Anda di halaman 1dari 47

www.islamitucinta.blogspot.

com

PERANG SIFFIN
Taken from: Restatement of History of Islam

Perang Siffin
Untuk mencegah Muawiyah melancarkan peperangan terhadap
kaum Muslimin, Imam Ali menggunakan argumen yang sama yang ia
pernah gunakan ketika membujuk Aisyah, Thalhah, dan Zubayr agar
mereka tidak memerangi kaum Muslimin meskipun mereka tetap saja
ngotot untuk berperang dan akhirnya perang Unta1 terjadi juga.
Sama halnya dengan perang Unta, perang antara Imam Ali dan
Muawiyah ini akhirnya terjadi juga meskipun Imam Ali sudah
membujuk Muawiyah agar tidak berperang. Di mata musuh Imam
Imam Ali, perdamaian itu hanyalah akan menambah masalah
kepada masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh umat Islam.
Mereka hanya melihat sebuah jawaban atau pemecahan dari
masalah itu yaitu melalui peperangan.
Kali ini, Imam Ali dihadapkan dengan seorang musuh yang jauh lebih
licin, cerdik, kejam, jahat dan jauh lebih berbahaya dibandingkan
tiga orang musuhnya yang terdahulu (Aisyah, Thalhah, dan Zubayr).
Malahan apabila dibandingkan Aisyah, Thalhah, dan Zubayr itu tidak
ada apa-apanya dibanding dengan Muawiyah.
Di kota Basrah, kelompok pemberontak yang ada di dalam perang
Unta (perang antara para sahabat Nabi yang dikobarkan oleh
Aisyah) ini terdiri dari kelompok yang memiliki kepentingan yang
berbeda-beda akan tetapi dipersatukan dengan satu kesamaan
yaitu kebencian terhadap Imam Ali. Tujuan atau kepentingan
1

Perang antara keluarga Abu Bakar (Aisyah binti Abu Bakarputeri Abu Bakar, Thalhah bin
Ubaydillahsepupu Abu Bakar, Zubayr bin Awwammenantu Abu Bakar, Abdullah bin Zubayr
cucu Abu Bakar, dll) melawan keluarga Nabi Muhammad (Ali bin Abi Thalibsepupu Nabi, Hasan
dan Husaincucu Nabi, dll). Untung perang dimenangkan oleh keluarga Nabi Muhammad, karena
kalau dimenangkan keluarga Abu Bakar, maka itu akhir dari Islam itu sendiri. Islam akan hilang
sebagai agama para Nabi.

www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
mereka tidak sama dan tidak bisa dipersatukan. Aisyah memerangi
Imam Ali dengan tujuan bahwa ia kelak bisa mengusung
keponakannya yaitu Abdullah bin Zubayr ke tampuk kekuasaan
kekhalifahan. Akan tetapi Thalhah dan Zubayr tidak memiliki tujuan
yang sama dengan Aisyah. Mereka berdua juga menginginkan
tampuk kekhalifahan itu bagi mereka sendiri (meskipun Zubayr
adalah ayah dari Abdullah bin Zubayrkeponakan Aisyah). Itu
menjadikan koalisi yang mereka bangun menjadi rapuh dan tidak
bisa menjadi suatu kekuatan yang satu dan solid seperti yang
diinginkan oleh para pengikutnya.
Kelompok tiga serangkai kota Basrah (Aisyah, Thalhah, Zubayr)
dipusingkan oleh tujuan dan impian mereka yang berbeda-beda
sedangkan Muawiyah tidak sama sekali. Muawiyah mencari
nasehat dari penasehatnya yang sangat licik yaitu Amr bin Aas dan
kawan-kawan. Akan tetapi Muawiyah sendiri yang akhirnya
memutuskan segala sesuatunya.
Imam Ali sendiri sedang berusaha sekuat tenaga untuk
mempersatukan umat Muhammad. Persatuan umat Muhammad
sedang dilanda kekacauan dan ketegangan, dan ia ingin
mempersatukan umat Muhammad itu seperti dulu di bawah
kepemimpinan sepupunya itu. Di sisi lain, musuh Imam Ali sama sekali
tidak peduli. Ia tidak peduli umat Muhammad bertikai dan berselisih.
Ia tidak peduli umat Muhammad kacau balau dan hancur. Tujuan
mereka malah menghancurkan umat Muhammad dan kemudian
menguasai mereka di bawah kaki kekuasaannya.
Pada musim semi tahun 657, Muawiyah meninggalkan kota
Damaskus bersama pasukannya untuk memperluas perang ke
wilayah Irak. Ia melintasi daerah perbatasan dan kemudian ia
berhenti di sebuah desa yang disebut dengan SiffinSiffin terletak di
tepian sungai Efrat. Yang mula-mula ia lakukan pada waktu itu ialah
menguasai mata air untuk kepentingannya sendiri.

www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
Demi mendengar kabar tentang pergerakan tentara Syria
(tentaranya Muawiyah), Imam Ali menunjuk Aqaba Ibn Amr Ansari
sebagai gubernur kota Kufah. Setelah itu Imam Ali memanggil
Abdullah Ibn Abbas dari kota Basrah untuk menemaninya. Kemudian
mereka meninggalkan kota Kufah bersama pasukannya ke desa Siffin
pada bulan April 657. Sebanyak 70 orang veteran perang Badar
dan sebanyak 250 orang sahabat Nabi yang pernah berbaiat di
bawah pohon merangsek maju di bawah panji Imam Ali. Mereka
berjalan di tepian sungai Efrat menuju desa Siffin. (LIHAT: Mustadrak,
vol 3).
Setibanya di desa Siffin, pasukan Imam Ali melihat jalan ke sumber air
sudah dijaga dengan ketat sekali oleh pasukan Syria. Imam Ali
mengirimkan Sasa ibn Sauhansalah seorang sahabat Nabiuntuk
menemui Muawiyah. Imam Ali memohon kepada Muawiyah agar
menarik kembali pasukan yang menjaga sumber air agar setiap
orang bisa memanfaatkan sumber air itu untuk kebutuhan mereka
masing-masing. Muawiyah tentu saja tidak mau mentaati
permintaan Imam Ali. Akhirnya Imam Ali memerintahkan pasukannya
agar merebut sumber air itu dari pasukan Muawiyah. Pasukannya
bergerak dan menyerang pasuka Syria dan akhirnya berhasil
merebut sumber air itu dari mereka. Segera setelah itu terjadi
kepanikan luar biasa di markas pasukan Muawiyah, Muawiyah
membayangkan bahwa kematian sudah menunggu mereka karena
mereka kemungkinan besar akan kekurangan air dan itu artinya
mereka akan kehausan. Akan tetapi Amr bin Aas mencoba
meyakinkan Muawiyah bahwa Imam Ali tidak mungkin berbuat jahat
dan Imam Ali pastinya tidak akan menghalangi orang yang hendak
mengambil air dari sumber air itu.2

Agama Ali adalah agama para Nabi. Agama para Nabi ialah agama rahmatan lil alaminrahmat
bagi seluruh alam semesta dari dulu kala hingga sepanjang masa. Rahmat Allah turun atas dasar
cinta. Agama Ali ialah agama Cinta. Tak mungkin agama Cinta berbuat aniaya. Tak mungkin agama
CInta merugikan sesama.

www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
Pasukan Syria tidak memiliki jalan untuk menuju sumber air. Para
jenderal pasukan Imam Ali berpendapat bahwa mereka harus
membalas apa yang sudah dilakukan oleh Muawiyahyaitu
menghalangi orang-orang yang hendak mengambil air. Para
jenderal itu bisa saja membiarkan pasukan Syria itu mati kehausan
dan itu mudah saja mereka lakukan. Akan tetapi Imam Ali menolak
melakukan itu. Imam Ali menolak melakukan perbuatan yang pernah
mereka kutuk karena itu perbuatan yang buruk. Imam Ali tidak mau
pasukannya meniru perbuatan terkutuk yang pernah dilakukan oleh
pasukan terkutuk, pasukannya Muawiyah. Imam Ali malah
mengumumkan ke khalayak umum:
Sungai itu milik Allah. Tidak boleh ada pelarangan untuk
mengambil air kepada siapapun. Siapapun yang hendak
mengambil air daripadanya, maka ia boleh mengambilnya.
Pertempuran kecil-kecilan mulai terjadi di bulan Dzulhijjah3 tahun 36H
atau kira-kira di bulan Mei tahun 657 Masehi. Pertempuran itu mulai
merebak secara sporadis selama beberapa minggu kemudian.
Ketika bulan Muharram4 datang, diadakan gencatan senjata selama
satu bulan. Selama masa gencatan senjata ini, Imam Ali mencoba
kembali untuk mengusahakan perdamaian lewat perundinganperundingan. Imam Ali ingin pertempuran tidak lagi terjadi diantara
sesama kaum Muslimin. Akan tetapi usaha Imam Ali ini ternyata sia-sia
saja karena musuhnyaMuawiyah (yang juga musuh Islam, musuh
umat manusia)sekali lagi, tidak menganggap perdamaian itu
sebagai pemecah masalah umat. Ia melihat perdamaian umat Islam
itu hanya akan menghalangi cita-citanya saja.
Imam Ali sebenarnya sudah melewati banyak sekali ujian berat. Ia
pernah ditipu, dijahati, dikhianati, melewati banyak tragedi dan
pengalaman pahit lainnya, akan tetapi ia tetap saja percaya bahwa
3

Bulan Dzulhijjah ialah bulan terakhir di dalam penanggalan kalender hijriyyah.

Bulan Muharram ialah bulan permulaan dalam penanggalan kalender hijriyyah.

www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
perdamaian itu adalah hal yang terbaik dan ia berusaha sekuat
tenaga untuk mencapainya.
Ketika bulan Muharram berlalu dan bulan Safar menjelang, Imam Ali
mengirimkan lagi seorang utusan yang bernama Merthid ibn Harits
untuk menyampaikan sebuah pesan kepada orang-orang Syria. Ia
berdiri di depan pasukan Syria dan membacakan pesan yang
diamanatkan oleh Imam Ali. Pesan itu dibacakannya secara lantang:
Wahai orang-orang Syria! Alisang Amirulmukminin
memberitahukan kepada kalian bahwa ia telah memberikan
kalian kesempatan untuk melihat fakta kebenaran dan
mencukupi diri kalian dengan fakta-fakta itu. Ia telah
mengajak kalian untuk mengikuti Kitabullah akan tetapi kalian
tetap tidak menghiraukannya. Sekarang tidak ada lagi yang
bisa disampaikan kepada kalian. Tidak ada lagi keraguan
bahwa Allah itu tidak akan ridha kepada siapa saja yang
menyangkal kebenaran.
(LIHAT: Tabari, Tarikh, Vol. IV, halaman 6)
Ketika dua pasukan berhadapan satu sama lainnya, Imam Ali
mengeluarkan sebuah perintah kepada pasukannya sama seperti
yang ia lakukan ketika pasukan mereka berperang di Perang Basrah
(atau lebih dikenal dengan Perang Unta: download link: PERANG
UNTA: HUBUNGAN ANTARA PERANG UNTA DAN PENCIPTAAN TOKOH
ABDULLAH IBN SABA (2 buku untuk di download gratis)). Imam Ali
mengumumkan:
Wahai kaum Muslimin! Tunggulah sampai musuh kalian itu
bersikap kejam terhadap kalian dan menyerang kalian secara
terbuka.
Kalau
mereka
menyerang
kalian,
maka
pertahankanlah diri kalian. Apabila ada musuh yang hendak
melarikan diri dari peperangan untuk menyelamatkan
nyawanya sendiri, maka biarkanlah ia lari dan kabur. Apabila
seandainya Allah memberikan kalian kemenangan, maka
www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
janganlah kalian jarah tenda-tenda musuh kalian; janganlah
kalian cincang tubuh mereka; janganlah kalian merampas
baju perang mereka dan senjata mereka; dan jangan pula
kalian mencemarkan kehormatan para wanita mereka. Namun
di atas itu semua, tetaplah ingat kepada Allah di segala
kesempatan.
Imam Ali mengerahkan kembali kekuatan pasukannya. Ia
memberikan komando untuk pasukan sayap kanannya kepada
Abdullah ibn Abbas; sementara untuk komando sayap kanannya
diberikan kepada Malik ibn Asytar. Imam Ali sendiri memberikan
komando di tengah-tengah pasukan inti. Bersama Imam Ali, ikut serta
para sahabat senior MuhammadRasulullah. Diantara mereka ada
Ammar bin Yassir. Ketika pasukan Syria mulai melakukan serangan, Ali
memberikan isyarat kepada pasukannya untuk membalas serangan
mereka.

PERANG SIFFIN DIMULAI .


Ammar bin Yassir sudah berusia lanjut pada waktu itu. Ia berusia 70
tahun. Akan tetapi karena dadanya dipenuhi rasa cinta kepada
Sayyidina Muhammad ar-Rasulullah, maka ia berperang dengan
sangat bersemangat seolah-olah ia masih sangat muda. Untuk
memberikan efek dramatis dari Perang Sifin itu, Imam Ali membawa
senjata-senjata yang pernah digunakannya puluhan tahun yang lalu
dimana ia masih bersama-sama dengan Muhammad al-Mustafa
berperang melawan kaum Musyrikin Mekah di Badar.
Musuh yang dihadapi oleh Ammar di Siffin adalah orang-orang yang
secara notabene adalah kaum Muslimin (meskipun prilaku mereka
sama sekali tidak mencerminkan itu semua) akan tetapi Ammar
sama sekali tidak tertipu dengan itu. Ammar sanggup melihat apa
yang ada di balik topeng ke-Muslim-an mereka yang hanya purapura saja. Ammar juga merasa sedikit geli melihat musuh-musuh
www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
lamanya sekarang ada lagi dan berhadapan lagi dengan dirinya di
perang Siffin ini. Bagi Ammar Perang Siffin ini mirip-mirip dengan
Perang Badar. Sekali lagi, Ammar berperang dan sekali lagi ia masih
berada di pihak Muhammad dan keluarganya yang disucikan. Sekali
lagi ia berada di samping Imam Ali, saudara dan penerus
kepemimpinan Nabi untuk bersama-sama mempertahankan Islam
yang asli yang sekarang sedang mendapatkan cobaan yang sangat
dasyhat sekali. Setiap kali Ammar mengayunkan pedangnya untuk
menyerang
orang-orang
Syria,
Ammar
tak
henti-hentinya
mengucapkan:
Kami berperang melawan kalian hari ini atas penafsiran
Quran yang berbeda diantara kita, sama seperti yang terjadi
di masa Nabi kita. Kami berperang dengan kalian karena kami
hendak mempertahankan risalah Illahi.
Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad-nya, dan Hakim
dalam kitab al-Mustadrak-nya menuliskan hadits riwayat dari Abu
Said al-Khudrisalah seorang sahabat Rasulullah yang dilaporkan
pernah berkata kepada Imam Ali sebagai berikut:
Wahai Ali! Sementara aku akan bertempur melawan para
penyembah berhala atas turunnya wahyu Al-Quran, engkau
akan bertempur melawan orang-orang sesat atas penafsiran
Al-Quran
Ammar berhenti sejenak untuk kemudian ia kembali memberi
semangat kepada para sahabatnya dengan mengucapkan:
Sahabat-sahabatku! Seranglah musuh-musuhmu itu! Tidak ada
waktu untuk berleha-leha bermalas-malasan. Pintu-pintu surga
telah terbuka lebar pada hari ini dan menunggu kalian untuk
memasukinya. Tapi untuk memasukinya, kalian harus
menantang pedang dan tombak musuh-musuh Allah dan
RasulNya yang terhunus kearah kalian. Seranglah mereka.
Hancurkan pedang-pedang mereka, tombak-tombak mereka.
www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
Remukkanlah tengkorak-tengkorak mereka dan kalian akan
memasuki pintu-pintu kebahagiaan dan pintu keabadian dan
di sana kalian akan bertemu dengan menjadi sahabat
Muhammad, kekasih Allah.
Ammar sendiri memimpin serangan itu (sekali lagi, meskipun usianya
sudah uzur, yaitu 70 tahun). Ia merangsek masuk ke tengah-tengah
pasukan musuh hingga ia masuk jauh lebih dalam lagi diantara
barisan orang-orang Syria. Di tengah-tengah perang yang
berkecamuk itu, ia merasa sangat kehausan dan kepanasan. Ia
kembali lagi ke barisannya untuk mencari air minum agar bisa
menghilangkan rasa hausnya itu. Ia mencari ke sana kemari untuk
meminta bantuan orang agar membawakannya air minum. Akan
tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka sendiri tidak
membawa persediaan air minum. Sampai ada satu orang yang
membawakannya air susu dan kemudian diberikannya kepadanya
satu cangkir susu.
Ketika Ammar melihat secangkir susu itu dibawakannya kepadanya,
ia merasakan tubuhnya gemetar karena rasa senangnya. Bibirnya
menyunggingkan sebuah senyuman dan ia berseru: Allahu Akbar!
Rasulullah tidak pernah berkata kecuali mengatakan yang benar.
Orang-orang yang ada di sekelilingnya bertanya kepadanya
mengapa ia berkata seperti itu. Ammar berkata;
Rasulullah pernah berkata kepadaku bahwa minuman terakhir
yang akan aku minum di dunia ini ialah susu. Sekarang aku
tahu kapan waktunya aku bisa bertemu lagi dengan orang
yang aku cintai itu. Waktunya telah tiba. Aku sudah
menunggu-nunggu waktu ini begitu lamanya hingga aku tidak
sabar lagi. Sekaranglah waktu itu akhirnya tiba kepadaku.
Alhamdulillah.
Ammar ibn Yasir tercekam oleh perasaan cintanya yang meluap
terhadap Allah dan RasulNya. Dengan segenap rasa cinta dan
kerinduan untuk bertemu dengan kekasihnyaMuhammadia
www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
meminum air susu itu dan kemudian ia naik lagi ke atas kudanya dan
menyeruak lagi ke tengah-tengah pasukan musuh. Tiba-tiba ia
melihat Amr bin Aas di tengah-tengah pasukan itu dan ia berteriak
kepadanya:
Laknat semoga tercurah kepadamu, wahai begundal
Muawiyah! Apakah engkau telah lupa ramalan Rasulullah
bahwa pada suatu ketika ia bersabda bahwa sekelompok
orang jahat akan membunuhku? Camkanlah dan lihatlah
sekali lagi kearahku. Apakah engkau telah lupa kepadaku?
Aku ini Ammar, Ammar bin Yasir, saudara dari Muhammad alMustafa.
Amr bin Aas tentu saja tidak lupa. Ia juga sudah menimbangnimbang segala kemungkinan dan ia tetap memutuskan untuk lebih
memilih Mesir. Akan tetapi ia tetap membisu karena kalau ia
berbicara maka itu akan berarti bahwa ia mengakui kesalahannya
sendiri. Tidak peduli apapun yang ia katakan, tetap saja itu artinya ia
menyerahkan dirinya sendiri.
Ammar bin Yasir sedang berjalan di muka bumi ini untuk yang terakhir
kalinya. Segera ia akan menemui kekasihnyaMuhammad arRasulullahdi surga, dimana ia juga akan bertemu dengan para
sahabat lainnya yang sudah mendahuluinya. Muhammad
kekasihnya akan menunggu di sana. Ia akan menyapanya;
menjabat tangannya dan membersihkan tubuhnya, rambut
keritingnya, dan pakaiannya dari debu-debu gurun Siffin seperti dulu
Rasulullah juga membersihkan rambut keriting Ammar dan wajah
Ammar yang bercahaya dari debu Madinah ketika ia tergeletak di
dalam sebuah parit.
Dengan mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri, Ammar
merangsek maju. Ia sepertinya tidak peduli lagi dengan bahaya
yang sedang mengancam dirinya. Kepala dan wajahnya sudah
tertutup oleh darahnya sendiri. Debu juga sudah menyelimuti kepala
dan wajahnya itu, sehingga ia hampir-hampir tidak dikenali oleh
www.islamitucinta.blogspot.com

PERANG SIFFIN
orang-orang.
Pada saat itulah, seorang prajurit dari Syria,
membidikkan sebuah tombak pada dirinya. Kemudian ia
melontarkan tombak itu dan tepat mengenai jantung Ammar bin
Yasir. Ammar terlempar dari kudanya. Ketika ia terjatuh dari kudanya
itulah, Ammar sedang mengenakan mahkota kesyahidan di
kepalanya. Dan dengan mahkota kesyahidan yang berkilauan itu
Ammar bin Yasir memasuki pintu keabadian di surga. Ia dibimbing
oleh sahabat-sahabatnya yang telah terlebih dahulu mendahuluinya
di sana. Ia dibimbing untuk segera berjumpa dengan Allah dan
RasulNya.
Dua orang prajurit bayaran dari Syria segera menemui Muawiyah.
Mereka satu sama lain saling mengaku bahwa dirinyalah yang telah
melemparkan sebuah tombak yang mengenai Ammar bin Yasir.
Mereka berdua begitu bersemangat untuk mendapatkan hadiah
dari Muawiyah atas jasa mereka karena telah membunuh Ammar
bin Yasir. Amr bin Aas ada bersama Muawiyah pada waktu itu dan
ia berkata kepada mereka berdua: Mengapa kalian berdua begitu
bersemangat untuk terjun ke dalam api neraka?
Dua orang sejarawan dan sekaligus ahli hadits telah mencatat
sebuah hadits berupa ramalan Rasulullah bahwa Ammar bin Yasir
akan dibunuh oleh orang-orang sesat.

Catatan Sir John Glubb


Sir John Glubb mencatat:
Ketika orang-orang Muslim pertama di kota Madinah
terancam oleh orang-orang Quraysyang akhirnya berhasil
diusir dengan menggali sebuah parit (dalam Perang
Khandaq)Ammar bin Yasir sudah berlumuran debu dan
tanah. Rasulullah sendiri melihat hal itu dan ia datang
memberikan bantuan kepada Ammar. Ia menyeka tanah dan
debu yang menyelimuti tubuh Ammar dan pakaiannya. Sifat
www.islamitucinta.blogspot.com

10

PERANG SIFFIN
lembut penuh kasih sayang seperti orang tua kepada anaknya
menyebabkan para pengikutnya sangat setia mengikutinya. Ia
berkata, Kasihan sekali engkau, ya Ammar! Orang-orang yang
dzalim dan tiran akan membunuhmu. Tampaknya pada
waktu itu pernyataan Muhammad itu hanya dianggap
candaan saja mengingat para sahabatnya terlalu setia dan
patuh pada Nabi. Akan tetapi pernyataan itu sekarang diingat
orang-orang sebagai ramalan. Pada hari kedua di Perang
Siffin, Ammar dibunuh karena ia membela Ali dan ia pada
waktu itu dilaporkan berteriak-teriak, Wahai surga! Betapa
dekatnya dirimu dengan diriku. Teriakan itu begitu
berpengaruh kepada kedua belah pihak yang bertempur di
medan perang karena itu mengingatkan mereka kepada
perkataan Rasulullah tentang kematian Ammar. Pasukan Imam
Ali menjadi sangat bersemangat dalam melakukan
perlawanan terhadap pasukan Muawiyah. Itu disebabkan
oleh ramalan Rasulullah bahwa orang-orang yang akan
membunuh Ammar itu adalah orang-orang sesat.5
(LIHAT: The Great Arab Conquests, London, hal. 326, thn. 1963)
Sir John Glubb sendiri sebenarnya sudah melakukan kesalahan
dengan mengatakan bahwa Rasulullah bercanda karena
Rasulullah jelas-jelas tidak bercanda pada waktu itu. Tidak ada
alasan untuk bercanda bagi beliau pada waktu itu. Rasulullah benarbenar serius ketika ia mengabarkan bahwa Ammar itu akan dibunuh
oleh orang-orang sesat.
Kematian Ammar memberikan pengaruh yang sangat mendalam
baik kepada kawan maupun lawan dan itu sekaligus memberikan
sebuah pandangan pada kedua belah pihak. Pasukan Irak
(pasukannya Imam Ali) sekarang mendapatkan semangat baru
5

Berarti pasukan Imam Ali berada di dalam kebenaran dan mereka sedang memerangi kesesatan
(pen.)

www.islamitucinta.blogspot.com

11

PERANG SIFFIN
karena mereka merasa lebih yakin lagi karena mereka sekarang
bergabung dengan pasukan yang beserta kebenaran6. Pada waktu
yang bersamaan, pasukan Syria berkecamuk dalam kebimbangan.
Beberapa dari mereka berhenti dan tidak melanjutkan peperangan,
diantara mereka yang berhenti berperang adalah Amr bin Aas
sendiri. Puteranya yang bernama Abdullah berkata kepadanya:
Pada hari ini kita telah membunuh seseorang yang wajahnya
pernah dibersihkan oleh Rasulullah dari debu-debu yang
melekat. Dan ia telah diberitahu olehnya bahwa ia akan
dibunuh oleh sekelompok orang jahat.
Amr bin Aas menyebutkan hadits Rasulullah tersebut kepada
Muawiyah seraya berkata:
Sekarang jelaslah sudah bahwa kitalah orang-orang yang
bersalah itu.
Muawiyah memerintahkan Amr bin Aas untuk diam dan tidak
berkata lagi tentang hal itu karena takut hadits itu didengar orangorang. Dan ia memerintahkan agar dikabarkan bahwa Ammar itu
sebenarnya dibunuh oleh Imam Ali karena Imam Ali-lah yang sudah
membawa Ammar ke medan perang itu.
Salah seorang sahabat Nabi yang ikut bersama dengan pasukan
Muawiyah
dengan
hati-hati
mengomentari
pandangan
(Muawiyah) yang mengatakan bahwa apabila Imam Ali disalahkan
sebagai pembunuh Ammar hanya karena dialah yang telah
membawa ke medan perang bersamanya, maka itu sama saja
dengan mengatakan bahwa Muhammad-lah yang telah membunuh
Hamzah karena Muhammad-lah yang telah membawa Hamzah ke
medan perang bersamanya (di Perang Uhudpen).

(pasukannya Imam Alipen)

www.islamitucinta.blogspot.com

12

PERANG SIFFIN
Ketika Imam Ali mendengar bahwa Ammar terbunuh di dalam
peperangan, maka ia kemudian membacakan sebuah ayat suci AlQuran (QS. Al-Baqarah: 156) sebagai berikut:


Dari Allah kita berasal dan kepadaNya-lah kita kembali
Kematian Ammar begitu mengguncang Imam Ali. Keduanya sudah
menjalin ikatan persahabatan sejak peristiwa dimana Ammar dan
kedua orang tuanya7 disiksa oleh kaum Qurays karena mereka
sekeluarga sudah memeluk Islam. Pada waktu itu Muhammad arRasulullah mencoba menghibur mereka. Sekarang Rasulullah sendiri
sudah lama meninggal dunia dan tidak bisa lagi menghibur mereka.
sekarang ditambah lagi dengan Ammar yang sudah meninggalkan
dunia ini meninggalkan Imam Ali sendirian. Imam Ali diliputi
kesedihan yang mendalam dan ia merasakan kesepian yang amat
mencekik.
Imam Ali dan para sahabatnya menshalati jenazah Ammar bin
Yasirkekasih Allah, sahabatnya Muhammad dan seorang syuhada
di Siffin. Setelah itu Ammar dikebumikan.
Seperti kedua temannyayaitu Rasulullah Muhammad dan Imam
AliAmmar juga sudah bertempur dengan orang-orang Qurays
selama sepanjang hidupnya. Dulu orang-orang Qurays pernah
membunuh kedua orang tuanya dan sekarang mereka
membunuhnya.
Tiga orang anggota keluarga Yasir telah mendapatkan mahkota
kesyahidannya masing-masing.
Ketika Imam Ali bersedih atas meninggalnya Ammar, Muawiyah
sedang bersukan cita atas kematiannya itu. Muawiyah seringkali
berkata bahwa Ammar itu adalah salah satu tangan dari dua
7

Yasir dan Sumayah

www.islamitucinta.blogspot.com

13

PERANG SIFFIN
tangan Imam Ali (tangan lainnya ialah Malik ibn Asytar). Dan
Muawiyah
sekarang
sedang
menyombong-nyombongkan
keberhasilannya dalam menebas salah satu tangan Imam Ali itu.
Ketika perang kembali diteruskan, dua orang putera Hudzaifah ibn alYaman yaitu: Said dan Safwa. Keduanya syahid terbunuh oleh
pasukan Syria. Doa ayah mereka (Hudzaifah ibn al-Yamani) terkabul
sudah dimana di dalam doanya ia mendoakan kedua anaknya itu
syahid karena bertempur di pihak Imam Ali.
Beberapa hari sudah berlalu dan mereka masih berada dalam
kesulitan ekonomi dan serba kekuarangan karena peperangan masih
berkecamuk. Di dalam beberapa peperangan kecil ini, Imam Ali
kembali menderita kehilangan yang besar. Dua orang sahabat Nabi
yang setia sudah terbunuh lagi dalam peperangan itu. Salah satu
dari mereka bernama Khuzaima ibn Tsabit Ansari (ia adalah seorang
sahabat yang kesaksiannya sebanding dengan kesaksian dua orang
laki-laki). Sahabat Nabi yang lainnya ialah Oways al-Qarni. Oways alQarni sendiri sudah tiba di tempat peperangan itu dan ia datang dari
daerah Yaman dan ia bertemu dengan Ali untuk pertama kalinya di
malam hari ketika Perang Basrah (Perang Unta) sedang berkecamuk.
Kerinduan Khuzaimah dan Oways al-Qarni untuk mendapatkan
kesyahidan di dalam Islam. Mereka akhirnya mendapatkan
kesyahidan itu di dalam Perang Siffin.
Kematian Khuzaimah dan Oways al-Qarni itu sangat menyakitkan
bagi Imam Ali sehingga ia mengirimkan sebuah surat kepada
Muawiyah agar ia keluar dan mau berduel satu lawan satu dan oleh
karena itu bisa menyelamatkan ribuan kaum Muslimin yang
berguguran di kedua belah pihak. Muawiyah tentu saja tidak mau
menanggapi ajakan itu. Tampaknya Muawiyah hanya memiliki
keculasan dan kelicikan politis saja dan ia sama sekali tidak memiliki
keberanian atau sifat ksatria di dalam dirinya.
Korban berjatuhan banyak sekali di kedua belah pihak akan tetapi
hasil dari peperangan itu belum tampak juga. Imam Ali melihat hal ini
www.islamitucinta.blogspot.com

14

PERANG SIFFIN
berdampak buruk bagi mental dan moral pasukannya dan oleh
karena itu ia memutuskan untuk mengatasi masalah itu. Pada suatu
malam ia memanggil Abdullah ibn Abbas yang merupakan
penasihat utamanya. Ia juga memanggil Malik Ibn Asytar yang
menjadi kepala pasukannya untuk mencari sebuah solusi yang bisa
mengatasi masalah itu. Mereka bersama berusaha untuk membuat
sebuah strategi yang baru untuk membawakan kemenangan
kepada pasukannya.
Pada hari berikutnya, Imam Ali dan Malik al-Asytar berencana akan
menyerang musuh secara terus menerus. Satu serangan akan
diarahkan dari sebelah kanan dan serangan lainnya di sebelah kiri
pasukan musuh. Mereka akan menyerang dengan koordinasi yang
rapi dan tingkat ketepatan yang tinggi. Kedua pasukan (yang dari
kanan dan dari kiri) akan menyerang dengan arah menggunting
musuh dan kemudian bertemu di tengah-tengah. Malik bin Asytar
akan memimpin serangan dan memukul musuh untuk menyerah dan
takluk.
Setelah menunaikan shalat malam, Imam Ali berpidato di depan
para prajuritnya sebagai berikut:
Wahai kaum Muslimin! Esok hari kalian akan bertempur dalam
pertempuran yang paling menentukan. Oleh karena itu,
habiskanlah malam ini dengan ibadah-ibadah kepada Allah
sang maha-pencipta. Carilah ampunanNya, dan berdoalah
kepadaNya agar diberikan ketabahan dan kemenangan. Dan
esok hari buktikanlah kepada setiap orang bahwa kalian itu
para sahabat keadilan dan kebenaran.
(LIHAT: Kamil ibn Athir, Tarikh, vol. III, halaman 151)

PERANG LAYLATUL HARIR

www.islamitucinta.blogspot.com

15

PERANG SIFFIN
Pada keesokan harinya, Imam Ali dan Malik al-Asytar menaiki
kudanya dan memacu kudanya di depan pasukan Syria seraya
melihat penempatan pasukannya. Mereka sudah melakukan
perubahan kecil di sana-sini semuanya siap-siap untuk berperang
dan setelah ada tanda dari Imam Ali, Malik al-Asytar mulai
melancarkan serangan di sebelah sayap kanan pasukan musuh.
Pasukan Syria memiliki jumlah pasukan dan perlengkapan senjata
yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan pasukan Malik alAsytar; dan para jenderal pasukannya mencoba sekuat tenaga
untuk menggunakan keunggulan ini. Ketika Malik al-Asytar
menyerang, mereka juga membalas dengan sengitnya.
Malik al-Asytar bertempur habis-habisan sepanjang hari. Biasanya,
kedua belah pihak akan berhenti bertarung ketika matahari
terbenam, dan kemudian kembali ke tenda-tenda mereka untuk
mendirikan shalat dan untuk beristirahat akan tetapi hari itu Malik alAsytar menolak untuk kembali ke tendanya. Ia juga tidak
membiarkan pasukan Syria kembali ke tenda-tenda mereka. Malik alAsytar memaksa mereka bertahan di medan perang.
Setelah beristirahat sejenak untuk melakukan shalat, Malik al-Asytar
kemudian kembali melancarkan serangannya kearah pasukan Syria.
Serangan kali ini begitu hebatnya sehingga pasukan Syria terpukul
mundur dan lari kocar-kacir seperti biri-biri di padang rumput. Setelah
shalat malam, Imam Ali juga kembali ke medan perang, dan mulai
menyerang sayap kanan pasukan Syria. Pasukan Syria diserang dari
dua sayap digempur habis-habisan. Pasukan Imam Ali dan pasukan
Malik al-Asytar membunuhi banyak sekali prajurit Syria. Pasukan Syria
dicekam ketakutan. Barisan pasukan mereka mulai goyah dan tidak
lagi bisa memberikan perlawanan sengit. Raungan, jeritan, tangisan
dari pasukan Syria yang terluka dan yang sedang sekarat terdengar
di sana-sini. Dentingan senjata yang beradu nyaring sekali
terdengarbesi beradu besi. Pedang Malik al-Asytar yang bermata

www.islamitucinta.blogspot.com

16

PERANG SIFFIN
dua terayun-ayun membelah pasukan Syria. Teriakan Allahu Akbar,
memenuhi angkasa di tengah-tengah gurun pasir yang luas.
Malik al-Asytar itu sangat berani dan tidak mengenal rasa takut
sedikitpun. Di mata musuh-musuhnya, ia tampak perkasa dan sangat
cerdas. Ia mirip mesin perang yang tangguh yang sengaja dibuat
oleh sang maha-pengatur dan maha-pemelihara. Kemanapun ia
memacu kudanya, kemenangan selalu bersamanya.
Dalam pertempuran yang sangat berdarah-darah ini, Khalifah yang
hakImam Ali bin Abi Thalibmemperlihatkan karakter yang kuat. Ia
penuh dengan rasa kemanusiaan yang tinggi di satu sisi, tapi juga
keberanian yang tiada banding di sisi yang lain. Pasukannya sangat
disiplin; mereka menunggu dulu serangan musuh yang pertama dan
sama sekali tidak tergerak untuk melakukan serangan lebih dulu.
Ketika mereka menyerang dan musuh menyerah satu per satu;
musuhnya sama sekali tidak dianiaya. Tubuh-tubuh jenazah pasukan
musuhpun dihormati; tidak ada yang dimutilasi, tidak ada yang
diperlakukan secara keji.
Kehormatan kaum wanita dan tahanan lainnya dijunjung tinggi dan
diperlakukan secara mulia tanpa ada yang disakiti, tanpa ada yang
dicemarkan sama sekali. Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat pemaaf
dan malah ia memberikan kesempatan bagi pasukannya hanya
untuk menaklukan musuh dalam satu kali peperangan saja agar
banyak nyawa kaum Muslimin yang terselamatkan. Sedangkan
musuh-musuhnya menganggap bahwa nyawa yang melayang di
dalam pertempuran itu sebagai sesuatu yang wajar dan tidak bisa
dielakan walaupun nyali mereka sudah ciut mengkerut. Barisanbarisan pasukan Syria hancur porak poranda dengan serangan
seorang pahlawan yang mengendarai seekor kuda belang. Barisan
itu terbelah dengan kekuatan dasyhatnya diiringi sabetan pedang
bermata duanya. Setiap kali ayunan pedangnya kearah kaum
pemberontak itu, setiap kali itu pula ia berteriak Allahu Akbar. Di
tengah hiruk pikuk pertempuran malam itu, ia kurang lebih berteriak
www.islamitucinta.blogspot.com

17

PERANG SIFFIN
Allahu Akbar sebanyak 400 kali dengan teriakan yang sama
kuatnya, sama membahananya; bergaung di bukit-bukit yang ada di
padang pasir itu (LIHAT: The Decline and Fall of the Roman Empire
Edward Gibbon).
Pahlawan yang menyeruak ke tengah-tengah pasukan Syria itu
adalah Malik al-Asytar. Baru setelah ia membunuh begitu banyak
orangpasukan pemberontak dari SyriaMalik al-Asytar mulai
kehilangan selera untuk membunuh lebih banyak lagi anggota
pasukan musuh. Ia sekarang mulai mencari-cari komandan pasukan
yang menggerakan pasukan itu.
Di dalam Perang Basrah atau Perang Unta atau Perang Jamal seperti
yang dikenal di dalam sejarah, Malik al-Asytar menyudahi
peperangan dengan membunuh unta yang dikendarai oleh Aisyah.
Pertempuran berakhir ketika komandan pasukannya ditaklukan dari
punggung unta. Sekarang Malik al-Asytar memiliki niat yang sama. Ia
hendak membunuh atau menangkap Muawiyah sebagai otak dari
pemberontakan terhadap Khalifah yang hakImam Ali bin Abi
Thalib. Dengan itu, ia hendak mengakhiri perang yang dasyhat ini
untuk menyelamatkan korban yang jauh lebih banyak lagi. Dengan
naluri seorang pemburu, ia mulai mencari mangsanya itu.
Malik al-Asytar memacu kudanya memecah genangan darah dan
gelimpangan tubuh-tubuh tak bernyawa dari para prajurit Syria yang
tidak bisa ia hindari karena banyak sekali jumlahnya bertebaran di
sana-sini. Siapapun yang menghalangi dirinya di jalan, maka
nasibnya sudah jelas. Ia akan ditebas impas tuntas.
Muawiyah sekarang bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri
bahwa bahaya yang sangat potensial sedang mendekat kearah
dirinya. Yang sangat ia takuti yang sekarang sedang mendekat
sebenarnya bukan Malik al-Asytaranak buah dari Imam Ali
melainkan malaikat maut yang siap menjemput. Tanah yang keras
yang dipijaknya terasa seolah-olah menjadi lembek dan menjadi
pasir hisap yang siap-siap menenggelamkannya. Para begundal
www.islamitucinta.blogspot.com

18

PERANG SIFFIN
yang
disewanyayang
sudah
dipilihnya
sendiri
dengan
memperhatikan keberaniannya, kekuatannya, dan pengabdiannya
kepada dirinya maupun keluarganyaterlihat sangat rapuh dan
lembek ketika berhadapan dengan Malik al-Asytar. Mereka semua
tidak bisa mencegah dan menghambat laju Malik al-Asytar yang
sedang mendekati mangsanya itu. Satu-satunya yang bisa mereka
lakukan ialah mempersiapkan seekor kuda segar yang dipersiapkan
untuk Muawiyah kabur dari tempat peperangan itu.
Kabur dalam kegelapan malam yang secara sempurna berhasil
menyembunyikannya.
Di tengah kekalutan dan kegalauan yang mencekam itu, Muawiyah
menemui Amr bin Aas. Ia berkata:
Apakah masih ada harapan bagi kita untuk menyelamatkan
nyawa kita? Apakah tempat gersang yang menyeramkan ini
ditakdirkan menjadi kuburan kita? Apakah engkau masih
menginginkan Mesir?8 Kalau engkau masih menginginkan
Mesir, maka pikirkanlah sebuah tipu muslihat untuk menjebak
Malik atau orang lain agar mereka bisa dibunuh dalam
beberapa saat.
Naluri Amr bin Aas untuk bertahan hidup itu sangat tinggi. Ia bisa tibatiba muncul idenya hampir di dalam setiap kesempatan ketika ia
terdesak. Dan pada saat itu, ia memang sudah siap-siap dengan
sebuah tipu muslihat. Tipu muslihat Amr bin Aas itu direncanakan
bukan saja untuk melawan si penyerang akan tetapi juga untuk
merebut kemenangan dari si penyerang tersebut!
Perang yang diikuti Malik al-Asytar pada malam itu dikenal di dalam
sejarah sebagai Perang Laylatul Harir. Perang itu adalah puncak
peperangan di padang Siffin yang terletak di tepian sungai Efrat.

Apakah engkau masih berhasrat untuk menjadi pemimpin di Mesir?

www.islamitucinta.blogspot.com

19

PERANG SIFFIN
Perang itu juga merupakan puncak karir politik dan militer bagi Imam
Ali dan Malik al-Asytar seperti yang akan kita lihat sebentar lagi.
Semenjak Imam Ali meminta baiat kesetiaan dari Muawiyah (karena
Ali sudah ditunjuk umat sebagai khalifah yang hak), semenjak itu pula
Muawiyah membuka perang psikologis terhadap Imam Ali. Salah
satu senjata Muawiyah yang paling jitu dalam perang psikologis itu
adalah
emas.9
Ibunya
Muawiyahyaitu
Hindunseringkali
menggunakan jebakan seks sebagai senjatanya ketika ia ikut
berperang di dalam Perang Uhud. Dengan menggunakan rayuan
emas, Muawiyah berhasil untuk merayu para pejabat senior dalam
barisan pasukan Irak (pasukannya Imam Ali). Mereka bahkan
bersedia untuk berperang bersama pasukan Muawiyahdan di
pihak Muawiyahuntuk memerangi Imam Ali. Muawiyah bukan
saja menjanjikan mereka dengan emas dan perak akan tetapi juga
menjanjikan kedudukan bagi mereka sebagai gubernur di berbagai
macam provinsi dan atau menjanjikan mereka kedudukan di dalam
pasukan Muawiyah sebagai para komandan senior. Dan itu semua
bisa mereka raih secara mudah kalau mereka mau mengkhianati
Imam Ali. Akhirnya mereka memang mengkhianati Imam Ali pada
saat-saat yang paling menentukan.
Saat yang menentukan itu akhirnya tiba juga. Serangan Malik alAsytar yang dasyhat sudah memukul mundur pasukan Syria dan
membuat mereka tidak berdaya dan putus asa. Harapan mereka
satu-satunya ialah menyelamatkan diri dalam kegelapan malam
yang mungkin bisa menyembunyikan mereka supaya mereka bisa
luput dari penglihatan Malik al-Asytar.
Malik al-Asytar yang merasa bahwa ia sudah hampir bisa membunuh
atau menangkap Muawiyah dan Amr bin Aas, tidak sadar bahwa
keduanya sedang mempersiapkan senjata rahasia yang bisa
9

Banyak sekali pengikut Imam Ali yang tergoda untuk menyeberang menjadi pengikut Muawiyah
karena tergiur oleh tumpukan emas dan harta lainnya yang ditawarkan kepadanya.

www.islamitucinta.blogspot.com

20

PERANG SIFFIN
menyelamatkan nyawa mereka di satu sisi dan membuat bingung
lawan di sisi lainnya. Senjata Muawiyah itu berjalan secara diamdiam tapi menghanyutkan dan sangat efektif. Ia menebar bibit-bibit
pengkhianatan di dalam pasukan Irak (pasukan Imam Ali). Bibit
pengkhianatan itu akhirnya muncul di dalam Perang Laylatul Harir!
Malik al-Asytar waktu itu sedang memukul-mukulkan pedangnya
kearah pasukan Syria ketika Amr bin Aas memerintahkan pasukannya
untuk mengusung al-Quran di ujung tombak-tombak mereka
sebagai tanda bahwa mereka akan menjadikan al-Quran itu
sebagai hakim; mereka ingin menjadikan al-Quran untuk
memutuskan perkara diantara mereka.
Para pejabat tinggi yang ada di dalam pasukan Irak yang sudah
dibeli oleh Muawiyahdan sudah siap-siap untuk menunaikan
tugas dari tuannyasedang menunggu aba-aba. Ketika mereka
melihat al-Quran di atas tombak-tombak, para pejabat tinggi itu
menyarungkan kembali pedang-pedang mereka dan mereka
berhenti berperang. Hal itu tentu saja mengejutkan Imam Ali,
Abdullah bin Abbas, dan serombongan pejabat setia lainnya.
Abdullah Ibn Abbas sendiri melihat sekilas al-Quran yang tertancap
di ujung tombak dan ia segera mengerti apa yang sedang terjadi. Ia
berkomentar tentang hal itu sebagai berikut:
Pertempuran telah selesai sekarang; pengkhianatan sudah
dimulai.
Dan itulah yang memang sedang terjadi pada waktu itu. Muawiyah
dan Amr bin Aas tadinya melancarkan peperangan bersenjata dan
mereka kalah dalam perang itu. Sekarang mereka melancarkan
pengkhianatan, dan seperti nantinya kita lihat, mereka berhasil
memenangkannya! Laki-laki pertama di dalam barisan pasukan Irak
ialah Ashath bin Qays. Puterinya juga seorang pengkhianat. Puteri
dari Ashath bin Qays ialah Judah dan nantinya ia akan membunuh
Hasan Ibn Ali (cucu Nabi) dengan racun yang mematikan. Ashath
bin Qays itu adalah salah seorang pemimpin kaum pengkhianat di
www.islamitucinta.blogspot.com

21

PERANG SIFFIN
barisan pasukan Irak. Ia pergi menemui Imam Ali seraya berkata
kepadanya:
Orang-orang Syria tidak mau lagi melihat darah tertumpah
diantara kaum Muslimin. Mereka ingin menjadikan Kitabullah
sebagai hakim yang adil diantara mereka dan kita. Oleh
karena itu, kita tidak boleh memeranginya lagi.
Para pemimpin dari suku-suku lainnya yang juga berada bersama
Muawiyah berhenti berperang meniru perbuatan Ashath bin Qays.
Kemudian perbuatan para pemimpin suku itu diikuti oleh anggotaanggota sukunya (atau para pengikut pemimpinnya sendiri-sendiri).
Mereka berhenti berperang. Karena mereka semua berhenti
menyerang, maka pasukan garda depan hampir semuanya tidak
lagi berperang. Hanya satu skuadron tentara saja yang masih
berperang. Tentara itu ialah pasukan dari Malik al-Asytar. Mereka
masih menyerang pasukah orang-orang Syria.
Para pengkhianat di kalangan pasukan Imam Ali (pasukan Irak) tidak
sadar dan tidak memahami bahwa Muawiyah dan Amr bin Aas
sebenarnya tidak menghormati al-Quran sama sekali. Karena kalau
mereka
memang
menghormati
al-Quran
dan
hendak
menggunakan al-Quran sebagai hakim diantara mereka, maka
mereka akan melakukan itu jauh sebelum peperangan terjadi atau
ketika peperangan sedang berkecamuk dasyhat. Para pengkhianat
dalam pasukan Irak itu tidak pula sadar bahwa Muawiyah dan Amr
ibn Aas baru menggunakan al-Quran sebagai hakim setelah mereka
kalah dalam perang dan takut akan terbunuh di dalam perang.
Mereka baru menggunakan al-Quran untuk tipu muslihat setelah
pasukan mereka kocar-kacir bertemperasan kesana kemari.
Ashath bin Qays tiba-tiba seolah-olah merasa dikuasai oleh rasa
cintanya terhadap nyawa-nyawa kaum Muslimin dan oleh karena itu
ia lalu mengambil al-Quran itu dan ia kemudian berdiri menghadap
pasukannya seraya berkata:
www.islamitucinta.blogspot.com

22

PERANG SIFFIN
Wahai kaum Muslimin! Paksalah Ali untuk menerima Kitabullah
sebagai hakim diantara kita! Hentikanlah peperangan ini untuk
mencegah darah tertumpah lebih banyak.
Ashath baru peduli dengan darah-darah kaum Muslimin hanya
setelah ia melihat bahwa Imam Ali akan memenangkan perang
(padahal ia berada dalam pasukan Imam Ali dan kemudian ia
mengkhianati Imam Ali). Apabila Imam Ali menang dalam perang itu,
Ashath merasa bahwa itu tidak akan mengubah dirinya lebih kaya
atau lebih baik. Akan tetapi kalau Imam Ali kalah dalam perang itu,
atau kalau Imam Ali tidak berhasil memberangus Muawiyah dan
Amr ibn Aas, maka Ashath tentunya akan mendapatkan kekayaan
yang berlimpah sebagai balas jasa dari Muawiyah. Jadi
kepeduliaannya terhadap darah dan nyawa kaum Muslimin
hanyalah kepedulian yang palsu saja. Kepedulian Ashath yang
sesungguhnya ialah kepedulian terhadap kekayaan yang dijanjikan
oleh musuh-musuh Tuhan.
Pada saat itu, tiba-tiba saja, Imam Ali dikepung oleh para pemimpin
pasukannya yang berasal dari suku-sukunya masing-masing. Mereka
semua meminta Imam Ali untuk mengakhiri pertempuran melawan
pasukan Syria yang menurut mereka, pada saat itu, Imam Ali-lah
yang harus bertanggung jawab untuk mengakhiri pembunuhan
kaum Muslimin. Imam Ali balik memperingatkan anak-anak buahnya
itu (yang sekarang menjadi para pengkhianat) bahwa mereka
sedang ditipu oleh musuh sekaligus memperingatkan mereka bahwa
mereka harus mengejar kemenangan yang sudah ada di depan
mata. Ia juga menyebutkan bahwa ajakan untuk berhakim kepada
Kitabullah itu hanyalah membuat mereka jauh dari kemenangan
sedangkan pihak musuh mendapatkan keuntungan yang sangat
besar. Mereka akan terbebas dari kekalahan dan kematian.
Akan tetapi rupanya rayuan emas perak dan jabatan dari
Muawiyah jauh lebih menggiurkan daripada apa-apa yang
diucapkan oleh Imam Ali. Para pengkhianat itu keras kepala dan
www.islamitucinta.blogspot.com

23

PERANG SIFFIN
bersifat kurang ajar kepada Imam Ali. Mereka dengan beraninya
malah menyuruh Imam Ali untuk memanggil Malik al-Asytar dari
medan peperangan dan menyuruhnya untuk mengadakan
gencatan senjata secepatnya. Imam Ali terlihat ragu-ragu karena
segera ia juga menyadari bahwa ia tidak lagi memiliki pilihan. Ia
dihadapkan pada pembangkangan para pengikutnya di satu sisi; di
sisi lain ia harus memenangkan pertempuran itu demi Islam yang
harus ia jaga kemurniannya sampai kapanpun. Pilihan apapun yang
ia ambil bakal berdampak besar terhadap Islam. Ia dengan sangat
berat hati mengirim seseorang untuk menyuruh Malik al-Asytar
kembali dari medan perang. Malik al-Asytar waktu itu sedang asyik
memerangi sisa-sisa tentara Syria sehingga ia tidak sadar bahwa
pasukan yang dipimpinnya sendiri sudah tidak lagi berperang. Oleh
karena itu, ia menyuruh utusan Imam Ali agar kembali karena ia
sedang sibuk di medan pertempuran menunaikan tugasnya. Ia
menolak untuk mengakhiri tugasnya yang ia anggap belum selesai.
Malik al-Asytar nanti segera menyadari bahwa pedang bermata
duanya ituyang sudah membunuhi pasukan Syria hingga hampir
tak bersisasama sekali tidak berdaya dihadapan senjata baru yang
dibuat oleh Muawiyah dan Amr Ibn Aas yaitu senjata bermata dua:
tipu muslihat dan pengkianatan!
Ketika mata-mata Muawiyah dan orang-orang sewaannya (yang
sedang berada di tenda Imam Ali) mendengarkan jawaban Malik alAsytar, mereka berkata bahwa apabila Malik al-Asytar tidak mau
kembali dari peperangan segera, maka mereka mengancam akan
menahan Imam Ali dan akan menyerahkannya kepada Muawiyah.
Pada waktu itulah Imam Ali memperlihatkan rasa kecemasan dan
kegalauannya kepada Malik al-Asytar yang sudah diberitahu bahwa
apabila ia tidak kembali ke tenda Imam Ali sesegera mungkin, maka
ia tidak akan bisa lagi melihat Imam Ali.
Malik al-Asytar menahan amarahnya. Giginya gemerutuk berbunyi
keras. Ia sekarang mengalami kenyataan yang menggetirkan:
www.islamitucinta.blogspot.com

24

PERANG SIFFIN
buruan yang sedang diburunya selama ini harus lepas dari tangan. Ia
datang dan masuk ke tenda Imam Ali dengan amarah yang masih
sangat tinggi. Ingin sekali dirinya membunuhi para pengkhianat yang
telah mengkhianati Imam Ali. Akan tetapi di sisi lainnya ia juga
merasakan bahwa Imam Ali sendiri sedang di dalam marabahaya.
Para pengkhianat yang jumlahnya banyak sekali itu semuanya
dalam keadaan siap siaga. Tangan-tangan mereka mengepal erat
menggenggam pedangnya masing-masing. Ketika Malik al-Asytar
berteriak keras kepada mereka menyebutkan bahwa mereka bodoh
dan sudah berkhianat kepada Imam Ali, mereka serentak maju
mendekati Malik al-Asytar dengan menghunus pedangnya masingmasing. Akan tetapi Imam Ali cepat-cepat menengahi mereka dan
berkata kepada para pengkhianatnya:
Kalian boleh saja tidak lagi berperang dengan musuhmusuhmu akan tetapi setidaknya engkau tidak memerangi
sahabat kita yang terbaik.
Imam Ali tidak ingin Muawiyah melihat pertempuran berlangsung di
dalam tendanya.
Perang Siffin berakhir sudah. Muawiyah memang tidak berhasil
berkuasa; tidak berhasil memenangkan pertempuran. Akan tetapi ia
berhasil memberikan pengaruh yang luas kepada pasukan Imam Ali.
Sementara di pihak Imam Ali, Imam Ali tidak jadi meraih
kemenangan. Kemenangan yang sudah ada di tangan sekarang
melayang; malahan ia harus menjadi pihak yang bertahan, agar
tidak menemui kekalahan dari pihak Muawiyah. Gencatan senjata
yang terjadi di kedua belah pihak itu menandai awal dari kekalahan
politis.
Setelah gencatan senjata dimulai, dicapailah kesepakatan di kedua
belah pihak bahwa perang saudara diantara kaum Muslimin harus
diakhiri, dan hal itu harus disepakati oleh kedua belah pihak. Tidak
boleh satu orang pun yang tidak sepakat atas kesepakatan itu.
Disepakati juga oleh kedua belah pihak bahwa setiap keputusan
www.islamitucinta.blogspot.com

25

PERANG SIFFIN
yang diambil dalam kesepakatan itu harus sesuai dengan
Kitabullah. Muawiyah menunjuk Amr bin Aas sebagai arbitrator10
dari pihak pasukan Muawiyah. Sedangkan kaum pengkhianat di
dalam barisan Imam Ali menunjuk Abu Musa al-Asyari untuk mewakili
sebagai arbitrator pasukan Irak.
Abu Musa itu orangnya tidak cerdas dan juga tidak patuh dan taat
serta kesetiaannya kepada Imam Ali itu diragukan banyak pihak.
Nantinyq, iq segera saja menunjukkan sifat-sifatnya itu. Ketika ia
bernegosiasi berhadapan dengan Amr ibn Aas, ia kelihatan sama
sekali tidak cakap dan tidak terampil dalam berdiskusi dan berdebat.
Sementara itu Imam Ali menolak Abu Musa dan ia lebih memilih
Abdullah bin Abbas atau Malik ibn Asytar sebagai arbitrator. Akan
tetapi keduanya tidak disetujui oleh Muawiyah dan antek-anteknya
yang ada di barisan Imam Ali (diantara pasukan Irak) seperti Ashath
ibn Qays dan yang lainnya. Mereka sendiri menolak Abdullah ibn
Abbas dan Malik Ibn Asytar dengan alasan mereka lebih
menginginkan orang yang lebih imparsial atau non-partisan yang
bisa kemana-mana; yang luwes dan supel; dan oleh karena itu,
mereka lebih menginginkan Abu Musa karena mereka melihat Abu
Musa lebih cocok untuk mereka.
Ali kemudian berkata kepada mereka (kaum pengkhianat dari
barisannya): Kalau begitu, mengapa kalian tidak keberatan dengan
penunjukkan Amr ibn Aas yang sama sekali tidak imparsial dan
tidak non-partisan? Mereka menjawab bahwa mereka hanya
bertanggung-jawab atau hanya mengurus urusan mereka saja.
Penunjukkan Amr ibn Aas bukan urusan mereka dan mereka tidak
mau mengurusi itu.
Imam Ali berusaha sekuat tenaga untuk melawan tekanan dari para
pengkhianat itu akan tetapi mereka makin banyak lagi yang
menyeberang ke Muawiyah karena menginginkan harta berupa
10

Juru damai

www.islamitucinta.blogspot.com

26

PERANG SIFFIN
emas dan uang yang berlimpah. Mereka tidak mau berpisah dari
harta yang dijanjikan Muawiyah kepada mereka. Kenyataan yang
sebenarnya ialah memang para pengkhianat itu sudah mengatur
sendiri bahwa yang akan mereka jadikan juru bicara bagi pasukan
Irak itu ialah Abu Musa. Akhirnya, para pengkhianat itu berhasil
mengusung Abu Musa dan memaksa Imam Ali untuk bisa
menerimanya menjadi juru bicara.
Ketika surat perjanjian gencatan senjata akan dituliskan, sebuah
kejadian yang mirip dengan kejadian yang terjadi ketika kaum
Muslimin menandatangani perjanjian Hudaybiah terjadi lagi.11
Sekretaris menuliskan kalimat: Ini adalah kesepakatan antara Ali bin
Abi Thalib, AMIRUL-MUKMININ bersama dengan Muawiyah bin Abu
Sufyan . Amr bin Aasjuru bicara Muawiyah pada waktu itu
mengemukakan keberatannya. Ia berkata: Hapuskan kata-kata
Amirul Mukminin, karena kalau kita mengakui bahwa Ali itu adalah
Amirul Mukminin, maka kita tidak akan mungkin memeranginya.
Mendengar itu, Imam Ali bin Abi Thalib berkata: Betapa benarnya
Rasulullah ketika ia meramalkan kejadian ini bakal terjadi. Ketika
Perjanjian Hudaybiah sedang dituliskan, dan aku menuliskan katakata: Ini adalah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan
kemudian para penyembah berhala menghardikku seraya berkata
bahwa seandainya mereka mengakui bahwa Muhammad itu adalah
Rasulullah (utusan Allah), maka mereka tidak akan memeranginya,
dan mereka bersikeras agar kami menghapus kata-kata RASULULLAH
dari surat perjanjian tersebut.

11

Pada waktu perjanjian Hudaybiah hendak dituliskan, pihak kaum Musyrikin tidak setuju
dituliskannya nama MUHAMMAD dengan gelar RASULULLAH. Mereka berkilah bahwa kalau mereka
setuju nama Muhammad disandingkan dengan gelar Rasulullah, maka itu artinya mereka mengakui
bahwa Muhammad itu memang Rasulullah. Sedangkan mereka memerangi Muhammad itu karena
mereka tidak mempercayai bahwa Muhammad itu adalah seorang Rasulullah. Mereka baru mau
menuliskan perjanjian Hudaybiah itu ketika gelar RASULULLAH dihapuskan dan nama MUHAMMAD
ditulis dengan nama MUHAMMAD BIN ABDULLAH.

www.islamitucinta.blogspot.com

27

PERANG SIFFIN
Di dalam penulisan Perjanjian Hudaybiah itu, akhirnya Muhammad
ar-Rasulullah menghapus kata-kata RASULULLAH dari surat
perjanjian tersebut; sementara di dalam Perang Siffin, Imam Aliyang
mengikut langkah Rasulullah dalam perjalanan hidupnyajuga
mengijinkan kata-kata AMIRUL MUKMININ untuk dihapuskan dari
surat perjanjian gencatan senjata itu. Akhirnya surat perjanjian
gencatan senjata itu ditanda-tangani dan penanda-tanganan surat
perjanjian itu disaksikan oleh kedua belah pihak. Salinannya disimpan
untuk arsip.
Isi dari surat perjanjian gencatan senjata tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kedua belah pihak harus mengikuti keputusan yang akan
didasarkan atas Kitabullah (Al-Quran). Apabila mereka tidak
bisa memutuskan dengan Al-Quran, maka mereka akan
memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah.
2. Keputusan dari kesepakatan perjanjian damai itu, apabila
berdasarkan Kitabullah, maka harus mengikat kedua belah
pihak.
3. Kedua belah pihak harus mengusut sebab-sebab dari
pembunuhan Utsman bin Affan dan perang saudara antara
kaum Muslimin (supaya tidak terjadi lagi hal yang serupa di
masa yang akan datang).
4. Kedua belah pihak harus mengumumkan keputusan yang
sudah disepakati dalam kurun waktu enam bulan dari tanggal
ditanda-tanganinya kesepatakan perjanjian gencatan senjata
itu.
5. Yang terlibat peperangan harus menjaga kesepakatan damai
itu. Mereka semua harus melindungi para juru bicara masingmasing dimana keduanya harus diberi kebebasan bergerak di
negaranya masing-masing.
www.islamitucinta.blogspot.com

28

PERANG SIFFIN
6. Para juru bicara harus bertemu di sebuah tempat perbatasan
diantara Irak dan Syria.
Klausul yang paling penting di dalam kesepakatan tersebut di atas
ialah bahwa para juru bicara atau juru damai atau arbitrator dari
kedua belah pihak itu akan menjadikan Kitabullah sebagai tuntunan
mereka, dan bahwa kedua arbitrator itu tidak akan mendasarkan
keputusan mereka atas hawa nafsu mereka.
Perang Siffin sudah selesai akan tetapi Malik ibn Asytaryang
kemudian hari dikenal sebagai Singa yang terbelenggu di kalangan
masyarakat Arab, menolak untuk menjadi saksi dari penandatanganan surat keputusan damai itu. Ia menganggap surat itu
sebagai dokumen yang buruk, penuh tipu muslihat, dan tidak adil
sama sekali.

R. A. Nicholson menuliskan:
Sebuah perang dasyhat terjadi di Siffinsebuah desa di
pinggiran sungai Efrat. Ali sudah benar-benar dekat dengan
kemenangan ketika Muawiyah menipu dia dengan sebuah
tipu muslihat yang sangat licik. Ia memerintahkan pasukannya
untuk membawa al-Quran di ujung tombak-tombak mereka
seraya berkata, Ini adalah Kitabullah; marilah jadikan ia
pemutus perkara diantara kita! Tipu muslihat yang kotor itu
akhirnya memang berhasil. Diantara pasukan Ali ada orangorang yang sangat fanatik yang berhasil tergoda oleh ajakan
itu. Mereka serabutan maju ke depan seraya mengancam
untuk mengkhianati pemimpin mereka itu kecuali ia (Ali) mau
bertahkim kepada Kitabullah juga.
Sia-sia saja Ali melawan para pembangkang yang ada di
dalam pasukannya; sia-sia juga ia memperingatkan mereka
bahwa itu hanyalah sebuah jebakan yang mereka akan masuk
kedalamnya, padahal kemenangan sudah hampir ada di
www.islamitucinta.blogspot.com

29

PERANG SIFFIN
dalam genggaman mereka. Akhirnya Ali tidak memiliki pilihan
lain selain menyerah kepada para pembangkang itu dengan
menunjuk seseorang yang sangat diragukan kepatuhannya,
yaitu Abu Musa al-Asyarisalah seorang sahabat Nabi yang
masih tersisa pada waktu itu. Muawiyah sendiri menunjuk
orangnya sendiri yaitu Amr bin al-Aasyang kelicikannya
menghasilkan manuver yang sangat menentukan.
(LIHAT: A Literary History of the Arabs, halaman 192; tahun 1969)
Kedua orang arbitrator itu, yaitu Abu Musa Asyari dan Amr bin Aas,
mengumumkan bahwa mereka akan bertemu6 bulan kemudian
di Adzruh, untuk memberikan keputusan fatwa berkenaan dengan
pertentangan diantara kedua belah pihak. Imam Ali dan Muawiyah
kemudian mundur dari Siffin untuk menunggu keputusan yang akan
dibuat oleh kedua orang juru bicara itu.
Ketika Imam Ali kembali ke Kufah, ia kembali sibuk bekerja untuk
mengatur kembali pemerintahannya, akan tetapi sayang sekali, ia
harus menuda rencananya itu karena ada pemberontakan baru di
dalam tubuh pasukannya.
Selama Perang Siffin berlangsung, Muawiyah sudah menyemaikan
bibit-bibit pengkhianatan di dalam tubuh pasukan Irak (pasukannya
Imam Ali) seperti yang sudah dijelaskan di atas. Ia melakukan itu
dengan mengiming-imingi anggota pasukan Irak dengan emas dan
perak. Ia juga menjanjikan berbidang-bidang tanah yang luas;
rumah-rumah yang megah; dan pangkat serta kedudukan militer
yang tinggi kepada para tokoh kunci yang ada di barisan Imam Ali.
Semua itu akan menjadi milik mereka kalau mereka mau
mendukungnya.
Investasi Muawiyah ini membuahkan hasil yang melimpah bagi
dirinya. Orang-orangnya Imam Ali yang sudah berhasil ia suap sudah
memaksa Imam Ali untuk menghentikan pertempuran dan menerima
gencatan senjata. Dengan cara licik ini, Muawiyah berhasil selamat
www.islamitucinta.blogspot.com

30

PERANG SIFFIN
dari bencana dan kematian di Siffin. Orang-orang yang disuap oleh
Muawiyah itu sekarang sedang menunggu dengan penuh harapan
bahwa Muawiyah akan memenuhi janjinya.
Akan tetapi apa lacur, ternyata Muawiyah setelah ia kembali ke
Damaskus, ia merasa bahwa ia tidak sanggup untuk memenuhi
semua janji yang sudah ia obral kepada antek-anteknya yang ada di
dalam pasukan Imam Ali. Oleh karena itu, yang paling mudah bagi
dirinya ialah menyangkal semua apa yang sudah ia janjikan kepada
mereka. Ia berujar bahwa ia sama sekali tidak pernah menjanjikan
apapun juga.
Para pengkhianat di barisan Imam Ali itu baru menyadari bahwa
mereka telah ditipu oleh Muawiyah. Dengan rasa putus asa dan rasa
terhina serta kecewa, mereka kembali berbalik kepada Imam Ali
(yang belum pernah sama sekali mengecewakan mereka dan belum
pernah mengingkari janjinya). Mereka meminta Imam Ali untuk
menggagalkan perundingan damai dan gencatan senjata, serta
sekaligus melancarkan lagi peperangan terhadap Muawiyah. Akan
tetapi Imam Ali menolaknya karena Imam Ali ingin melihat terlebih
dahulu apakah para arbitrator benar-benar akan bertahkim kepada
Al-Quran atau tidak ketika mereka hendak membuat keputusan
sebelum akhirnya nanti Imam Ali memutuskan untuk bertindak.
Akan tetapi para mantan anak buah Muawiyah itu tidak mau
menunggu terlalu lama. Mereka menekan Imam Ali (untuk kesekian
kalinya) agar melancarkan serangan akan tetapi Imam Ali tidak
setuju. Mereka akhirnya meninggalkan pasukan dan menarik kembali
baiat yang dulunya mereka berikan kepada Imam Ali. Ada sekitar
12,000 orang pasukan yang menarik baiat dari Imam Ali setelah
Perang Siffin berakhir. Mereka akhirnya dalam sejarah dikenal
dengan sebutan kaum Khawarij. Mereka berkumpul di sebuah
tempat yang bernama Harura dimana dari tempat itulah mereka
mulai melakukan berbagai tindak kejahatan. Mereka menjarah
berbagai desa di sekitar mereka. Mereka membunuhi orang-orang
www.islamitucinta.blogspot.com

31

PERANG SIFFIN
tidak berdosa dan bukan itu saja .. mereka juga membunuhi setiap
orang yang tidak setuju dengan pandangan mereka atas sistem
pemerintahan dan pandangan mereka terhadap politik.12
Imam Ali mencoba untuk membujuk kaum Khawarij itu agar mau
kembali ke kota Kufah dan membicarakan perbedaan-perbedaan
yang terjadi diantara mereka dengan dirinya. Imam Ali bisa
menjawab seluruh pertanyaan dan keberatan yang diajukan oleh
kaum Khawarij itu dan beberapa orang dari mereka merasa yakin
dengan jawaban-jawaban Imam Ali dan merasa bahwa Imam Ali
memang berada di pihak yang benar. Oleh karena itu, mereka
memutuskan untuk memperbaharui baiat mereka kepada Imam Ali.
Mereka memutuskan untuk setia kepada Imam Ali. Akan tetapi
sebagian besar dari mereka tidak mau menolak kebenaran yang
sudah disampaikan oleh Imam Ali.
Mereka yang menolak berbaiat kembali kepada Imam Ali itu
menyebutkan bahwa dengan menyetujui untuk memasrahkan
permasalahan kepada Muawiyah itu sama saja dengan
memberikan keputusan kepada seorang manusia yang memiliki
kemungkinan untuk salah yang sangat besar. Berbeda benar dengan
memutuskan perkara berdasarkan Kitabullah. Sementara terhadap
Imam Ali mereka berpendapat bahwa Imam Ali telah sesat, dan
hanya pertobatan saja yang bisa memberikan dirinya
keselamatan. Jadi baik Muawiyah maupun Imam Ali dianggap salah
oleh kaum Khawarij ini.
Imam Ali masih memberikan toleransi terhadap kesombongan dan
kelancangan kaum Khawarij itu, dengan harapan bahwa mereka
nantinya akan menyadari kesalahan mereka. Akan tetapi ternyata
mereka malah lebih sombong dan lebih kurang ajar lagi terhadap
Imam Ali. Kemudian, para pemimpin Khawarij itu memutuskan untuk
12

Sikap ini ditiru habis-habisan oleh kaum Wahabi/Salafi di jaman moderen ini. Kaum Wahabi/Salafi
akan langsung menganggap setiap orang itu kafir hanya karena mereka memiliki pandangan yang
berbeda walaupun memiliki banyak hujah yang kuat dan didukung oleh fakta yang kuat pula.

www.islamitucinta.blogspot.com

32

PERANG SIFFIN
meninggalkan kota Kufah dan mendirikan beberapa markas di
berbagai tempat. Tapi akhirnya mereka memilih sebuah desa yang
disebut Nahrawan untuk markas besarnya. Para pemimpin Khawarij
itu memerintahkan seluruh pengikutnya untuk berkumpul di
Nahrawan. Dari Nahrawan itu kaum Khawarij melancarkan teror ke
seluruh penjuru desa. Mereka melakukan perbuatan yang sangat
berlebihan untuk menutupi perasaan bersalah mereka; perasaan
malu mereka dan perasaan penyesalan mereka.13 Mereka berkeliling
desadari desa ke desauntuk membunuhi orang-orang tanpa
pandang bulubahkan mereka tidak memberikan ampunan hatta
pada wanita dan anak-anak tak berdosa. Kemudian setelah itu
kabar segera menyebar bahwa mereka akan menyerang kota
Kufah.
Imam Ali harus bertindak cepat untuk mencegah perbuatan buruk
kaum Khawarij yang bertindak anarkis, melawan hukum secara
terang-terangan. Imam Ali kemudian mendatangi desa Nahrawan
untuk menemui para pemimpin Khawarij. Imam Ali mengumumkan
kepada mereka bahwa apabila mereka mau selamat maka mereka
harus meninggalkan tempat itu, kemudian kembali pulang kampong
dan tinggal secara damai dengan orang lain di daerahnya masingmasing. Banyak diantara mereka yang menyadari bahwa mereka
memang tidak memiliki alasan sama sekali untuk memerangi Imam
Ali. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk meninggalkan
Nahrawan dan kembali ke rumahnya masing-masing. Akan tetapi
sebanyak 4,000 orang dari mereka masih bandel dan keras kepala.
Mereka malah menuntut Imam Ali untuk bertobat 14 sebelum
mereka mengakui Imam Ali sebagai pemimpin kaum Muslimin.

13

Mirip sekali dengan orang-orang Salafi/Wahabi di jaman sekarang ini yang suka berlebih-lebihan
dalam segala sesuatu untuk menutupi keburukan mereka kepada orang lain dari madzhab lain dan
atau dari agama lain.
14

Sekali lagi. Ini mirip sekali dengan perbuatan kaum Salafi/Wahabi yang suku menyuruh bertobat
orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka walaupun orang-orang itu memiliki
pandangan yang jauh lebih kuat daripada orang-orang Salafi/Wahabi itu. Kaum Salafi/Wahabi selalu

www.islamitucinta.blogspot.com

33

PERANG SIFFIN
Mereka kemudian meneriakkan jeritan peperangan: Tidak ada
hukum melainkan hukum Allah! seraya menyerang pasukan Imam
Ali. Meskipun mereka menyerang dengan serabutan dan membabi
buta, serangan mereka tidak begitu banyak berarti di hadapan
pasukan Imam Ali. Akan tetapi ketika pasukan Imam Ali berbalik
menyerang, maka seketika pasukan Khawarij dapat dikalahkan
dengan mudah. Kebanyakan dari mereka berhasil dibunuh dengan
mudah; hanya beberapa saja yang bisa selamat dan melarikan diri
dari peperangan.
Meskipun kaum Khawarij mengutip semboyan yang diambil dari ayat
Al-Quran15 yaitu Tidak ada yang berhak menetapkan hukum
kecuali Allah!, akan tetapi mereka sendiri sama sekali tidak memiliki
niatan sedikitpun dan tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk
membuat Kerajaan Langit di Bumi. Mereka hanya menginginkan
kekuasaan untuk diri mereka sendiri. Diri mereka sendiri terdiri dari
campuran sifat teroris, sikap fanatis menggebu-gebu dalam hal politik
dan keagamaan. Apabila mereka berhasil dalam perjuangannya,
maka mereka hanya akan menghidupkan semangat kesukuan
bangsa Arab yang ada di jaman jahiliyah dulu. Hingga hari ini,
mereka tetap terpisah dari sejarah Islam karena mereka tidak pernah
sungguh-sungguh membela Islam walaupun slogan yang mereka
kumandangkan ialah slogan keIslaman.

Dr. Hamiduddin
Dr. Hamiduddin menuliskan:
Kaum Khawarij senantiasa mencegah manusia yang mau
bergabung kedalam kelompok pengikut Imam Ali. Dan apabila
menganggap orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebagai orang sesat dan kafir dan
hanya pertobatan saja yang bisa menyelamatkan orang itu. Jadi kaum Salafi/Wahabi itu adalah
penjelmaan kaum Khawarij di jaman sekarang.
15

(QS. Al-Anaam: 57)

www.islamitucinta.blogspot.com

34

PERANG SIFFIN
ada orang yang bertentangan dengan keyakinan mereka,
maka mereka tidak segan-segan untuk membunuh orang itu di
tempat. Dengan cara inilah mereka membunuh banyak kaum
Muslimin. Imam Ali kemudian mengirimkan seorang utusan
untuk mencegah mereka berbuat jauh lebih keji lagi terhadap
kaum yang tidak berdosa akan tetapi apa nyana ternyata
utusan yang diutus oleh Imam Ali itu kemudian dibunuhnya
juga.
Kaum Khawarij itu bermukim di desa Nahrawan. Oleh karena
itu, Imam Ali juga menggiring pasukannya ke Nahrawan. Imam
Ali meminta kaum Khawarij untuk menyerahkan orangorangnya untuk diadili dan dijatuhi hukuman seadil-adilnya
atas perbuatan dosa mereka karena sudah membunuhi kaum
Muslimin yang tidak berdosa. Akan tetapi mereka
menyuarakan satu suara bahwa mereka sudah membunuhi
kaum Muslimin itu karena mereka menganggap bahwa
membunuh mereka itu (kaum Muslimin yang berbeda
pandangan dengan mereka) sebagai sebuah tugas suci.
Imam Ali sekali lagi menyatakan bahwa mereka itu telah salah
besar dalam berbuat. Imam Ali juga untuk kesekian kalinya
meminta mereka untuk pulang ke rumahnya masing-masing
akan tetapi jawaban mereka ternyata sangat negatif.
Banyak sekali kaum Khawarij yang menyadari kesalahan
mereka, kemudian mereka bergabung di bawah panji yang
ditegakkan oleh Abu Ayub Ansari di tengah-tengah dua
kekuatan yang saling bertentangan. Abu Ayub mengobarkan
panjinya seraya mengumumkan bahwa barangsiapa ada
orang Khawarij yang masuk ke dalam barisannya, maka ia
akan selamat.
Banyak orang Khawarij yang menyadari kesalahan mereka
kemudian mereka bergabung di bawah panji yang ditegakkan
oleh Abu Ayub. Akan tetapi 4000 pasukan Khawarij itu masih
www.islamitucinta.blogspot.com

35

PERANG SIFFIN
menolak untuk meninggalkan kamp-kamp mereka. Mereka
tetap bersikukuh untuk terus memerangi Imam Ali. Mereka
tetap berteriak: Tidak ada hukum kecuali dari sisi Allah!, dan
kemudian mereka menyerang pasukan Imam Ali. Mereka
bertempur dengan penuh semangat fanatisme menggebugebu
akan tetapi mereka terkepung kemudian dapat
dikalahkan dengan mudah; dan hampir-hampir mereka
musnah semuanya.
(History of Islam, Lahore, Pakistan, halaman 202, tahun 1971)
Jeritan peperangan yang digelorakan oleh kaum Khawarij itu yaitu:
Tidak ada hukum melainkan dari sisi Allah16 hanyalah gimmick
semata. Semboyan itu dibuat oleh mereka itu untuk mengambil
simpati agar mendapatkan kekuatan politik. Semboyan itu juga
digunakan agar mereka terlihat sebagai orang yang berada di pihak
yang benar dan yang menentangnya ada di pihak yang salah.
Sementara itu, Amr bin Aas dan Abu Musa al-Asyari, dua orang
arbitrator itu, telah menunaikan tugas rahasianya, dan mereka
berdua telah siap memberikan sebuah pengumuman kepada
masyarakat. Keduanya telah setuju bahwa untuk membangun
sebuah Darul Islam maka baik Imam Ali maupun Muawiyah harus
dilengserkan dua-duanya, dan kaum Muslimin harus diberikan
kebebasan untuk memilih seorang pemimpin baru bagi mereka.
Kedua arbitrator dan para stafnya telah bertemu di Adzruh.
Sebanyak 400 orang dari kedua belah pihak telah tiba di lokasi.
Utusan dari prajurit Syria dipimpin oleh Abul Awar Salmi sementara
utusan dari Irak dipimpin oleh Abdullah Ibn Abbas dan Surayh ibn
Hani.
16

Sekarang slogan ini gerakan-gerakan keIslaman yang digelorakan oleh kaum Salafi/Wahabi
dengan sedikit perubahan: Kembalilah kepada Al-Quran dan as-Sunnah seolah-olah kaum
Muslimin selain Salafi/Wahabi tidak berhukum kepada Al-Quran dan as-Sunnah. Padahal kaum
Muslimin senantiasa setia kepada dua pedoman hukum itu sementara kaum Salafi/Wahabi hanya
menjadikannya sebagai semboyan saja.

www.islamitucinta.blogspot.com

36

PERANG SIFFIN
Banyak orang-orang lain juga yang ikut datang ke Adzruh untuk turut
menyaksikan keluarnya Fatwa dari kedua arbitrator. Mereka ingin
mendengar dari orang pertama mengenai nasib dari Darul-Islam.
Diantara mereka yang datang ialah Abdullah bin Umar, Abdullah bin
Zubayr, Abdur Rahman bin Abu Bakar, Saad bin Abi Waqqas, dan
Mughirah bin Syubah.
Amr bin Aas memberitahu Abu Musa bahwa ia sangat menghormati
dan mengagumi Abu Musa karena ia bukan saja pernah jadi
sahabat Nabi akan tetapi ia juga dikenal sebagai ulama yang hebat
dan oleh karena itu, ia lebih mengutamakan dan atau
mendahulukan Abu Musa daripada dirinya sendiri. Dan itu artinya
bahwa Amr bin Aas lebih suka Abu Musa mengumumkan lebih dulu
keputusan yang telah mereka buat bersama. Sementara Amr bin Aas
akan memberikan pengumumannya setelah Abu Musa.
Abudullah bin Abbas memperingatkan Abu Musa bahwa Amr bin
Aas kemungkinan besar akan mencoba untuk memperdaya dan
menipu dia. Abdullah bin Abbas memberitahu Abu Musa agar ia
mempersilahkan Amr bin Aas untuk memberikan pengumuman
terlebih dahulu. Akan tetapi Abu Musa tidak mempedulikan nasihat
dari Abdullah bin Abbas itu. Ia malah berkata:
Biarkan saja apa adanya. Permasalahan ini sangat ketat dan
oleh karena itu tidak ada ruang bagi Amr bin Aas untuk menipu
siapapun.
Abu Musa sudah tebuai oleh kata-kata Amr bin Aas yang
menyebutkan bahwa ia itu seorang ulama yang hebat, seseorang
yang sangat ia kagumi dan hormati dan setumpuk pujian lainnya
hingga ia tidak sadar bahwa Amr bin Aas sedang memperdaya
dirinya. Abu Musa kemudian menuju mimbar dengan perasaan
bangganya untuk membuat sebuah pengumuman yang sangat
bersejarah di dalam hidupnya. Ia berpidato seperti ini:

www.islamitucinta.blogspot.com

37

PERANG SIFFIN
Wahai kaum Muslimin! Sudah begitu banyak kepedihan dan
kesulitan yang menimpa Ummat Muhammad lewat
peperangan antara Ali dan Muawiyah. Oleh karena itu, kami
berdua memutuskan untuk melengserkan keduanya, dan kami
sudah berkeputusan untuk melimpahkan hak untuk memimpin
khalifah yang baru kepada Ummat Muhammadyaitu kepada
anda semuanya.
Utusan dari Irak langsung pucat pasi begitu mendengar
pengumuman ini dibacakan oleh Abu Musa akan tetapi mereka
tetap memutuskan untuk mendengarkan pengumuman yang
satunya lagi, yaitu pengumuman dari arbitrator Amr bin Aas.
Abu Musa duduk kembali setelah memberikan pengumumannya itu,
kemudian Amr bin Aas berdiri untuk gilirannya membacakan
keputusan yang telah dibuatnya. Ia berpidato seperti berikut:
Wahai kaum Muslimin! Kalian barusaja mendengarkan apa
yang telah dikatakan oleh Abu Musa mengenai pengunduran
Ali. Ia sudah menurunkan Ali dari jabatannya sebagai khalifah.
Aku dukung keputusannya itu, dan aku mengumumkan sekali
lagi bahwa Ali sekarang sudah tidak lagi menjabat sebagai
khalifah. Dan untuk menggantikan Ali, maka saya akan
menunjuk Muawiyah sebagai khalifah yang baru .
Amr bin Aas tidak selesai berpidatonya karena setelah ia
mengatakan bahwa ia telah menunjuk Muawiyah sebagai khalifah
yang baru, maka ributlah orang-orang yang hadir di situ. Abu Musa
berteriak dengan penuh kemarahan:
Dasar kau seorang pembohong! Aku tidak pernah
mengatakan hal itu. Engkau adalah seorang pembohong
yang sangat tidak tahu malu. Engkau tidak ubahnya, sama
saja dengan seekor anjing yang menjulurkan lidahnya yang
basah dengan air liur!

www.islamitucinta.blogspot.com

38

PERANG SIFFIN
Anjing17 dan keledai18 itu kemudian saling serang ucapan, saling
gigit, saling ancam selama beberapa saat dan kemudian
mereka saling serang satu sama lainnya dengan sengitnya.
Keduanya saling gigit dan saling tending; berteriak-teriak seperti yang
kesetanan di tengah-tengah hiruk pikuk orang-orang yang hadir
pada waktu itu sampai keduanya suaranya parau. Di sana-sini
terdengar suara orang-orang tertawa juga; dan tawa mereka itu
untuk Abu Musa seorang. Mereka mentertawakan kebodohan yang
telah dilakukan oleh Abu Musa di dalam perundingan damai itu.
Setelah 6 bulan lamanya kedua arbitrator itu berunding dan
berdebat, ternyata baik Amr bin Aas maupun Abu Musa hanyalah
hiruk-pikuk dan keributan yang sia-sia padahal keduanya menjanjikan
akan membuat kehidupan kaum Muslimin lebih baik.
Ketika keributan di Adzruh itu reda dengan sendirinya karena mereka
sudah lelah dan penat, maka kaum Muslimin yang hadir di tempat itu
satu per satu meninggalkan tempat itu dan kembali ke kampung
halamannya.
Abu Musa baru menyadari bahwa ia sekarang menjadi bahan
tertawaan oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena tidak sanggup
menanggung malu, maka Abu Musa menyingkir ke Yaman. Ia
sebenarnya orang yang tidak memiliki kemampuan yang tinggi akan
tetapi ia dipaksa oleh sejarah untuk menjadi orang yang
mendapatkan kedudukan yang penting dalam menentukan alur
sejarah. Sebelumnya, ia mengira bahwa ia bisa mengendalikan
segala sesuatunya. Sebelumnya ia merasa bahwa ia cukup mampu
untuk mengatur nasib dari Umat Muhammad yang besar ini.
Walaupun ia tidak layak untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi
seperti itu, tapi perasaan bangganya menjadikan dirinya tidak mau
menolak kedudukan itu. Akhirnya ia menerima kedudukan sebagai
17

Amr ibn Aas

18

Abu Musa

www.islamitucinta.blogspot.com

39

PERANG SIFFIN
arbitrator itu. Pekerjaan itu terlalu sulit untuk dirinya yang tidak
memiliki kemampuan diplomasi yang baik yang pada akhirnya ia
menemui kegagalan yang besar sekali. Ia dulunya adalah orang
kepercayaan Umar bin Khattab. Umar pernah menunjuknya sebagai
gubernur Basrah dan kemudian menjadi gubernur Kufah.
Ancaman terhadap Muawiyah berakhir sudah; dan pada akhirnya
ia malah mendapatkan durian runtuh. Ia mendapatkan kursi khilafah
yang sebenarnya jauh dari jangkauannya. Klaim terhadap kursi
khilafah akhirnya bisa ia dapatkan dari orang kepercayaannya yaitu
Amr bin Aas yang menjadi king maker bagi Muawiyah di Adzruh.
Apa yang dilakukan oleh Amr bin Aas itu adalah trik politik tingkat
tinggi yang mungkin akan membuat Machiavelli terhenyak dan
berdecak kagum; akan tetapi bagi orang-orang Syria, apa yang
dilakukan oleh Amr bin Aas itu tidak lain merupakan kehendak Allah
juga. Itu sudah digariskan oleh takdir dan tidak bisa diganggu-gugat;
tidak bisa diubah lagi. Apa yang tertulis sudah menjadi suratan takdir.

R. A. Nicholson
Menurut R. A. Nicholson
Sudah menjadi sifat dan tabiat orang Arab dimana mereka
memandang trik politik yang licik yang dilakukan oleh Muawiyah
dan para pengikutnya ini sebagai sebuah kemenangan diplomatis
yang menempatkan dirinya menjadi seorang khalifah. (LIHAT: A
Literary History of the Arabs, halaman192-193, tahun1969)
Perundingan damai antara pihak Imam Ali dan pihak Muawiyah
berakhir dengan kegagalan dan malah lebih mirip dengan
pertunjukan komedi satu babak saja tampaknya. Keputusan yang
dihasilkannya di luar perkiraan. Tidak ada satu orangpun yang telah
memberikan hak dan mandat kepada dua orang arbitrator itu untuk
mengumumkan apakah seseorang itu layak atau tidak menjabat
www.islamitucinta.blogspot.com

40

PERANG SIFFIN
sebagai seorang khalifah; tidak juga memberikan hak untuk
melengserkan dan mengangkat seorang khalifah. Hak prerogatif
seperti itu tidak pernah diberikan kepada mereka baik secara lisan
apalagi secara tertulis. Para pengikut Muawiyah itu tadinya hanya
ingin membalas dendam atas pembunuhan Utsman bin Affan. (KLIK
SAJA LINK DI BAWAH INI)
(LIHAT:

1. SIAPAKAH PEMBUNUH UTSMAN BIN AFFAN?


2. DIMANAKAH AISYAH KETIKA UTSMAN DIBUNUH?)

Muawiyah sudah meyakinkan para pengikutnya bahwa Imam Ali-lah


yang bertanggung jawab atas kematian Utsman bin Affan; dan
dengan alasan inilah maka mereka memerangi Imam Ali di Siffin.19
Mereka tidak pernah memerangi Imam Ali dengan alasan untuk
mendudukkan Muawiyah ke tampuk khilafah.20
Akan tetapi ketika kedua arbitrator itu berembuk, mereka sama sekali
tidak menyelidiki dulu apa permasalahannya serta apa yang sudah
menyebabkan perang saudara di antara kaum Muslimin. Mereka
hanya berbicara tentang khilafah meskipun permasalahan itu
bukanlah penyebab dari perang yang terjadi diantara mereka.
Seharusnya tugas kedua arbitrator itu hanya mencari orang yang
menjadi pembunuh Utsman. Selain itu, tugas kedua arbitrator itu ialah
untuk menentukan apakah Muawiyah berhak untuk membalas
dendam terhadap pembunuh Utsman.
Abu Musa sudah mengeluarkan sebuah fatwa yang sangat konyol
dengan melengserkan Muawiyah. Mengapa ia harus melakukan itu
19

Paling tidak, itulah klaim mereka ketika mereka menghasut orang-orang untuk memerangi Imam
Ali. Karena kalau Muawiyah menghasut orang-orang untuk menjatuhkan Imam Ali dari kursi
khilafah, maka mereka tidak mau mengikuti Muawiyah karena mereka tahu bahwa Imam Ali itu
adalah khalifah yang hak dan mendapatkan kedudukannya itu dengan cara yang hak.
20

Karena mereka tahu bahwa Imam Ali sudah menjadi khalifah dari kaum Muslimin dan juga
mereka tahu bahwa Muawiyah sama sekali tidak memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi
seorang khalifah.

www.islamitucinta.blogspot.com

41

PERANG SIFFIN
karena Muawiyah sendiri bukanlah siapa-siapa?21 Muawiyah itu
bukan seorag khalifah. Muawiyah juga tidak pernah diajukan oleh
siapapun untuk menduduki kursi khilafah. Sementara itu di sisi lain,
Imam Ali adalah seorang khalifah yang hak bagi kaum Muslimin. Ia
dipilih secara aklamasi oleh kaum Muhajirin dan Ansar. Ia juga
didukung oleh seluruh jazirah Arabia kecuali oleh Syria.22 Imam Ali
memiliki kedaulatan penuh atas kekuasaannya.
Sebagai seorang arbitratoratau lebih tepatnya sebagai King
Makersbaik Amr bin Aas maupun Abu Musa telah meluangkan
waktunya dalam pembicaraan yang panjang dan melelahkan.
Mereka berdua hanya berbicara tentang politik dan perang sera
kekuasaan. Mereka juga berbicara tentang masa depan kaum
Muslimin. Mereka membicarakan itu semua, tapi tanpa satu kalipun
mereka mengacu pada Al-Quranul Karim. Di Adzruh mereka secara
sengaja tidak mengkonsultasikan perkara yang mereka bahas itu
kepada Al-Quran. Dulu juga mereka tidak mendasarkan keputusan
untuk mengangkat khalifah kepada Al-Quran sewaktu mereka
memilih khalifah untuk pertama kalinya di Saqifah bani Saidah.
Apabila kita perhatikan ada sesuatu yang ganjil di dalam
penunjukkan para khalifah di dalam sejarah Islam itu. Ada benang
merah yang menyambung antara satu dan lainnya. Para King
Makers yang ada di dalam sejarah Islam itu semuanya secara
kebetulan (harus diberi-tanda kutip karena masih sangsi akan
adanya kebetulan yang aneh ini) semuanya tidak berdasarkan AlQuran yang seharusnya dijadikan pegangan kaum Muslimin dalam
kehidupan sehari-hari. Apalagi ini di dalam memilih seorang

21

Karena ia bukan seorang khalifah yang harus dilengserkan karena bertempur dengan seorang
khalifah yang lain.
22

Syria adalah wilayah dimana Muawiyah berkuasa (tapi bukan sebagai seorang khalifah kaum
Musimin).

www.islamitucinta.blogspot.com

42

PERANG SIFFIN
pemimpin. Di Saqifah23 mereka tidak berpegang pada Al-Quran.
Ketika memilih Utsman mereka tidak berdasarkan Al-Quran
melainkan berdasarkan majelis syura Abdur Rahman bin Auf24. Di
Adzruh sejarah yang serupa terjadi. Mereka seolah-olah memang
alergi terhadap Al-Quran. Atau mungkin sebaliknya yang terjadi? AlQuran sangat alergi terhadap orang-orang picik yang telah
menunjuk seseorang untuk menjadi khalifah yang tidak berdasarkan
Al-Quran? Para King Makers itu secara sengaja mencampakkan
Al-Quran ketika hendak memutuskan perkara. Dan itu diulang
berkali-kali menjadikannya sebagai sebuah keajaiban yang
kebetulan di dalam sejarah Islam. Ketika mereka mengajak orang
untuk kembali kepada Al-Quran, ketika itu pula mereka sudah
memutuskan untuk tidak melibatkan Al-Quran. Mungkin para King
Makers itu punya alasan yang sangat misterius yang hanya mereka
sendiri yang tahu; mereka sejak awal jauh dari Al-Quran dan AlQuran jauh dari mereka.
Amr bin Aas dan Abu Musa seharusnya menggunakan Al-Quran
ketika mereka bertugas sebagai arbitrator. Mereka sendiri sudah
menyatakan komitmennya untuk menggunakan Al-Quran ketika
mereka hendak merumuskan sebuah keputusan. Al-Quran yang
berisi aturan Tuhan itu akhirnya sama sekali tidak digunakan.
Simaklah ayat Al-Quran berikut ini:

23

Untuk pemilihan Abu Bakar yang hanya dipilih (atau terpaksa dipilih) oleh beberapa gelintir orang
yang hadir di sana karena sebagian besar umat Islam memilih untuk berduka cita dan mengurus
jenazah Nabi. Mereka tidak tamak untuk memperebutkan kursi kepemimpinan dan tidak ikut ke
Saqifah bani Saidah. Umar bin Khattab menunjuk Abu Bakar dan terpaksa diikuti oleh orang-orang
yang hadir di sana. Abu Bakar merasa berhutang budi dan nanti ia akan memilih Umar bin Khattab
untuk menggantikan dirinya.
24

Abdur Rahman bin Auf merupakan anggota mejelis syuro yang 6 orang jumlahnya. Di dalam
majelis itu ada Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaydillah, Zubayr bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas,
Abdur Rahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Di akhir pemilihan tersisa dua orang yaitu Ali bin Abi
Thalib dan Utsman bin Affan. Abdur Rahman bin Auf telah bersekongkol dengan Umar bin Khattab
untuk memilih Utsman sejak awal pemilihan. Terpilihlah Utsman berkat konspirasi tingkat tinggi.

www.islamitucinta.blogspot.com

43

PERANG SIFFIN
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. -(QS. An-Nisaa: 59)
Para arbitrator itu tampaknya lupa kedua perintah Allah yang ada di
dalam ayat tersebut di atas. Mereka juga lupa pada komitmen yang
sudah mereka buat sendiri. Akan tetapi Al-Quran tidak melupakan
mereka
semua.
Al-Quran
malah
menyatakan
kemudian
menyatakan apa yang telah mereka perbuat dan apa yang mereka
tidak perbuat di dalam ayat berikut ini:
.., mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu
menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian
dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi
(kebenaran). (QS. Ali Imran: 23)
Amr bin Aas dan Abu Musadua arbitrator yang tergabung kedalam
orang-orang yang berpaling dari Al-Quran. Mereka lebih memilih
hawa nafsu mereka sendiri saja. Mereka mengajak orang-orang
untuk patuh dan taat kepada Al-Quran akan tetapi mereka juga
yang mencampakkan Al-Quran. Al-Quran berkata tentang orangorang seperti itu sebagai berikut:
... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang fasik.
Di dalam Perang Siffin, pasukan Irak dan pasukan Syria berhadaphadapan dan bertempur selama kurang lebih 110 hari lamanya. Ada
sekitar 90 pertempuran besar dan kecil yang melibatkan kedua belah
pihak dan menyebabkan terbunuhnya 25,000 orang pasukan Irak
dan 45,000 orang pasukan Syria.
www.islamitucinta.blogspot.com

44

PERANG SIFFIN
Perang yang sangat mengerikan itu adalah akibat dari ambisi
berlebihan dan syahwat politik yang ketinggian dari Muawiyah dan
Amr bin Aas. Muawiyah pada waktu itu menjadi gubernur Syria dan
ia sama sekali menolak untuk kehilangan posisinya sebagai seorang
gubernur.25 Sementara Amr bin Aas pada waktu itu menjabat
sebagai gubernur Mesir akan tetapi ia dicopot oleh Utsman bin Affan.
Dan tentu saja ia sangat menginginkan posisi itu kembali kepadanya.
Untuk mempertahankan dan atau untuk meraih kembali kedudukan
tersebut, keduanya rela dan tega melakukan apapun dan
membayar sejumlah apapun. Mereka bisa menipu dan memperdaya
banyak orang sehingga mereka tidak bisa membedakan antara
Darul Islam dan kebohongan. Dan dengan darah kaum Muslimin
yang mereka perdaya itu, mereka mencoba untuk mewujudkan
ambisi dan syahwatnya itu.
Tiga Serangkai26 dalam Perang Basrah (Perang Unta), juga
Muawiyah dan Amr bin Aas tahu benar bahwa mereka memiliki
kesempatan yang besar sekali untuk mewujudkan impian dan citacita mereka ketika Utsman bin Affan dibunuh ramai-ramai oleh kaum
Muslimin. Kursi kekuasaan yang kosong menjadi incara mereka
semua. Membalas dendam akan kematian Utsman bin Affan
dijadikan
oleh
mereka
sebagai
senjata
sekaligus
untuk
menyembunyikan niat mereka yang sebenarnya. Utsman bin Affan
itu yang sudah mati lebih berharga daripada yang masih hidup bagi
mereka. Oleh karena itu, mereka melakukan apapun agar Utsman
bisa mati. Akan tetapi ketika Utsman sudah mati, mereka ramai-ramai
merasa berhak untuk mengejar dan membalas dendam kepada si
pembunuhnya.
Perang Basrah (Perang Unta) dan Perang Siffin merupakan
pembunuhan besar-besaran terhadap kaum Muslimin yang mereka
lakukan untuk membalas dendam atau menuntut darah Utsman.
25

Ia sangat ketakutan bahwa Imam Ali akan mencopotnya dari jabatan tersebut.

26

Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah bin Ubaydillah, dan Zubayr bin Awwam

www.islamitucinta.blogspot.com

45

PERANG SIFFIN
Toynbee mengatakan bahwa Nabi Muhammad dan Imam Ali sama
sekali bukan tandingan bagi para pengusaha yang sekaligus
penguasa dari Makkah (yaitu Bani Umayyah) dalam hal percaturan
politik. Mungkin Toynbee benar. Nabi Muhammad dan Imam Ali
sangat ragu-ragu untuk membunuh hatta untuk membunuh seorang
penyembah berhala sekalipun27. Apalagi membunuh seorang
Muslim; itu tabu sekali bagi mereka kalau tidak ada perkara yang
memperbolehkannya. mereka tidak bisa membunuh siapapun
dengan dasar keinginan untuk berkuasa atau keinginan akan harta.
Oleh karena itu, mereka berdua tidak bisa bersaing dengan kaum
Bani Umayyah yang suka menghalalkan segala cara agar tujuan
mereka tercapai.

Wallahu alam.

27

Berbeda dengan kaum Salafi/Wahabi yang gemar membunuh siapapun termasuk kaum Muslimin
yang beriman dan beramal shaleh asal mereka berbeda dengan pandangan kaum Salafi/Wahabi.

www.islamitucinta.blogspot.com

46

Anda mungkin juga menyukai