Anda di halaman 1dari 16

Urgensi Pengembangan

Clinical Pathways
Amal C Sjaaf
Center for Health Administration and Policy Studies
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Dalam workshop Pemanfaatan Data RS: Strategi RS untuk Bertahan dan
Berkembang dalam Implementasi INA-CBGs

Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012 - 2019

Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012 - 2019

Clinical Pathways

Yang dimaksud dengan standar internasional antara lain dengan adanya


panduan praktik klinik dan clinical pathway yang mengacu pada standar
pelayanan profesi. Dalam clinical pathway dokter harus mengacu pada
International Classi cation Of Diseases (ICD)-9-Cm untuk tindakan.
Clinical Pathway merupakan suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan
hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
Clinical Pathway ini, menjadi salah satu komponen
dari Sistem DRG-Casemix yang terdiri dari kode kasi penyakit dan prosedur
tindakan (ICD 10 dan ICD 9-CM) dan perhitungan biaya (baik secara top down
costing atau activity based costing maupun kombinasi keduanya).
Clinical Pathway bisa digunakan sebagai salah satu alat mekanisme evaluasi
penilaian risiko penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan aktif (active
errors) dan laten (latent / system errors) maupun nyaris terjadi (near miss)
dalam Manajemen Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient
safety).

Clinical Pathways

Yang dimaksud dengan standar internasional antara lain dengan adanya


panduan praktik klinik dan clinical pathway yang mengacu pada standar
pelayanan profesi. Dalam clinical pathway dokter harus mengacu pada
International Classi cation Of Diseases (ICD)-9-Cm untuk tindakan.
Clinical Pathway merupakan suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan
hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
Clinical Pathway ini, menjadi salah satu komponen
dari Sistem DRG-Casemix yang terdiri dari kode kasi penyakit dan prosedur
tindakan (ICD 10 dan ICD 9-CM) dan perhitungan biaya (baik secara top down
costing atau activity based costing maupun kombinasi keduanya).
Clinical Pathway bisa digunakan sebagai salah satu alat mekanisme evaluasi
penilaian risiko penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan aktif (active
errors) dan laten (latent / system errors) maupun nyaris terjadi (near miss)
dalam Manajemen Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient
safety).

Clinical Pathways

Clinical pathway adalah perencanaan multi-disipliner dari praktik klinis


terbaik, yang berdasarkan standar pelayanan pasien dan Evidence Based
Medicine (EBM).
Clinical pathway didesain untuk kelompok pasien yang spesifik dengan
keadaan tertentu, yang membantu koordinasi dan penyampaian
pelayanan yang berkualitas tinggi. Clinical pathway dapat digunakan dalam
manajemen pasien dan berlaku seperti perangkat audit klinis.
Clinical pathway dimulai dengan fase pra-pendaftaran, perdaftaran, dan
berakhir dengan keluarnya pasien dari rumah sakit. Terfokus secara interdisipliner, Clinical pathway menggabungkan rencana medis dan perawatan
dengan disiplin yang lain (contoh: fisioterapi, nutrisi/diet, kesehatan
mental, dan lainnya).
Clinical Pathway adalah perangkat yang merincikan proses-proses
perawatan, menyorot inefisiensi dan perbaikan kualitas perawatan pasien.
Perangkat ini dipergunakan oleh sebuah tim multi-disipliner dan terfokus
pada kualitas dan koordinasi perawatan pasien yang dilakukan oleh dokter
yang berbeda-beda.

Operational definition for Clinical Pathways

Clinical pathways (CPWs) are a common component in the quest to


improve the quality of health.
CPWs are used to reduce variation, improve quality of care, and maximize
the outcomes for specific groups of patients. An ongoing challenge is the
operationalization of a definition of CPW in healthcare
An intervention meeting all four criteria :
1. a structure multidisciplinary plan of care;
2. use to translate guidelines or evidence into local structures;
3. detail the steps in a course of treatment or care in a plan, pathway,
algorithm, guideline, protocol or other inventory of actions (i.e. the
intervention had time-frames or criteria-based progression);
4. have timeframes or criteria-based progression (that is, steps were
taken if designated criteria were met); and
5. aim to standardize care for a specific clinical problem, procedure or
episode of healthcare in a specific population
(Kinsman et al. BMC Medicine 2010, 8:31 http://www.biomedcentral.com/1741-7015/8/31)

PMK 27 thn 2014 ttg PETUNJUK TEKNIS


SISTEM INDONESIAN CASE BASE GROUPS (INA-CBGs)
BAB V APA SAJA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN DAN TIDAK DILAKUKAN
RUMAH SAKIT
1. Membangun tim rumah sakit
2. Meningkatkan efisiensi
3. Memperbaiki mutu rekam medis
4. Memperbaiki kecepatan dan mutu klaim
5. Melakukan standarisasi
Perlu terus dibangun standard input dan proses di tingkat rumah sakit.
Standard input misalnya farmasi, alat medik habis pakai . Perlu dibuat
formularium rumah sakit (perencanaan), perlu dibuat standar pengadaan
obat rumah sakit (e katalog dan atau lelang), standar penulisan resep
misal dokter hanya menulis nama generik sedangkan obat yang diberikan
berdasar hasil/perolehan pengadaan. Standar proses misalnya PPK/SPO
dan atau clinical pathway. Keputusan/penetapan standar proses akan
sangat berpengaruh pada pembuatan keputusan pada standar input.

PMK 27 thn 2014 ttg PETUNJUK TEKNIS


SISTEM INDONESIAN CASE BASE GROUPS (INA-CBGs)
6.
7.

Membentuk Tim Casemix/Tim INA-CBG rumah sakit


Memanfaatkan data klaim
Data INA-CBGs rumah sakit dapat digunakan/dimanfaatkan tidak hanya
untuk klaim tetapi juga dapat digunakan untuk menilai performance
rumah sakit dan performance SDM khususnya profesi dokter.
8. Melakukan reviu post-claim
9. Pembayaran jasa medis
Perubahan metode pembayaran rumah sakit dengan metode paket INACBGs sebaiknya diikuti dengan perubahan pada cara pembayaran jasa
medis. Pembayaran jasa medis sebaiknya disesuaikan dengan
menggunakan sistem remunerasi berbasis kinerja
10. Untuk masa yang akan datang diharapkan seluruh rumah sakit provider
JKN bisa berkontribusi untuk mengirimkan data koding dan data costing
sehingga dapat dihasilkan tarif yang mencerminkan actual cost pelayanan
di rumah sakit

PMK NO 1438 thn 2010 ttg


STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
BAB V STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Pasal 10
1. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memprakarsai penyusunan
SPO sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang
dipimpinnya.
2. PNPK harus dijadikan acuan pada penyusunan SPO di fasilitas pelayanan
kesehatan.
3. SPO harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
4. SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis (clinical practice
guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway),
algoritme, protokol, prosedur atau standing order.

PMK NO 1438 thn 2010 ttg


STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
BAB V STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Pasal 11
SPO disusun oleh staf medis pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dikoordinasi oleh Komite Medis dan ditetapkan oleh Pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pasal 12
SPO harus selalu ditinjau kembali dan diperbaharui sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.

PMK NO 1438 thn 2010 ttg


STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
BAB IV PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN
Pasal 5
Penyusunan PNPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dilakukan
untuk penyakit atau kondisi yang memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai
berikut:
a. penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi;
b. penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi;
c. penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi;
d. penyakit atau kondisi yang terdapat variasi/keragaman dalam
pengelolaannya.
Pasal 6
PNPK disusun oleh sekelompok pakar yang dapat melibatkan profesi
kedokteran, kedokteran gigi atau profesi kesehatan lainnya, atau pihak lain
yang dianggap perlu dan disahkan oleh Menteri.

PMK NO 1438 thn 2010 ttg


STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
Pasal 7
PNPK memuat penyataan yang dibuat secara sistematis yang didasarkan pada
bukti ilmiah (scientific evidence) untuk membantu dokter dan dokter gigi
serta pembuat keputusan klinis tentang tata laksana penyakit atau kondisi
klinis yang spesifik.
Pasal 8
PNPK harus ditinjau kembali dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.
Pasal 9
Pemerintah dan organisasi profesi melakukan sosialisasi setiap adanya
perubahan dan/atau perbaikan terhadap PNPK.

PMK NO 1438 thn 2010 ttg


STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
BAB II TUJUAN
Pasal 2
1. Penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran bertujuan untuk:
2. Memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan
kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah sesuai dengan kebutuhan
medis pasien;
3. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kedokteran yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi.
BAB III PRINSIP DASAR
Pasal 3
1. Standar Pelayanan Kedokteran meliputi Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) dan SPO.
2. PNPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Standar
Pelayanan Kedokteran yang bersifat nasional dan dibuat oleh organisasi
profesi serta disahkan oleh Menteri.
3. SPO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan ditetapkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.

PMK NO 1438 thn 2010 ttg


STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
Pasal 4
1. Standar Pelayanan Kedokteran disusun secara sistematis dengan
menggunakan pilihan pendekatan:
a. Pengelolaan penyakit dalam kondisi tunggal, yaitu tanpa penyakit lain
atau komplikasi;
b. Pengelolaan berdasarkan kondisi.
2. Standar Pelayanan Kedokteran dibuat dengan bahasa yang jelas, tidak
bermakna ganda, menggunakan kata bantu kata kerja yang tepat, mudah
dimengerti, terukur dan realistik.
3. Standar Pelayanan Kedokteran harus sahih pada saat ditetapkan,
mengacu pada kepustakaan terbaru dengan dukungan bukti klinis, dan
dapat berdasarkan hasil penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan atau institusi
pendidikan kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai