor somatis = jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, status gizi
b. faktor psikis = motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,
kepuasan dll.
4. Beban Kerja Fisik
Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat
dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian
langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu
dengan mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama
bekerja. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih
akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan
diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran
tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.
Kemudian Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu
alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi.

Kategori berat, ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme,


respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.
Tabel Kategori Beban Kerja

Sumber : Chris tensen (1996 )


Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja
dapat digunakan untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat
melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
kerja yang bersangkutan.
Semakin berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang
untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau
sebaliknya. Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah
kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran
zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan
oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah satu indikator pembebanan
selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan
energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan
yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan.
Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban
kerja.
Berkaitan hal tersebut , menurut Kepmennaker (1999), menetapkan
kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :
1. Beban kerja ringan : 100 200 kilo kalori / jam
2. Beban kerja sedang : > 200 350 kilo kalori / jam
3. Beban kerja berat : > 350 500 kilo kalori / jam
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Konsumsi energi
diukur dalam satuan Watt, 1 Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan
energi setiap kebutuhan 1 liter oksigen akan memberikan 4,8 kilo kalori
energi yang setara dengan 20 KJ. Dalam satuan SI didapat 1 kilo kalori = 4,2
kilojoule (KJ).
Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai
sebagai penentu besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses
Metabolisme merupakan fase yang penting sebagai penghasil energi yang
diperlukan untuk kerja fisik. Besarnya energi yang dihasilkan / dikonsumsi
dinyatakan dalam satuan kilo kalori(Kcal). Untuk kegiatan dengan klasifikasi
ringan (berjalan, berdiri/duduk, berpakaian) memerlukan tambahan kalori
kerja 600-700Kcal/24 jam . Standar untuk energi Kerja 5.2 Kcal/menit

adalah energi maksimum yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan


fisik sedang secara terus-menerus.
5. Unit Kerja Fisiologis
Kilocalorie merupakan satuan dari energi pada beberapa literatur
ergonomi. Dalam unit SI didapat bahwa:
1 kilocalorie (k cal) = 4,2 kilo joule (KJ)
Konversi konsumsi energi diukur dalam satuan watt:
1 watt

= 1 joule / sec

Untuk mengkonversi satuan energi ini:


1 liter oksigen akan memberikan 4,8 k cal energi yang setara dengan
20 KJ
atau 1 liter oksigen (O2) menghasilkan 4,8 k cal energi = 20 KJ
6. Gaya Gaya Tubuh
Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerja
otot harus diperhatikan dengan benar. Dalam hal ini kegiatan otot dapat
dibedakan dalam 2 hal yaitu:
a. Kerja otot dinamis (berirama)
b. Kerja otot statis (kerja tetap)
Pada kerja dinamis, otot akan mengencang dan mengendur secara
bergantian atau berirama, sedangkan pada kerja statis, otot akan berada
dalam posisi mengencang dalam waktu yang cukup lama.
Selama kerja dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara
bergantian sesuai dengan irama tegang / kencang tekan dan kendor seperti
layaknya kerja dari sebuah pompa yang membawa dampak pada kelancaran
aliran darah. Di sini otot akan banyak sekali membawa/menerima glukosa
dan O2 pada saat mengencang dan selanjutnya membuang metabolis (sisa
hasil pembakaran/metabolisme) pada saat mengendor karena mekanisme
mengencang dan mengendornya otot terjadi secara bergantian, maka
sirkulasi aliran darah + O2 dan metabolis akan berlangsung secara lancar.
Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot secara statis. Di sini
mengencangnya otot dalam waktu lama akan menyebabkan alran darah
terganggu suplai glukosa + O2 terhambat dan metabolis tidak bisa segera
terbuang, kondisi tersebut akan mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada
otot.

7. Penilaian beban Kerja

Kerja fisik dikelompokkan oleh David dan Miller :


a. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot
biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat oleh otot tubuh.
b. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi
expenditure karena otot yang dipergunakan lebih sedikit.
c. Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan
gaya, tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian
otot.
Namun, sampai saat ini metode pengukuran fisik dilakukan dengan
menggunakan standar :
1. Konsep Horse Power (Foot-Pounds of Work Per Minute) oleh Taylor,
tapi tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (dengan
metode terbaru).
( Sritomo Wignjosoebroto,Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu, 1995 )
1. Penilaian berdasarkan jumlah kebutuhan kalori
Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakkan otot adalah kebutuhan
akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam
menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh
tubuh merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan
demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari
proses pembakaran.
Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan berat ringannya beban kerja adalah sebagai
berikut:
1. Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam
2. Beban kerja sedang : > 200-350 Kilo kalori/ jam
3. Beban kerja berat : > 350-500 Kilo kalori/ jam
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan
oksigen sebanyak 1 liter akan memberikan 4.8 kilo kalori (Sumamun, 1989).
Sebagai dasar perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

oleh seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan


melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan kalori menurut aktivitasnya.
Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja
selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal :
1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal, dipengaruhi oleh
jenis kelamin dan usia.
Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat
istirahat dengan perut dalam keadaan kosong. Yang mana tergantung
pada ukuran, berat badan dan jenis kelamin. Untuk pria dengan berat
70 kg membutuhkan 1700 kcal per 24 jam, dan untuk wanita dengan
berat 60 kg membutuhkan 1400 kcal per 24 jam. Pada kondisi
metabolisme basal ini hampir semua energi kimia dari zat makanan
dikonversi menjadi panas.
2. Kebutuhan kalori untuk kerja, kebutuhan kalori sangat
ditentukan dengan jenis aktivitasnya, berat atau ringan.
Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin
banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan,
maka semakin banyak pula energi yang dikonsumsi, dan diekspresikan
sebagai kalori kerja. Kalori ini didapat dengan cara mengukur
konsumsi energi pada saat bekerja kemudian dikurangi dengan
konsumsi energi pada saat istirahat atau pada saat metabolisme
basal.
Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh
manusia dalam hubungannya dengan:
a.
b.
c.
d.
e.

Jenis kerja berat


Tingkat usaha kerjanya
Kebutuhan waktu istirahat
Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja

3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.


Aktivitas harian juga mengkonsumsi energi. Rata-rata konsumsinya
adalah 600 kcal untuk pria dan 500-550 kcal untuk wanita. Sedangkan
konsumsi energi total terbagi atas:
a. Metabolisme basal
b. Kalori untuk bersantai
c. Kalori untuk bekerja

Untuk memperjelas beberapa hal tersebut diatas diberikan empat


kategori kerja menurut Hettingen (1970) yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:

Gambar
( Sumber: Nurmianto,1996)
Adapun konsumsi energi pada berbagai pekerjaan lain diteliti oleh
Lehmann dan teman-temannya (1962), serta Durmin dan Passmore (1967).
Hasil penelitian Lehmann tersebut ditabulasikan pada tabel dibawah ini:
Tabel
Men

Women Type of work

Example of occupation

kcal/day kcal/day
2400

2000

Light manual work, sitting

Bookkeeper

2700

2250

Light manual work, sitting

Shorthand typist; watchmaker

Light manual work, standing Hairdresser

3000

3300

3600

2500

2750

3000

Walking

Lowland shepherd

Heavy manual work, sitting

Weaver; basket worker

Heavy arm work, sitting

Bus driver

Light bodily work, standing

Mechanic

Light manual work, walking

Fitter; general practioner;


meter reader

Heavy manual work, sitting

Shoemaker

Light bodily work, walking

Electrical fitter

Light bodily work, climbing


stairs

Postman (flats)

Heavy arm work, sitting

Stonemason

Moderate bodily work,


standing

Locksmith; masseur
Butcher

Moderate bodily work,


walking

Chimney-sweep

Moderate bodily work, with


Heavy arm work
3900

3250

Very heavy bodily work,


standing

Sawing firewood
Ballet dancer; shunter

Heavy bodily work, walking


Moderate bodily work,
climbing
4200

Extreme bodily effort,


standing
Very heavy bodily work,
walking

Carpenter on building site

Coal miner (if lucky)


Agricultural labourer
Worker in hillside vineyard

Heavy bodily work, climbing


4500

Extreme bodily effort,


standing
Very heavy bodily work,
walking

Tree feller; lumber jack


Coal critter; carrying sacks of
flour

4800

Extreme bodily effort in


worst position

Coal miner, lying down

5100

Extreme bodily effort,


walking

Harvesting by hand

( Sumber: Nurmianto,1996)
Konsumsi energi untuk aktivitas individu
Para fisiolog kerja telah meneliti konsumsi energi yang dibutuhkan untuk
berbagai macam jenis pekerjaan untuk aktivitas individu yang ditabulasikan
pada table di bawah ini:
Tabel
Activity

Conditions of Work

kcal/min

Walking, emptyhanded

Level,smooth surface 4km/h

2,1

Metailed road, heavy shoes 4km/h

3,1

Walking, with load on Level, metailed road


back

3,6

Climbing

10 kg load 4 km/h

5,3

30 kg load 4 km/h
Climbing stairs

8,3

16% gradient climbing speed 11,5m/min

10,5

Without load
Cycling

With 20 kg load

Pulling

30.5% gradient climbing speed 17.2 m/min 18,4

Working with axe

without load

5,2

Filling iron

With 20 load

8,5

Shoveling

Speeed 16 km/h

9,5-11,5

13,7

Bricklaying

3.6 km/h, level hard surface tractive force 2,5


11.6 kg
7,8
Two-handed strokes 35 strokes /min

Screwdriving

60 strokes/min, 2.28 kcal/g of filling

Digging

10 sholves per min, throwing 2 m


horizontally and 1 m high

Sawing wood

Mowing
Household work

Two-handed saw, 60 double strokes/min

0,5
0,7-1,6

Normal rate 0.041 m /min


Screw horizontal
Screw vertical
Garden spade in clay soil
Clover
Cooking
Light Cleaning; ironing
Making beds; beating carpets; washing
floors
Heavy wasting

7,5-8,7
8,3
1,0-2,0
2,0-3,0
4,0-5,0
4,0-6,0

( Sumber: Nurmianto,1996)
Sedangkan perhitungan jumlah energi total menurut Stevenson (1987)
adalah sebagai berikut:

Gambar
( Sumber: Nurmianto,1996)
Data khusus untuk basal metabvolisme menurut Stevenson (1987) adalah
sebagai berikut:
o
o

Pria berat 70 kg : 1,2 kcal/menit


Wanita berat 60 kg :1,0 kcal/menit

Sementara itu efisiensi manusia dapat didefinisikan sebagai berikut:


Pengukuran yang lebih sensitif adalah:
Ditambahi aktivitas manusia dan persen efisiensinya
2. Denyut Nadi Kerja
Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode
untuk menilai cardiovasculair strain. Beberapa hal yang berkaitan dengen
pengukuran denyut jantung adalah sebagai berikut :
1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat
denyut jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara
keduanya. Tingkat pulsa dan denyut jantung permenit dapat
digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.
2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung
dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh
lingkungan, atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga factor
tersebut memberikan pengaruh yang sama besar.
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
a. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada
pergelangan tangan.
b. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.
c. Menggunakan ECG ( Electrocardiograph ), yaitu mengukur signal
elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.

Selain menggunakan ECG, dapat menggunakan stopwatch denyut (Kilbon,


1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai
berikut:
Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan
denyut nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik.
Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan
pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun
kimiawi.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri atas beberapa
jenis, Muller ( 1962 ) memberikan definisi sebagai berikut :
a. Denyut jantung pada saat istirahat ( resting pulse ) adalah rata-rata
denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
b. Denyut jantung selama bekerja ( working pulse ) adalah rata-rata
denyut jantung pada saat seseorang bekerja.
c. Denyut jantung untuk bekerja ( work pulse ) adalah selisish antara
denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat.
d. Denyut jantung selama istirahat total ( recovery cost or recovery cost
) adalah jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada
suatu pekerjaan selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada
pada kondisi istirahatnya.
e. Denyut kerja total ( Total work pulse or cardiac cost ) adalah jumlah
denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi dengan denyut
berada pada kondisi istirahatnya ( resting level ).
( Nurmianto, 1998 )
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam
peningkatan cardio output dari istirahat samapi kerja maksimum,
peningkatan tersebut oleh Rodahl (1989) didefinikan sebagai heart rate
reserve (HR reserve).
-Ditambahi gambar Meningkatnya Denyut Jantung Yang Berhubungan Dengan
Berbagai Macam Kondisi Kerja
-Tabel Hubungan Antara Metabolisme, Respirasi, Temperatur badan
dan Denyut Jantung Sebagai Media Pengatur Beban Kerja
-gambar Denyut jantung dari 2 kondisi kerja yang berbeda
-gambar Denyut jantung selama otot diberi beban statis
Lebih lanjut Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi
beban kerja berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan

dengan denyut nadi maskimum karena beban kardiovaskuler. Cardiovascular


adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel.
Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari
homeostasis). Ada tiga jenis sistem peredaran darah: tanpa sistem
peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran
darah tertutup. Cardiovascular = %CVL yang dihitung berdasarkan rumus di
bawah ini:

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan


(200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan
dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

< 30% = Tidak terjadi kelelahan


0-<60% = Diperlukan perbaikan
60-<80 = Kerja dalam waktu singkat
80-<100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi
pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat
kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi
pemulihan tidak segera tercapai maka diperluakan redesain pekerjaan untuk
mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal
maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan
lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.(Tarwaka,
Solichul, H.A Bakri, 2004.
Jika denyut jantung dipantau selama istirahat, maka waktu pemulihan
untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan
yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga
mengalami kelelahan yang kronis. Formulasi untuk menentukan waktu
istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :
Dimana :
R = Waktu istirahat yang dibutuhkan dalam menit
T = Total waktu kerja dalam menit
W = Konsumsi energi ratarata untuk bekerja dalam kilokalori / menit
S = Pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan dalam kilokalori
/ menit (biasanya 4 atau 5 kkal / menit)
8. Pengukuran Konsumsi Oksigen

1 kkal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan


temperature 1 liter air dari 14,5C menjadi 15,5C. Konsumsi energy dapat
diatur secara tidak langsung.
Jika 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan
mendapatkan 4,8 kkal energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori
suatu oksigen.
Ditambahi gambar Konsumsi Oksigen Pada Suatu Aktivitas
Dan keterangannya

a. Kapasitas kerja
Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan
meningkat secara proporsional, sampa didapat kondisi maksimumnya.
Pengaturan energy kerja sebagai berikut:
o
o
o
o
o

20-30 tahun : dikalikan dengan 100%


40 tahun : dikalikan dengan 96%
50 tahun : dikalikan dengan 90%
60 tahun : dikalikan dengan 80%
65 tahun : dikalikan dengan 75%

Dengan catatan bahwa 5,2 kkal/menit = 5,2 / 4,8 = 1,08


liter/menit oksigen.
b. Fitness
Fitness index telah didefinisikan sebagai berikut:
Dimana, W : massa (kg)
(VO2)max : konsumsi energy maksimum (ml/menit)
Pengukuran langsung untuk (VO2)max membutuhkan waktu yang lama,
akan tetapi perkiraannya didapat menggunakan pngukuran denyut
jantung daripada menggunakan konsumsi oksigen.
9. Pengukuran Konsumsi Energi
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan perubahan yang penting
dan pokok, baik dalam penelitian laboratorium. Dalam hal ini penentuan
konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan
kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara

kecepatan-kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan


kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energi expenditure dengan
kecepatan denyut jantung dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antar
energi expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan
analisis regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut
jantung secara umum adalah kuadratir dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana:
Y=Energi (kilocal/menit)
X=Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Dengan demikian kecepatan denyut jantung disertakan dalam bentuk energi,
maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dilukiskan dalam
bentuk matematis sebagai berikut:
Dimana:
KE=konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilocal/menit)
Et=Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilocal/menit)
Ei=Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilocal/menit)
Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan
selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan
pengeluaran energi pada saat istirahat.
3. Kardiovaskuler
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem
organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga
menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga
jenis sistem peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah, sistem
peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. sistem
peredaran darah,yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan
jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini
menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap
sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan
tubuh. Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon
dioksida dalam arah yang berlawanan (lihat respirasi). Kedua, yang diangkut
dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari
saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk mengkonsumsi,
sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan. Metabolit yang
dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat) yang kemudian
diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus besar).

Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan


bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh. Cardiovascular adalah
suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem
ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis).
Ada tiga jenis sistem peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah,
sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup.
Cardiovascular = %CVL yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini:

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan


(200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan
dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
f.
g.
h.
i.
j.

< 30% = Tidak terjadi kelelahan


0-<60% = Diperlukan perbaikan
60-<80 = Kerja dalam waktu singkat
80-<100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

4. Kelelahan
Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang
sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan
peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk
menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian yang hati-hati
sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak
dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak
normal.
Ada beberapa defenisi dari kelelahan kerja, yaitu :
1. Kelelahan kerja menurut Sumamur (1996), merupakan proses
menurunnya efisiensi, performa kerja dan berkurangnya kekuatan/
ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus
dilakukan.
2. Kelelahan kerja menurut Eko Nurmianto (2003), kelelahan kerja
akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.
Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri.
3. Kelelahan kerja menurut Tarwaka (2004), merupakan suatu
mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut,
sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat.

4. Kelelahan kerja menurut AM. Sugeng Budiono (2003), adalah suatu


kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
bekerja.
Kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu :
1. Beban Kerja
Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja,
baik fisik maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang
melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja.
2. Beban Tambahan
Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus
ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berassal dari
lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan
kerja.
Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:
a. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya. Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan
kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu
tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat menurunnya
efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat,
dan produksi keringat meningkat.
b. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki
karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan
gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan
mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang
ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan
otot sehingga mempercepat kelelahan.
c. Penerangan
Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya
yang menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan yang baik
adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat
pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta
membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan

menyenangkan. Penerangan tempat kerja yang tidak adekuat juga


bisa menyebabkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang
terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan.
3. Faktor Individu
a. Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang
semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah
karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja
seseorang.
b. Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif.
Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja
maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan
memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan
menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam
bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan
oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar masa kerja dapat
dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1) Masa kerja < 6 tahun
2) Masa kerja 6-10 tahun
3) Masa kerja >10 tahun
Jenis kelelahan kerja
Kelelahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu berdasarkan :
1. Proses
a. Kelelahan otot ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami stress
tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan
gerak.
b. Kelelahan umum, ialah suatu perasaan yang menyebar yang
disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap
aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum ditandai dengan
berbagai kondisi antara lain :
1. Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ visual
(mata).
2. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan
mental atau intelektual (proses berpikir).

3. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan


berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada
pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
4. Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas
kerja yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan kerja yang sangat
menjemukan.
5. Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan
olehakumulasi efek jangka panjang.
6. Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam dan
memulai periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh tersebut
terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan
lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja
(beraktifitas).

2. Waktu terjadinya kelelahan


a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ
tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b. Kelelahan kronis, merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari
dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum
melakukan pekerjaan, selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti
meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah
penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah
pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain
3. Penyebab terjadinya kelelahan
a. Faktor fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya
faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.
b. Faktor psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang
berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun
dengan atasan.
Mekanisme Kelelahan
Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan
system penggerak/aktivasi) Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang
kelelahan otot, yaitu:
1. Teori Kimia
Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme

sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik


pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.
2. Teori syaraf pusat
Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan
dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari
sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak
dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel
syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan
kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan
menjadi lambat.
Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang
juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat.
Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka
asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal.
Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan
tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance)
seseorang.
Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat
sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi
kadangkadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah
parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan,
kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang memberikaan stabilitas
pada tubuh.
Proses Akumulasi Kelelahan
Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara
terus-menerus dan terakumulasi akan menyebabkan apa yang disebut
dengan lelah kronis. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis
dapat dicirikan seperti :
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang
toleran atau a-sosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat, dan lain-lain.

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa diri seseorang akan sulit
untuk didefinisikan secara jelas. Problematik kelelahan akhirnya membawa
manajemen untuk selalu berupaya mencari jalan keluarnya. Selain
memberikan waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan (recovery)
kondisi fisik yang lelah, lamanya periode waktu kerja juga bisa memberikan
dampak perubahan terhadap efisiensi operator.

Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan


output per jam, sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan
memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada
penurunan prestasi kerja perjamnya. Misalnya tidak hanya akan memberikan
hasil yang meragukan, tetapi juga akan diikuti dengan meningkatnya absen
karena sakit atas rasas lelah yang berlebihan. Jam kerja 8 jam/ hari sulit
untuk dilampaui tanpa menimbulkan efek-efek negatif terhadap fisik
manusia.
Penambahan jam kerja hanya bisa ditoleransi untuk jenis-jenis pekerjaan
tertentu, ringan (non fisik) dan banyak memiliki kesempatan untuk istirahat.
Pengaturan jadwal kerja harian sebesar 8 jam per hari sudah merupakan
hasil yang optimal. Meskipun dalam hal ini pemberian waktu istirahat masih
diperlukan dan bisa disisipkan diantara kurun waktu 8 jam tersebut.
Akibat Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan yang sering
timbul. Menurut Sumamur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi
dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Terjadinya pelemahan kegiatan
Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat,
menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam
gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.
2. Terjadinya pelemahan motivasi
Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat
berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung
untuk lupa, kurang, kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat
mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam pekerjaan.
3. Gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum
Sakit kepala, kekakuan bahu, nyeri di punggung, pernafasan seperti
tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata,
tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat.
Oleh karenanya terjadi kecenderungan meningkatnya absenteisme terutama
mangkir kerja jangka pendek, sebabnya adalah kebutuhan untuk beristirahat
lebih banyak atau meningkatnya angka sakit.
Penanggulangan Kelelahan Kerja
1. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai,
pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta
ketidaknyamanan.

2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.


3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.
4. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan
beban kerja.
5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.
6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau
perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi
dari perusahaan.
7. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas
kerja dan kehidupannya.
8. Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan
secara baik.
9. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-sebaiknya.
10. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja
beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di
malam hari, tenaga baru pindahan.
11. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba, dan obat
berbahaya.
8. Metabolisme
Metabolisme adalah perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk
pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Bahan-bahan (sumber energy) dari
makanan setelah dicerna akan diabsorpsi dalam usus halus,ke dalam
sirkulasii darah dan diambil oleh jaringan-jaringan akan mengalami 3 proses
metabolism:
1. Proses katabolisme
Merupakan metabolisme yang menghasilkan energy dengan
menggunakan zat-zat yang tersedia.

Karbohidrat dan lemak CO2 + H2O + Energi


Asam amino (protein) CO2 + H2O + Urea + Energi

2. Proses Anabolisme
Merupakan metaboisme yang memakai energy untuk membentuk
unsure-unsur komplek dan jaringan.

Proses biosintesa protein,karbohidrat, lemak nucleoprotein, dan


proses-proses endergonik lainnya.

3. Proses ampibolik
Merupakan gabungan antara proses katabolisme dan anabolisme.
Contoh : TCC = TCA = CCA
(Tri Carboxilic Cycle = Tri Carboxilic Acid Cycle =Citrit Acid Cycle)
2.8.1 Macam macamnya
(bahasa Yunani: , metabolismos, perubahan) adalah semua
reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di
tingkat selular.
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,

katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik


untuk mendapatkan energi
anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari
molekul-molekul tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh.[1]

Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat


bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa
yang disebut sebagai hormon, dan dipercepatkan oleh senyawa organik yang
disebut sebagai enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia
disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat
yang berinteraksi dengan enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna
menghasilkan senyawa intermediat yang lazim disebut dengan metabolit,
yang merupakan substrat pada jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan
pereaksi kimia yang terlibat pada suatu jenjang reaksi disebut metabolom.
Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu biologi yang disebut
metabolomika.
Katabolisme
Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa
sederhana mencakup:
Ditambahin proses kimia katabolisme

Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam


bentuk ATP dan NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar
(karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur metabolisme respirasi
sel juga terlibat dalam pencernaan makanan.

Katabolisme karbohidrat
Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP
tanpa membutuhkan oksigen.
Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
o Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.
Respirasi aerobik
o Transpor elektron
o Fosforilasi oksidatif
Respirasi anaerobik,
o Daur Cori
o Fermentasi asam laktat
o Fermentasi
o Fermentasi etanol
o

Anabolisme
Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan
menggunakan energi tinggi mencakup:
Ditambahi proses kimia anabolisme

Glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa.


Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari senyawa organik lain.
Jalur sintesis porfirin
Jalur HMG-CoA reduktase, mengawali pembentukan kolesterol dan
isoprenoid.
Metabolisme sekunder, jalur-jalur metabolisme yang tidak esensial
bagi pertumbuhan, perkembangan, maupun reproduksi, namun
biasanya berfungsi secara ekologis, misalnya pembentukan alkaloid
dan terpenoid.
Fotosintesis
Siklus Calvin dan fiksasi karbon

2.8.2 Faktor faktor yang mempengaruhi metabolisme


1. Kerja meningkatkan 2000 % dari normal
2. Kebutuhan energi untk aktivitas sehari-hari kebutuhan energi
untuk aktivitas vital 2000 Kalori
3. Perbedaan tipe kerja Orang naik tangga membutuhkan energi 17
kali dari orang tidur
4. Specific dynamic action (SDA) protein
Karbohidrat dan lemak : kec. metab 4 %
Protein: kecepatan metabolisme naik 30 % selama 3-12 jam

5. Usia anak kecepatan metabolismenya 2 kali orang dewasa

Gambar 2.5 Grafik hubungan umur dan BMR


Sumber :
6. Hormon Tiroid Tiroksin meningkatkan kecepatan metabolisme 50100 % dari normal oleh karena meningkatkan reaksi kimia di seluruh
tubuh.
7. Rangsangan Simpatis
a. Meningkatkan epineprin dan nor epineprin glikogenolisis meningkat
b. Lemak coklat (bayi) bayi tidak menggigil
c. Termogenesis tanpa menggigil disebut Nonsevering thermogenesis.
8. Hormon Sex Jantan
a. Meningkatkan kecepatan metabolisme 10-15 % dari normal
b. Hormon sex betina tidak bermakna meningkatkan kecepatan
metabolisme
9. Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan kecepatan metabolisme 15-20 % dari normal
10.Demam
Meningkatkan 120 % tiap kenaikan suhu tubuh 10 0C
11.Iklim
Iklim tropis kecepatan metabolismenya 10 -20 % lebih rendah dari
daerah kutub
12.Tidur
kecepatan metabolismenya menurun 10 -15 % dari normal ok tonus
otot dan aktivitas saraf simpatis menurun
13.Malnutrisi
menurunkan kecepatan metabolisme 20-30 % dari normal

2.8.3 Metabolisme Kerja


a. Metabolisme Basal
Metabolisme basal merupakan jumlah minimal energy yang
diperlukan untuk menjaga tubuh tetap berfungsi tanpa melakukan
aktivitas. Diukur setelah puasa 12 jam. Besarnya sekitar 1 kkal/jam
setiap kilogram berat tubuh. Kecepatan metabolisme basal diukur
pada waktu istirahat, di tempat tidur, tidak terganggu oleh apapun,
dengan pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida diukur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme basal:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ukuran tubuh.
Umur.
Jenis kelamin.
Iklim.
Jenis pakaian yang dipakai.
Jenis pekerjaan.

b. Metabolisme Istirahat
Merupakan energy yang diperlukan saat istirahat sebelum bekjerja.
Besarnya sekitar 10-15% lebih tinggi daripada metabolisme basal.
c. Metabolisme Kerja
Merupakan energy yang diperlukan saat melakukan aktivitas.
d. Metabolisme Pemulihan
Merupakan energy yang diperlukan untuk mengubah kembali :
1. asam laktat menjadi glukosa
2. ADP / AMP menjadi ATP
3. Creatine menjadi creatine phospat.
9. Kecelakaan Kerja dan Contoh
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi ketika berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan
kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat
dari rumah menuju tempat kerja daan pulang ke rumah melalui jalan biasa
atau wajar dilalui. Kecelakaan kerja merupakan resiko yang harus dihadapi
oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama, yakni
faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga

merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian


yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja.
Hubungan kerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab
itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang
dilakukan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja


Dibedakan menjadi dua faktor, yaitu :
a. Faktor manusia
Meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa
kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil
keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan
kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang
disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu
berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak
mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk
mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan.
Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
b. Faktor mekanik dan lingkungan.
Keadaan dan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Kesalahan letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat
pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja
berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari
pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada
rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak
pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna
sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga
orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya
ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori
tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :
1. Teori kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa
kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas

dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara


kebetulan saja.
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja
tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang
memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab
kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi
berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada
akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena
kesalahan manusia.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja
ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:
A. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

Terjatuh
Tertimpa benda
Tertumbuk atau terkena benda-benda
Terjepit oleh benda
Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
Pengaruh suhu tinggi
Terkena arus listrik
Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

B. Klasifikasi menurut penyebab

Mesin, misalnya: mesin pembangkit tenaga listrik, mesin


penggergajian kayu, dan sebagainya.
Alat angkut, misalnya: alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.
Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.
Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalya : bahan peledak, gas, zatzat kimia, dan sebagainya.
Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah).
Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

C. Klasifikasi menurut luka atau kelainan

Patah tulang

Dislokasi (keseleo)
Regang otot (urat)
Memar dan luka dalam yang lain
Amputasi
Luka di permukaan
Gegar dan remuk
Luka bakar
Keracunan-keracunan mendadak
Pengaruh radiasi
Lain-lain

D. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh

Kepala
Leher
Badan
Anggota atas
Anggota bawah
Banyak tempat
Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena pada kenyataannya


kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak
faktor.
Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
1. Menurut Bennett NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus
didekati dengan dua aspek, yakni :
a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan
sebagainya)
b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)
2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan
kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan
beberapa hal berikut :
a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara
kerja, material dan struktur perencanaan
b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang
ada dalam perusahaan tersebut

c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan


tentang kecelakaan dan keselamatan kerja
d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang
berada pada area yang membahayakan.
3. Menurut Sumamur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah dengan 12 hal berikut :
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan , pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarnisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak
resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi
peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)
c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi
d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang
berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan
peralatan lainnya.
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor
lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban
yang mengakibatkan kecelakaan.
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan
yang
terjadi.
h. Pendidikan
i. Latihan-latihan
j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat
k. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
3. Alat Pengukur Fisiologi

Dalam praktikum pengukuran kerja fisiologis alat-alat dan bahan yang


digunakan adalah:

Pulse Meter
Treadmill
Stopwatch
Termometer tubuh
Timbangan berat Badan
Glucotest
Lembar pengamatan

Panjang periode kera dan istirahat


-lamanya waktu kerja (ada rumusnya)
-Lamanya waktu istirahat (ada rumusnya)

Anda mungkin juga menyukai