I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Usia
: 2 tahun 5 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk RS
: 02 September 2015
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 2 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan:
Demam, batuk berdahak, BAB mencret
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Satu minggu SMRS, ibu pasien mengatakan anaknya mengalami demam yang
dirasakan naik turun tidak tentu disertai batuk. Batuk yang pasien derita dikatakan
disertai dengan dahak yang sulit untuk dikeluarkan. Dahak yang dapat dikeluarkan
dikatakan berwarna putih tapi tidak ada darah. Ibu pasien hanya memberi obat
penurun panas, panasnya menurun namun beberapa saat panasnya kembali lagi.
Tiga hari SMRS, ibu pasien mengatakan batuk yang diderita pasien bertambah
parah, batuk sudah mengeluarkan lendir, lendir berwarna putih. Muntah sebanyak 2
kali per hari ketika pasien batuk-batuk dan berisi ASI yang pasien minum. Os juga
mengeluh BAB mencret sebanyak 3 kali per hari, cair, warna kuning, lendir dan darah
disangkal. BAK tidak ada keluhan dengan warna kuning jernih sebanyak 3 4 kali
per hari.
Dua hari SMRS, ibu pasien mengatakan pasien batuk-batuk hebat dan sulit
untuk bernapas. Kulit pasien tidak berwarna kebiruan, sesak dialami terus menerus
tidak ada faktor yang memperberat atau memperingan gejala sesak. BAB mencret
masih ada, muntah muntah masih ada, os masih merasa demam. Anak masih mau
diberi minum atau makan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Os pernah mengalami hal yang sama pada saat os berumur 1 tahun 2 bulan,
dengan gejala sesak napas, batuk batuk dan muntah, dan os di rawat di RSU.
Permata Madina, Sibuhuan
1
: spontan
: 2800 gram
Panjang lahir : 51 cm
Lahir langsung menangis, sianosis (-), kejang (-)
h. Kelainan Bawaan: (-)
i. Riwayat Keluarga:
Ayah
Nama
Umur
Pekerjaan
Agama
Perkawinan
Tn. D
28 tahun
POLRI
Islam
1
Ibu
Ny. S
25 tahun
Ibu Rumah Tangga
Islam
1
Saudara kandung:
Anak ke
Usia
4 tahun
2 tahun
1
2
3
Jenis kelamin
Perempuan
Perempuan
PASIEN
Keterangan
Baik
Baik
j. Riwayat Imunisasi:
Jenis
Imunisasi
Tahun
2
6 1
2
2
Hepatitis B
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis A
MMR
*) ditunda oleh dokter karena sakit
k. Riwayat Makanan:
ASI sejak lahir sampai umur 6 bulan
Sekarang os : minum susu formula dan nasi
Kesimpulan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
o Kesan sakit
o Kesadaran
: compos mentis
o Keadaan gizi
: cukup
Antropometri
BB
= 12 kg
TB
= 84 cm
BB/U
TB/U
BB/TB
Tanda Vital
o Tekanan darah
: tidak dilakukan
o Nadi
o Napas
o Suhu
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorok
Leher
Thorax
o Paru :
Inspeksi
Palpasi
: tidak dilakukam
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
o Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
IV.
Perkusi
Auskultasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin
Hemoglobin
10,00 g/dl
(10 12,5)
Hematokrit
39 % (37 47)
Leukosit
12.500 /l
(5000-10.000)
Trombosit
220.000/l
(150.000-400.000)
90 mg/dl
(60 - 110)
Diagnosis
Suspek Pneumonia Berat + Gastroentetitis Akut tanpa dehidrasi
VI.
Diagnosis banding
- Tuberkulosis
- Penumonia aspirasi
VII.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Sejak 1 minggu SMRS batuk berdahak tetapi pasien terlihat sulit untuk
mengeluarkan dahaknya, lender berwarna putih
Riwayat penyakit dahulu : pernah mengalami hal yang sama pada umur 1
tahun 2 bulan
Paru : Inspeksi
Auskultasi
12.300 /l
(5000-10.000) Infeksi
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia
merupakan suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suau definisi
tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,
serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan
inspeksi dan frekuensi pernapasan.1
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah diberbagai Negara
terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <
5 tahun di negara maju adalah 2 4 kasus/100 anak/tahun sedangkan di negara
berkembang 10 20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta
kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang.1
2. ETIOLOGI
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus,
jamur, dan bakteri. S. pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia bacterial
pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak < 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur lebih muda adenovirus, parainfluaenza virus, dan
influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia,
lebih sering ditemukan pada anak anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering
yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan
bahwa Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2 59
bulan.1
3 minggu-3 bulan
Bakteri
Chlamydia trachomatis
Streptococcus pneumoniae
4 bulan-5 tahun
Virus
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus Parainflueza 1,2,3
Respiratory Syncytial virus
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumoniae
Virus
Virus Adeno
Virus Influenza
5 tahun-remaja
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumoniae
Bakteri
Haemophillus influenzae
Legionella sp
Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial
virus
Virus Varisela-Zoster
3. PATOGENESIS
Proses
patogenesis
terkait
dengan
faktor,
yaitu
imunitas
host,
pada pasien dengan infeksi akibat kateter intravena. Dua jalur penyebaran bakteri ke
paru lainya adalah melalui jalan inokulasi langsung sebagai akibat intubasi trakeaatau
luka tusuk dada yang berdekatan denga tempat infeksi yang berbatasan.4
Usia merupakan prediktor lain yang penting untuk meramalkan mikroorganisme
penyebab infeksi. Chlamidia trachomatis dan virus pernafasan sering terdapat pada
bayi berusia dibawah 6 bulan. H. influenza pada anak berusia antara 6 bulan sampai 5
tahun, M. pneumonia dan C. pneumonia pada orang dewasa muda dan H. influenza
serta M. catarrhalis pada pasien lanjut usia dengan penyakit paru kronis. H. influenza
juga lebih sering didapatkan pada pasien perokok. Bakteri gram negatif lebih sering
pada pasien lansia. Pseudomonas aeruginosa pada pasien bronkiektasis, terapi steroid,
malnutrisi dan imunisupresi disertai lekopeni.4
Bakteri Streptococcus pneumoniae umumnya berada di nasopharing dan
bersifat asimptomatik pada kurang lebih 50% orang sehat. Adanya infeksi virus akan
memudahkan Streptococcus pneumoniae berikatan dengan reseptor sel epitel
pernafasan. Jika Streptococcus pneumoniae sampai di alveolus akan menginfeksi sel
pneumatosit tipe II. Selanjutnya Streptococcus pneumoniae akan mengadakan
multiplikasi dan menyebabkan invasi terhadap sel epitel alveolus. Streptococcus
pneumoniae akan menyebar dari alveolus ke alveolus melalui pori dari Kohn. Bakteri
yang masuk ke dalam alveolus menyebabkan reaksi radang berupa edema dari seluruh
alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN.4
Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :
1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari selsel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru.4
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
10
gas
ini
dalam
darah
paling
berpengaruh
dan
sering
KLASIFIKASI PNEUMONIA
WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan
ireguler.
Anak umur 2 bulan 5 tahun :
Pneumonia ringan : napas cepat
Pneumonia berat : retraksi
Pneumonia sangat berat : tidak dapat minum/ makan, kejang,
letargis, malnutrisi.
6.
TATA LAKSANA
A. KRITERIA RAWAT INAP1
Bayi :
- Saturasi oksigen 92%, sianosis
- Frekuensi napas > 60 x/m
- Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
- Tidak mau minum/ menetek
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak :
- Saturasi oksigen 92%, sianosis
- Frekuensi napas > 50 x/menit
- Distres pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
14
oksigen.
C. PEMBERIAN ANTIBIOTIK1,6,7
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotic oral pada
anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar pathogen
yang menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik,
dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav, cefaclor,
-
dengan amoksisilin.
Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak
dapat menerima obat per-oral (missal karena muntah) atau
cefotaxime.
Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat
> 2 bulan : Lini pertama : Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada
perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol (75 mg/kgBB/hari
dalam 4 kali pemberian IV). Lini kedua : ceftriaxone (80 100
kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
DAFTAR PUSTAKA
16
17