PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup (BPS, 2000 dalam Setiawan 2009). Jumlah penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun
2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidup 67,4
tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Effendi, 2009).
Usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan dari
lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu, proporsi
populasi lansia relatif meningkat dibandingkan populasi usia muda (Clement, 1985
dalam Stanley 2006). Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa anak, masa dewasa,
dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Penurunan kondisi
psikis pada lansia disebabkan karena demensia di mana lansia mengalami kemunduran
daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri, dimulai dari bangun tidur, mandi,
berpakaian dan seterusnya (Mubarak, 2009).
1.2 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
merusak membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak mengenal dirinya sendiri
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun
pada lanjut usia (Goldstein,1989).
Teori Stres.
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel
tubuh lemah.
Teori Radikal Bebas.
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena
adanya proses metabolisme. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau
perubahan dalam oksidasi bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal
bebas menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel,1994). Radikal bebas
dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Teori ini
menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan ireversibel.
Teori Rantai Silang.
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan
radiasi, yang mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran
plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori Menua Akibat Metabolisme.
Telah dibuktikan dalam percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori
ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo,1999).
2. Teori Psikososial
Teori Penarikan Diri / Pelepasan.
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan
pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan
bahwa mayarakat dan individu selalu berusaha untuk mempertahankan diri mereka
dalam keseimbangan dan berusaha untuk menghindari gangguan. Oleh karena itu
lansia mempersiapkan pelepasan terakhir yaitu kematian dengan pelepasan mutual
dan pelepasan yang dapat diterima masyarakat. Pelepasan ini meliputi pelepasan
peran sosial dan aktivitas sosial. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan
mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan
terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri
dalam menghadapi kematian.
Teori Aktivitas.
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seseorang
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan memepertahankan
aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
Teori Interaksi Sosial.
Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons (1945), mengemukakan
bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya bersosialisasi.
Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau
(1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum
pertukaran barang dan jasa.
Teori Kepribadian Berlanjut.
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini
dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut
usia.
Teori perkembangan.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan
suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap bagaimana jawaban lansia
terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. Akan
tetapi teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau
yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut
2.3 Permasalahan Lansia Di Indonesia
2.4 Tipe-Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tidak acuh
Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I.
Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama (Jawa)
dibagi dua golongan, yaitu:
1. Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu Dwi Tunggal, yakni
mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan
kawulanya atau hambanya
2. Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa
isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya menjadi
hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup).
Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai
mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh
yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif
hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus menghantam
sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang sel-sel tubuh yang
normal.
Teori ini mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas (hydroxyl,
superoxide, hydrogen peroxide, dan sebagainya) adalah akibat terjadinya otooksidasi
dari molekul intraselular karena pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak
enzim superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan fungsi sel
sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses penuaan pada kulit yang
dipicu oleh sinar UV (photoaging) merupakan salah satu bentuk implementasi dari
teori ini (Cunnningham, 2003; Yaar & Gilchrest, 2007).
2.6 Proses Penuaan
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat
bertahan
terhadap
infeksi
dan
memperbaiki
kerusakan
yang
diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh
dalam nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia.Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang
mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar
Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
Tamher dan Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33561/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33561/4/Chapter
%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33561/4/Chapter%20II.pdf