Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


ANEMIA

DISUSUN OLEH :
DENIS MULANITA PRATIWI
G6B 009 011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XV


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
ANEMIA

A; PENGERTIAN

Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas


hemoglobin dan volume pada sel darah merah. Secara fisiologis, anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
Anemia dapat diklasifikasikan menurut :
1; Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya
2; Etiologi
Klasifikasi anemia menurut morfologi mikro dan makro menunjukkan
ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Ada
tiga klasifikasi besar yaitu :
1; Anemia Normositik Normokrom adalah ukuran dan bentuk sel-sel
darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
normal (MCV dan MCHC normal atau rendah) tetapi individu
menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kahilangan darah
akut, hemolisis, penyakit kronis, gangguan endokrin, ginjal, kegagalan
sumsum dan penyakit infiltrasi metastatik pada sumsum tulang.
2; Anemia Makrositik Normokrom adalah ukuran sel-sel darah merah
lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal (MCV
Meningkat, MCHC normal). Hal ini disebabkan gangguan sintesis
asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12, dan
atau asam folat.
3; Anemia Mikrositik Hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah kecil
dan mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal
(MCV maupun MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi besi, kehilangan darah kronik, dan gangguan sintesis
globin seperti pada talasemia. Yang termasuk dalam kategori Anemia

Mikrositik Hipokrom adalah Anemia defisiensi bisa terjadi akibat


kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga. Anemia Defisiensi Besi
adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah
tingkat normal yang terjadi akibat tidak adanya besi yang memadai
untuk mensintesis hemoglobin.
Klasifikasi anemia menurut etiologinya dibedakan menjadi 2, yaitu:
1; Meningkatnya kehilangan sel darah merah
Meningkatnya

kehilangan

sel

darah

merah

disebabkan

oleh

perdarahan atau oleh penghancuran sel (hemolisis).


2; Penurunan atau gangguan pembentukan sel (Diseritropoiesis)
Setiap

keadaan

yang

mempengaruhi

fungsi

sumsum

tulang

dimasukkan dalam kategori ini. Keganasan, obat dan zat kimia toksik,
penyinaran dengan radiasi, penyakit menahun ginjal dan hati, penyakit
infeksi dan defisiensi endokrin termasuk dalam kelompok penyebab
diseritropoiesis.

B; ETIOLOGI

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan,


kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab
anemia antara lain sebagai berikut:
1; Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan,
operasi

dan

persalinan

dengan

perdarahan

atau

perdarahan

menahun:cacingan.
2; Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena
intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang
bertambah.
3; Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena
faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang faktor ekstrasel:
intoksikasi, infeksi-malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4; Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum
tulang (kerusakan sumsum tulang).

C; MANIFESTASI KLINIS

1; Konjungtiva pucat ( Hemoglobin 6 sampai10 g/dl ).


2; Telapak tangan pucat ( Hb dibawah 8 g/dl )
3; Iritabilitas dan anoreksia ( Hb 5 g/dl atau lebih rendah )
4; Takikardia , murmur sistolik, perfusi perifer buruk, kulit lembab, dingin
5; Letargi, kebutuhan tidur meningkat
6; Kehilangan minat terhadap mainan atau aktifitas bermain (mudah lelah)
7; Sakit kepala, berkunang-kunang, peka rangsang, apatis, depresi

D; PATOFISIOLOGI

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak-anak. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik,
memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua
kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia
dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari
makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi . Hal ini paling
sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum
usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi
atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa
tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi
dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi
dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi
ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6
bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah
yang kronik. Pada Bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap
hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia
defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.

E;

PATHWAY

Terlampir
F;

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1; Kadar Hb.
Kadar Hb < 10g/dL. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32%
(normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah,
iron binding capacity meningkat.
2; Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a; Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b; Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total
naik, urobilinuria.
c; Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel
patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.

G; PENATALAKSANAAN

Usaha pengobatan ditujukan pada pencegahan dan intervensi. Pencegahan


tersebut mencakup : menganjurkan ibu-ibu untuk memberikan asi, makan
makanan kaya zat besi dan minum vitamin pranatal yang mengandung besi.
Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi terdiri dari program
pengobatan berikut :
1; Zat besi diberikan per oral dalam dosis 2 3 mg/kg unsur besi semua
bentuk zat besi sama efektifnya ( fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat.
2; Vitamin C harus diberikan bersama dengan besi ( Vitamin C meningkatkan
absorpsi besi ).
Terapi besi hendaknya diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu
setelah anemia dikoreksi untuk mengisi kembali cadangan besi. Zat besi yang
disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi usus
halus.

H; ASUHAN KEPERAWATAN
1; PENGKAJIAN
a; Lakukan pengkajian fisik
b; Dapatkan riwayat kesehatan termasuk riwayat diit cermat untuk

mengidentifikasi adanya defisiensi, bukti pica (makan tanah, es, pasta)


c; Observasi adanya manifestasi anemia
1; Manifestasi Umum
a; Kelemahan otot
b; Mudah lelah : sering beristirahat, nafas pendek, proses
menghisap yang buruk pada bayi
c; Kulit pucat
d; Pica
2; Manifestasi sistem saraf pusat
a;Sakit kepala

Pusing
c;Kunang-kunang
d; Peka rangsang
e;Proses berpikir lambat
f; Penurunan lapang pandang
g; Apatis
h; Depresi
3; Syok (anemia kehilangan darah)
a;Perfusi perifer buruk
b; Kulit lembab dan dingin
c;Tekanan darah rendah
d; Peningkatan frekuensi jantung
d; Bantu dengan tes diagnostik
b;

2; MASALAH KEPERAWATAN
a; Ansietas / takut b.d prosedur diagnostik (tranfusi)
b; Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan pengiriman

oksigen ke jaringan
c; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan
masukan besi yang dilaporkan; kurang pengetahuan mengenai makanan
yang diperkaya dengan besi

3; INTERVENSI KEPERAWATAN
a; Ansietas / takut b.d prosedur diagnostik (tranfusi)

Tujuan: Pasien (keluarga) mendapatkan pengetahuan tentang gangguan,


tes diagnostik dan pengobatan.
Kriteria Hasil:
1; Anak dan keluarga menunjukkan ansietas yang minimal
2; Anak dan keluarga menunujukkan pemahaman tentang gangguan,
tes diagnostik dan pengobatan.
Intervensi:
1; Siapkan anak untuk tes.
R/ untuk mengurangi ansietas/ rasa takut
2;

3;

Tetap bersama anak selama tes dan memulai tranfusi


R/ memberikan dukungan dan observasi pada kemungkinan
komplikasi.
Jelaskan tujuan pemberian komponen darah.
R/ meningkatkan pemahaman terhadap gangguan, tes diagnostik,
dan pengobatan.

b; Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan pengiriman

oksigen ke jaringan
Tujuan: Pasien mendapat istirahat yang adekuat
Kriteria hasil: Anak mampu bermain, istirahat dan melakukan aktivitas
sesuai dengan kemampuan
Intervensi :
1; Observasi adanya tanda kerja fisik (takikardia, palpitasi, takipnea,
napas pendek, sesak napas, kunang-kunang, berkeringat dan
perubahan warna kulit) dan keletihan (lemas, tidak dapat
mentoleransi aktivitas tambahan).
R/ untuk merencanakan istirahat yang tepat.
2;

Bantu dalam aktivitas sehari-hari


R/ untuk mencegah kelelahan

3;

Beri aktivitas bermain pengalihan

R/ meningkatkan istirahat dan mencegah kebosanan dan menarik


diri.
c; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan

masukan besi yang dilaporkan; kurang pengetahuan mengenai makanan


yang diperkaya dengan besi
Tujuan: Pasien mendapat suplai besi adekuat
Kriteria Hasil : Anak sedikitnya mendapatkan kebutuhan besi minimum
harian.
Intervensi:
1; Berikan konseling diit khususnya mengenai sumber besi dari
makanan.
2;

3;

R/ memastikan bahwa anak mendapat suplai besi yang adekuat


Beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan
padat diberikan
R/ terlalu banyak minum susu akan menurunkan masukan makanan
padat yang mengandung besi
Berikan preparat besi sesuai dengan kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

1; Cecily L. Betz, dkk, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC Jakarta.
2; Suriadi,dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, cetakan I , penerbit C.V.
Agung Seto, Jakarta
3; FKUI, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan infomedika, Jakarta.
4; Richard,R.,dkk, 1992, Ilmu Kesehatan Anak Bagian II.
5; Sylvia A.Price, dkk, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses
penyakit, Edisi 4, EGC , Jakarta.

6; Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,


EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai