Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.1
2.1.1
PENDAHULUAN
TUJUAN
LATAR BELAKANG
limbah, banyak reaksi larutan asam pada senyawa kimia di limbah yang
berupa zat yang perlu di daur ulang.
2.2
DASAR TEORI
M.V = M.V
(2.1)
Mcampuran =
M .VA + MB .VB+
VA+VB+
(2.2)
(Nurhayati.2006: 142)
Klasifikasi larutan berdasarkan mudah atau sukarnya zat melarut,
larutan tedapat tiga jenis , pertama, larutan jenuh yang merupakan suatu
keadaan dimana ketika suatu larutan telah mengandung suatu zat
dengan konsentrasi maksimum dapat membandingkan hasil kali
konsentrasi ion (Ksp hitung) dengan nilai ksp-nya, dengan begitu
pengendapan bisa diperkirakan. Kedua, larutan kurang jenuh ialah
larutan yang masih dapat melarutkan zat terlarut. Sedangkan yang
ketiga larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga timbulnya endapan. (Agustina.2008:37)
Dapat dikemukakan jika pereaksi dipergunakan dalam bentuk padat,
maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Ini berarti bahwa zat
tersebut harus sangat murni. Begitu sebaliknya jika pereaksi
dipergunakan dalam bentuk larutan, maka konsentrasinya harus
diketahui dengan tepat kedua-duanya. (Abidin.2011:83)
Volume yang tepat relative mudah diketahui dengan di ukur dengan
buret atau pipet untuk mengetahui konsentrasinya yang tepat maka
berat zat yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi juga harus
diketahui dengan tepat. Jadi tetap ada kebutuhan untuk mengetahui
berat yang tepat dari pereaksi tersebut dan zat tersebut harus
mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Suatu contoh dari zat yang
tidak
dapat
dianggap
cukup
murni
adalah
ion
NaOH.
(Tichanaya.2009.201)
Dalam pembuatan naOH dapat dihasilkan cukup murni akan tetapi
dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan antara lain karena
NaOH higrokospis jadi menarik uap air dari udara, selain itu juga mudah
bereaksi dengan CO dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH
tidak lagi murni dan apabila di timbang dengan sejumlah tertentu sukar
mengetahui berapa sebenarnya NaOH murni yang terkandung di
dalamnya karena jumlah HO maupun CO yang ditarik oleh NaOH tidak
dapat di tentukan (tidak tertentu). Jika di timbang 40 gram NaOH (=1
grametil merahol), maka sesungguhnya isinya kurang dari satu grametil
2.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
METODOLOGI
2.3.1
ALAT
Alat yang digunakan adalah
Erlenmeyer 50 ml
9. Pipet gondok
10 ml
Buret
50 ml
10. Pipet volume
1 ml
Gelas piala 10 ml
11. Statif
Labu takar 10 ml
12. Klem
Pipet tetes
13. Gelas arloji
Propipet
14. Neraca analitik
Corong
15. Botol semprot
Thermometer
16. Pemanas listrik
Rangkaian alat
Keterangan :
1. Buret
2. Statif
50
ml
3. Erlenmeyer 50 ml
2.3.2 BAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
HCl
0,1 %
NaOH
0,1 N
NaCO 0,1 N
Indikator PP
Indikator Metil Orange
Akuades
2.3.3
PROSEDUR PERCOBAAN
3
4
nya kemudian
HCl
actual
N NaCO . V Na CO
V HCl
(2.3)
2.3.3.4 Konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan HCl 0,1 N
1. Dimasukkan larutan NaOH (langkah b) sebanyak 10 ml ke dalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3 tetes indikator PP.
3. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 N (langkah a) dan baca miniskus
awalnya.
4. Dititrasi larutan dan kemudian dicatat pembacaan volume akhir
setelah terjadi perubahan warna pada larutan.
5. Dihitung konsentrasi NaOH
N
NaOH
(2.4)
2.3.3.5 Penentuan faktor normalitas dari HCl dan NaOH yang telah di
standarisasi
1. Dihitung faktor normalitas
persamaan berikut:
Faktor
normalitas
(2.5)
2. Dihitung faktor normalitas
persamaan berikut:
Faktor
normalitas
(2.6)
dari
HCl
HCl
dari
NaOH
terstandarisasi
=
NaOH
N HClactual
N HCl teoritis
terstandarisasi
=
dengan
dengan
N NaOH actual
N NaOH teoritis
62,4 gram
80,8 gram
29 C
30,0 gram
31,0 gram
165,2 gram
32C
No
Prosedur Kerja
1 Menimbang sejumlah larutan NaOH
2 Melarutkan NaOH didalam gelas piala
3
4
Hasil
Hasil
0,4 gram
NaOH larut dalam air
hangat
Tabel 2.3
No
Prosedur Kerja
1 Memasukkan larutan HCl 10 ml kedalam
Erlenmeyer
2 Menambahkan 3 tetes indikator metil
3 orange
Isi buret dengan NaCO, baca miniskus
4
awal titrasi, catat volume
a) titrasi pertama
- miniskus awal
- miniskus akhir
b) titrasi kedua
- miniskus awal
5
- miniskus akhir
Hitung normalitas HCl hingga 4 desimal
Hasil
Larutan berwarna bening
Warna berubah menjadi
merah
Warna berubah menjadi
kuning
0
6,6 ml
6,6 ml
13,2 ml
N HClactual=
N NaCO . V Na CO
V HCl
0,1 x 6,6
=
10
=0,066 N
Tabel 2.4
No
Prosedur Kerja
1 Dilarutkan HCl dari langkah (b)
perbanyak 10 ml dimasukkan kedalam
2 Erlenmeyer
3 Menambahkan 3 tetes indikator metil PP
Isi buret dengan NaCO, baca miniskus
4
awal titrasi, catat volume
a) titrasi pertama
- miniskus awal
- miniskus akhir
b) titrasi kedua
- miniskus awal
5
- miniskus akhir
Hitung normalitas HCl hingga 4 desimal
Hasil
Larutan berwarna bening
Warna berubah menjadi
orange
Warna berubah menjadi
merah muda
0
6,6 ml
6,6 ml
13,2 ml
N HClactual=
N NaCO . V Na CO
V HCl
0,1 x 6,6
10
=0,0660 N
Tabel 2.5
No
Prosedur Kerja
1 Dimasukkan NaOH 10 ml kedalam
2 erlenmeyer
3 Menambahkan 3 tetes indikator metil PP
Isi buret dengan HCl, baca miniskus awal
titrasi, catat volume
4 a) titrasi pertama
- miniskus awal
- miniskus akhir
b) titrasi kedua
- miniskus awal
5 - miniskus akhir
Hitung konsentrasi NaOH
Hasil
Larutan berwarna bening
Warna berubah menjadi
ungu
Warna berubah menjadi
bening
0 ml
19,2 ml
19,2 ml
38,7 ml
V = 38,7-19,2 = 19,5 ml
19,2+19,5
Vrata-rata=
2
=19,35 ml
NNaOHactual=
N HCl actual . V HCl
V NaOH
0,066 .19,35
=
10
=0,1277N
2.4.2 PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk
membuat larutan NaOH dan larutan HCl serta pengenceran larutan dan
menstandarisasikan larutan HCl dengan larutan NaCO. Yang pertama
membuat larutan HCl 0,1 N. HCl adalah asam kuat dan komponen pada
asam lambung HCl mempunyai massa molar 36,5 gr/mol berbentuk cair
dan tak berwarna sampai dengan kuning pucat. Bahan yang digunakan
untuk membuat larutan HCl adalah HCl pekat dan akuades, masingmasing bahan tersebut mempunyai suhu sekitar 31C dan 28C, maka
diperoleh suhu campuran HCl dengan akuades adalah 30C.
Hasil yang telah dilakukan melalui perhitungan dan data yang telah
dibuat yaitu massa HCl adalah 1,0 gram, massa campurannya sebesar
102,8 gram, sedangkan massa akuades sebesar 101,8 gram. Melalui
massa yang diperoleh maka didapatkan konsentrasi larutan HCl dalam
beberapa satuan yaitu = 0,97% (w/w), 0,83% (v/v), 0,027 M, 0,2691
molaritas, 0,01 ppm dan 0,014 frol. Untuk melakukan pengenceran
terhadap larutan HCl, maka ditambahkan akuades sampai tanda tera,
kemudian dilakukan pengocokkan untuk menghomogenkan larutan
tersebut. Pengenceran ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasinya
dan mempermudah dalam proses titrasi. Proses dilakukannya titrasi agar
lerutan mencapai titik ekivalen.
Karena Hcl merupakan reaksi endotermik, yaitu energi yang melepas
kalor. HCl juga bereaksi utama pada reaksi eksoterm, dimana reaksi ini
adalah sistem melepas energi. Untuk HCl dalam titrasi untuk
menentukan jumlah basa. Karena HCl adalah asam yang lebih kuat akan
memberikan hasil yang lebih baik pada titik akhir titrasi.
NaOH merupakan basa kuat yang dikenal dengan soda kaustik, NaOH
murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH memiliki massa molar 39,9971
ar/mol dengan densitas 2,7 gr/mol serta titik lebur 3,8C dan titik didih
1390C. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. Dalam pembuatan larutan NaOH 0,4 gram. NaOH padat akan
dilarutkan didalam air yang telah dihangatkan. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kebasaan NaOH, setelah dilakukan pengadukan yang berfungsi
untuk mempercepat kelarutan NaOH didalam air. Setelah dilarutkan,
NaOH dipindahkan untuk melakukan pengenceran dengan ditambahkan
akuades sampai tanda tera, kemudian dikocok agar mendapatkan larutan
yang homogen, berdasarkan perhitungan maka didapatkan konsentrasi
NaOH sebesar 0,1 m dan 0,4 % (w/w).
Pada standarisasi larutan HCl dengan NaCO, 5 ml HCl yang terdapat
dalam Erlenmeyer ditetesi dengan indikator metil orange sebanyak 1
tetes larutan HCl berubah warna menjadi merah yang menunjukan
2.5 PENUTUP
2.5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah
1. Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan.
2. Pada pembuatan larutan HCl 0,1 N didapatkan hasil perhitungan yaitu
0,97% (w/w) : 0,83% (v/v) : 0,03 M (molaritas) : 0,2691 M (molalitas) :
0,01 ppm : dan 0,014 fraksi mol.
3. Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N didapatkan hasil perhitungan
adalah 0,1 M (molaritas) : dan 0,4 % (w/w).
4. Setelah larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl diperoleh
konsentrasi (M) NaOH sebesar 0,1935 M.
5. Setelah HCl dititrasi dengan NaCO menggunakan indikator metil
orange didapat konsentrasi (M) HCl sebesar 0,066 M. sedangkan HCl
dititrasi dengan NaCO menggunakan indikator PP didapat
konsentrasi (M) HCl sebesar 0,066 N.
2.5.2 SARAN
Dalam percobaan membuat suatu larutan diperlukan kesabaran dan
ketelitian saat titrasi berlangsung, begitu juga melakukan pengenceran,
karena perlu berhati-hati jika melakukan titrasi tidak teliti maka warna
akan berubah dan pembuatan serta standarisasi larutan tidak sesuai
dengan keinginan maka akan gagal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Wahyudi. 2008. Kimia Cerdas Gemilang. Bandung. Gagas
Media
Abidin, Zainal. 2011. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya.
MasBied.com
Adam, Wiryawan, dkk. 2008. KIMIA ANALITIK. Jakarta. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Nurkholifah, M. 2001. Larutan Baku Primer. http.catatan kimia.com
Nachhtrieb,H. 1968. Kimia Asam Basa. Jakarta. Gagas Media
Rahayu, Nurhayati, dkk. 2006. KIMIA DASAR SMA. Jakarta Selatan.
Gagas Media
R, Petrucci. 1985. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta. Media Pratama
Sangobsesi. 2011. Pembuatan Larutan Baku dan Standarisasi.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Tichanaya. 2009. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya. Gemmedia
Wirya, Hamdani. 2003. Kimia Organik Asam Dan Basa. Bandung. PT
Grafindo
LAMPIRAN
V HCl
V campuran
N HCl =
m HCl
BM
M HCl =
mol
V HCl
d) Molalitas
M HCl =
1000
P
x 100% =
1
36,5
0,027
0,83
HCl
BM
0,83
100
x 100% = 0,83%
= 0,027 mol
= 0,03 M
1000
101,8
1
36,5
= 0,2691 m
e) Ppm
Ppm =
m HCl
V campuran
f) Fraksi mol
Fraksi mol =
1
100
mol HCl
mol campuran
= 0,01 ppm
0,027
1,88
= 0,014 frol
b) % w/w =
mol NaOH
V pengenceran
m NaOH
V pengenceran
b) % w/w
m NaOH /BM
V
x 100% =
0,4
100
0,4
40
0,1
= 0,1 M
x 100% = 0,4%
Jawab:
V NaOH . N NaOH = V HCl . N HCl
10
. N NaOH = 19,35 . 0,1 N
N NaOH = 0,1935 N
E. Penentuan konsentrasi larutan standar dengan NaCO
menggunakan indikator metil orange
Diketahui: V HCl = 10 m
Titrasi 1 miniskus awal = 0
V = 6,6 ml
miniskus akhir = 6,6 ml
Titrasi 2 miniskus awal = 6,6 ml
V = 6,6 ml
miniskus akhir = 13,2 ml
6,6 +6,6
V rata-rata =
= 6,6 ml
2
Ditanya:
M HCl
V HCl . M HCl = V NaCO . M NaCO
10 . M HCl =
6,6
. 0,1
M HCl =
0,066 M
F. Penentuan dengan menggunakan indikator PP
Diketahui:
V NaCO (rata-rata) = 25 ml
V HCl
= 10 ml
M NaCO
= 0,1 M
Ditanya: Konsentrasi (M) HCl
Jawab:
V HCl . M HCl = V NaCO . M NaCO
V NaCO . M NaCO
M HCl =
V HCl
=
25 ml .0,1 M
10 ml
= 0,25 M