Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

: PENDAHULUAN2
1.

LATAR BELAKANG.2

2.

TUJUAN DAN MANFAAT..3

: PERMASALAHAN.4
1.

APAKAH HUKUM PERKAWINAN ITU.4

2.

MENGAPA PERKAWINAN PERLU HUKUM..................................4

3.

BAGAIMANA HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA4

: PEMBAHASAN MASALAH....5
1.

PENGERTIAN HUKUM PERKAWINAN.5

2.

PENTINGNYA HUKUM PERKAWINAN.6

3.

PENERAPAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA....10

: PENUTUP
1.

KESIMPULAN..

2.

SARAN..

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Sejak dilahirkan ke dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan untuk
hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Di dalam
bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.
Dimana dalam keluarga gejala kehidupan umat manusia akan terbentuk paling tidak
oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan. Hidup bersama antara seorang lakilaki dan seorang perempuan yang telah memenuhi persyaratan inilah yang disebut
dengan perkawinan.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai
salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sedemikian
luhurnya anggapan tentang suatu perkawinan menyebabkan terlibatnya seluruh
kerabat dan bahkan seluruh anggota masyarakat itu yang memberi petuah dan
nasehat serta pengharapan agar dapat dilihat dalam kenyataan bahwa dalam
kehidupan masyarakat kita, bahwa tidak ada suatu upacara yang paling diagungkan
selain upacara perkawinan.
Perkawinan memerlukan pertimbangan yang matang agar dapat bertahan
dalam jangka waktu yang lama di dalam menjalin hubungan antara suami istri
diperlukan sikap toleransi dan menempatkan diri pada peran yang semestinya. Sikap
saling percaya dan saling menghargai satu sama lain merupakan syarat mutlak untuk
bertahannya sebuah perkawinan. Suami istri harus mau menjalankan hak dan
kewajibannya secara seimbang agar tidak muncul masalah dalam perkawinan.
Perkawinan adalah suatu perbuatan hukum, sehingga konsekuensi bagi
setiap perbuatan hukum yang sah adalah menimbulkan akibat hukum, berupa hak
dan kewajiban bagi kedua belah pihak suami istri atau juga pihak lain dengan siapa
salah satu puhak atau kedua-duanya atau suami istri mengadakan hubungan.
Dengan demikian perkawinan itu merupakan salah satu perbuatan hukum
dalam masyarakat, yaitu peristiwa kemasyarakatan yang oleh hukum diberikan
akibat-akibat. Adanya akibat hukum ini penting sekali hubungannya dengan sahnya
perbuatan hukum itu, sehingga suatu perkawinan yang menurut hukum dianggap
tidak sah umpamanya anak yang lahir di luar pernikahan, maka anak yang dilahirkan
itu akan merupakan anak yang tidak sah.

2. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Hukum Indonesia

2.

Untuk menambah pengetahuan tentang apa itu hukum dan perkawinan

3.

Untuk mengetahui pentingnya hukum dalam perkawinan

4.

Untuk mengetahui bagaimana hukum perkawinan di indonesia

Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah :


1.

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Hukum Perkawinan

2.

Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya hukum dalam perkawinan

3.

Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana hukum perkawinan di indonesia

BAB II
PERMASALAHAN
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam makalah ini bisa
diperoleh hasil yang diinginkan maka kami mengemukakan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah Hukum Perkawinan itu
2. Mengapa hukum penting dalam perkawinan
3. bagaimana hukum perkawinan di indonesia

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A.

PENGERTIAN HUKUM PERKAWINAN


Kata hukum mengandung makna yang luas meliputi semua peraturan atau
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sanksi terhadap pelanggarnya. Para ahli sarjana hukum memberikan
pengertian hukum dengan melihat dari berbagai sudut yang berlainan dan titik
beratnya. Berbeda-beda antara ahli yang satu dengan yang lain, karena itu tidak ada
kesatuan atau keseragaman tentang definisi hukum, antara lain di bawah ini:
A.

Menurut Van Kan Hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang bersifat
memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

B.

Menurut Utrecht Hukum merupakan himpunan peraturan (baik berupa perintah


maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena
itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak
pemerintah.

C.

Menurut Wiryono Kusumo Hukum adalah merupakan keseluruhan peraturan


baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib di dalam
masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi.
Dari pendapat para ahli hukum belum terdapat satu kesatuan mengenai

pengertian hukum, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum memiliki
beberapa unsur yaitu:
a. Adanya peraturan/ketentuan yang memaksa
b. Berbentuk tertulis maupun tidak tertulis
c. Mengatur kehidupan masyarakat
d. Mempunyai sanksi.
Karena itu pengertian hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh
badan yang berwenang yang berisi perintah ataupun larangan untuk mengatur
tingkah laku manusia guna mencapai keadilan, keseimbangan dan keselarasan
dalam hidup. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kekacauan dan lain
sebagainya dalam hidup.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai
salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh

aturan hukum dalam hukum tertulis (hukum negara) maupun hukum tidak tertulis
(hukum adat).
Hukum negara yang mengatur mengenai masalah perkawinan adalah
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Di lain pihak hukum adat yang mengatur mengenai perkawinan
dari dulu hingga sekarang tidak berubah, yaitu hukum adat yang telah ada sejak
jaman nenek moyang hingga sekarang ini yang merupakan hukum yang tidak tertulis.
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 perkawinan dan tujuannya
adalah sebagai berikut : Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan demikian hukum perkawinan adalah peraturan-peraturan yang
dibuat yang dibuat oleh badan yang berwenang yang berisi perintah ataupun
larangan untuk mengatur perkawinan guna mencapai keadilan, keseimbangan dan
keselarasan dalam perkawinan.
B.

PENTINGNYA HUKUM PERKAWINAN


Perkawinan adalah suatu proses untuk mengikat dua sejoli dalam satu
ikatan yang suci, sebagai gerbang membina sebuah rumah tangga. Karena itu ada
beberapa persyaratan harus dipenuhi agar perkawinan tersebut sah secara agama
dan sah secara hukum. Pernikahan sah secara agama apabila perkawinan tersebut
sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Sedangkan pernikahan tersebut dikatakan
sah secara hukum apabila sesuai dengan hukum pernikahan yang berlaku.
Perkawinan dianggap sah secara hukum apabila sesuai dengan Undang-Undang
Perkawinan yang telah ada.
Dalam perkembangan masyarakat fungsi hukum perkawinan adalah :
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
Hukum memberi petunjuk dalam hal perkawinan, sehingga segala sesuatunya
berjalan tertib dan teratur. Begitu pula hukum dapat memaksa agar hukum itu
ditaati anggota masyarakat.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin
Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang, bersifat memaksa dan daya
mengikat, maka hukum dapat memberi keadilan untuk menentukan siapa yang
bersalah dan siapa yang benar.
6

c. Sebagai sarana penggerak pembangunan.


hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju dalam
perkawinan.
Perkawinan selanjutnya disebut pernikahan, merupakan sebuah lembaga
yang memberikan legimitasi seorang pria dan wanita untuk

bisa hidup dan

berkumpul bersama dalam sebuah keluarga. Ketenangan atau ketenteraman


sebuah keluarga ditentukan salah satunya adalah bahwa pernikahan itu harus
sesuai dengan dengan tuntutan syariat Islam ( bagi orang Islam ).
Selain itu untuk mewujudkan fungsi hukum perkawinan, pernikahan itu harus
tercatat di Kantor Urusan Agama / Catatan Sipil. Pencacatan perkawinan pada
prinsipnya merupakan hak dasar dalam keluarga. Selain itu merupakan upaya
perlindungan terhadap isteri maupun anak dalam memperoleh hak-hak keluarga
seperti hak waris dan lain-lain. Dalam hal nikah siri atau perkawinan yang tidak
dicatatkan dalam administrasi negara mengakibatkan perempuan tidak memiliki
kekuatan hukum dalam hak status pengasuhan anak, hak waris, dan hak-hak lainnya
sebagai istri yang pas, akhirnya sangat

merugikan pihak perempuan. Pada

kesempatan ini kami sampaikan beberapa dasar hukum mengenai pencatatan


perkawinan / pernikahan, antara lain:
1. UNDANG-UNDANG TENTANG NO 22 TAHUN 1946
Mengatakan : Nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut
nikah, diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah yang diangkat oleh Menteri Agama
atau pegawai yang ditunjuk olehnya. Talak dan rujuk yang dilakukan menurut
agama Islam selanjutnya disebut talak dan rujuk, diberitahukan kepada Pegawai
Pencatat Nikah. Pasal ini memberitahukan legalisasi bahwa supaya nikah,talak,
dan rujuk menurut agama Islam supaya dicatat agar mendapat kepastian hukum.
Dalam Negara yang teratur segala hak-hak yang bersangkut pada dengan
kependudukan harus dicatat, sebagai kelahiran, pernikahan, kematian, dan
sebagainya lagi pada perkawinan perlu di catat ini untuk menjaga jangan sampai
ada kekecauan.
2. Undang-undang No I tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 Ayat 2
menyatakan:
"Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku."
3. PP NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UU NOMOR 1 TAHUN
1974 TENTANG PERKAWINAN. Bab II Pasal 2
7

Ayat

1:

"Pencatatan

Perkawinan

perkawinannya menurut

Agama

dari

Islam,

mereka

dilakukan

yang

melangsungkan

oleh Pegawai Pencatat

sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 32 tahun 1954 tentang Pencatat Nikah,


Talak, dan Rujuk."
Ayat

2: "Pencatatan

Perkawinan

dari

mereka

yang

melangsungkan

perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam


dilakukan

oleh Pegawai

sebagaimana

dimaksud

Pencatat
dalam

Perkawinan pada Kantor Catatan Sipil

berbagai

perundang-undangan

mengenai

pencatatan perkawinan."
Ayat 3: "Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku
bagi tatacara pencatatan perkawinan berdasarkan berbagai peraturan yang
berlaku, tata cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 3 samapai Pasal 9 Peraturan Pemerintah."
Pasal 6; Ayat 1: "Pegawai Pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak
melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah
dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut Undangundang."
Ayat 1: "Selain penelitian terhadap hal sebagai dimaksud dalam ayat (1), Pegawai
Pencatat meneliti pula:
1.Kutipan Akta Kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Dalam hal tidak
ada akta kelahiran atau surat kenal lahir dapat dipergunakan surat keterangan
yang menyatakan umur dan asal-usul calon mempelai yang diberikan oleh
Kepala Desa atau yang setingkat dengan itu; 2. Keterangan mengenai nama,
agama/kepercayaan, pekerjaan,

dan

tempat

tinggal

orang

tua

calon

mempelai; 3. Izin tertulis/izin Pengadilan sebagai dimaksud dalam pasal 6 ayat


(2), (3), (4), dan (5) Undang-undang, apabila salah seorang calon mempelai atau
keduanya belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun; 4. Izin Pengadilan
sebagi dimaksud pasal 14 Undang-undang; dalam hal calon mempelai adalah
seorang suami yang masih mempunyai isteri; 5. Dispensasi Pengadilan / Pejabat
sebagai dimaksud Pasal7 ayat (2) Undang-undang; 6. Izin kematian isteri atau
suami yang terdahulu atau dalam hal perceraian surat keterangan perceraian,
bagi perkawinan untuk kedua kalinya atau lebih; 7. Izin tertulis dari Pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri HANKAM / PANGAB, apabila salah satu calon mempelai
atau keduanya anggota Angkatan Bersenjata; 8. Surat kuasa otentik atau di
bawah tangan yang disahkan Pegawai Pencatat, apabila salah seorang calon
8

mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu alasan yang
penting, sehingga mewakilkan kepada orang lain.
Mengapa Perkawinan Harus Dicatat? Nikah yang sah menurut undangundang adalah nikah yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan dicatat
oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Pencatatan ini dilakukan jika ketentuan
dan peraturan sebagaimana Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 telah
dipenuhi. Ada beberapa manfaat pencatatan pernikahan :
1. Mendapat perlindungan hukum. Misalnya terjadi kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), Jika sang istri yang pernikahannya secara siri
mengadu kepada pihak yang

atau tidak dicatatkan

berwajib, pengaduannya sebagai

istri yang

mendapat tindakan kekerasan tidak akan dibenarkan. Alasannya, karena sang


isteri tidak mampu menunjukkan bukti - bukti otentik akta pernikahan yang resmi.
2. Memudahkan urusan perbuatan hukum lain yang terkait dengan pernikahan. Akta
nikah akan membantu suami isteri untuk melakukan kebutuhan lain yang
berkaitan dengan hukum, demikian juga dengan akta kelahiran, akibat hukum dari
anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan atau perkawinan yang tidak
tercatat, selain dianggap anak tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibu atau keluarga ibu (Pasal 42 dan 43 Undang-Undang
Perkawinan). Selain itu hubungan perdata dengan ayahnya tidak ada.
3. Legalitas formal pernikahan di hadapan hukum. Pernikahan yang dianggap legal
secara hukum adalah pernikahan yang dicatat oleh Petugas Pencatat Nikah
(PPN) atau yang ditunjuk olehnya. Karenanya, walaupun secara agama
sebuah pernikahan yang tanpa dicatatkan oleh PPN, pada dasarnya illegal
menurut hukum.
4. Terjamin hak-haknya. Isteri dan anak berhak memperoleh nafkah dan warisan
dari suami / ayahnya.
5. Terjamin keamanannya. Sebuah pernikahan yang dicatatkan secara resmi akan
terjamin keamanannya dari kemungkinan terjadinya pemalsuan dan kecurangan
lainnya. Misalnya, seorang suami atau istri hendak memalsukan nama mereka
yang terdapat dalam Akta Nikah untuk keperluan yang menyimpang. Maka,
keaslian Akta Nikah itu dapat dibandingkan dengan salinan Akta Nikah tersebut
yang terdapat di KUA tempat yang bersangkutan menikah dahulu.
C.

PENERAPAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA

Di Indonesia ketentuan yang berkenaan dengan perkawinan telah diatur


dalam peraturan perundang-undangan negara yang khusus berlaku bagi warga
negara Indonesia. Aturan perkawinan yang dimaksud adalah dalam bentuk undangundang yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya
dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Undang-undang ini
merupakan hukum materiil dari perkawinan, sedangkan hukum formalnya ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006.
Sedangkan sebagai aturan pelengkap yang akan menjadi pedoman bagi hakim di
lembaga Peradilan Agama adalah Kompilasi Hukum Islam di Indonesia yang telah
ditetapkan dan disebarluaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991
tentang Kompilasi Hukum Islam.
Yang dimaksud dengan Undang-Undang Perkawinan adalah segala sesuatu
dalam bentuk aturan yang dapat dan dijadikan petunjuk dalam hal perkawinan dan
dijadikan pedoman hakim di lembaga Peradilan Agama dalam memeriksa dan
memutuskan perkara perkawinan, baik secara resmi dinyatakan sebagai peraturan
perundang-undangan negara atau tidak.
Adapun yang sudah menjadi peraturan perundang-undangan negara yang
mengatur perkawinan yang ditetapkan setelah Indonesia merdeka adalah :
1.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang penetapan berlakunya UndangUndang Republik Indonesia Tanggal 21 November 1946 Nomor 22 Tahun 1946
tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk di seluruh daerah luar Jawa dan
Madura.

2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yang merupakan


hukum materiil dari perkawinan.

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

4.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006


tentang Peradilan Agama
Diantara

beberapa

hukum

perundang-undangan

tersebut

di

atas

pembahasan diarahkan kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, karena


hukum materiil perkawinan keseluruhannya terdapat dalam undang-undang ini.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 hanya sekedar menjelaskan aturan
pelaksanaan dari beberapa materi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, sedangkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
mengatur hukum acara ( formil ) dari perkawinan.
10

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1975 terdapat 14 Bab yaitu :


1.

Bab I tentang Dasar Perkawinan terdiri dari pasal 1 s/d 5.

2.

Bab II tentang Syarat - syarat perkawinan terdiri dari pasal 6 s/d 12

3.

Bab III tentang Pencegahan Perkawinan terdiri dari pasal 13 s/d 21

4.

Bab IV tentang Batalnya perkawinan terdiri dari pasal 22 s/d 28

5.

Bab V tentang Perjanjian perkawinan terdiri dari pasal 29

6.

Bab VI tentang Hak dan kewajiban suami isteri terdiri dari pasal 30 s/d 34

7.

Bab VII tentang Harta benda dalam perkawinan terdiri dari pasal 35 s/d 37

8.

Bab VIII tentang Putusnya perkawinan serta akibatnya terdiri dari pasal 38 s/d
41

9.

Bab IX tentang Kedudukan anak terdiri dari pasal 42 s/d 44

10. Bab X tentang Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak terdiri dari pasal
45 s/d 49
11. Bab XI tentang Perwalian terdiri dari pasal 50 s/d 54
12. Bab XII tentang Ketentuan - ketentuan lain terdiri dari pasal 55 s/d 63
13. Bab XIII tentang Ketentuan peralihan terdiri dari pasal 64 s/d 65
14. Bab XIV tentang Ketentuan penutup terdiri dari pasal 66 s/d 67

BAB IV
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
11

Perkawinan adalah suatu perbuatan hukum, sehingga konsekuensi bagi


setiap perbuatan hukum yang sah adalah menimbulkan akibat hukum, berupa hak
dan kewajiban bagi kedua belah pihak suami istri atau juga pihak lain dengan siapa
salah satu pihak atau kedua - duanya atau suami istri mengadakan hubungan.
Dengan demikian perkawinan itu merupakan salah satu perbuatan hukum dalam
masyarakat, yaitu peristiwa kemasyarakatan yang oleh hukum diberikan akibatakibat. Adanya akibat hukum ini penting sekali hubungannya dengan sahnya
perbuatan hukum itu, sehingga suatu perkawinan yang menurut hukum dianggap
tidak sah umpamanya anak yang lahir diluar perkawinan, maka anak yang dilahirkan
itu akan merupakan anak yang tidak sah.
Pencatatan perkawinan memegang peranan yang sangat penting dalam
suatu perkawinan karena pencatatan termasuk suatu syarat diakui atau tidaknya
suatu perkawinan oleh negara, dalam hal ini banyak membawa konsekuensi bagi
yang bersangkutan. Bilamana suatu perkawinan tidak dicatat sekalipun perkawinan
itu sah menurut ajaran agama atau kepercayaan, perkawinan tersebut tidak diakui
oleh negara, begitu pula segala akibat yang timbul dari perkawinan.
Di Indonesia ketentuan yang berkenaan dengan perkawinan telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan negara yang khusus berlaku bagi warga
negara Indonesia. Aturan perkawinan yang dimaksud adalah dalam bentuk undangundang yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya
dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
B.

SARAN
Hukum dalam perkawinan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan
manusia dalam bermasyarakat guna mewujudkan perkawinan yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demi mewujudkan tujuan tersebut
maka sangat penting agar perkawinan dicatat sesuai dengan ketentuan undang
undang yang berlaku. Hukum Perkawinan sesuai dalam undang undang Nomor 1
Tahun 1974 sebaiknya dijalankan dan ditaati dengan baik oleh masyarakat yang
berkepentingan agar segala sesuatunya dalam perkawinan berjalan tertib dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang Perkawinan.

12

2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. http://id.wikipedia.org/
4. http://id.shvoong.com/law-and-politics/family-law/2110273-dasar-dasarperkawinan/#ixzz1LSPGkjmi
5. http://www. sekeluarga.com
6. http://hukum11.wordpress.com/2011/05/14/filsafat-hukum/
7. http://prabugomong.wordpress.com/2011/04/01/dasar-dasar-ilmu-hukum/
8. http://emil-jawwadassyaghaf.blogspot.com/2011/04/pencatatan-perkawinan-danakta-nikah_17.html
9. http://www.MAKALAH NIKAH lathifashofi.htm

13

Anda mungkin juga menyukai