Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus Varicella

RESPONSI KASUS
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

VARICELLA

Pembimbing:
dr. S.A. Nurainiwati, Sp.KK
Penyusun:
Reni Rifanti
201120401011070

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

KATA PENGANTAR

-1-

Laporan Kasus Varicella

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nyalah tugas kasus yang berjudul VARICELLA

ini dapat diselesaikan

dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang saya laksanakan
selama mengikuti kepaniteraan di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSU HAJI
Surabaya. Saya mengucapkan terimakasih kepada dokter pembimbing yaitu dr.S.A.
Nurainiwati, Sp.KK. Terimakasih atas bimbingan , saran, petunjuk, dan waktunya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari

bahwa penyusunan tugas kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan, dengan demikian kritik dan saran selalu saya harapkan. Besar harapan saya
semoga tugas kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun
pada khususnya.
Wassalamualaikum wr.wb

Pembimbing

Surabaya, 09 Juli 2013

dr. S.A. NurainiwatiSpKK

Penulis

-2-

Laporan Kasus Varicella


LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
KASUS
VARICELLA

Responsi kasus dengan judul Varicella telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu
tugas pada stase Ilmu Kulit dan Kelamin.
Nama : Reni Rifanti
NIM

: 201120401011070

Surabaya, Juli 2013


Pembimbing

dr. S.A.Nurainiwati, SpKK

DAFTAR ISI
-3-

Laporan Kasus Varicella

KATA PENGANTAR 2
LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN...

Pendahuluan.. .

LAPORAN KASUS

2.1

Identitas Penderita.

2.2

Anamnesis..

1.1
BAB II

2.3

2.2.1 Keluhan Utama

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga.

2.2.5 Riwayat Sosial-Ekonomi..

Pemeriksaan Fisik.

2.3.1 Status Generalis

2.3.2 Status Dermatologis.

2.4

Pemeriksaan Penunjang.

10

2.5

Resume.

11

2.6

Diagnosis.

11

2.7

Diagnosis Banding

11

2.8

Planning.......

12

2.8.1 Diagnosis..

12

2.8.2 Terapi...

12

2.9

Prognosis

12

2.10

Monitoring dan edukasi.

12

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA 13

3.1 Definisi
-4-

13

Laporan Kasus Varicella


3.2 Epidemiologi
3.3 Etiologi.
3.4 Patogenesis...
3.5 Gejala klinis..
3.6 Diagnosis..
3.7 Diagnosis Banding
3.8 Penatalaksanaan
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
3.11 Pencegahan

14
15
15
18
19
20
21
22
22
22

BAB IV PEMBAHASAN.

23

BAB V KESIMPULAN

25

DAFTAR PUSTAKA

27

BAB I
PENDAHULUAN
Varisela sering juga dikenal sebagai chickenpox, merupakan infeksi primer yang sangat
menular disebabkan oleh virus Varicella-Zoster (VVZ) yang termasuk dalam keluarga virus
herpes.(6,7) VVZ dapat menetap di dalam tubuh selama beberapa dekade dan menjadi aktif
kembali menyebabkan herpes zoster (shingles).(8,9) Pada masa anak-anak varisela merupakan
penyakit yang sangat menular dan sangat umum ditemukan kasusnya. (8) Sebagian besar kasus
varisela terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun.(9) Penyakit ini biasanya ringan, meskipun
kadang-kadang terjadi komplikasi serius.(9)
Di Indonesia morbiditas varisela sampai saat ini masih tinggi. Umumnya varisela bersifat
swasirna, namun dalam keadaan tertentu penyakit ini memerlukan penanganan khusus. Pada
-5-

Laporan Kasus Varicella


golongan tertentu varisela dapat bermanifestasi berat dan sering disertai komplikasi terutama
pada usia pubertas dan dewasa, pasien kedua dan berikutnya dalam satu rumah, ibu hamil,
neonatus, bayi dengan berat badan rendah, serta pasien imunokompromais. Varisela dapat
berakhir fatal pada individu dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Berbagai obat antivirus
dapat digunakan untuk menghambat replikasi VVZ yaitu asiklovir, valasiklovir, famsiklovir,
foskarnet yang sangat efektif dalam memperpendek masa sakit dan mengurangi jumlah
lesi.Penyembuhan umumnya sangat baik dalam kasus-kasus tanpa komplikasi.(7)
Di Indonesia vaksinasi varisela belum diwajibkan. Advisory Committee on Immunization
Practices (ACIP) 2007 dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2008 telah menganjurkan
vaksinasi varisela. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan menghindari kontak pasien varisela.
Pencegahan varisela mengacu pada ACIP dan Buku Pedoman Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia).(3)
Apabila ditinjau dari perjalanan penyakit varisela yang relatif lama, sangatlah kontras
dengan tuntutan tanggung jawab di lingkungan pekerjaan atau pendidikan pasien. Hal ini
mengharuskan seorang dokter berfikir dan bertindak cepat menentukan penatalaksanaan yang
tepat untuk mencapai hasil penyembuhan yang terbaik bagi pasien. Diharapkan dengan
penanganan sesuai yang cepat dan tepat dapat mempercepat pulih keadaan pasien serta dapat
meminimalisasi komplikasi dan transmisi penyakit, sehingga penderita dapat beraktivitas normal
kembali sesegera mungkin.

BAB II
STATUS PASIEN
2.1

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. H.B.S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 39 Tahun

Alamat

: Pandegiling II/26

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Karyawan Industri

Agama

: Islam

No RM

: 662403
-6-

Laporan Kasus Varicella


Tanggal Periksa

: 26 Juni 2013

2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama

:Lenting-lenting berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh


tubuh.

Keluhan Tambahan
: Gatal pada lenting-lenting
2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan terdapat
lenting-lenting diseluruh badan. Keluhan ini dirasakan sejak 2 hari terakhir. Awalnya pasien
mengeluh sebelumnya tidak enak badan disertai demam dan sakit kepala pada hari sabtu lalu,
kemudian hari senin malam langsung seketika timbul lenting-lenting, awalnya di perut dahulu,
kemudian menyebar di dada, tangan, sampi kewajah. Selain itu pasien mengalami sejenis
sariawan di mulutnya, keluhan ini dirasakan timbul sejak kemarin, sehingga membuat nafsu
makan berkurang. Pasien mengatakan hal ini baru dialami pertama kali olehnya. Selama sakit ini
pasien belum melakukan pengobatan atau pemberian obat salep maupun minum, hanya
menggunakan sabun dettol ketika mandi
2.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Sakit seperti ini sebelumnya (-)
2.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam satu keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti pasien
2.2.4 Riwayat Sosial
Pasien menyatakan bahwa teman satu kantornya ada yang menderita cacar air.
Riwayat imunisasi sebelumnya, pasien tidak hafal.
2.3

PEMERIKSAAN KLINIS

2.3.1 STATUS GENERALIS


Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan darah

: tidak dilakukan

Nadi

: 80 kali /menit
-7-

Laporan Kasus Varicella


Pernafasan

: 20 kali / menit

Suhu

: 36,50C

BB

: 70 kg

Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis

Leher

: Pembesaran KGB (-/-)

Paru

: Bunyi nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Jantung

: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Datar, supel. Hepar dan Lien tidak ada pembesaran, bising usus (+)
normal

Ekstrimitas

: Akral hangat, edema (-/-)

2.3.2 STATUS DERMATOLOGIKUS


Regio
: hampir seluruh tubuh (generalisata)
Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa, terdapat pustul terutama pada
belakang telinga, leher, dada, dan perut., didapatkan pula erosi, dan krusta warna
putih dan kuning terutama pada wajah.

-8-

Laporan Kasus Varicella

-9-

Laporan Kasus Varicella

2.4

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

2.5

RESUME
Pasien datang dengan keluhan terdapat lenting-lenting diseluruh badan. dirasakan
sejak 2 hari terakhir. Awalnya tidak enak badan disertai demam dan sakit kepala pada hari
sabtu lalu, kemudian hari senin malam langsung seketika timbul lenting-lenting, awalnya
di perut dahulu, kemudian menyebar di dada, tangan, sampi kewajah. Selain itu pasien
mengalami sejenis sariawan di mulutnya, keluhan ini dirasakan timbul sejak kemarin,
sehingga membuat nafsu makan berkurang. Pasien mengatakan hal ini baru dialami
pertama kali olehnya. Selama sakit ini pasien belum melakukan pengobatan atau
pemberian obat salep maupun minum, hanya menggunakan sabun dettol ketika mandi
Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak didapatkan pembesaran kelenjar KGB, Regio
: hampir seluruh tubuh (generalisata), Efloresensi

: Tampak vesikel-vesikel dengan

dasar eritematosa, terdapat pustul terutama pada belakang telinga, leher, dada, dan perut.,
didapatkan pula erosi, dan krusta warna putih dan kuning terutama pada wajah.

-10-

Laporan Kasus Varicella


2.6

DIAGNOSIS KERJA
Varicella

2.7

DIAGNOSIS BANDING
Herpes Zoster
Variola

2.8

PLANNING

2.8.1 PEMERIKSAAN ANJURAN


Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapusan yang
diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel
datia berinti banyak.

2.8.2 PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada pasien agar jangan mengaruk dan memecahkan lenting-lenting
tersebut karena dapat menimbulkan bekas luka garukan di kulit. Menaburkan bedak pada
lenting yang belum pecah.
2. Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat lentinglenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu kencang.
3. Pasien dianjurkan untuk istirahat dirumah, mengindari kontak dengan kerabat selama
beberapa hari untuk mencegah penularan.

Medikamentosa:
Sistemik:

Acyclovir 4x200 mg selama 5 hari

Erythromycine 3x250 mg selama 5 hari

Topikal :

Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.
Gentamisina Sulfat Cream 1%, oleskan 2x/hari pada bekas lenting yang pecah.
-11-

Laporan Kasus Varicella


2.9 PROGNOSIS
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang
baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
2.10 MONITORING DAN EDUKASI

Monitoring keluhan yang diderita serta menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,
gejala, pengobatan, serta penularan yang mungkin terjadi. Tetap menjaga kebersihan, dan
dilarang untuk menggaruk bagian yang sakit. Untuk mencegah penularan kepada teman
atau rekan kerja sebaiknya penderita tidak kerja selama lima hari.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada
anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak,
mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan
adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun
banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.1

Gambar Varicella-Zoster Virus (VZV)

Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya
terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat
-12-

Laporan Kasus Varicella


bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia.
Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan. 2
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas
umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika
Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk
sekolah. 2
Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh
penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip
dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang
terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang
timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised,
penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti
nyeri pada kulit. 1
3.2 EPIDEMIOLOGI
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi
paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan
persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan
musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya.
Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada
balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi
penularan dari virus ini berkisar 65%-86%.3
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua
bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder
sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari
oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui
transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi
85%.2
Pada iklim temperatur, angka infeksi enunjukkan variasi musiman yang ditandai, dengan
epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi. Sebaliknya, tidak ada variasi musiman
yang terlihat pada iklim tropis. Alasan untuk perbedaan penandaan ini tidaklah jelas, meskipun
telah didukung dengan pemanasan, dan kurangnya peningkatan paparan pada virus dalam bulan
musim hangat dapat menyebabkan beberapa perbedaan. Di india, disamping dekat dengan
-13-

Laporan Kasus Varicella


perbataan, angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar rumah telah
didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua epidemis besar yang
terpisah selama 23 tahun. 3
Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung bahwa
reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat mengalami
episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering timbul pada usia
sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada
kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada
iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah studi rekrut militer
di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang direkrut adalah
seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan lebih tinggi angka
seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States. 4

3.3 ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk
icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S)
dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun
dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. 1
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama
dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut
primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi
serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. 1
3.4 PATOGENESIS
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi
virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang
biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua)
maka timbullah demam dan malaise. 4
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan
papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi
pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi
-14-

Laporan Kasus Varicella


papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan
papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada
stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. 4
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A4
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu
dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster. 1

3.5 GEJALA KLINIS


Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang
berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak enak
badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada
permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri
sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti
timbul di anggota gerak dan wajah. 1
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi. 3
-15-

Laporan Kasus Varicella

Gambar 1. Gejala klinis varicella zoster3


Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih
dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada
bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang
dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang. 3
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran
pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. 4
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada
pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air
jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di
-16-

Laporan Kasus Varicella


sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh
staphylococcus. 4
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa
maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal. 4
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak,
dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan parut
merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia
cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri
kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5
hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan
ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan
yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu. 4
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir
intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan dengan
penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty
(ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau
Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene,
atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi dapat
berkomplikasi menjadi diare berat. 3
Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan anakanak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa lebih sering
berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis pneumonitis lebih dari
15 % kasus. 4
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk varisela
onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada gestasi awal
menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai dengan defek kulit,
atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat
menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi
yang tidak diterapi. 4
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah penyakit
yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data menunukkan
perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih lebih sering berada
-17-

Laporan Kasus Varicella


dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul jarang
pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat. 4
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien imunocompromised
dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya, ada bukti bahwa
paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari perkembangan zoster,
tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul
pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress,
imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan keterlibatan distribusi
saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena. Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day
gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang
nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu
dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan variseliform. Vesikel
sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat
pada lebih dari 50% pasien diatas 50 tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten
lebih dari durasi satu bulan pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes
zoster ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal,
hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis dapat
menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial. 5
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial dan
pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang dikarenakan
vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis. 5

3.6 DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah dieradikasi,
biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali dibutuhkan untuk
dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat, dermatitis kontak dan
penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan vesikel kurang sensitif untuk
HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari. 2
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana
hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik dapat
membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi
-18-

Laporan Kasus Varicella


lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa
multinukleasi,

dimana

tidak

dapat

jelas

dibedakan

dari

HSV.

Bagaimanapun,

immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi spesifik dapat
membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis IgM dan tingginya titer atau
empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna dalam beberapa kasus. 2
Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi
titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun,
peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus pada
orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola dermatom. 2

3.7 DIAGNOSIS BANDING


Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat
menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth
infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan
differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes
simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau
kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral
penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi
Herpes zoster. 3
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan an
dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant
cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau
dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat
antigen virus intrasel.

-19-

Laporan Kasus Varicella

Gambar Tzank smear


Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia.
Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation
Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. 3

3.8 PENGOBATAN
Meskipun vidarabine dan interferon- telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang
berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV yang
berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari
anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak
dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain
resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk infeksi
berat dalam keadaan ini. 3
Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal dari
zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan menurunkan
durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis
herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan
analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gammaaminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna
untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak. 1
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres
dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung
mentol atau fenol. 2
-20-

Laporan Kasus Varicella


Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering
mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap
kering dan bersih. 2
Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri,
diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. 2
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena
aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh
diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada
remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit
jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. 3

3.9 KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: 5
Pneumonia karena virus
Peradangan jantung
Peradangan sendi
Peradangan hati
Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
Ensefalitis (infeksi otak).

3.10 PROGNOSIS
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. 5
Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 7,5 dari 10.000 kasus varicella. 5
Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan
komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5
-21-

Laporan Kasus Varicella


Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa
mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 27% dan sebagian besar penyebab
kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 5

3.11 PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya
penderita

gangguan

sistem

kekebalan),

bisa

diberikan

immunoglobulin

zoster

atau

immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia
12-18 bulan. 3

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Tn H, 39 th, datang ke Poli RSU Haji Surabaya dengan keluhan utama terdapat
lenting-lenting yang tersebar di seluruh tubuh. Setelah dilakukan anamnesis, maka dapat di ambil
hasil yaitu, Gejala prodormal yang terjadi pada Tn. H: demam, malaise, sakit kepala, gatal.
Eksantem mulai pada kulit kepala berambut atau badan berupa makula eritema yang berkembang
cepat menjadi vesikel. Lesi menyebar secara sentrifugal dari sentral ke seluruh bagian tubuh.
Terdapat lesi yang mengenai mukosa mulut.
Pada kasus ini, diagnosa varicella ditegakan karena dari anamnesa dan pemeriksaan
klinis yang ditemukan, sesuai dengan teori yang ada, yaitu pasien mengeluhkan adanya
lentingan-lentingan berisi cairan dengan dasar kemerahan yang terasa gatal. Sesuai dengan
karakteristik pasien dengan varicella, lentingan ini muncul diawali dari daerah dada yang lama
kelamaan menyebar hingga ke wajah, belakang telinga, leher punggung dan kedua ekstremitas.
Sebelum keluhan ini muncul, pasien pun mengalami beberapa gejala prodromal sesuai dengan
teori yang ada, yaitu adanya demam, sakit kepala dan malaise. Serta didapatkannya gejala berupa
lesi pada mukosa mulut, hal ini juga sesuai dengan teori varicella yang menyatakan bahwa lesi
dapat muncul di membran mukosa, seperti pada mulut, konjungtiva dan vagina.
Pemeriksaan fisik: Pada seluruh tubuh tampak vesikel dikelilingi halo macula eritem,
pustul, dan menjadi krusta. Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada seluruh bagian
tubuh pasien, ditemukan vesikel dengan penyebaran generalisata (hampir mengenai seluruh
-22-

Laporan Kasus Varicella


bagian tubuh namun masih terdapat kulit yang sehat). Beberapa vesikel masih tampak utuh,
namun beberapa lagi tampak terkelupas, cairan keluar dan basah. Beberapa bagian tampak cairan
vesikel yang kerluar dan telah mengering membentuk crusta.
Berikut adalah Perjalanan Penyakit varicella:
-

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 12-24 hari dengan rata-rata 15-18 hari.
Gejala prodromal (jarang pada anak-anak) biasanya pada dewasa: demam yang tidak

terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala.


Gejala awal adalah timbulnya erupsi kulit makula, kemudian papul eritematosa dan
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel jernih yang berbentuk oval,
tetesan embun (tear drops) pada dasar eritema, berubah menjadi pustule opaque,

kemudian dapat menjadi krusta.


Sementara proses perubahan berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru

sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.


Lesi tidak menimbulkan scar, tapi lesi yang besar dan yang menjadi infeksi sekunder

dapat sembuh dengan karakteristik bulat dan scar yang melekuk.


Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal
ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata (konjungtiva),

mulut (bucal mucosa), mukosa intestinal, paru-paru dan saluran napas bagian atas.
Jika terdapat infeksi sekunder, maka terdapat pembesaran kelenjar getah bening

regional.
Biasa disertai dengan rasa gatal.
Terdapat fase viremia antara hari ke 4 dan 6 yang menuju hati, spleen, paru dan organ

lain.
Secondary viremia terjadi pada hari ke 11-20, menyebabkan infeksi pada epidermis

dan munculnya lesi kulit.


Lebih parah pada bayi <2 minggu, dewasa dan pada pasien immunosuppressed.
Pada pasien immunosuppressed (post-transplantation, terapi kostikosteroid,
HIV/AIDS), varisela dapat menyebabkan penyakit klinis yang serius dengan

extensive cutaneous dan manifestasi sistemik.


Varisela dapat diikuti beberapa tahun kemudian dengan Herpes zoster biasanya pada

pasien yang imunosupresi.


Pada pasien ini terdapat riwayat kontak penularan dari teman kerjanya
Pada pemeriksaan penunjang Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox
skin test atau hepers skin test. Tzacnk smear ini adalah suatu test dengan cara men
scraping dasar dari ulcer untuk melihat tzanck cell (multinucleated cell) atau
pemeriksaaan sitologi pada bula yang intact untuk melihat acantholytic cells. Tzanck
cell ini biasanya pada:

Herpes Zoster
-23-

Laporan Kasus Varicella

Herpes simplex

Varicella

Pemhigus vulgaris

Cytomegalovirus
Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan

didapatkan sel datia berinti banyak. Tzanck smear ini mahal, membutuhkan waktu yang
lama, dan merupakan suatu prosedur yang invasive. Indikasi diakukannya tzanck smear
ini adalah untuk mendeteksi proses inflamasi/proses infeksi kulit, khususnya infeksi
herpes. Pada kasus ini pemeriksaan tzank smear tidak dilakukan karena memang
keterbatasan waktu dan alat, sehingga dalam mendiagnosis hanya dengan anamnesis yang
cukup serta temuan gejala yang khas pada varicella sesuai dengan teori.

-24-

Laporan Kasus Varicella

BAB V
KESIMPULAN

Infeksi Varisela merupakan infeksi primer disebabkan oleh virus Varicella-Zoster (VVZ).
Reaktivasi dari periode laten menyebabkan herpes zoster.
Di Indonesia morbiditas varisela masih tinggi. Mayoritas penderita adalah anak-anak dibawah
10 tahun dengan manifestasi klinis ringan. Pada keadaan tertentu penyakit ini memerlukan

penanganan khusus (penderita dewasa, ibu hamil, bayi, imunokompromais).


Penegakan diagnosa varisela berdasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Tzank smear, histopatologi, kultur virus, Imunofluoresensi, Serologis dan PCR)
Varisela harus dibedakan terutama dengan variola (smallpox), penyakit ini lebih berat,
memberi gambaran monomorfik dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh.
Komplikasi lebih sering terjadi pada penderita dewasa (pneumonia varisela primer dan
ensefalitis). Komplikasi yang sering terjadi pada anak adalah infeksi bakterial sekunder.
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan risiko komplikasi, durasi lesi serta jumlah lesi
dan mortalitas.
Pentalaksanaan

umum

mencakup

terapi

simtomatik

(antipiretik,

antipruritus)

dan

penatalaksanaan khusus yang terdiri dari terapi agen antiviral (penatalaksanaan utama) dan

vaksinasi (aktif dan pasif).


Pada remaja sehat dan dewasa, asiklovir oral kurang dari 24 jam sejak awal lesi kulit terbukti
paling efektif menurunkan keparahan (memperpendek masa sakit dan mengurangi lesi kulit)

serta menurunkan risiko infeksi sekunder. Asiklovir topikal tidak efektif.


Efektifitas valasiklovir dan famsiklovir lebih baik dibandingkan asiklovir, bioavaibilitas oral
lebih tinggi sehingga frekuensi dosis pemberian lebih jarang daripada asiklovir).
Infeksi VVZ yang resisten terhadap asiklovir disebabkan karena mutasi VVZ pada viral
thymidine kinase gene, dapat terjadi resistensi silang terhadap valasiklovir, famsiklovir,
gansiklovir dan pensiklovir. VVZ yang resisten terhadap asiklovir memberikan respon terapi

baik bila diterapi dengan foskarnet.


Setelah era vaksinasi varisela terjadi penurunan signifikan pada insidensi varisela 90% dan
mortalitas menurun 66%.
Vaksinasi aktif (VARIVAX & Proquad) dapat mencegah varisela hampir 100% kasus.
Vaksininasi aktif dalam 36 jam pasca paparan masih memberikan perlindungan. Antibodi
bertahan selama 15-20 tahun.
-25-

Laporan Kasus Varicella

Advisory Committee on Immunization Pratice (ACIP) dan American Academy of Pediatrics


merekomendasikan vaksin varisela pada : 1) vaksinasi rutin anak, 1 dosis pada 12-18 bulan;
2) usia lebih dari 12 tahun dan dewasa imunokompeten yang rentan, 2 dosis dengan interval
4-8 minggu; 3) individu risiko tinggi tertular; 4) pencegahan pasca paparan dan kontrol

wabah; 5) tempat penitipan anak dan sekolah.


Varicella-Zoster Immunoglobulin (VZIG) dapat mencegah atau meringankan varisela. Dosis 1
vial/10kg (im), maksimum 5 vial, diberikan dalam 96 jam setelah paparan sebagai profilaksis.
Pengobatan VZIG tidak mengurangi frekuensi infeksi, tetapi mengurangi keparahan dan

komplikasi.
Kriteria VZIG sebagai profilaksis varisela: 1) Pasien imunokompromais; 2) Neonatus dari ibu
yang memiliki tanda dan gejala varisela disekitar waktu persalinan (5 hari sebelum sampai 2
hari sesudah persalinan); 3) Bayi lahir prematur dengan usia gestasi lebih dari atau sama
dengan 28 minggu yang terpapar selama periode neonatal dan bila ibu tidak terbukti memiliki
imunitas terhadap varisela; 4) Bayi lahir prematur dengan usia gestasi kurang dari 28 minggu
atau memiliki berat lahir <1000 gram dan terpapar selama periode neonatal, tanpa
memperhatikan riwayat ibu sebelumnya (penyakit varisela ataupun vaksinasi); 5) Wanita

hamil.(6)
Centers for Disease control and Prevention (CDC) merekomendasikan vaksin herpes zoster
Live attenuated Zoster Vaccine (Zostavax) untuk semua orang dewasa usia 60 tahun atau

lebih yang imunokompeten.


Kontraindikasi vaksin varisela: Riwayat hipersensitifitas (anafilaksis) terhadap komponen
vaksin (neomisin dan gelatin), TBC aktif, demam >38,5C, imunodefisiensi, kehamilan, terapi
aspirin/ salisilat jangka panjang, terapi steroid dosis tinggi, dalam rentang waktu 4 minggu
terakhir mendapat vaksinasi aktif lainnya, dan sebagai resipien produk imunoglobulin atau

darah 3-9 bln sblm vaksinasi atau dalam 3 bulan setelah vaksinasi.
Vaksin varisela seperti obat, dapat menyebabkan reaksi alergi parah dan mengancam jiwa
terhadap dosis vaksin dan kandungan vaksin varisela sebelumnya (gelatin atau neomisin).
Efek samping vaksinasi yang umum adalah demam dan erupsi kulit dapat terjadi, baik di
tempat suntikan atau diseluruh bagian tubuh, terjadi pada 3-5% kasus.
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan hygiene memberi prognosis yang baik dan
jaringan parut yang timbul sangat sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

-26-

Laporan Kasus Varicella


1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil dari
http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal 15 Juli 2013.
3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : 2005
4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
5. Dewi

M.

Cacar

Air

(Varicella).

Diambil

dari

Medicastore.com

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&UID=20071115181404219.83.83.58.

Diakses

pada

tanggal 15 Juli 2013


6. Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Wolff K, et al. Varicella and Herpes Zoster. In:
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed; vol.2. New York: Mc Graw Hill
Co. 2008. p. 1885-1898.
7. Wolf K, Johnson RA. Varicella Zoster Virus Infection. In: Fitzpatricks Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 6th Ed. New York: McGrawill Co. p.831-834.
8. JamesWD, Berger TG, Elston DM. Varicella. In: Andrews Disease of The Skin; Clinical
Dermatology. 10th Ed. Canada: Saunders Elsevier Inc. 2006. p. 376-379
9. Lumintang H, Nilasari H, Indriatmi W, Zubier F, Daili SF. Penatalaksanaan Varisela di
Indonesia. Dalam: Penatalaksanaan Infeksi Herpes Virus Humanus di Indonesia 2011.
Surabaya: Arilangga University Press. 2011. h.47-62
10. Parmet S. Chicken Pox. In: JAMA (The Journal of the American Medical Association).
vol. 294; 7. 2005.

-27-

Anda mungkin juga menyukai