Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Teori Legitimasi
Seeperti yang diketahui, perusahaan beroperasi dalam batasan dan norma tertentu di
masyarakat. Batasan ini memunculkan suatu kontrak sosial yang akan selalu berubah
sehingga perusahaan harus selalu bermoral dalam operasinya untuk diakui legitimasinya.
Kontrak sosial ini mengacu pada ekspektasi masyarakat tentang bagaimana perusahaan
beroperasi. Adanya sanksi apabila perusahaan tidak mematuhi, membuat perusahaan
menyusun strategi, menurut Dowling dan Pfeffer (1975) yang disempurnakan oleh Lindbolm
(1994), sebagai berikut :
Berusaha merubah persepsi relevansi publik kinerja dan aktivitas agar sesuai dengan
nilai dan ekspektasi namun tidak merubah perilaku perusahaan
Berusaha untuk memanipulasi persepsi dengan mengalihkan perhatian dari masalah yang
menjadi perhatian terhadap isu-isu terkait lainnya
hubungan perusahaan dan lingkungan operasinya. Namun, dalam hal ini, perusahaan akan
menghadapi perubahan yang dinamis. Perusahaan pun merespon perubahan dengan
melakukan pengungkapan dengan karakteristik berikut (Deegan dan Gordon, 1996) :
-
Adanya korelasi positif antara sensitivitas lingkungan industri yang dimiliki perusahaan
dan tingkat pengungkapan lingkungannya
Akuntansi ada untuk implementasi strategi dan melegitimasi keberadaan perusahaan
Teori Stakeholder
Teori ini memandang bahwa setiap kelompok stakeholder memiliki pandangan yang
berbeda terhadap organisasi. Perusahaan pun harus mengoordinasikan semua kepentingan
stakeholder termasuk jika suatu ketika harus dilakukan pengorbanan terhadap kepentingan
investor.
Stakeholder yang dimaksud disini adalah kelompok atau individu teridentifikasi yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi dengan pencapaian tujuan organisasi (Freeman dan
Reed, 1983, p. 91). Clarkson (1995) membagi stakeholder menjadi dua bagian, yaitu :
-
Kekuatan tersebut ada dari penguasaan atas sumber daya yang terbatas, akses pada
media yang berpengaruh, kemampuan mempengaruhi konsumsi perusahaan dan kemampuan
legislasi atas perusahaan. Karena Semakin tinggi kekuatan semakin besar kemungkinan
terjadi konflik (Ullman, 1985; Friedman dan Miles, 2002), muncullah insentif untuk
mengungkapkan informasi untuk membuktikan jika perusahaan sejalan dengan stakeholder.
Ekspektasi dan kekuatan stakeholder pun akan selalu berubah. Oleh karena itu, penting bagi
perusahaan untuk bisa beradaptasi pada operasinya (Unerman dan Bennet, 2004; Friedman
dan Miles 2002) untuk mencegah penolakan dan menjaga posisi serta hubungan baik dengan
stakeholder (Gray, dkk, 1996; Roberts 1992)
Teori Institusional
Teori ini merupakan teori pelengkap atas kedua teori diatas, teori ini memberikan
pemahaman tentang bagaimana oerusahaan mengerti dan merespon perubahan sosial dan
tekanan serta ekspektasi pada institusi dengan menghubungkan pada nilai masyarakat untuk
menjaga legitimasi perusahaan.
Teori ini terbagi menjadi dua, yaitu isomorfik dan decoupling. Isomorfik terpusat
pada bagaimana perusahaan beradptasi pada berbagai tekanan institusional. Teori ini terbagi
lagi dalam :
a. Corcive : perusahaan berubah karena tekanan oleh stakeholder yang berpengaruh
b. Mimetic : perusahaan berubah untuk mendapat keuntungan kompetitif yang terjadi
karena organisasi gagal mengikuti praktik inovatif pada sektor yang sama sehingga
perusahaan kehilangan legitimasi. Mimetic ada karena ada coercive
c. Normatic : tekanan muncul dari norma kelompok, baik formal maupun informal
Sedangkan decoupling theory mengimplikasikan saat manajer mungkin merasa kebutuhan
atas organisasi mereka terlihat dengan mengadopsi praktek institusional tertentu dan mungkin
proses institusi formal tersebut bertujuan mengimplematasikan praktik ini. Praktek aktual
organisasi pun dapat sangat berbeda karena adanya sanksi formal yang diumumkan pada
publik atas praktik dan proses tersebut.