Modul - 1 - Hukum Dan Hukum Bisnis Upn

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

Modul Seri 1 : Hukum Bisnis

HUKUM BISNIS

Disusun Oleh :
Amyardi, SH, SE, MM.

Modul Seri 1 : Hukum Bisnis

HUKUM BISNIS
Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian dan ruang lingkup hukum.
2. Memahami pengertian dan ruang lingkup hukum perdata.
3. Memahami hukum perdata di Indonesia.
4. Memahami sejarah dan sistematika Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di
Indonesia.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian hukum dan tujuan hukum.
2. Menjelaskan hukum obyektif dan subyektif.
3. Menjelaskan pengertian hukum perdata.
4. Menjelaskan ruang lingkup hukum perdata.
5. Membedakan hukum perdata dengan enam bidang hukum lainnya.
6. Menjelaskan hukum perdata di Indonesia.
7. Menjelaskan sistem hukum perdata di Indonesia.
8. Menguraikan sejarah terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di
Indonesia.
9. Menjelaskan sistematika Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di Indonesia.
Uraian yang ada dalam pokok bahasan merupakan hal-hal yang pokok saja yang dirangkum
dari buku-buku :
1. Prof. R. Soebekti, SH. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta : PT. Intermasa, 1984, hlm.
9-18.
2. Riduan Syahrani, SH. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung : Alumni
1992, hlm. 1-43.
3. Dr. Wiryono Prodjokoro, SH. Asas-asas Hukum Perdata. Bandung : Sumur Bandung,
1976, hlm. 10-101.
4. Prof. A. Pitlo. Asas-asas Hukum Perdata, terjemahan oleh Djasadin Saragih. Bandung :
Alumni 1973, hlm. 8-13; 73-82.
5. Asis Safioedin, SH. Beberapa Hal Tentang Burgelijk Wetboek. Bandung : Alumni 1986,
hlm. 1-47.

1.1. PENGERTIAN HUKUM


Untuk membuat pengertian hukum akan sulit dan sangat luas sebab akan
menyangkut segala lapangan kehidupan, dan orang akan membicarakan tentang
keadilan dan ketidakadilan yang menyangkut hubungan antar manusia,
disamping itu hukum tidak dapat dilihat atau ditangkap dengan pancaindera,
melihat hal tersebut akan sulit untuk membuat pengertiannya.
Pengertian untuk pegangan bagi seseorang yang sedang mempelajari
hukum adalah sebagai berikut :
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau izin untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib
dalam kehidupan masyarakat.
Menurut pendapat ahli :
a. HMN. Poerwosutjipto ( 1998 : 1 ).
Hukum adalah keseluruhan norma, yang oleh penguasa Negara atau
penguasa masyarakat yang berwenag menetapkan hukum, dinyatakan
atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau
seluruh anggota masyarakat, dengan tujuan untuk mengadakan suatu
tatanan yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.
b. Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., dan Purbacaraka, SH. ( 1978 : 12 )
denga menjelaskan pengertian yang diberikan oleh masyarakat terhadap
hukum : Hukum diartikan sebagai :
1. Ilmu pengetahuan;
2. Suatu disiplin:
3. Kaidah:
4. Tata hukum:
5. Petugas: ( law enforcement officier ):
6. Keputusan pengusaha:
7. Proses pemerintahan:
3

8. Sikap tidak ajeg atau perilaku yang teratur, dan


9. Nilai nilai.

TUJUAN HUKUM :
Secara umum tujuan dari hukum adalah, untuk mengatur tata tertib
masyarakat secara damai dan adil, serta akan memberikan faedah,
sehingga memberikan jaminan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
Sedangkan menurut UTRECHT : ada dua macam kepastian hukum.
a. Kepastian oleh karena hukum
Contohnya, kepastian hukum yang telah diatur Undang-undang.
b. Kepastian dalam atau dari hukum
Kepastian dalam hukum tercapai apabila hukum itu, sebanyakbanyaknya hukum undang-undang, dalam undang-undang tersebut
tidak ada ketentuan-ketentuan yang bertentangan, undang-undang itu
dibuat berdasarkan kesadaran hukum yang sungguh-sungguhnya dan
dalam undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang
ditafsirkan secara berlainan.

1.1.2..Perbuatan Hukum
1.1.3. Peristiwa Hukum
1.1.4. Lapangan Hukum
1.1.5. Sifat Peraturan Hukum
1. Bersifat Umum :
a. Tidak ditujukan kepada seseorang tertentu, tetapi untuk tiap orang yang
terkena.

b. Tidak hilang kekuasaan berlakunya bila peraturan tersebut telah berlaku


terhadap sesuatu peristiwa tertentu, tetapi senantiasa masih berlaku bagi
peristiwa-peristiwa yang diaturnya.
2. Bersifat Abstrak :
Untuk dapat diketahui perlu peraturan hukum diwujudkan. Perwujudan ini
dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan.
1.1.6. Hukum Obyektif Hukum Subyektif
Hukum Obyektif : dapat dibedakan dari sudut pandang sebagai berikut:
a. Berdasarkan sumbernya
- Historis
- Filosofis
- Sosiologis
- Formil
b. Berdasarkan Daerah Kekuasaan
Yaitu sebagai daerah kekuasaan hukum akan berlaku hukum nasional dan
hukum internasional dalam suatu wilayah satu negara.
c. Berdasarkan Kekuatan Berlakunya
c.1. Hukum Paksa, ialah hukum dalam keadaan kongkrit harus ditaati,
hukum

yang

dalam

keadaan

bagaimanapun

juga tidak

dapat

dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak.


c.2. Hukum Tambahan, ialah hukum yang dalam keadaan kongkrit dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Contoh : penyewa tidak boleh lagi menyewakan yang disewa tetapi
dalam keadaan kongkrit dengan mengadakan persetujuan dengan yang
menyewakan, penyewa dapat lagi menyewakan sebagian yang disewa.
d. Berdasarkan Isinya
d.1. Hukum Publik
5

Yaitu, hukum yang mengatur kepentingan umum, dan yang


termasuk dalma hukum publik adalah :
Hukum Negara
Hukum Acara

Hukum Tata Negara

Hukum Tata Usaha Negara

Pidana

Perdata

Hukum Perburuhan
Hukum Pajak
Hukum Antar Negara
Hukum Pidana
d.2. Hukum Privat. Hukum Privat
Yaitu, hukum yang mengatur kepentingan khusus, dan yang termasuk
dalam hukum privat adalah :
1. Hukum Perdata
2. Hukum Dagang
3. Hukum Perselisihan
a. Hukum Perselisihan Nasional
- Intergentil
- Interlokal
- Interregional
- Antar Agama
b. Hukum Perselisihan Internasional
e. Berdasarkan Pemeliharaan
e.1. Hukum Material, yang mengatur isi perhubungan antara kedua belah
pihak atau yang menerangkan perbuatan mana yang dapat dihukum dan
hukum apa yang dapat dijatuhkan.
6

e.2. Hukum Formal, menunjukkan cara menjalankan peraturan-peraturan


hukum yang

bersangkutan. Dalam hal ini, dengan menyelesaikan

perselisihan di muka hakim.


Hukum Subyektif
Ialah hak yang diberikan oleh hukum obyektif (norma-norma hukum)
yang dapat dibedakan :
a. Hukum Mutlak (Absolut)
Disebut

hak mutlak

karena memberikan

kekuasaan

kepada

yang

bersangkutan wajib dihormati oleh setiap orang lain.


Contoh : Hak milik atau kepunyaan
b. Hak Relatif (Relaitif)
Memberikan hak kepada orang tertentu untuk menuntut kepada orang lain
tertentu guna berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu atau memberi
sesuatu.
Contoh : hak penyewa untuk menuntut bayar sewaan dari yang menyewa.
1.2. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA
Pengertian Hukum Perdata
Apakah hukum perdata itu ?
Menurut Subekti, hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum
privat materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingankepentingan perseorangan. (Subekti, 1980, hlm. 9).
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan, hukum perdata adalah hukum
yang mengatur kepentingan antara warga negara perseorangan yang satu
dengan warga negara perseorangan yang lain. (Sofwan, 1975, hlm. 1)

Wirjono Prodjodikoro mengatakan, hukum perdata adalah suatu


rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum satu sama lain tentang
hak dan kewajiban. (Prodjodikoro, 1975, hlm. 7-11).
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan hukum perdata ialah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang/badan hukum yang satu dengan orang/badan hukum yang
lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan (pribadi/badan hukum). Hukum perdatalah yang mengatur dan
menentukan, agar dalam pergaulan masyarakat orang dapat saling mengetahui
dan menghormati hak-hak dan kewajiban-kewajiban antar sesamanya, sehingga
kepentingan tiap-tiap orang dapat terjamin dan terpelihara dengan sebaikbaiknya.
Hukum Perdata Dalam Arti Luas dan Hukum Perdata Dalam Arti
Sempit
Hukum perdata dalam arti luas ialah bahwa hukum sebagaimana tertera dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW), Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (WvK) beserta sejumlah undang-undang yang disebut undang-undang
tambahan lainnya. Undang-undang mengenai Koperasi, undang-undang nama
Perniagaan.
Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana terdapat
dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).
Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil,
yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan. Hukum
perdata ada kalanya dipakai dalam arti sempit, sebagai lawan hukum dagang.
(Subekti, 1978, hlm. 9)
Dengan perkataan lain, hukum perdata dalam arti luas ialah meliputi
semua peraturan-peraturan hukum perdata baik yang tercantum dalam KUH
8

Perdata/BW maupun dalam KUHD dan undang-undang lainnya. Hukum perdata


(sebagaimana tertera dalam KUH Perdata/BW) mempunyai hubungan yang
erat dengan hukum dagang (KUHD). Hal itu tampak jelas dari isi ketentuan
Pasal 1 KUHD. Mengenai hubungan kedua hukum tersebut dikenal adanya
adagium lex specialis derogat legi generali (hukum yang khusus : KUHD
mengesampingkan hukum yang umum : KUH Perdata).
jelas dari isi ketentuan Pasal 1 KUHD. Mengenai hubungan kedua hukum
tersebut dikenal adanya adagium lex specialis derogat legi generali (hukum
yang khusus : KUHD mengesampingkan hukum yang umum : KUH Perdata).
Hukum Perdata Material dan Hukum Perdata Formal
Hukum perdata dilihat dari segi fungsinya dibedakan menjadi dua :
Hukum perdata material ialah aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak
dan kewajiban-kewajiban perdata itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa
hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap
subjek hukum.
Hukum perdata formal menentukan tata cara menurut mana pemenuhan hakhak material tersebut dapat dijamin. Dengan kata lain, bahwa hukum perdata
formal mengatur bagaimana tata cara seseorang menuntut haknya apabila
dirugikan oleh orang lain. hukum perdata formal mempertahankan hukum
perdata material, karena hukum perdata formal berfungsi menerapkan
hukum perdata material apabila ada yang melanggarnya. Hukum perdata
formal sering juga disebut dengan hukum acara perdata.
BIDANG HUKUM LAINYA :
Di atas telah dijelaskan pengertian hukum perdata, hukum perdata dalam arti
luas dan sempit umum, hukum perdata material, maupun hukum perdata formal.
Agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai

hukum perdata, lebih-lebih jika dibandingkan dengan bidang hukum lainnya,


maka berikut ini disajikan uraian bidang hukum lainnya.

Hukum Tata Negara


Kusumadi Pudjosewojo berpendapat, hukum tata negara adalah hukum yang
mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan; menunjukkan masyarakat
hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya;
menegaskan wilayah lingkungan dan rakyat masing-masing masyarakat hukum;
menunjukkan alat-alat perlengkapan negara yang berkuasa dalam masingmasing masyarakat hukum dan susunannya, wewenang serta imbangan dari
alat-alat perlengkapan tersebut.
Dari uraian di atas dapat diketahui isi dari hukum tata negara :
Mengatur tentang bentuk negara : negara kesatuan atau federal.
Mengatur tentang bentuk pemerintahan : republik atau kerajaan.
Mengatur masyarakat hukum mana yang atasan dan mana yang bawahan.
Mengatur/menentukan alat perlengkapan negara mana yang memegang
kekuasaan.
Mengatur tentang luas lingkup kekuasaannya.
Mengatur tentang siapa yang menjadi rakyat, serta apa tugas/kewajibannya.
Mengatur tentang tugas-tugas alat perlengkapan negara tersebut, serta
mengenai susunannya.
Hukum Administrasi Negara
Secara singkat dapat dikatakan bahwa hukum administrasi negara mengatur
bagaimana cara alat-alat perlengkapan negara harus berbuat sesuatu dalam
melaksanakan tugasnya. Umumnya sering dikatakan bahwa hukum administrasi
negara mengatur negara dalam keadaan bergerak. (Mertokusumo, 111986, hlm.
110).
Hukum Pidana

10

Hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap


kepentingan umum, perbuatan pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam
dengan hukuman yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang
bersangkutan.
Hukum pidana dibagi atas :
Hukum pidana material memuat perbuatan-perbuatan melanggar hukum
yang disebut delik dan diancam dengan sanksi.
Hukum pidana formal (hukum acara pidana) mengatur bagaimana caranya
negara menerapkan sanksi pidana pada peristiwa kongkret atau mengatur
bagaimana melaksanakan atau menegakkan hukum pidana material,
misalnya : jika terjadi pencurian bagaimana mengusutnya, mengajukan ke
pengadilan, mengadili, memutuskan serta melaksanakan putusan.
Hukum Adat
Soekanto mengatakan, hukum adat adalah kompleks adat-adat yang
kebanyakan tidak dikitabkan, atau tidak dikodifikasikan, bersifat memaksa dan
mempunyai sanksi, maka mempunyai akibat hukum.
Unsur-unsur yang terdapat dalam hukum adat :
1. Peraturan-peraturan yang umumnya tidak tertulis dan tidak dikodifikasikan.
2. Bersumber pada adat istiadat bangsa Indonesia.
3. Berlaku bagi orang Indonesia asli dan orang timur asingg.
4. Berlaku secara spontan (serta merta), memaksa, mempunyai akibat hukum,
jika dilanggar.
Hukum Islam
Hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan, Sunnah Rasul, dan Ijtihad. Dari
pengertian tersebut tampak bahwa jika dilihat dari sumbernya maka hukum
Islam berkedudukan lebih tinggi daripada hukum positif lainnya, sebab hukum

11

positif lainnya bersumber pada akal budi manusia, misalnya : hukum perdata,
hukum pidana, hukum pajak, dan sebagainya.
Hukum Agraria
Keseluruhan peraturan hukum tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
agraria. Sedangkan pengertian agraria menurut Pasal 1 Undang-undang Pokok
Agraria ialah meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, merupakan kesatuan wilayah Republik Indonesia yang
berasal dari karunia Tuhan Yang Maha Esa. Dari ketentuan tersebut dapat
diketahui bahwa hukum agraria mengatur tentang bagaimana agraria (menurut
pengertian Pasal 1 UUPA) dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi bangsa Indonesia,
karena pada dasarnya kesemuanya itu adalah karunia Tuhan bagi bangsa
Indonesia seluruhnya.
ASAS ASAS HUKUM PERDATA :
Sebelum masuk dalam uraian mengenai asas-asas hukum perdata, penting
terlebih dulu dipahami kembali bahwa hukum perdata sebagaimana yang
dimaksud, ialah hukum perdata yang terdapat dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUH Perdata).
Beberapa asas yang terpenting, antara lain :
1. Anggapan individualistis (Privaat) terhadap hak eigendom. Mengandung
pengertian bahwa yang berhak itu dapat menikmatinya dengan sepenuhnya
dan menguasainya dengan sebebas-bebasnya. Menguasai benda dengan
sebebas-bebasnya

mengandung

pengertian

subjek

dapat

melakukan

perbuatan hukum macam apa pun juga terhadap sesuatu benda, misalnya :
memperalihkan kepada orang lain; memakainya sebagai jaminan utang;
menyewakan kepada orang lain, dan sebagai jaminan utang; menyewakan
kepada orang lain, dan lain-lain. Selain daripada itu si subjek juga dapat

12

melakukan perbuatan-perbuatan yang

material, misalnya : memiliki

hasilnya; memakainya; merusaknya; memeliharanya dan lain-lain.


2. Asas kebebasan berkontrak. Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap
orang dapat mengadakan perjanjian apa pun juga, baik yang telah diatur
dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang
(lihat Pasal 1338 KUH Perdata).
3. Dalam lapangan hukum keluarga berlaku tatanan materi monial dan
ketidakcakapan berbuat dari seorang istri (lihat Pasal 105, 108, 110, 300 ayat
(1) KUH Perdata). Tetapi di dalam perkembangan asas tersebut mengalami
perubahan atau pergeseran yang

disebabkan oleh perubahan keadaan

masyarakat/kemajuan masyarakat. berlakunya SEMA 3/1963 membawa


pengaruh yang besar terhadap berlakunya asas tersebut, seorang istri tidak
lagi dinyatakan tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
4. Di dalam perkawinan berlakulah asas monogami yang berarti dalam waktu
yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai seorang
perempuan sebagai istrinya. UU 1/1974 membuka peluang untuk
berpoligami asalkan dipenuhi isi ketentuan-ketentuan dari UU 1/1974 (Pasal
3 ayat (2), Pasal 4; Pasal 5).
1.2.6. Sistematika Kitab Undang-undang Hukum Perdata/BW di Indonesia
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata/BW) di Indonesia
mempunyai sistematika yang berbeda jika dibandingkan dengan sistematika
dari kitab undang-undang hukum yang lainnya. Dengan adanya sistematika
tersebut dimaksudkan agar mempermudah untuk memperoleh kejelasan tentang
isinya sehingga dapat membantu dalam penerapannya.
Apabila ditilik dari segi sistematikanya, ternyata hukum perdata di
Indonesia mengenal dua sistematika : (Syahrani, 1985, hlm. 29; Subekti, 1978,
hlm. 16-17).

13

a. Menurut ilmu pengetahuan hukum, sistematika hukum perdata material


terdiri :
1. Hukum tentang orang/hukum perorangan/badan pribadi (Personen recht).
2. Hukum tentang keluarga/hukum keluarga (Familie recht).
3. Hukum tentang harta kekayaan/hukum harta kekayaan/hukum harta
benda (Vermogen recht).
4. Hukum waris (Erfrecht).
b. Sistematika hukum perdata menurut undang-undang, yaitu hukum perdata
sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata/BW) yang terdiri dari :
Buku I

: tentang orang (Van personen)

Buku II : tentang benda (Van zaken)


Buku III : tentang perikatan (Van Verbintenissen)
Buku IV : tentang pembuktian dan kedaluwarsa (Van bewijs en Verjaring)
Sistematika yang terakhir (b) tersebutlah yang dianut hukum perdata dan yang
sekarang berlaku. Tetapi jika kita amati, tampaklah bahwa sistematika tersebut
ternyata terpengaruh oleh sistematika Corpus Iuris Civilis yang dibuat pada
zaman Kaisar Yustianus di Romawi (abad ke-6), yang membagi dalam empat
bagian.
ISTILAH dan PENGERTIAN HUKUM BISNIS.
Hukum bisnis lebih dikenal dari pada Hukum dagang, atau Hukum perusahaan.
Dimana muncul karena adanya Kitab Undang Undang Hukum Dagang
( KUHD ) yang dalam bahasa belanda disebut dengan Wet Boek van
Koopenhadel ( WvK )

14

Anda mungkin juga menyukai