BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
: PENDAHULUAN2
1.
LATAR BELAKANG.2
2.
: PERMASALAHAN.4
1.
2.
3.
: PEMBAHASAN MASALAH....5
1.
2.
3.
: PENUTUP
1.
KESIMPULAN..
2.
SARAN..
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Sejak dilahirkan ke dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan untuk
hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Di dalam
bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.
Dimana dalam keluarga gejala kehidupan umat manusia akan terbentuk paling tidak
oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan. Hidup bersama antara seorang lakilaki dan seorang perempuan yang telah memenuhi persyaratan inilah yang disebut
dengan perkawinan.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai
salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sedemikian
luhurnya anggapan tentang suatu perkawinan menyebabkan terlibatnya seluruh
kerabat dan bahkan seluruh anggota masyarakat itu yang memberi petuah dan
nasehat serta pengharapan agar dapat dilihat dalam kenyataan bahwa dalam
kehidupan masyarakat kita, bahwa tidak ada suatu upacara yang paling diagungkan
selain upacara perkawinan.
Perkawinan memerlukan pertimbangan yang matang agar dapat bertahan
dalam jangka waktu yang lama di dalam menjalin hubungan antara suami istri
diperlukan sikap toleransi dan menempatkan diri pada peran yang semestinya. Sikap
saling percaya dan saling menghargai satu sama lain merupakan syarat mutlak untuk
bertahannya sebuah perkawinan. Suami istri harus mau menjalankan hak dan
kewajibannya secara seimbang agar tidak muncul masalah dalam perkawinan.
Perkawinan adalah suatu perbuatan hukum, sehingga konsekuensi bagi
setiap perbuatan hukum yang sah adalah menimbulkan akibat hukum, berupa hak
dan kewajiban bagi kedua belah pihak suami istri atau juga pihak lain dengan siapa
salah satu puhak atau kedua-duanya atau suami istri mengadakan hubungan.
Dengan demikian perkawinan itu merupakan salah satu perbuatan hukum
dalam masyarakat, yaitu peristiwa kemasyarakatan yang oleh hukum diberikan
akibat-akibat. Adanya akibat hukum ini penting sekali hubungannya dengan sahnya
perbuatan hukum itu, sehingga suatu perkawinan yang menurut hukum dianggap
tidak sah umpamanya anak yang lahir di luar pernikahan, maka anak yang dilahirkan
itu akan merupakan anak yang tidak sah.
2.
3.
4.
2.
3.
BAB II
PERMASALAHAN
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam makalah ini bisa
diperoleh hasil yang diinginkan maka kami mengemukakan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah Hukum Perkawinan itu
2. Mengapa hukum penting dalam perkawinan
3. bagaimana hukum perkawinan di indonesia
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Menurut Van Kan Hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang bersifat
memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
B.
C.
pengertian hukum, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum memiliki
beberapa unsur yaitu:
a. Adanya peraturan/ketentuan yang memaksa
b. Berbentuk tertulis maupun tidak tertulis
c. Mengatur kehidupan masyarakat
d. Mempunyai sanksi.
Karena itu pengertian hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh
badan yang berwenang yang berisi perintah ataupun larangan untuk mengatur
tingkah laku manusia guna mencapai keadilan, keseimbangan dan keselarasan
dalam hidup. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kekacauan dan lain
sebagainya dalam hidup.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai
salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh
aturan hukum dalam hukum tertulis (hukum negara) maupun hukum tidak tertulis
(hukum adat).
Hukum negara yang mengatur mengenai masalah perkawinan adalah
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Di lain pihak hukum adat yang mengatur mengenai perkawinan
dari dulu hingga sekarang tidak berubah, yaitu hukum adat yang telah ada sejak
jaman nenek moyang hingga sekarang ini yang merupakan hukum yang tidak tertulis.
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 perkawinan dan tujuannya
adalah sebagai berikut : Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan demikian hukum perkawinan adalah peraturan-peraturan yang
dibuat yang dibuat oleh badan yang berwenang yang berisi perintah ataupun
larangan untuk mengatur perkawinan guna mencapai keadilan, keseimbangan dan
keselarasan dalam perkawinan.
B.
Ayat
1:
"Pencatatan
Perkawinan
perkawinannya menurut
Agama
dari
Islam,
mereka
dilakukan
yang
melangsungkan
2: "Pencatatan
Perkawinan
dari
mereka
yang
melangsungkan
oleh Pegawai
sebagaimana
dimaksud
Pencatat
dalam
berbagai
perundang-undangan
mengenai
pencatatan perkawinan."
Ayat 3: "Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku
bagi tatacara pencatatan perkawinan berdasarkan berbagai peraturan yang
berlaku, tata cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 3 samapai Pasal 9 Peraturan Pemerintah."
Pasal 6; Ayat 1: "Pegawai Pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak
melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah
dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut Undangundang."
Ayat 1: "Selain penelitian terhadap hal sebagai dimaksud dalam ayat (1), Pegawai
Pencatat meneliti pula:
1.Kutipan Akta Kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Dalam hal tidak
ada akta kelahiran atau surat kenal lahir dapat dipergunakan surat keterangan
yang menyatakan umur dan asal-usul calon mempelai yang diberikan oleh
Kepala Desa atau yang setingkat dengan itu; 2. Keterangan mengenai nama,
agama/kepercayaan, pekerjaan,
dan
tempat
tinggal
orang
tua
calon
mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu alasan yang
penting, sehingga mewakilkan kepada orang lain.
Mengapa Perkawinan Harus Dicatat? Nikah yang sah menurut undangundang adalah nikah yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan dicatat
oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Pencatatan ini dilakukan jika ketentuan
dan peraturan sebagaimana Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 telah
dipenuhi. Ada beberapa manfaat pencatatan pernikahan :
1. Mendapat perlindungan hukum. Misalnya terjadi kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), Jika sang istri yang pernikahannya secara siri
mengadu kepada pihak yang
istri yang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang penetapan berlakunya UndangUndang Republik Indonesia Tanggal 21 November 1946 Nomor 22 Tahun 1946
tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk di seluruh daerah luar Jawa dan
Madura.
2.
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
4.
beberapa
hukum
perundang-undangan
tersebut
di
atas
2.
3.
4.
5.
6.
Bab VI tentang Hak dan kewajiban suami isteri terdiri dari pasal 30 s/d 34
7.
Bab VII tentang Harta benda dalam perkawinan terdiri dari pasal 35 s/d 37
8.
Bab VIII tentang Putusnya perkawinan serta akibatnya terdiri dari pasal 38 s/d
41
9.
10. Bab X tentang Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak terdiri dari pasal
45 s/d 49
11. Bab XI tentang Perwalian terdiri dari pasal 50 s/d 54
12. Bab XII tentang Ketentuan - ketentuan lain terdiri dari pasal 55 s/d 63
13. Bab XIII tentang Ketentuan peralihan terdiri dari pasal 64 s/d 65
14. Bab XIV tentang Ketentuan penutup terdiri dari pasal 66 s/d 67
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
11
SARAN
Hukum dalam perkawinan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan
manusia dalam bermasyarakat guna mewujudkan perkawinan yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demi mewujudkan tujuan tersebut
maka sangat penting agar perkawinan dicatat sesuai dengan ketentuan undang
undang yang berlaku. Hukum Perkawinan sesuai dalam undang undang Nomor 1
Tahun 1974 sebaiknya dijalankan dan ditaati dengan baik oleh masyarakat yang
berkepentingan agar segala sesuatunya dalam perkawinan berjalan tertib dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang Perkawinan.
12
13