Anda di halaman 1dari 10

PROSES PENCELUPAN KAIN CAMPURAN TETORON / COTTON DENGAN

ZAT WARNA DISPERSI DAN DIREK


I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud

: Untuk mengetahui cara pencelupan kain T/C dengan zat warna


dispersi - direk

Tujuan

Untuk merencanakan proses pencelupan dan melakukan proses pencelupan


Mengetahui metoda pada proses pencelupan T/C dengan zat warna dispersi - direk
Mampu mengevaluasi dan menganalisa hasil pencelupan
II. TEORI DASAR
Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuhtumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya.
Sifat-sifat serat kapas secara fisik yaitu warnanya agak krem, mulur serat
kapas antara 4 -13 % dan mousture regainnya adalah 7 - 8,5 %. Sedangkan sifat
kimianya serat kapas akan terhidrolisa oleh asam kuat dan oksidator akan
menurunkan kekuatan serat. Alkali pekat akan menggelembungkan serat kapas.
Serat kapas mempunyai bentuk panampang melintang yang sangat
bervariasi dari elips sampai bulat dan dibagi menjadi empat bagian yaitu kutikula,
dinding primer, dinding sekunder dan lumen. Tetapi pada umumnya berbentuk
seperti ginjal. Bentuk pandangan membujurnya adalah pipih seperti pita yang
terpuntir.
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa struktur kimia penyusun serat
kapas yang terbesar adalah selulosa sekitar 90 %, sedangkan sisanya berupa lemak,
lilin, minyak, asam-asam organik, mineral dan pigmen alam. Selulosa merupakan
suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondesat molekul-molekul glukosa
(C6H10O5) yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom karbon nomor
satu dan empat. Struktur kimia selulosa dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

H
OH
H

OH

OH
H

CH2OH

CH2OH

H
O

H
OH
H

O
H

O
H

OH

OH

OH
H

CH2OH

CH2OH
H

H
O

H
OH
H

O
H

OH
H

OH

Struktur Rantai Molekul Selulosa


Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus
hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH 2OH),
sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis
alkohol tersebut mempunyai tingkat kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil
primer lebih reaktif daripada gugus hidroksil sekunder. Gugus hidroksil merupakan
gugus fungsional yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga dalam
penulisan mekanisme reaksi, serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH.
Struktur selulosa merupakan rantai dari anhidro glukosa yang panjang dan
membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai
yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada
rantai bagian tengah mempunyai hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua
atau lebih dengan suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus
membentuk gugusan aldehida atau karboksilat.

Serat Poliester
Serat poliester adalah suatu serat sintetik yang terdiri dari polimer-polimer
linier. Serat tersebut pada umumnya dikenal dengan nama dagang dacron, teteron,
terylene. Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Dacron dibuat dari
asamnya dan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

n HOOC

COOH

Asam tereftalat

+ n HO(CH2)2OH

Etilena glikol

HO [ OC

COO(CH2)2O ]n H

Dacron

+ (2n 1 ) H2O

Air

Serat poliester memiliki kekuatan tarik sekitar 4,5-7,5 gram/denier,


sedangkan mulurnya berkisar antara 25% sampai 75%. Pada kondisi standar yaitu

RH 65 2% dan suhu 20C 1% moisture regain serat poliester hanya 0,4%


sedangkan pada RH 100% moisture regain mencapai 0,6-0,8%.
Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai
7%. Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya
akan mengakibatkan serat poliester mengkeret.
Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya
terdapat bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder
dinding kulit yang tebal.
Mekanisme Pencelupan
Pencelupan Kapas dengan Zw Direk
Serat selulosa tidak mengandung gugus polar yang dapat mengadakan
suatu ikatan dengan zat warna direk, sehingga antara zat warna direk dengan selulosa
merupakan ikatan yang disebabkan oleh gaya fisika saja. Selain itu terjadi juga ikatan
hidrogen antara gugus hidroksil dalam molekul serat selulosa dengan gugusan amina
pada zat warna direk, seperti reaksi berikut :
R N H --------------- O selulosa atau
H
H
R H ------------------- HO selulosa
N.R
Pencelupan Poliester dengan Zw Dispersi
Zat warna dispersi sebenarnya tidak dapat mewarnai serat poliester.
Dengan bantuan zat pengemban atau suhu yang tinggi, maka serat tersebut dapat
diwarnai. Serat poliester sendiri merupakan serat hidrofob yang sangat kompak
susunan molekulnya. Oleh karena itu cara-cara pencelupan yang konvensionil tidak
dapat diterapkan pada pencelupan serat tersebut. Dengan penggunaan zat
pengemban, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut :
1.
Antara zat pengemban dan zat warna akan terbentuk gabungan-gabungan,
sehingga menambah kelarutan zat warna di dalam larutan. Penambahan kelarutan
ini menyebabkan penambahan konsentrasi, sehingga terjadi difusi zat warna.

2.

Zat pengemban bersifat hidrofil dan mempunyai afinitas terhadap serat,

sehingga memperbesar penggelembungan serat. Akibatnya pori-pori terbuka,


sehingga memungkinkan molekul zat warna teradsorbsi (masuk).
3.
Antara zat pengemban dengan zat warna tidak terjadi reaksi. Pada
pengerjaan reduksi dalam larutan reduktor yang alkalis, zat pengemban direduksi
dan akan keluar.
Zat warna tetap tinggal di dalam serat dan pori-pori serat akan merapat
kembali sehingga zat warna akan tertahan dengan baik di dalam serat. Beberapa zat
pengemban dapat menyebabkan adanya noda-noda dan bila direduksi kurang
sempurna, dapat menurunkan kekuatan serat dan menurunkan tahan sinar. Fungsi
zat pengemban dalam pencelupan serat poliester dapat digantikan oleh penggunaan
suhu yang tinggi di bawah tekanan. Dengan adanya suhu yang tinggi dan dengan
bantuan tekanan, maka serat menggelembung, sehingga zat warna dapat masuk ke
dalam serat. Pencelupan pada suhu tinggi terutama untuk benang dengan warna tua.
Hasilnya memuaskan dan dapat dikerjakan dalam waktu yang lebih singkat. Untuk
pencelupan kain, pada umumnya digunakan cara fiksasi dengan bantuan panas.
Cara ini dikenal juga sebagai cara thermosol. Energi panas digunakan untuk
melunakkan serat dan bersamaan dengan itu melelehkan zat warna, sehingga
berdifusi ke dalam serat. Setelah pencelupan berakhir, serat kembali ke bentuk
semula dengan zat warna yang terlarut di dalamnya. Cara termosol ini menurut
teori zat padat larut dalam zat padat lainnya atau Solid solution. alam hal ini zat
warna larut di dalam serat

III. PRAKTIKUM
Digram alir proses
persiapan larutan celup
Persiapan larutan celup

Proses pencelupan

Skema proses
Asam Asetat
Zat Carrier
Zat Warna
Bahan
100oC
45 menit
Dispersi agent

250C
T(0C)
10

15

60

t (menit)

Zat Warna
Bahan
Soda Ash NaCl
90oC
30 menit

250C
T(0C)
5

15
t (menit)

45

Proses pencucian

Alat dan Bahan


Alat alat :

Mangkok Stainless

Timbangan

Gelas Pengaduk

Thermometer

Kaki tiga dan Kasa

Bunsen

Timbangan

Kertas pH

Gelas Ukur 1000 ml

Bahan-bahan :
Kain T/C

NaCl

Zat warna dispers

Dispersi agent

Carrier

Zat

warna

direk

Soda Ash

Asam asetat

Cara Kerja
1.

Dengan Zat Warna Dispersi

a.

Mangkok stainless diisi air dengan perhitungan berat bahan dan vlot, tambahkan
asam asetat sampai dengan pH 4 - 5

b.

Zat warna dispersi dibuat pasta dengan dispersi agent dan tambahkan air dingin
dari vlot sampai larut

c.

Masukkan bahan yang akan dicelup ke larutan celup, dikerjakan selama 10


menit naikkan suhu ke 100oC, dan kerjakan selama 60 menit

d. Setelah selesai bahan di cuci dengan air dingin.


2.

Dengan Zat Warna Direk

a.

Timbang berat bahan (a gr)

b.

Timbang kebutuhan zat warna sesuai berat bahan

c.

Timbang NaCl sesuai vlot air yang tersedia

d.

Timbang soda ash sesuai berat yang akan dicelup

e.

Siapkan air media celup, sesuai berat bahan yang akan dicelup dan vlot yang
diperlukan

f.

Masukkan bahan kain T/C dalam media air pada suhu kamar, beri panas api
perlahan agar suhu naik

g.

Masukkan zat warna dalam medium pencelupan yang sebelumnya sudah


dilarutkan dahulu

h.

Aduk / putar kain / benang yang dicelup

i.

Suhu terus dinaikkan sampai mendidih, tahan 30 menit pada suhu 90oC

j.

Setelah selesai pencelupannya bahan dicuci pakai air dingin

IV.

DATA PRAKTIKUM
Resep pencelupan
1.

Resep Pencelupan dengan Zat Warna Dispersi

Zat warna dispersi

: X % (Maksimal 2%)

Asam Asetat

: 2 ml/liter (pH 4 - 5)

Dispersi agent

: 1 ml/liter

Carrier

:5%

Suhu

: 100oC

Waktu

: 60 Menit

Vlot

: 1 : 100

2.

Resep Pencelupan dengan Zat Warna


Direk

Zat warna Basa

: X % (Maksimal 2%)

NaCl

: 10 gram/liter

Soda Ash

:1%

Suhu

: 90oC

Waktu

: 45 Menit

Vlot

: 1 : 50

Perhitungan resep
1.

Resep Pencelupan dengan Zat Warna Dispersi

Berat kain

: 4,55 gram

Jumlah larutan

: 4,55 x 100 = 455 mL

Zat warna dispersi

: 2% x 4,55 gram = 0,091 gram (Dianix Blue E-GR)

Asam asetat

: (2 ml / 1000 ml) x 455 ml = 0,91 ml

Dispersi agent

: (1 ml / 1000 ml) x 455 ml = 0,91 ml

Carrier

: 5% x 4,55 gram = 0,23 ml (gram)

Vlot

: 1 : 100

2.

Resep Pencelupan dengan Zat Warna Direk

Berat kain

: 4,55 gram

Jumlah larutan

: 4,55 x 50 = 227,5 mL

Zat warna direk

: 2% x 4,55 gram = 0,091 gram (Novacron Red P-GN)

NaCl

: (10 gram / 1000 ml) x 227,5 ml = 2,275 gram

Soda Ash

: 1% x 4,55 gram = 0,046 gram

Vlot

: 1 ; 50

Hasil Pencelupan Zat Warna Dispersi

Hasil Pencelupan Zat Warna Direk

V. PEMBAHASAN

Penambahan Asam Asetat berfungsi untuk membuat suasana larutan menjadi asam.
Pencelupan pertama digunakan zat warna dispersi dahulu, karena pencelupan
dilakukan pada suhu yang tinggi. Jika pencelupan menggunakan zat warna basa
dahulu, ketika dicelup dengan zat warna dispersi dengan proses suhu yang tinggi,

zat warna basa yang telah terikat pada kain akan rusak oleh suhu yang tinggi.
Suhu pencelupan harus tercapai sesuai diagram karena kecepatan penyerapan zat
warna sangat dipengaruhi oleh suhu. Di bawah 390C hampir tidak terjadi
penyerapan. Selanjutnya apabila suhu dinaikkkan lebih dari 390C kecepatan
penyerapan bertambah. Tiap golongan zat warna asam mempunyai suhu kritis

tertentu di mana apabila suhu tersebut telah dilampaui, zat warna akan terserap

dengan cepat sekali.


Jika hasil pencelupan kurang merata dapat terjadi karena kurang meratanya warna
yang masuk pada bahan dikarenakan pengadukan yang kurang maksimal atau
bahan terlalu banyak didiamkan dalam larutan zat warna, bahan yang tidak larut
sempurna (ada gumpalan bahan di salah satu bagian).

VI. KESIMPULAN
Hasil pencelupan menggunakan zat warna Acid Cyanine 5R sebanyak 2 %
pada bahan sutera seberat 0.81 gram menghasilkan warna biru gelap yang cukup
merata pada bahan.

VII.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/113205782/Lap-pencelupan-Poliamida-Dengan-

Mengunakan-Zat-Warna-Asam#downloadhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sutra
https://superakhwat08.wordpress.com/2013/01/10/pencelupan-nylon-dengn-zat-

warna-asam-dan-dispersi/
https://superakhwat08.wordpress.com/2014/05/26/pencelupan-nylon-

menggunakan-zw-asam/
Soenarjo. Djufri, Rasjid. 1978. Pedoman Praktikum Pengelantangan dan
Pencelupan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM PENCELUPAN 1
PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT
WARNA REAKTIF PANAS
NAMA

: NELA IBNAWATI(05.P.3452)
NOVYASA IKHSAN (05.P.3453)
POPON MULYANI (05.P.3454)

GROUP

: K3

DOSEN

: M. ICHWAN, SST

ASISTEN DOSEN

: WULAN, SST
PRIATNA

TANGGAL PRAKTIKUM : 27 MARET 2007

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2007

Anda mungkin juga menyukai