Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi

merupakan

bagian

dari

alat

pengunyahan

pada

sIstem

pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan


dalam status kesehatan perorangan. Penyakit gigi yang sering diderita oleh
hampir semua penduduk Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi merupakan
penyakit yang sering ditemukan pada setiap strata sosial masyarakat
Indonesia baik pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan serta anakanak dan dewasa. Keparahan karies gigi akan menyebabkan pulpa terbuka
dan menjadi infeksi yang akan menjadi penyebab infeksi bagi gigi-gigi
sekitarnya dan bagi organ tubuh lainnya, hal ini tentu akan mengganggu
fungsi normal gigi.
Penyebab karies gigi adalah hal-hal yang dekat dengan kehidupan
kita sehari-hari, oleh karena itu semua orang mempunyai resiko terserang
karies, namun semua orang juga dapat mencegahnya dengan menjaga
kesehatang gigi dan mulut.
Dari hal-hal yang telah diungkapkan diatas maka laporan ini
membahas

tentang karies gigi. Diharapkan pembuatan laporan ini dapat

membuat mahasiswa menjadi lebih paham tentang karies gigi dan hal-hal
penting lainnya yang berkaitan dengan topik tersebut.
1.2 Batasan Topik

Pembahasan dibatasi pada definisi karies, etiologi karies, patogenesis


karies, klasifikasi karies, gejala karies, penanganan karies, serta pencegahan
terhadap terjadinya karies.

1 | Page

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Karies
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada
dalam suatu karbohidrat yang difermentasikan.
Tanda karies adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Demineralisasi
sendiri adalah pengurangan kandungan zat mineral (kalsium, phospat,
fluor) pada enamel gigi. Sehingga bila proses ini berlanjut

dapat

menyebabkan terbentuknya kavitas pada enamel gigi dan berlanjut


hingga ke struktur lapisan dibawahnya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri
yang jika semakin parah dapat menyebabkan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan
nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya terjadi proses
reminalisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat
dicegah dan dihentikan.
2.2 Etiologi Karies
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa,
dapat difermentasikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH mulut akan menurun hingga di bawah 5 dalam tempo 1 3
menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses
kariespun

dimulai.

Paduan

keempat

faktor

penyebab

tersebut

digambarkan sebagai empat lingkaran yang bersinggungan. Karies hanya


bisa terjadi jika keempat faktor tersebut ada.

2 | Page

Karies (caries) adalah penyakit multifaktorial yang meliputi (Keyes 1960):


1. Faktor Host (Gigi dan Saliva)
a. Gigi
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau
alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies
juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan. Plak yang
mengandung bakteri marupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena
itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang
karies. Kawasan-kawasan tersebut yaitu:

Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit

bukal molar dan pit palatal insisif.


Permukaan halus di daera proksimal sedikit di bawah titik kontak
Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva
Pemukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena

penyakit periodontium
Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper
Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan
jembatan

b. Saliva

3 | Page

Adalah suatu cairan oral yang komplek yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah
besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. 90% dihasilkan dari kelenjar
submaksiler dan kelenjar parotis, 5% oleh kelenjar sublingual , dan 5% lagi
oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini di hasilkan
pada saat makan, sebagai reaksi atas rangsang yang berupa pengecapan
dan pengunyahan makanan. Pengeluaran saliva akhirnya akan berhenti
pada saat tidur sebab ada manusia kelenjar liur tidak diproduksi jika tidak
dirangsang. Pada dewasa 1-2 ml/menit saliva diproduksi, sedangkan pada
penderita xerostomia < 0,1 ml/menit.
Fungsi saliva:
Membentuk lapisan mucus pelindung pada membrana mukosa yang
akan bertindak sebagai barier terhadap iritan dan akan mencegah
iritan dan akan mencegah kekeringan.
Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris sel, dan bakteri
yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak.
Mengatur PH rongga mulut karena mengandung bikarbonat,fosafat
dan protein amfoter. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya
berakibat pada peningkatanPH dan kapsitas buffernya. Oleh karena
itu, membrane mukosa akan terlindung dari asam yang ada pada
makanan dan pada waktu muntah. Selain itu, penurunan PH plak,
sebagai akibat ulah organisme yang asidogenik akan dihambat,
Membantu menjaga intgritas gigi dengan berbagai cara karena
kandungan kalsium dan fosfatnya. Saliva membantu menyediakan
mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurna terbentuk
pada saat awal setelah erupsi gigi. Pelarutan gigi dihindari atau
dihambat, dan mineralisasi dirangsang dengan memperbanyak aliran
saliva. Lapisan glukoprotein yang terbentuk oleh saliva pada
permukaan gigi (acquired pellicle) juga akan melindungi gigi dengan
menghambat keausan karena abrasi dan erosi.
Mampu melakukan aktivitas anti bakteri dan anti virus karena selain
mengandung antibody spesifik(IgA), juga mengandung lyzozyme,
lactoferin, dan laktoperosidase.

4 | Page

Akibat penurunan produksi saliva


Mukosa oral, tanpa daya proteksi dan lubrikasi saliva, akan mudah
luka dan terkena infeksi, jika produksi saliva menurun, maka makanan yang
membutuhkan pengunyahan banyak akan sukar dilakukan. Kemampuan
berbicara juga akan menurun karena berkurangnya fungsi librikasi.
Akumulasi plak akan meningkat dan akan terjadi modifikasi flora plak
sehingga jumlah kandida, lactobacillus dan streptococcus mutans makin
banyak.
Menstimulasi aliran saliva
Zat perangsang produksi saliva
1. Permen karet atau permen isap asam
2. Mouth lubricant (PH 2,0) dan lemon Mucilag (PH 2,8) kedua produk ini
mengandung asam sitrat.
3. Salivix yang berisi asam malat, gomarat, kalsium laktat, natrium fosfat, lylasin
dan sorbitol.
4. Pilocarpin hydroclorine dan asam nikotinat, Merupakan Zat pengganti Saliva.
Menyediakan

ion-ion

fosfat

dan

kalsium

untuk

membantu

proses

remineralisasi.
Daya anti karies saliva-buffer

Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi


dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga

mulut.
Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan F ke dalam
plak

dapat

menurunkan

kelarutan

email

dan

meningkatkan

remineralisasi karies dini.


Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia
dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan
pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula.
Kapasitas penyangga dan pH saliva erat hubungan nya dengan
kecepatan sekresi nya. Nilai pH kelenjar parotis meningkat dari 5,7
ketika saliva tidak terrangsang, menjadi 7,4 pada saat tingkat produksi
sedang

tinggi.

Penngkatan

tingkat

kecepatan

saliva

juga

mengakibatkan naiknya kapasitas buffernya.

5 | Page

Beberapa komponen saliva yang tremasuk dalam komponen non


immunologi

seperti

lysozyme,

lactoperoxydase,

dan

laktoferin

mampunyai daya anti bakteri yang langsung terhadap mikroflora

tersebut sehingga derajat asidogenik nya berkurang.


Molekul immunoglobin A disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat
didalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi
di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan

immunoglobin A di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies.


Protein saliva dapat meningkatkan ketebalan acquired pelide
sehingga dapat membantu menghambatpengeluaran ionfosfat dan

kalsium dari email.


2. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan karies. Plak
merupakan lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal saliva,
yang terdiri dari selsel mikroorganisme yang melekat erat ke suatu
permukaan sehingga berada dalam keadaan diam (sesil), tidak mudah
lepas / berpindah tempat (irreversible). Jika tidak dihapus secara teratur
dapat menyebabkan gigi berlubang atau masalah periodontal (radang gusi).
Pelekatan ini seperti pada bakteri disertai oleh penumpukan bahanbahan
organik yang diselubungi oleh matrik polimer ekstraseluler yang dihasilkan
oleh bakteri tersebut. Matriks ini berupa struktur benang benang bersilang
satu sama lain yang dapat berupa pelekat bagi plak.
Bakteri yang biasanya terdapat dalam plak adalah: Streptococcus
mutans,

Streptoccocus

milis,

Streptoccocus

sanguis,

Streptoccocus

salivarius, dan Lactobacillus. Namun yang paling banyak ditemukan


adalahdalah Streptoccocus mutans karena mempunyai sifat acidogenik
(membuat lingkungan menjadi asam) dan acidurik (rentan terhadap asam).
Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk melekat dan
berkolonisasi

pada

jaringan

mulut

(Brady,

1992),

hal

ini

karena

Streptococcus mutans mempunyai berbagai polimer permukaan sel sebagai


bahan antigen yang dikenal sebagai antigen B, 1/I1, IF, Pac, SR, P1
(Matshusita, 1994). Antigen tersebut berperan sebagai adhesin yang memiliki
reseptor pada salah satu komponen saliva yang dikenal sebagai reseptor
adhesin sehingga terjadi interaksi antara bakteri dengan saliva yang dapat
membentuk lapisan biofilm di permukaan gigi atau bahan restorasi sehingga
menghantar

terjadinya

proseskolonialisasi

Bakteri Streptococcus mutans dapat berikatan dan beragregasi


6 | Page

dengan berbagai molekul saliva seperti: sIgA, B2, mikroglobulin, histidin rich
polipeptides, glikoprotein 60 kD dan glikoprotein dengan berat molekul tinggi.
Khusus untuk antigen Pac diketahui dapat berikatan dengan protein saliva
dengan berat molekul 28000 kD, lisozim dan a amilase. Protein saliva yang
berikatan dengan molekul Pac tersebut dikenal dengan agglutinin saliva
sebagai media perlekatan (adherensi) bakteri Streptococcus mutans (Nakai
dkk, 1993).
Peran Bakteri pada Karies Gigi :
Kolonisasi : memperbanyak jumlah dalam satu spesies
Agregasi
: memperbanyak jumlah antar spesies
Transien
: menempati sementara
Presisten
: menempati selamanya (flora normal)

3. Faktor Substrat atau Diet


Bahan makanan (karbohidrat) dapat memicu terjadinya karies gigi
harus kontak dengan permukaan gigi dalam waktu cukup lama. Karbohidrat
ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering dikonsumsi, terutama
jenis yang lengket atau melekat pada gigi , maka kemungkinan terjadinya
karies

juga

cukup

tinggi.

Ada jenis karbohidrat yang dijumpai, yaitu : tepung polisakarida, sukrosa dan
glukosa, dimana sukrosa paling mudah menyebabkan terjadinya karies atau
lubang gigi.
Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hampir semua makanan,
sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak
banyak dijumpai pada makanan : permen, coklat, kue-kue dan gula.
Sedangkan karbohidrat dalam buah-buahan tidak menimbulkan karies,
karena jumlahnya tidak banyak. Meskipun karbohidrat dapat menyebabkan
karies, namun demikian kita tidak perlu takut untuk mengkonsumsinya,
asalkan kita rajin membersihkan dan merawat gigi kita dengan baik dan
benar.
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan
sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut
fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi.
Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan.
Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida
7 | Page

dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila
demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang
menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan
demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan
asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstrasel. Makanan dan minuman
yang mengandung gula akan menrunkan pH plak dengan cepat sampai pada
level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat
asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal, dibutuhkan
waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan
berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email.
Sintesa polisakarida ekstrasl dari sukrosa lebih cepat ketimbang
glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang
paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Dan karena
sukrosa merupakan gula yan paling banyak dikonsumsi maka sukrosa
merupakan penyebab karies utama.
4. Faktor waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi
makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme
gula menjadi asam dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena
dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral
gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
Terdapat 2 teori etiologi karies :
1. Teori asidogenik
Mikroorganisme pada lesi karies menghasilkan bahan yang bersifat
asam karies
2. Teori proteolitik
Mikroorganisme

masuk

saluran

organic

pada

stadium

lanjut

menghancurkan jaringan tersebut


2.3 Patogenesis Karies
8 | Page

Proses terjadinya karies:


Polisakarida intrasel
(untuk perlekatan
bakteri)
Substrat (sukrosa,
dll)
+
(dari proses
determinasi)

\\

Plak (bakteri)

Asam
laktat
demineralis
asi

caries

Gigi (email/ dentin/


sementum)

Penjelasan:
Gula terolah seperti sukrosa dan glukosa memiliki kariogenitas yang
sangat efektif dalam menimbulkan karies, terutama sukrosa. Sukrosa
dan pada tingkatan yang lebih rendah glukosa, dimetabolismekan
sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel dan ekstrasel
yang memungkinkan bakteri melekat pada permukaan email yang
bertumpuk dan akan menjadi plak. Plak ini menyediakan cadangan
energi

bagi

metabolisme

kariogenik

selanjutnya,

serta

bagi

perkembangbiakan bakteri kariogenik walaupun gula yang dikonsumsi


telah lama dibersihkan. Bakteri yang menempel pada permukaan gigi
yang bergula akan melakukan fermentasi yaitu mengubah glukosa,
fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses
glikolisis sehingga menghasilkan asam (pH turun, di bawah 5,5) yang
akan menyerang crystal apatit dan melarutkan permukaan email, dan
terjadi demineralisasi yang mengakibatkan proses awal pembentukan
karies pada email. Tanda yang pertama ini ditandai dengan adanya suatu
noda putih atau lesi putih. Pada tahap ini, proses terjadinya karies dapat
dikembalikan.
Email terdiri atas kristal hidroksiapatit yang tersusun dalam prisma.
Pada keadaan normal, hidroksiapatit akan seimbang dengan adanya ionion dalam saliva yang bersifat buffer. Hal ini merupakan proses
remineralisasi. Remineralisasi dapat dipercepat dengan adanya fluoride
yang terdapat pada air minum, makanan atau pasta gigi.

9 | Page

2.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut dalamnya struktur jaringan yang terkena
a. Karies superfisial/email
mengenai lapisan email, dapat menyebabkan iritasi pulpa
berkembang sangat lambat (3-4tahun)
gambaran klinisnya terdapat white spot
b. Karies media/dentin
karies mengenai lapisan dentin sehingga dapat menyebabkan
reaksi hiperemia pada pulpa
terasa nyeri jika terkena rangsangan panas atau dingin
c. Karies profunda/pulpa
karies mengenai lebih dari setengah dentin bahkan menembus
pulpa
2. Klasifikasi menurut lokasi karies
a. Karies pit dan fisur biasanya sulit dideteksi; lubang akan semakin
dalam , hingga di dentinproses perlubangan mengikuti pola segitiga
ke arah pulpa
b. Karies permukaan halus
3. Klasifikasi menurut tingkat progresifitasnya
a. Karies akut
berkembang dan memburuk dengan cepat; misalnya rampan
karies
b. Karies kronis
berjalan lambat, penampakkan warna kecoklatan sampai hitam
b. Karies terhenti
lesi karies tidak berkembang, dapat dikarenakan perubahan
lingkungan
karies proksimal, biasanya sulit dieteksi sehingga memerlukan
pemeriksaan radiografi
karies akar, biasanya terbentuk ketik permukaan akar telah
terbuka karena resesi gingiva. Jika gingiva sehat maka karies
tidak akan berkembang
4. Klasifikasi menurut keparahan atau kecepatan perkembangannya
a. Karies ringan
karies pada daerah yang memang sangat rentan terhadap
karies, misanya pada permukaan oklusal gigi molar permanen
b. Karies moderat/sedang
meliputi permukaan proksimal dan oklusal gigi posterior
c. Karies parah
menyerang gigi anterior yang biasanya bebas karies
5. Klasifikasi menurut waktu terjadinya
c. Karies primer
terjadi pada lokasi yang belum pernah memiliki riwayat karies
sebelumnya
10 | P a g e

d. Karies sekunder
timbul pada lokasi yang telah memiliki riwayat karies sebelumnya;
biasanya pada tepi tumpatan
6. Klasifikasi menurut Mount and Hume
Table Klasifikasi Mount Dan Hume :

Keterangan:
a.

Minimal lesion
suatu lesi yang hanya sedikit mengenai daerah remineralisasi.
b. Moderate size
suatu kavitas yang lebih besar, tapi masih tersedia cukup struktur
c.

gigi guna mendukung restorasi.


Enlarged
mahkota giginya telah melemah karena kavitas telah meluas
sehingga tonjolan gigi yang masih ada perlu dilindungi agar tidak
pecah. Dengan demikian harus dimodifikasi dan diperluas

sehingga terlindungi.
d. Extensive
sudah terdapat kavitas yang sangat luas missal sudah kehilangan
satu tonjol atau ujung insisal.

Tambahan:
a. Rampan Karies
terjadi kerana ketidak seimbangan mineralisasi dalam waktu lama
di

dalam rongga

mulut diakibatkan peningkatan

konsumsi

karbohidrat atau mungkin karena berkurangnya fluoride


Rampan karies yang spesifik adalah babby bottle caries pada
anak-anak yang berhubungan dengan riwayat bayi misalnya
tertidur dengan botol susu masih di dalam rongga mulut yang
berisi sirup atau juice (megandung gula), pemberian ASI dengan

11 | P a g e

periode yang lama, memakai dot kosong yang dicelupkan ke


dalam madu, sirup atau gula.
Frekuensi makan karbohidrat yang tinggi pada anak dengan
kebiasaan tidur minum susu botol merupakan penyebab utama
dari penularan bakteri kariogenik pada anak dan peningkatan

metabolisme dari bakteri.


Gejala klinis rampan karies:
o Deklasifikasi email pada gigi deciduas atau gigi permanent
Jaringan keras gigi yang terkena karies menjadi sangat lunak,
berwarna

kuning

muda

atau

merah

muda

(pink)

bila

dibandingkan dengan warna karies kronis yang coklat tua


o Multiple kavitas
o Gigi terlihat coklat atau hitam
o Lesi dapat bekembang dimana saja, sering pada permukaan

yang biasanya bebas dari karies


Perawatan pada Rampan Karies adalah sebagai berikut:
o Penumpatan sementara untuk mengurangi rasa sakit, biasanya
ditutup dengan semen znoe/Ca(OH)
o Penilaian diet dengan pembatasan konsumsi gula
o Intruksi oral hygiene, misalnya dengan selalu menyikat gigi
setiap habis makan dan sebelum tidur.
o Perawatan flour di rumah dan klinik gigi dengan baik dengan
menggunakan pasta gigi berfluoride ataupun suplemen fluoride

b. Arrested karies

lesi karies yang tidak berkembang, misalnya disebabkan oleh


perubahan lingkungan
c. Recurrent karies
karies yang terbentuk dibawah atau sekeliling mahkota atau tambalan
yang sudah ada. Bakteri dan partikel makanan dapat masuk ke bagian
antara gigi dan tambalan bila tambalan tidak tepat atau terjadi
keretakan.
a. Intermittent caries
Karies yang memiliki periode aktif dan tidak aktif secara berselangseling
2.5

Gejala
Ringan belum ada rasa nyeri, disklorasi coklat atau hitam yanhg

masih sangat kecil serupa titik


Relativ lanjut disklorasi coklat atau hitam, lesi putih yang berbeda
dari warna gigi ( white spot ), serta adanya kavitas yang jika tidak segera
ditangani dapat mencapai pulpa dan menyebabkan rasa nyeri.

12 | P a g e

2.6

Faktor Resiko Karies

Penilaian resiko karies menurut American Academy of Pediatrics Dentistry


Indikator
resiko karies
Kondisi-klinis

Resiko rendah
-

Resiko sedang

tidak ada gigi yang

karies

selama
-

tidak ada

terakhir
-

bulan terakhir
-

terdapat

satu

terdapat

satu

area

demineralisasi enamel

area

(karies enamel white

demineralisasi

demineralisasi

spot lesion)

enamel (karies

enamel

(karies -

enamel

enamel

white

white

spot lesion)
-

karies - ada karies selama 12

selama 24 bulan

24

bulan terakhir

ada

Resiko tinggi

spot lesion)

radiografi

dijumpai karies enamel


-

tidak dijumpai - gingivitis


plak, tidak ada

secara

dijumpai plak pada


gigi anterior

gingivitis

banyak

jumlah

S.mutans
-

menggunakan alat
ortodonti

Faktor Resiko Demografi


1. Umur
Anak kecil biasanya sering mengalami karies pada mahkotanya
akibat belu sempurnanya pertumbuhan gigi yg mengakibatkan sisa
makanan dapat terselip di daerah ginggiva di sekitar gigi yang sedang
tumbuh. Di lain hal orang tua bisanya mengalami karies akar karena
mengalami resesi gigi.
2. Jenis kelamin
Data DMF menunjukan bahwa reiko karies pada wanita lebih
besar dari pria, oleh karena oral higien wanita baik kasus missing
sedikit ditemukan. Pda pria yang bisanaya memiliki oral higien buruk
menyebabkan kasus filling sering dijumpai
3. Sosial ekonomi
Pendidikan seseorang dapat membantu karena orang tersebut
lebih banyak mengerti tentang kesehata

gigi dan mulut. Faktor

pekerjaan juga mempengaruhi karena ada beberapa jenis pekerjaaan


meliliki resiko terkena karies lebih tinggi.
13 | P a g e

2.7

Pencegahan Karies
1. Pencegahan karies pada anak
a. Dental Helath Education, diberikan kepada

orangtua maupun

langsung kepada anak yang sudah dapat diberi pengertian.


b. Menjaga kesehatan mulut:
- Dengan menunjukkan cara menyikat gigi yang baik, jangan
sampai ada sisa makanan tertinggal di dalam mulut.
- Menganjurkan untuk memakan makanan yang dapat membantu
menjaga kebersihan mulut.
c. Memberikan nutrisi yang baik dengan makanan bergizi tinggi.
d. Melakukan prophyolactic odontomy:
e. Mengadakan pemolesan terhadap setiap tambalan untuk
mencegah terjadinya karies sekunder.
f. Menggunakan flour untuk mencegah terjadinya dental caries,
penggunaan flour dapat secara sistemik maupun oral.
2. Pencegahan karies pada dewasa
a. Menjaga kebersihan mulut (oral hygiene) dengan baik, yaitu:
- Menyikat gigi dengan benar dan teratur
- Flossing
- Mouthwash
- Dental checked up 2 kali setahun
- Flouride
b. Diet rendah karbohidrat.
c. Menggunakan fluoride melalui pasta gigi, mouthwash,
supplement, air minum, fluoride gel. Fluoride dapat meningkatkan
ketahanan gigi.
d. Penggunaan pit and fissure sealant (dental sealant).
b. Menghilangkan plak bakteri.
c.
3. Pencegahan karies oleh dokter gigi
a. Pencegahan Primordial
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan
dentin

atau

gigi

pada

umumnya.

Seperti

kita

ketahui

yang

mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein


untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin
D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga
dibutuhkan. Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya
diberikan kalsium yang diberikan dalam bentuk tablet, dan air minum
yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh terhadap
pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.
b. Pencegahan Primer
14 | P a g e

Hal ini ditandai dengan:


a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara
menyingkirkan plak
yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang
mengandung fluor dan
menggunakan benang gigi (dental floss).
b. Memberikan perlindungan khusus (spesific protection)
Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari
serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme.
Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah
karies.
c.

Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak

berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa


dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh melakukan
penambalan pada gigi dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah
kehilangan struktur gigi yang luas.
Diagnosa Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal
yang sangat penting sejak
disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja
melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.4
Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan
yang baik dan obyek (gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat
banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus dibersihkan terlebih
dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan tepat.
Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi dengan
gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi
harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara
yang disemprotkan perlahan-lahan.

15 | P a g e

Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan


tajam. Biasanya
pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai
terasa menyangkut.
Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru
mulai karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru
mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam karies sehingga
penyebaran karies akan semakin cepat
d. Pencegahan tersier
Adalah

pelayanan

yang

ditujukan

terhadap

akhir

dari

patogenesis penyakit yangdilakukanuntuk mencegah kehilangan


fungsi, yang meliputi:
a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan
pengobatan yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat
syaraf (perawatan saluran akar), pencabutan gigi dan sebagainya.
b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau
pengembalian fungsi
dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan
(protesa).
2.8 Penanganan Karies
a. Oral hygiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak.
Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran
plak secara teratur.
Pemeriksaan gigi secara rutin dapat membantu mendeteksi dan
memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.
b. Konsultasi Diet
Pada saat gigi pasien baru terkena karies, maka sebelum
melakukan restorasi, harus diselidiki dahulu apakah dietnya
mengandung komponen kariogenik atau tidak. Informasi demikian
dapat dicatat pada suatu lembaran diet yang berisi segala sesuatu
yang dimakan & diminum oleh pasien dan dapat dibahas bersama
pasien

pada

kunjungan

selanjutnya.

Kemudian

diberikanlah

nasehat tentang bagaimana cara memperbaiki diet tersebut.


16 | P a g e

Konsultasi diet seringkali dilaksanakan bersama-sama dengan


petunjuk pelaksanaan oral hygiene.
c. Pengendalian Plak
Kehadiran plak harus ditunjukkan kepada pasien dengan
memakai larutan penjelas (disclosing agent) dan pasien hendaknya
diberi tahu bagaimana menghilangkannya dengan memakai sikat
gigi atau dental floss yang cocok. Upaya khusus semacam ini
penting bagi keberhasilan perawatan jangka panjang terutama jika
direncanakan perawatan yang rumit.
Bercak putih email di permukaan bukal dan libgual dapat
dikendalikan dengan pembuangan plak secara teratur. Cara ini
lebih disukai ketimbang melakukan perawatan operatif dan
keberhasilannya tergantung kerjasama pasiennya.
d. Aplikasi Fluor Topikal
Aplikasi larutan fluor ke permukaan gigi atau lebih baru lagi
dengan gel fluor telah dilaksanakan sejak tahun empat puluhan dan
keefektifannya telah dievaluasi oleh Muray & Rugg-Gunn (1982).
Senyawa fluor yang sering digunakan antara lain: NaF (fluor
2%); SnF (fluor 8%); ApF (fluor 1,9%), dengan penggunaan ini
resiko timbulnya karies dapat turun hingga 40%.
Untuk aplikasi topical, gigi harus dibersihkan dan dikeringkan
dahulu, baru kemudian larutan fluor diaplikasikan selama 4 menit
dengan gulungan kapas kecil, atau gel fluor menggunakan sendok
cetak khusus. Dengan gek, kedua rahang dapat dikerjakan
sekaligus, sementara dengan menggunakan larutan aplikasi harus
dilakukan kuadran demi kuadran. Fluor gel rasanya tidak enak dan
banyak anak-anak enggan memakainya. Oleh karena itu ada yang
berpendapat bahwa waktu tersebut lebih bermanfaat bila digunakan
untuk konsultasi diet.
Metode pengaplikasian fluor yang paling baru adalah
pemakaian pernis khusus, Duraphat (Woelm Pharma GmbH,
Escwege, Jerman), yang merupakan larutan resin berisi 50mg Na-F
per milliliter dalam alcohol. Mula-mula gigi dibersihkan dan
dikeringkan dahulu, baru kemudian resin diaplikasikan dengan
menggunakan butuiran kapas. Cara ini jauh lebih menyenangkan
bagi pasien dan lebih cepat daripada pemakaian gel fluor.
Pemakaian Duraphat yang dianjurkan adalah sebanyak 2 kali

17 | P a g e

setahun dan dari sejumlah survey ternyata reduksi karies mencapai


sekitar 40% (Schimidt, 1981).
Lesi bercak putih dapat diremineralisasikan dan dicegah dari
proses demineralisasi lebih lanjut dengan dengan aplikasi kadar
fluor

rendah

secara

teratur.

Efek

kliniknya

adalah

untuk

mengeraskan permukaan email, walaupun perubahan warna tetap


tidak hilang. Secara mikroskopik, mineral didepositkan kembali di
bagian dalam email. Keadaan ini bisa dicapai dengan jalan
berkumur larutan fluor (0,05 % NaF) atau menggosok gigi dengan
pasta gigi fluor setiap harinya, disertai pengendalian diet dan
pelaksanaan hygiene oral yang efektif.
e. Penutup Fisur (Fissure Sealant)
Fisur merupakan daerah yang sedikit sekali kebagian manfaat
fluoridasi air minum. Fisur anak-anak yang tiap harinya minum air
yang telah ditambahi fluor ini tetap rentan terhadap karies. Oleh
karena

itu,

aplikasi

bahan

penutup

fisur untuk mencegah

berkembangnya karies di fisur akan sangat bermanfaat. Suatu


penutup fisur dari resin dapat diaplikasikan pada email setelah
emailnya dibersihkan, diisolasi, dipersiapkan dan dikeringkan.
Karies fisur timbul segera setelah gigi erupsi dan fisur yang
luput dari serangan karies pada periode ini mungkin akan tetap
bebas karies. Dengan demikian, agar aplikasi penutup fisur menjadi
efektif, aplikasinya harus dilakukan segera setelah gigi terlihat
muncul di rongga mulut, ketika erupsinya belum sempurna. Isolasi
giginya mungkin sulit dilakukan, tetapi yang penting isolasi karet
dapat mencegah terbasahinya penutup fisur sehingga tidak
mengganggu retensinya.
Sealant merupakan bahan yang diaplikasikan pada pit dan
fissure yang dalam untuk mencgah terjadinya karies. Material resin
yang

digunakan

sebagai sealant adalah Bis-GMA.

Indikasi

penggunakan fissure sealant antara lain untuk gigi yang belum


terkena karies, permukaan oklusal gigi molar, gigiyang baru erupsi,
gigi yang dapat diisolasi dan pada anak dengan resiko karies tinggi,
sebaiknya juga dilakukan fissure sealant pada gigi premolarnya.
Sedangkan kontraindikasinya adalah gigi yang sudah terkena kaies.

18 | P a g e

Teknik aplikasi fissure sealant adalah sebagai berikut :


1) Pulas permukaan oklusal dengan brush dan pumis hingga
bersih.
2) Intruksikan pasien untuk berkumur.
3) Isolasi gigi dengan cotton roll atau isolator karet dan keringkan.
4) Email dietsa dengan larutan atau gel asam fosfat (30%-50%)
selama 60 detik.
5) Cuci 20 detik dan keringkan.
6) Reisolasi gigi dengan cotton roll pada 1 kwadran dan
keringkan. Jika permukaan enamel tidak tampak putih, etsa
ulang.
7) Aplikasikan bahan sealant (Bis GMA resin), dan hindari
gelembung udara.
8) Polimerisasikan dengan sinnar visible selama 20-30 detik.
9) Periksa oklusid engan articulating paper.
10)Jika ada peninggian gigit, hilanhkan dengan menggunakan
round 12-fluted carbiede atau bur diamond.
Faktor keberhasilan sealant antara lain etsa yang adekuat; postetch washing; permukaan enamel harus bersih dan kering sebelum
aplikasi sealant (jangan sampai terkontaminasi saliva); intensitas
dan durasi light curing untuk komplit polimerisasi.
f. Preventive Resin Restoration (PRR)
Merupakan pengembangan penggunaan sealant oklusal,
yang menyatukan cara pencegahan terapi sealant untuk pit dan
fissure

yang

rentan

karies

dengan

terapi

restorasi

karies

menggunakan resin komposit yang terjadi pada permukaan oklusal


yang sama. Manfaat dari Preventive Resin Restoration adalah
untuk mempertahankan struktur jaringan yang sehat dengan cara
menumpat fissure yang karies dengan resin komposit dengan
melapisi sealant di atas komposit dan jaringan sekitarnya.
Indikasi penggunaan preventive resin restoration adalah
untuk lesi dangkal sebatas enamel, lesi nsebatas dentin, lesi kelas I
yang dangkal dengan ukuran kecil. Diagnosis untuk karies pit dan
fissure sulit sekali untuk dideteksi karena hamper sama dengan
anatomi normal. Namun dapat pula deteksi karies didapatkan
dengan gambaran antara lain : lunak pada dasar pit & fissure,
enamel lunak yang mengelupas jika dilakukan explorasi, dan

19 | P a g e

adanya porus enamel ( oleh karena demineralisasi) terlihat chalky,


opaque bila dikeringkan dengan udara.
Ada 3 tipe preventive resin restoration berdasarkan luas dan dalam
lesi kariesnya,yaitu :
1. Tipe A : karies sebatas enamel
2. Tipe B : karies melibatkan dentin yang kecil dan terbatas
3. Tipe C : karies yang melibatkan dentin yang lebih luas dan
dalam.
PRR Tipe A
Menggunakan unfilled composit resin
Tehnik aplikasinya :
Bersihkan permukaan oklusal
Isolasi gigi dengan cotton rolls
Hilangkan decalcified enamel
menggunakan

low

speed

pada

round

pit

bur

&

(no

fissure

atau

)enameloplasty
Etsa 20-60, bilas 20 dan keringkan 15
Aplikasi sealant, hindari gelembung
Polimerisasi sinar 20(atau sesuai aturan pabrik)
PRR Tipe B
Menggunakan diluted composit resin
Tehnik aplikasinya :
Bersihkan permukaan oklusal
Isolasi gigi dengan cotton rolls
Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner
Ca(OH)2
Etsa 20-60, bilas 20 dan keringkan 15
Aplikasi bonding agent dan komposit
Aplikasi sealant
Polimerisasi sinar
PRR Tipe C
Menggunakan filled composit resin dan

sebagian

besar

membutuhkan anastesi local.


Tehnik aplikasinya :
Bersihkan permukaan oklusal
Isolasi gigi dengan cotton rolls
Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner

Ca(OH)2
Etsa 20, bilas 20 dan keringkan 15
Aplikasi bonding agent dan komposit resin-curing
Aplikasi sealant
Polimerisasi sinar.
Pada saat mengaplikasikan PRR, lakukan isolasi daerah kerja

dengan

menjaga

permukaan

gigi

agar

tetap

kering

agar

20 | P a g e

keberhasilan retemsinya baik. Isolasi dapat dilakukan dengan


pemberian cotton roll atau rubber dam. Namun pada anak kecil,
mungkin kurang nyaman jadi memerlukan upaya lebih oleh operator
untuk menjaganya.
Untuk preparasi kavitasnya gunakan bur intan bulat kecil
dengan kecepatan rendah untuk membuang dentin karies sehingga
daerah ini harus tidak berwarna dan terasa keras jika di cek dengan
sonde. Selain itu, karies lunak yang menutupi pulpa dibuang, baik
mengguanakan bur kecepatan rendah atau ekskavator tajam.
Pada saat pelapikan (liner) setiap dentin yang terbuka
gunakan dengan Ca(OH)2. Kavitas yang dalam, dapat diberi
pelapik kedua berupa semen ionomer dan lakukan secara hati-hati
agar dinding email yang akan teretsa tidak tertutup. Kemudian
dinding email dan permukaan oklusal di etsa, dan dicuci setelah
dilakukan pengeringan selama 20 detik.
Dalam penumpatan atau pengaplikasian gunakan resin
komposit untuk gigi posterior, dan bahan tidak akan terpolimerisasi
dengan baik jika ketebalan resin melebihi 2mm sehingga bahan
harus diaplikasikan selapis demi selapis, serta setiap lapisan
dipolimerisasi dengan sinar. Kemudian aplikasikan bahan penutup
ceruk atau pit dan fissure (unfilled resin) dan meratakannya dengan
sonde. Pastikan juga tidak ada gelembung udara dan kelebihan
bahan dapat diambil dengan butiran kapas sebelum dipolimerisasi.
Setelah pengaplikasian resin selesai, lakukan evaluasi
dengan cara mengecek oklisi dengan articulator paper, jika ada
kelebihan buang dengan bur dan pulas akhir komposit. Sealant
harus diperiksa ulang setiap 6 bulan dan jika sealant hilang maka
prosedur diatas dapat diulang kembali.

21 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
----------. 1982. Pengelolaan Anak dengan Caries Bagian Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Undip. Semarang: Simposium Edema.
Kidd, Edwina A.M. & Sally Joyston Bechal. 1992. Dasar-dasar Karies.
Jakarta : EGC
Anonim. Tanpa tahun. Menuju Gigi & Mulut Sehat, Pencegahan dan
Pemeliharaan.

Usupress.usu.ac.id

Ford, T. R Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Jakarta: EGC.


Julianti,

Riri

dkk.

2008.

Gigi

dan

Mulut

Tutorial.

FK

UNRI

(yayanakhyar.wordpress.com)
Nurwati, Diana. Tanpa tahun. Slide presentasi : Karies Gigi. Universitas
Airlangga: Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi.
Pintauli, Sondang & Tizo Hamada. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat
(Pencegahan dan Pemeliharaan). Medan : USUpress.
Schmidt H.F.M. 1981. Evaluation of Duraphat fluoride varnish as caries
prophylactic

based

upon

clinical

result

available

in

1981.

Kariesprophylaxe, 3, 117-123.
Silverstone L.M. 1982. The use of pit and fissure sealant in dentistry, present
status and future developments. Pediatric Dentistry, 4, 16-21
Kuntari, Satiti. Tanpa tahun. Slide presentasi : Makanan dan Karies Gigi.
Universitas Airlangga

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai