LP Anemia Anak 2
LP Anemia Anak 2
DISUSUN OLEH :
DENIS MULANITA PRATIWI
G6B 009 011
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
ANEMIA
A; PENGERTIAN
kehilangan
sel
darah
merah
disebabkan
oleh
keadaan
yang
mempengaruhi
fungsi
sumsum
tulang
dimasukkan dalam kategori ini. Keganasan, obat dan zat kimia toksik,
penyinaran dengan radiasi, penyakit menahun ginjal dan hati, penyakit
infeksi dan defisiensi endokrin termasuk dalam kelompok penyebab
diseritropoiesis.
B; ETIOLOGI
dan
persalinan
dengan
perdarahan
atau
perdarahan
menahun:cacingan.
2; Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena
intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang
bertambah.
3; Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena
faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang faktor ekstrasel:
intoksikasi, infeksi-malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4; Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum
tulang (kerusakan sumsum tulang).
C; MANIFESTASI KLINIS
D; PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak-anak. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik,
memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua
kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia
dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari
makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi . Hal ini paling
sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum
usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi
atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa
tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi
dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi
dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi
ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6
bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah
yang kronik. Pada Bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap
hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia
defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
E;
PATHWAY
Terlampir
F;
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1; Kadar Hb.
Kadar Hb < 10g/dL. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32%
(normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah,
iron binding capacity meningkat.
2; Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a; Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b; Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total
naik, urobilinuria.
c; Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel
patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.
G; PENATALAKSANAAN
H; ASUHAN KEPERAWATAN
1; PENGKAJIAN
a; Lakukan pengkajian fisik
b; Dapatkan riwayat kesehatan termasuk riwayat diit cermat untuk
Pusing
c;Kunang-kunang
d; Peka rangsang
e;Proses berpikir lambat
f; Penurunan lapang pandang
g; Apatis
h; Depresi
3; Syok (anemia kehilangan darah)
a;Perfusi perifer buruk
b; Kulit lembab dan dingin
c;Tekanan darah rendah
d; Peningkatan frekuensi jantung
d; Bantu dengan tes diagnostik
b;
2; MASALAH KEPERAWATAN
a; Ansietas / takut b.d prosedur diagnostik (tranfusi)
b; Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan pengiriman
oksigen ke jaringan
c; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan
masukan besi yang dilaporkan; kurang pengetahuan mengenai makanan
yang diperkaya dengan besi
3; INTERVENSI KEPERAWATAN
a; Ansietas / takut b.d prosedur diagnostik (tranfusi)
3;
oksigen ke jaringan
Tujuan: Pasien mendapat istirahat yang adekuat
Kriteria hasil: Anak mampu bermain, istirahat dan melakukan aktivitas
sesuai dengan kemampuan
Intervensi :
1; Observasi adanya tanda kerja fisik (takikardia, palpitasi, takipnea,
napas pendek, sesak napas, kunang-kunang, berkeringat dan
perubahan warna kulit) dan keletihan (lemas, tidak dapat
mentoleransi aktivitas tambahan).
R/ untuk merencanakan istirahat yang tepat.
2;
3;
3;
DAFTAR PUSTAKA
1; Cecily L. Betz, dkk, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC Jakarta.
2; Suriadi,dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, cetakan I , penerbit C.V.
Agung Seto, Jakarta
3; FKUI, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan infomedika, Jakarta.
4; Richard,R.,dkk, 1992, Ilmu Kesehatan Anak Bagian II.
5; Sylvia A.Price, dkk, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses
penyakit, Edisi 4, EGC , Jakarta.