Mekanika Batuan Campuran
Mekanika Batuan Campuran
LABORAN
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
ITB, 12 13 JUNI 2009
1. I. Latar Belakang
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan merupakan
ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. Hal ini menyebabkan
mekanika batuan memiliki peran yang dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan
penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya.
Sehingga untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai macam
uji coba baik itu dilaboratorium maupun dilapangan langsung atau secara insitu.
Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti uji kuat tekan
uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu.
Mekanika batuan sendiri mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh dari penelitian ini
adalah kuat tekan batuan (t), kuat tarik batuan (c ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v),
selubung kekuatan batuan (strength envelope), kuat geser (), kohesi (C), dan sudut geser dalam
().
Masing-masing karakter mekanik batuan tersebut diperoleh dari uji yang berbeda. Kuat tekan
batuan dan Modulus Young diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial. Pada penelitian ini nilai kuat
tekan batuan dan Modulus Young diambil dari nilai rata-rata hasil pengujian lima contoh batuan.
Untuk kuat tarik batuan diperoleh dari uji kuat tarik tak langsung (Brazillian test). Sama dengan
uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik tak langsung menggunakan lima contoh batuan untuk
memperoleh kuat tarik rata-rata. Sedangkan selubung kekuatan batuan, kuat geser, kohesi, dan
sudut geser dalam diperoleh dari pengujian triaksial konvensional dan multitahap.
Selain mengamati sifat mekanik atau dinamik dari batuan dalam praktikum ini juga akan diamati
sifat fisik batuan tersebut, dengan mengamati bobot dan masa jenisnya dalam beberapa keadaan.
1. II. Teori Dasar
1. A. Uji Kuat Tekan Uniaksial ( UCS )
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang paling
umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (t ),
Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan. Contoh batuan
berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter
contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan
yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil
pengujian akan didapat beberapa data seperti:
1. Kuat Tekan Batuan (c)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari contoh
batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur didefinisikan sebagai kuat tekan
uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan :
c = F
A
Keterangan :
c = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)
2. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas batuan
bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena
adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus
elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Modulus
elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar
arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan
regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
= ..(2.2)
a
Keterangan:
.
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai modulus elastisitas
yaitu :
1. Tangent Youngs Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50%
dari nilai kuat tekan uniaksial.
2. Average Youngs Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva tegangan- tegangan.
3. Secant Youngs Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada
kurva regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya
diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial.
Gambar 2.1 Metode perhitungan modulus young
3. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan regangan
aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion)
akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan dengan
persamaan :
V = l ..(2.3)
a
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
l = regangan lateral (%)
a= regangan aksial (%)
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh. Tipe
pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas permukaan
contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe pecah,
yaitu :
a. Cataclasis
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik dilakukan untuk menentukan cepat rambat
gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh batuan. Pada uji ini, waktu tempuh
gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur dengan menggunakan Portable
Unit Non-destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT). Kecepatan rambat gelombang primer
ditentukan melalui persamaan 2.5.
Vp= L .(2.5)
tp
Keterangan:
L = panjang contoh batuan yang diuji (m)
Vt= waktu tempuh gelombang ultrasonik primer (detik)
tp = cepat rambat primer atau tekan (m/detik)
Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: ukuran butir dan bobot isi, porositas dan kandungan air, temperature kehadiran
bidang lemah.
1.c.i. Ukuran butir dan bobot isi
Batuan yang memiliki ukuran butir halus atau kecil memiliki cepat rambat gelombang lebih
besar daripada batuan dengan ukuran butir kasar atau besar. Hal ini disebabkan karena batuan
berbutir kasar akan memberikan ruang kosong antar butir lebih besar dibandingkan batuan
berbutir halus. Ruang kosong inilah yang menyebabkan cepat rambat gelombang menurun
karena tidak ada media perambatannya. Sama halnya dengan ukuran butir, batuan berbutir halus
memiliki bobot isi yang lebih padat dibandingkan batuan berbutir kasar. Karena kerapatan antar
butir yang tinggi dan sedikitnya ruang kosong yang dimiliki batuan. Oleh karena itu, batuan yang
memiliki bobot isi tinggi memiliki cepat rambat gelombang yang tinggi.
1. Porositas dan kandungan air
Porositas merupakan banyaknya rongga dalam suatu batuan terhadap volume keseluruhan. Jadi
semakin tinggi nilai porositas akan menunjukan semakin banyak rongga atau ruang kosong di
dalam batuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi porositas maka cepat rambat
gelombang akan semakin kecil. Kandungan air dalam batuan yang cenderung berpori akan
merubah kecepatan rambat gelombang di dalam batuan tersebut. Pada nilai porositas tertentu,
kecepatan rambat gelombang akan bertambah besar karena terjadinya peningkatan derajat
kejenuhan air. Hal ini terjadi karena kecepatan rambat gelombang di dalam air jauh lebih besar
dari di udara.
2.Temperatur
dalam pengolahan data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb. Hasil pengujian triaksial
kemudian diplot kedalam kurva Mohr- Coulomb sehingga dapat ditentukan parameter-parameter
kekuatan batuan sebagai berikut:
Kohesi (C)
Pada pengujian triaksial, contoh batuan dimasukkan kedalam sel triaksial, diberi tekanan
pemampatan (3), dan dibebani secara aksial (1), sampai runtuh. Pada uji ini, tegangan
menengah dianggap sama dengan tekanan pemampatan (3= 1).
Alat uji triaksial yang digunakan merupakan merujuk pada alat triaksial yang dikembangkan oleh
Von Karman pada tahun 1911 (Gambar 2.4). Di dalam apparatus ini, tekanan fluida berfungsi
sebagai tekanan pemampatan (3 ) yang diberikan kepada contoh batuan. Fluida dialirkan dengan
menggunakan pompa hidraulik dan dijaga agar selalu konstan.
Gambar 2.4 Aparatus uji triaksial Von Karman, 1911 (Patterson, 1978)
Pada mulanya, beban aksial merupakan instrumen utama yang mengendalikan uji ini. Namun
dengan perkembangan teknologi masa kini sudah memungkinkan untuk mengendalikan uji ini
melalui kontrol beban atau deformasi yang dialami contoh batuan, bahkan dengan menggunakan
katup servo, regangan aksial dan tekanan pori dapat juga diatur besarnya. Untuk penelitian ini,
digunakan mesin tekan Control seri 85060715 CAT C25/B tanpa katup servo.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Triaksial
1. Tekanan pemampatan
Tekanan pemampatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam uji triaksial. Besarnya
tegangan aksial pada saat contoh batuan runtuh saat pengujian triaksial selalu lebih besar
daripada tegangan aksial saat contoh batuan runtuh pada pengujian kuat tekan uniaksial. Hal ini
disebabkan karena adanya penekanan (pemampatan) dari arah lateral dari sekeliling contoh
batuan pada uji triaksial. Berbeda pada pengujian kuat tekan uniaksial, tekanan pemampatannya
adalah nol (zero confining pressure), sehingga tegangan aksial batuan lebih kecil. Berdasarkan
penelitian Von Karman (1911) pada batuan marbel Carrara dapat dilihat dengan adanya tekanan
pemampatan pada contoh batuan mengakibatkan kenaikan tekanan aksial dan bersifat lebih
ductile. Gambar 2.5 menunjukkan semakin tingginya tegangan puncak (peak) jika tekanan
pemampatannya semakin besar.
2. Tekanan pori
Dari penelitian Schwartz pada tahun 1964 yang mempelajari tentang tekanan pori pada uji
triaksial terhadap batuan sandstone (lihat Gambar 2.6). Dapat disimpulkan bahwa naiknya
tekanan pori akan menurunkan kekuatan batuan.
Gambar 2.5 Pengaruh tekanan pemampatan terhadap kurva teganganregangan pada batuan Carrara marble oleh Von Karman, 1911
(Vutukuri & Katsuyama, 1994)
Gambar 2.6 Pengaruh tekanan pori terhadap kurva tegangan-regangan
pada batu sandstone oleh Schwartz, 1964 (Vutukuei, Lama & Saluja,
1974)
3. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur menghasilkan penurunan kuat tekan batuan dan membuat
batuan semakin ductile. Gambar 2.7 menunjukkan kurva tegangan diferensial (deviatoric stress,
3-1) regangan aksial untuk batuan granit pada tekanan pemampatan 500 MPa dan pada
temperatur yang berbeda-beda. Pada temperatur kamar, sifat batuan adalah brittle, tetapi pada
temperatur 800 0C batuan hampir seluruhnya ductile. Efek temperatur terhadap tegangan
diferensial saat runtuh untuk setiap tipe batuan adalah berbeda. Pada penelitian ini, pengaruh
temperature diabaikan.
Gambar 2.7 Pengaruh temperatur terhadap kurva tegangan diferensialregangan aksial untuk batuan granit pada tekanan pemampatan 500
MPa oleh Griggs, 1960 (Vutukuri & Katsuyama, 1994)
4. Laju deformasi
Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan batuan. Hal ini terbukti dari
penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961, Serdengecti dan Boozer melakukan penelitian
tentang pengaruh kenaikan laju deformasi pada uji triaksial. Dari penelitian mereka pada batuan
limestone dan gabbro solenhofen,
Gambar 2.8 Pengaruh laju deformasi terhadap kurva kuat tekantekanan pemampatan untuk batuan Westerly granite oleh Logan dan
Handin, 1970 (Vutukuri & Katsuyama, 1994)
yang terikat berpindah sepanjang bidang geser. Proses ini terjadi secara perlahan dari tarikan
(tension) dan berakhir dengan geseran (shear).
Karena tekanan pemampatan semakin naik, contoh batuan mulai terdeformasi secara ductile (laju
deformasi semakin menurun) dan contoh batuan sudah mulai bersifat plastis (tipe 4). Apabila
tekanan pemampatan dinaikkan kembali, contoh batuan akan bersifat sangat plastis dan akan
sukar untuk mendapatkan kekuatan puncaknya (tipe 5).
Gambar 2.9 Diagram skematik berbagai tipe deformasi batuan pada
pengujian triaksial oleh Griggs dan Handin, 1960 (Vutukuri &
Katsuyama, 1994)
1. III. PERCOBAAN
1. Prosedur Kerja
A.1. Uji Sifat Fisik Contoh Batuan
Tujuan : Untuk Mendapatkan sifat-sifat fisik batuan di laboratorium dengan peralatan yang
tersedia.
Cakupan :
Porosity
Void ratio
Peralatan :
Timbangan
Oven
Langkah Kerja
1. Siapkan contoh batuan yang akan dipreparasi
2. Penimbangan berat contoh batuan: Wn
3. Kemudian contoh batuan dimasukan kedalam eksikator
4. Eksikator dibersihkan kemudian bibir dan tutupnya diolesi vaselin
5. Isi eksikator dengan air hingga penuh dan udara dalam eksikator dihisap dengan bantuan
pompa vakum sampai tidak ada gelembung udara yang keluar dari contoh batuan
6. Penimbangan berat contoh batuan jenuh: Ww, ( setelah contoh batuan dijenuhkan dengan
air didalam eksikator yang hampa udara selama 24 jam ).
7. Peimbangan berat contoh batuan jenuh tergantung didalam air: ws
8. Penimbangan berat contoh batuan kering: Wo, ( setelah contoh batuan dikeringkan
didalam oven selama 24 jam pada temperature oven 900
A.2. Uji Sifat Dinamik Batuan ( Sonic Velocity Test )
Tujuan :
Untuk mengukur cepat rambat gelombang Ultrasonic pada contoh batuan yang biasanya
dilakukan sebelum uni UCS
Jangka Sorong
Pasta / Gemuk
Dial Gauge
Jangka Sorong
Stopwatch
Langkah Kerja
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes.
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara manual.
3. Contoh uji harus memenuhi syarat L/D = 2.
4. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan contoh batuan dipusat antara plat atas dan
plat bawah mesin tekan. Contoh batuan diletakkan dengan permukaan bawah menempel
pada plat bawah.
5. Pada mesin tekan dipasang tiga buah dial gauge untuk mengukur deformasi aksial, lateral
1, dan lateral 2.
6. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan tinggi akan masuk kedalam silinder.
Piston dalam silinder bergerak kebawah sampai permukaan contoh batuan menyentuh
plat tekan bagian atas. Karena kedua permukaan contoh batuan telah menyentuh plat
tekan menyebabkan kenaikan piston terhambat sehingga gaya didalam contoh batuan
meningkat. Besarnya gaya yang ada di dalam contoh batuan ini ditransmisikan ke system
alat pengukur gaya. Matikan pompa.
7. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol
8. hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval 2 kN hingga
terjadi failure dan dicatat proses pembebanan deformasi aksial dan lateralnya.
9. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum penunjuk yaitu jarum hitam dan jarum
merah. Jarum hitam menunjukkan gaya di dalam contoh batuan, sedangkan jarum merah
di gerakkan oleh jarum hitam. Bila contoh batuan hancur (failure) gaya di dalam contoh
batuan berkurang, jarum hitam akan bergerak kembali ke nol dan jarum merah tertinggal
pada skala terakhir yang ditunjukkan jarum hitam. Maka gaya maksimum yang mampu
ditahan oleh contoh batuan akan ditunjukkan oleh jarum merah.
10. Matikan motor dan catat juga lamanya waktu percobaan. Lakukan cara yang sam untuk
contoh batuan yang lain.
F
Plat tekan
F
Uji Kuat Tekan
A.4. Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Test)
Tujuan : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari percontoh
batu berbentuk silinder secara tak langsung.
uji.
Cakupan : Mengetahui nilai kuat tarik (tensile strength) tak langsung dari batu yang di
Peralatan :
Dial Gauge
Jangka Sorong
Stop Watch
2R
H
Langkah Kerja
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara manual
3. siapkan contoh batuan dengan ukuran dimensi panjang = setengah kali diameter
(L=D)
1. Lakukan persiapan mesin tekan. Letakkan contoh batuan dipusat antara plat atas dan plat
bawah mesin tekan, dengan dinding silinder menempel pada plat atas dan plat bawah
dengan terlebih dahulu dilapisi kertas karbon untuk pembacaan sudut
2. Pasang dial gauge untuk mengukur deformasi aksial
3. Hidupkan mesin tekan sehingga contoh batuan menyentuh plat tekan bagian atas
4. Lakukan pembacaan penambahan gaya setiap interval 1 kN atau 2 kN
Dan catat proses pembebanan deformasi aksial sampai contoh batuan pecah dan jarum hitam
akan bergerak kembali ke nol.
A.5. Uji Kuat Geser ( Direct Shear Test)
Tujuan : Untuk mengetahui kuat geser batuan, harga kohesi dan sudut geser dalam baik
puncak (peak), semu ( apparent) atau sisa dari batuan pada tegangan normal tertentu.
Cakupan :
Kohesi (C)
Peralatan :
Jangka Sorong
Stop watch
F normal
F geser
F geser
Uji Geser Langsung
Langkah Kerja :
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes
2. Contoh batuan diletakkan dalamsuatu cetakan beton dengan perbandingan tertentu
sehingga merupakan suatu kesatuan dengan beton tersebut.
3. Letakkan contoh batuan yang telah berada dalam cetakan beton ke dalam alat shear box.
4. Pasang dial gauge untuk mrngukur perpindahan pada arah pergeseran. Atur pada posisi
nol.
5. Berikan gaya normal menggunakan bandul dengan berat tertentu.
6. Berikan gaya gaser dengan besar tertentu menggunakan mesin direct shear otomatis.
7. Lakukan pembacaan pertambanhangaya setiap interval deformasi sebesar 0,5 mm.
Lakukan tegangan geser mencapai puncak (kondisi residual).
8. Setelah contoh patah, berikan gaya yang berlawanan arah dengan gaya yang sebelumnya
sampai tegangan gesernya mencapai puncak (kondisi residual).
9. Selama pemberian gaya, lakukan pula pembacaan gaya setiap interval deformasi sebesar
atau 0,5 mm.
A.6. Uji Point Load
Tujuan : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sample batuan secara tidak
langsung di lapangan. Sample batuan ini berbentuk silinder atau tidak beraturan.
Cakupan : Mencari nilai Point Load Index / Indeks Franklin (Is)
Peralatan
Jangka Sorong
PP
D
PP
Langkah Kerja
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes
2. Contoh batuan yang disarankan untuk pengujian ini adalah berbentuk silinder dengan
diameter = 50 mm.
3. Tempatkan contoh batuan di antara konus penekan.
4. Atur kedua konus dengan menggunakan pompa hidrolik sampai contoh batuan dalam
keadaan terjepit oleh kedua konus penekan.
5. Kalibrasi alat pengukur beban dalam keadaan nol, kemudian set dalam keadaan peak
6. Ukur jarak antara kedua konus penekan sebelum pengujian.
7. Tambah tekanan kedua konus pada contoh batuan secara konstan sampai batuan failure.
8. Catat beban maksimum saat contoh batuan failure dan ukur jarak antar kedua konus
penekan setalah pengujian.
A.7. Uji Triaksial
Tujuan
Dari hasil pengujian triaksial dapat di buat kurva Mohr Coulomb sehingga dapat ditemukan :
Kohesi (C)
Cakupan :
Strength Envelope
Kuat Geser
Kohesi
Peralatan
Sex Triaksial
Dial Gauge
Jangka Sorong
Stop watch
Karet Ban