Anomali KPK
Anomali KPK
Harmonisasi Perundang-undangan
Harmonisasi peraturan perundang-undangan agar saling mengisi dan tidak saling bertentangan, mutlak dibutuhkan
agar setiap undang-undang yang lahir merupakan penjabaran dari UUD 1945 dan tidak bertabrakan dengan undangundang yang ada. Sepuluh tahun yang lalu, sebagai anggota Komisi Konstitusi MPR-RI, Penulis berusaha keras
memperjuangkan agar lembaga pemberantasan korupsi dimasukkan di dalam Konstitusi. Karena tak membuahkan
hasil, kearifan, kejelian, ketekunan dan keberpihakan para wakil rakyat dalam menerbitkan peraturan perundangundangan yang ada kaitannya dengan upaya pemberantasan korupsi, sangat diperlukan.
Diundangkannya UU No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menambah jumlah peraturan perundangundangan yang saling bertabrakan. Undang-undang ini menentukan bahwa yang berhak mengawasi terjadinya
penyalahgunaan wewenang yang terdiri dari melampaui wewenang, mencampuradukkan wewenang dan bertindak
sewenang-wenang adalah aparat pengawasan internal instansi yang bersangkutan.
Setelah melakukan pemeriksaan, pengawas internal bakal tiba pada simpulan berupa 'tidak terdapat kesalahan' atau
'terdapat kesalahan administratif' bahkan 'terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan
Negara'. 'Istimewa'nya, dalam waktu maksimal 10 hari kerugian negara itu diharapkan akan dikembalikan oleh badan
atau pejabat pemerintah yang melakukan.
Ketentuan 'istimewa' lainnya berasal dari Pasal 21 yang menyatakan bahwa suatu putusan Administrasi
Pemerintahan baru dapat dinyatakan melampaui wewenang dan sewenang-wenang serta campur aduk setelah diuji
di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Vonis majelis hakim dapat berupa sah tidaknya wewenang hingga
pembatalan. Putusan PTUN tingkat pertama dapat dibanding. Tetapi setelah itu, upaya hukum akan berakhir dan
Oleh karena itu, pelaku tidak perlu takut dipidana berapa besar pun kerugian keuangan negara yang timbul akibat
perbuatannya karena yang menanti hanyalah hukuman yang bersifat administratif. Ketentuan ini lebih diperjelas
dengan tiadanya ketentuan lebih lanjut dalam UU No 30 Tahun 2014 seandainya kerugian negara itu tidak
dikembalikan kendati waktu 10 hari telah berlalu. Jelaslah bahwa UU No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan tidak selaras dengan UU Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi.
Tegasnya, UU No 30 Tahun 2014 menghambat upaya pemberantasan korupsi.
*)Prof DR Krisna Harahap SH,MH
Mantan anggota Komisi Konstitusi MPR-RI