Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

MODUL 1 DASAR KEJURUAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN


MENERAPKAN ILMU STATIKA DAN TEGANGAN
A.

B.

C.

STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

3)
4)
5)
6)
7)
8)

MATERI PEMBELAJARAN
Pekerjaan mengenali, memilih dan menentukan media gambar sesuai dengan tujuan
penggambaran.
Pekerjaan menggambar menggunakan
berbagai macam penggaris sebagai alat bantu
menggambar secara manual.
Pekerjaan menggambar menggunakan berbagai macam pensil untuk menggambar.
Pekerjaan menggambar menggunakan rapido sebagai alat bantu menggambar.
Menggambar macam-macam garis.
Menggambar macam-macam bentuk bidang datar dan bentuk 3 dimensi.
Menggambar macam-macam proyeksi benda.
Pengenalan perangkat lunak (software) untukmenggambar teknik.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)

INDIKATOR
Memahami tujuan penggambaran.
Memahami teknik-teknik gambar yang akan digunakan
Memahami media-media gambar.
Menggunakan berbagai macam penggaris.
Menngunakan pensil gambar
Menggunakan rapido.
Menggunakan penghapus.
Menggunakan jangka.
Menggunakan sablon.
Menggunakan mesin gambar.
Memahami teknik penggambaran garis tegak lurus,garis sejajar, dan garis lengkung.
Memahami teknik penggambaran untuk membagi dan menggabungkan garis.
Memahami teknik penggambaran untuk menggambar macam-macam arsiran.
Memahami teknik penggambaran bentuk bidang dan bentuk tiga dimensi.
Memahami teknik penggambaran proyeksi benda.
Memahami penggunaan software AutoCAD untuk menggambar teknik dasar.

1)
2)

D.

KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan dasar-dasar gambar teknik.
Mengidentifikasi peralatan gambar teknik.
Menggambar garis.
Menggambar bentuk bidang dan bentuk tiga dimensi.
Menggambar proyeksi benda.
Menggambar dengan perangkat lunak untuk gambar teknik.

E.

PENILAIAN
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

F.

WAKTU
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

G.

SUMBER BELAJAR
1) Soeratman, Soekarto. Menggambar Teknik Bangunan 1. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. Jakarta. 1980.
2) Soeparno. Gambar Teknik. PPPG Teknologi Bandung. 2005.
3) Soeparno. Kusmana. AutoCAD Dasar. PPPG Teknologi Bandung. 2006
4)

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

H.

1.

INFORMASI LATAR BELAKANG

MENJELASKAN
NEWTON.

BESARAN

VEKTOR,

SISTEM

SATUAN,

DAN

HUKUM

1.1. Pengertian Gaya

Gaya dapat didefisinikan sebagai sesuatu yang menyebabkan benda (titik materi) bergerak baik
dari diam maupun dari gerak lambat menjadi lebih lambat maupun lebih cepat. Dalam teknik
bangunan gaya berasal dari bangunan itu sendiri berat benda di atasnya atau yang menempelnya,
tekanan angin, gempa, perubahan suhu dan pengaruh pengerjaan. Gaya dapat digambarkan dalam
bentuk garis (atau kumpulan garis) yang memiliki dimensi besar, garis kerja, arah kerja dan titik
tangkap. Satuan gaya menurut Sistem Satuan Internasional (SI) adalah Newton dan turunannya
(kN). Akan tetapi ada yang memberi satuan kg gaya (kg). Bila gravitasi bumi diambil 10 m/detik2
maka hubungan satuan tersebut adalah 1 kg gaya (atau sering ditulis 1 kg) ekuivalen dengan 10
Newton. Pada gambar 8 dijelaskan pengertian gaya tersebut.

A adalah titik tangkap gaya


P adalah besar gaya
Garis AB adalah garis kerja gaya
Arah panah adalah arah gaya

1.2. Kesetaraan gaya


Kesetaraan gaya adalah kesamaan pengaruh antara gaya pengganti (resultan) dengan gaya yang
diganti (gaya komponen) tanpa memperhatikan titik tangkap gayanya. Dengan demikian pada suatu
keadaan tertentu, walaupun gaya sudah setara atau ekuivalen, ada perbedaan pengaruh antara
gaya pengganti dengan yang diganti. Pada prinsipnya gaya dikatakan setara apabila gaya pengganti
dan penggantinya baik gerak translasi maupun rotasi besarnya sama. Pada gambar 9 gaya P yang
bertitik tangkap di A dipindahkan di B dalam garis kerja yang sama adalah setara (dalam arti
efek gerak translasi dan rotasinya) tetapi hal ini dapat berpengaruh terhadap jenis gaya yang
dialami benda, pada waktu titik tangkap gaya di A mengalami gaya tekan, sedang pada waktu di B
benda mengalami gaya tarik.

1.3. Keseimbangan Gaya


Keseimbangan gaya adalah hampir sama dengan kesetaraan gaya bedanya pada arah gayanya. Pada
kesetaraan gaya antara gaya pengganti dengan gaya yang diganti arah yang dituju sama, sedang
pada keseimbangan gaya arah yang dituju

2.

MENERAPKAN BESARAN VEKTOR PADA GAYA, MOMEN DAN KOPEL.

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

3.

MEMBUAT DIAGRAM GAYA


KONSTRUKSI BANGUNAN.

NORMAL,

MOMEN

GAYA,

KOPEL

PADA

3.1. Tumpuan
Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat bekerjanya reaksi. Jenis tumpuan
berpengaruh terhadap jenis konstruksi, sebab setiap jenis tumpuan mempunyai karakteristik
sendiri. Jenis tumpuan tersebut adalah :
a. Tumpuan Sendi / Engsel
b. Tumpuan Rol
c. Tumpuan Jepit
d. Tumpuan Gesek
e. Tumpuan Bidang
f. DatarTumpuan Tali
g. Tumpuan Titik
h. Pendel
Dari jenis jenis tumpuan tersebut yang banyak dijumpai dalam bangunan adalah tumpuan Sendi,
Rol, dan Jepit. Oleh karena itu yang akan diuraikan karakteristiknya hanya tumpuan Sendi, Rol,
Dan Jepit.
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak mampu menahan momen.
Dengan demikian tumpuan sendi mempunyai dua gaya reaksi.

Tumpuan Rol hanya dapat menerima gaya dalam arah tegak lurus Rol dan tidak mampu menahan
momen. Jadi tumpuan Rol hanya mempunyai satu gaya reaksi yang tegak lurus dengan Rol.

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

Tumpuan Jepit dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat menahan momen. Dengan
demikian tumpuan jepit mempunyai tiga gaya reaksi.

3.2. Jenis Konstruksi


Ada dua jenis konstruksi, yaitu konstruksi statis tertentu dan konstruksi statis tak tentu. Pada
konstruksi statis tak tentu, besarnya reaksi dan momen dapat ditentukan dengan persamaan
keseimbangan, sedang pada konstruksi statis tak tertentu tidak cukup diselesaikan dengan syarat
keseimbangan. Untuk memermudah dan mempercepat dalam menentukan jenis konstruksi dapat
digunakan persamaan R = B + 2, dimana R = Jumlah reaksi yang akan ditentukan dan B = jumlah
batang.
Bila terdapat R > B + 2, berarti konstruksi statis tak tertentu.
Contoh : Konstruksi Sendi dan Rol seperti gambar 4, diminta menentukan jenis konstruksinya.
Pada konstruksi Sendi dan Rol terdapat tiga buah
gaya yang harus ditentukan, sedang jumlah batang
= 1.
Menurut persamaan diatas,
R=B+2=1+2=3
R = 3 cocok
Jadi konstruksi sendi dan rol statis tertentu.
3.3. Gaya Normal dan Bidang Gaya Normal ( Normal Diagram = ND )
Gaya normal adalah gaya yang garis kerjanya berimpit atau sejajar dengan sumbu batang.

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

Bidang gaya normal adalah bidang yang menggambarkan besarnya gaya normal pada setiap titik.
( lihat gambar 6 ).

Bidang gaya normal diberi tanda positif, bila gaya normal yang bekerja adalah tarik dan diarsir
tegak lurus dengan batang yang mengalami gaya normal. Sebaliknya, bidang gaya normal diberi
tanda negatif, bila gaya normal yang bekerja tekan dan diarsir sejajar dengan sumbu batang
yang mengalami gaya normal.
3.4. Gaya Melintang dan Bidang Gaya Melintang ( Shear Force Diagram =SFD )
Gaya melintang adalah gaya yang bekerja tegak lurus dengan sumbu batang ( gambar 7 )

Bidang gaya melintang adalah bidang yang menggambarkan besarnya gaya melintang pada setiap
titik.

Bidang gaya melintang diberi tanda positif, bila perputaran gaya yang bekerja searah dengan
putaran jarum jam dan diarsir tegak lurus dengan sumbu batang yang menerima gaya melintang.
Sebaliknya, bila perputaran gaya yang bekerja berlawanan arah dengan putaran jarum jam diberi
tanda negatif dan diarsir sejajar dengan sumbu batang.

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

3.5. Momen dan Bidang Momen ( Bending Moment Diagram = BMD )


Momen adalah hasil kali antara gaya dengan jaraknya. Jarak disini adalah jarak yang tegak lurus
dengan garis kerja gayanya. Dalam gambar 10 dibawah ini berarti MB = - P1 . a dan MC = DV . c
Bidang momen adalah bidang yang menggambarkan besarnya momen pada setiap titik.

Bidang momen diberi tanda positif bila bagian bawah atau bagian dalam yang mengalami tarikan.
Bidang momen positif diarsir tegak lurus sumbu batang yang mengalami momen Sebaliknya , bila
yang mengalami tarikan pada bagian atas atau luar bidang momen diberi tanda negatif. Bidang
momen negative diarsir sejajar dengan sumbu batang ( gambar 10 ). Perlu diketahui bahwa
momen yang berputar ke kanan belum tentu positif dan momen yang berputar ke kiri belum
tentu negatif. Oleh karena itu perhatikan betul betul perjanjian tanda di atas.
3.6. Konstruksi Balok Sederhana ( KBS )
Yang dimaksud dengan konstruksi balok sederhana adalah konstruksi balok yang ditumpu pada dua
titik tumpu yang masing masing berupa sendi dan rol. Jenis konstruksi ini adalah statis tertentu
yang dapat diselesaikan dengan persamaan keseimbangan.
3.6.1. KBS dengan sebuah beban terpusat.
Untuk dapat menggambar bidang D, N, dan M terlebih dahulu harus dihitung besarnya reaksi,
baik reaksi horisontal maupun reaksi vertikal. Sedang untuk menghitung besarnya reaksi
dapat dilakukan secara grafis maupun secara analitis.

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

4.

MENERAPKAN TEORI KESEIMBANGAN.

4.1. Prinsip Kerja Aksi dan Reaksi Gaya

Suatu benda A mengadakan gaya tekan pada benda lain misalnya benda B, maka pada benda B juga
mengadakan gaya tekan pada benda A yang besarnya sama akan tetapi arahnya berlawanan
dengan arah gaya tekan yang diterima oleh B.
Gaya tekan A pada B disebut gaya aksi sedangkan gaya tekan B pada A disebut gaya reaksi.
Dengan demikian hukum Newton III; Gaya Aksi = Gaya Reaksi sebagai contoh adalah sebagai
berikut :
Suatu benda A dengan berat G terletak di atas bidang datar lantai B.

Karena benda A dalam keadaan diam, maka lantai B akan mengadakan gaya reaksi sebesar N kg
pada benda A. Dengan demikian N=Gkg dengan arah gaya N berlawanan dengan arah gaya G. Gaya
itu disebut gaya normal.
Apabila benda A terletak pada bidang datar yang kasar ditarik dengan gaya P1, benda A tidak
berjarak, hal ini terjadi karena gaya geser W1 yang timbul antara benda A dan bidang datar yang
kasar itu. Karena gaya geser W1 sama besarnya dengan gaya P1 tetapi arahnya berlawanan maka
gaya resultannya nol, W1=P1.

Jika benda A terletak pada bidang datar yang kasar ditarik dengan gaya P2 di mana P2>P1
sehingga benda A pada saat akan bergerak ke kanan, maka pada saat itu gaya gesek W mencapai
nilai yang terbesar (W maks).

Pada waktu benda A akan bergerak artinya benda masih diam maka :
Wmaks = P2

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

Gaya resultan dari Wmaks dan gaya normal (N) adalah D.

tgn

W maks
N

tgn = f disebut koefisien gesek.


Sudut disebut sudut gesek.
Apabila gaya tarik P2 diperbesar hingga P3, ternyata Wmaks tetap besarnya dan karena P3 lebih
besar dari pada W maks maka benda A bergerak ke kanan dengan percepatan a

P3 - W mak
m

Keterangan :
a = percepatan
m = massa benda A
Hukum-hukum tentang gaya gesek
a. Gaya gesek berbanding lurus dengan gaya normal N.
b. Besar gaya gesek bergantung pada jenis kedua bahan, pada besarnya muka singgung.
c. Besarnya gaya gesek tidak tergantung pada besar luar singgung, kecuali bila luas singgungnya kecil
sekali dan deformasi setempat relative besar.
d. Gaya gesek tak mungkin lebih besar dari pada gaya yang mengadakan benda dalam keadaan diam.
Gaya gerak statis antara dua benda ialah gaya tangensial yang menentang bergesernya benda yang
satu terhadap benda yang lainnya.
e. Gaya gesek berupa gaya reaksi dengan arah berlawanan dengan arah gaya aksi.
Apabila gaya P tidak bekerja pada bidang singgung antara benda dan
lantai (lihat gambar).

Gaya P dan gaya gesek W membuat kopel sebesar +P.a. Kopel ini disebut kopel guling dan seimbang
dengan kopel yang disusun oleh gaya normal N dan gaya berat G sebesar Nb (momen stabilitas).
Jadi Pa Nb=0 atau momen = 0. Dengan demikian titik tangkap dari gaya normal N bergeser dari B
ke kanan pada jarak sebesar b. Bila benda tersebut pada saat akan terguling, maka titik tangkap N
tepat di A.
Pada umumnya dalam ilmu gaya, bila benda dianggap sebagai titik materi, semua gaya aksi dan gaya
reaksi diambil bertitik tangkap di titik berat Z dari benda.
2.2. Prinsip Kerja Keseimbangan Gaya
Bila gaya-gaya aksi dan gaya-gaya reaksi bekerja di suatu titik tangkap persekutuan (konkuren), maka
benda dalam keseimbangan bila dipenuhi syarat-syarat keseimbangan :

SMKN 2 KRAKSAAN

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

a. Jumlah gaya horizontal = 0 atau H=0


b. Jumlah gaya vertikal = 0 atau V=0
c. Jumlah momen=0 atau MA=0, dengan A adalah sebuah titik sebarang pada bidang datar.

5.

MENERAPKAN TEORI TEGANGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN

SMKN 2 KRAKSAAN
10

Anda mungkin juga menyukai