SKRIPSI
Oleh
Anis Sedeyaningsih K1506007
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
Tanggal
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP. 197606182000031001
NIP.197904262002122001
ii
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :
Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
iii
.......................
.
.
iv
ABSTRAK
Anis Sedeyaningsih. K1506007. PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT
HALUS DENGAN SERBUK BATU GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT
TEKAN DAN BERAT JENIS BATAKO, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, (1) Pengaruh penggantian
sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi yang
berbeda beda terhadap kuat tekan batako. (2) Pengaruh penggantian sebagian agregat halus
(pasir) dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi yang berbeda beda
terhadap berat jenis batako. (3) Berapa prosentase optimal penggantian sebagian agregat
halus (pasir) dengan batu gamping keras (karst) untuk mencapai kuat tekan maksimal pada
batako. (4) Berapakah prosentase optimal penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan
batu gamping keras (karst) untuk mencapai berat jenis minimal pada batako.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
mengadakan suatu percobaan untuk mendapatkan suatu hasil yang menegaskan hubungan
antara variabel-variabel yang diselidiki. Adapun variabel yang mempengaruhi langsung
dalam penelitian ini adalah (1) variabel terikat: kuat tekan dan berat jenis batako berlubang
akibat adanya variasi penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu gamping
keras (karst). (2) variabel bebas: variasi penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan
serbuk batu gamping keras (karst) dengan perbandingan takaran 1 Pc : 7 Ps :0 Ks : 0,5 W ; 1
Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W ; 1 Pc : 5 Ps : 2 Ks : 0,5 W ; 1 Pc : 4 Ps : 3 Ks : 0,5 W ; 1 Pc : 3 Ps ; 4
Ks : 0,5 W.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Ada pengaruh negatif variasi
penggantian sebagian agregat halus pasir dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap
kuat tekan batako berlubang. Dimana dapat dilihat pada hasil analisis regresi dengan Curve
Estimation model Qubic diperoleh nilai Probabilitas<0,025 (0,002 > 0,025) pada taraf
signifikansi 5%. (2) Pada hasil uji berat jenis menunjukkan bahwa semakin banyak
penggunaan serbuk karst, mengakibatkan semakin kecilnya nilai berat jenis. Dari berbagai
variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) yang
digunakan pada penelitian ini berat jenis sudah memenuhi syarat Beton dengan berat jenis
rendah (Low-Density concretes) menurut Dobrowolski (1998) yakni 240 800 gr/cm3 . Hal
tersebut dibuktikan dimana besarnya berat jenis batako yang minimal adalah variasi V (1 Pc :
3 Ps : 4 Ks : 0,5 W dengan nilai berat jenis sebesar 687 kg/m3. (3) Kuat tekan maksimum
yang diperoleh dari analisis regresi Curve Estimation model Qubic sebesar 5,79 Mpa dengan
variasi II (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W). Dari berbagai variasi penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) yang digunakan pada penelitian ini kuat
tekan sudah memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes)
menurut Dobrowolski (1998) yakni 0,35 6,9 MPa.
iv
ABSTRACK
Anis Sedeyaningsih. K1506007. EFFECT OF PARTIAL REPLACEMENT
OF FINE AGGREGATE WITH HARD POWDER LIMESTONE (KARST) ON
STRENGTH AND WEIGHT TYPE COMPRESSIVE BRICK, Thesis. Surakarta:
Faculty of Education and Pedagogy in Sebelas Maret University of Surakarta, July
2010.
The purpose of this study is to determine, (a) Effect of partial replacement
of fine aggregate (sand) with hard limestone powder (karst) with different variations different to the compressive strength of brick. (2) Effect of partial replacement of fine
aggregate (sand) with a powder of hard limestone (karst) with different variations different to the weight of brick. (3) What percentage of the optimal partial
replacement of fine aggregate (sand) with hard limestone (karst) to achieve the
maximum compressive strength of brick. (4) What is the optimal percentage of partial
replacement of fine aggregate (sand) with hard limestone (karst) to achieve a
minimum density on the brick.
The method used in this study is the experimental method, which is
conducted an experiment to obtain a result which confirms the relationship between
variables was investigated. The variables that influence directly in this study were (1)
variable: the compressive strength and density of brick with holes due to the variation
of partial replacement of fine aggregate (sand) with a powder of hard limestone
(karst). (2) independent variables: the replacement of some variation of the fine
aggregate (sand) with a powder of hard limestone (karst) with a dose ratio of Pc: 7 Ps:
0 Ks: 0.5 W; 1 Pc: 6 Ps: 1 Ks: 0, 5 W; 1 Pc: five Ps: 2 Ks: 0.5 W; 1 Pc: 4 Ps: 3 Ks:
0.5 W; 1 Pc: three Ps; four Ks: 0.5 W.
Based on the results of this study concluded: (1) There is a negative
influence of fine aggregate replacement of some of the variation with powder sand
hard limestone (karst) on the compressive strength of hollow concrete brick. Which
can be seen on the results of regression analysis with the Curve estimation Qubic
model obtained probability value <0.025 (0.002> 0.025) at 5% significance level. (2)
The specific gravity test results showed that the more the use of powder karst,
resulting in more severe types of small value. From a variety of fine aggregate
replacement part with hard limestone powder (karst) used in this study have qualified
gravity Concrete with low gravity (low-density concretes) by Dobrowolski (1998), ie
240-800 gr/cm3. It is proved where the weight of bricks is a variation of at least V (1
Pc: 3 Ps: 4 Ks: 0.5 W with a value of 687 kg/m3 density. (3) The maximum
compressive strength obtained from Curve estimation regression analysis Qubic
model of 5.79 MPa with a variation of 2 (1 Pc: 6 Ps: 1 Ks: 0.5 W). Of the many
variations of partial replacement of fine aggregate with a hard limestone powder
(karst) used in this study has fulfilled the compressive strength Concrete conditions of
low gravity (low-density concretes) by Dobrowolski (1998), ie 0.35 to 6.9 MPa.
Key words: karst, compressive strength, density, adobe
v
vi
MOTTO
Bismillahirrohmaanirrihiim
(Dengan Menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)
QS. Al Fathihah : 1
vi
vii
PERSEMBAHAN
Sejak langkah awal itu, saya yakin saya bisa. Dan saya percaya, inilah jalan terbaik
yang telah Alloh SWT tetapkan untuk saya.
Almamater.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi bagi Alloh SWT Yang Maha Sempurna yang telah
memberikan banyak kenikmatan dan anugerah kepada penulis, salah satunya adalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Proposal skripsi ini berjudul PENGARUH
PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN SERBUK BATU
GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT TEKAN DAN BERAT
JENIS BATAKO
. Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bapak Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Bapak Ag Tamrin M.Pd, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Teknik
Sipil/Banguan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. H. Sutrisno, M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Taufq Lilo Adi S. ST, MT selaku Dosen pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
6. Ibu Anis Rahmawati ST, MT selaku Dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
7. Bapak ibu dosen Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Drs. Guntur Siamsono selaku ketua laboratorium Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
viii
ii
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i
PERSETUJUAN..........................................................................................................iii
PENGESAHAN............................................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................................v
MOTTO....................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN.......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................................2
C. Pembatasan Masalah..........................................................................................3
D. Perumusan Masalah...........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................4
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Batako........................................................................................................6
a. Pengertian Batako................................................................................6
b. Bahan Penyusun Batako.....................................................................8
c. Proses Pembuatan Batako..................................................................14
d. Jenis dan Ukuran Batako...................................................................16
e. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Batako.............................20
f. Kuat Tekan Batako............................................................................21
x
Halaman
2.
3.
B.
C.
Kerangka Berfikir..........................................................................................27
D.
Hipotesis........................................................................................................29
Halaman
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.....................................................................61
1. Pengaruh Penggantian Agregat Halus Dengan Serbuk Batu Gamping
Keras (karst) Terhadap Kuat Tekan Batako..............................................62
2. Pengaruh Penggantian Agregat Halus Dengan Serbuk Batu Gamping
Keras (karst) Terhadap Berat Jenis Batako...............................................63
3. Kuat Tekan Maksimal................................................................................64
4. Berat Jenis Minimal...................................................................................64
BAB V KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................................66
B. Implikasi..........................................................................................................67
C. Saran saran....................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................69
LAMPIRAN LAMPIRAN........................................................................................71
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Berat Jenis Batako.............8
2. Syarat syarat Fisis Bata Beton Batako..............19
3. Pembagian Beton Menurut Penggunana dan Persyaratanya...........23
4. Alokasi Waktu Dan Kegiatan Penelitian.............30
5. Pengaruh Perubahan Warna Terhadap Penurunan Kekuatan..................................38
6. Hasil Pengujian Agregat Halus................................................................................52
7. Batas Batas Gradasi Agregat Halus..............52
9. Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Batako Berlubang Dengan Variasi Penggantian
Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Karst.......................................................54
8. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Batako Berlubang Dengan Variasi Penggantian
Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Karst........................................................56
9. Pengaruh Kadar Zat Organik Terhadap Prosentase Penurunan Beton....................71
10. Hasil Pengujian Material Beton Melalui Ayakan..................................................73
11. Batas Batas Gradasi Agregat Halus....................................................................74
12. Kebutuhan Pasir, Pasir, Dan Karst Batako Tanpa Lubang....................................76
13. Volume Lubang Batako.........................................................................................76
14. Kebutuhan Bahan Untuk Batako Berlubang Tiap Sampel....................................77
15. Data Hasil Kuat Tekan Dan Berat Jenis Batako Berlubang..................................81
16. Descriptive Statistics Kuat Tekan Batako.............................................................84
17. Test Of Normality..84
18. Hasil Pengujian Berat Jenis Dengan Shapiro-Wilk.......85
19. Test Of Normality..85
20. Hasil Pengujian Linearitas Kuat Tekan.........86
l 21. Hasil Pengujian Linearitas Berat Jenis................................................................87
xiii
Halaman
22. Descriptive Statistics Kuat Tekan Batako.............................................................88
23. Correlations...........................................................................................................88
24. Model Summary(b)................................................................................................88
25. ANOVA(b)..............................................................................................................89
26. Coefficients(a).......................................................................................................89
27. Casewise Diagnostics(a).......................................................................................90
28. Residuals Statistics................................................................................................91
29. Descriptive Statistics.............................................................................................91
30. Correlations...........................................................................................................91
31. Model Summary (b)...............................................................................................92
32. ANOVA(b)..............................................................................................................92
33. Coefficients(a).......................................................................................................93
34. Casewise Diagnostics(a).......................................................................................94
35. Residuals Statistics(a)............................................................................................95
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Alur Pembuatan Batako...................15
2. Jenis dan Ukuran Batako.........................................................................................17
3. Kuat Tekan Batako..................................................................................................21
4. Paradigma penelitian Kuat Tekan............................................................................27
4. Paradigma penelitian Berat Jenis.............................................................................28
5. Alur Penelitian.........................................................................................................32
6. Grafik Pengujian Gradasi Agregat Halus................53
8. Grafik Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk
Batu Gamping Keras (Karst) Terhadap Kuat Tekan Batako............................55
9. Grafik Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk
Batu Gamping Keras (Karst) Terhadap Berat Jenis Batako............................57
10. Grafik Hubungan Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Karst
Terhadap Berat Jenis Batako Berlubang...........................61
11. Grafik kehalusan gradasi pasir..............74
12. Grafik Kuat Tekan Batako Berlubang...............81
13. Grafik Berat Jenis Batako Berlubang....................................................................82
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
dimanfaatkan limbah batu alam yang berupa serbuk batu gamping keras (karst)
sebagai bahan tambahan campuran adukan yang otomatis memiliki harga yang jauh
lebih murah daripada pasir (agregat halus).
Pada dasarnya serbuk tersebut merupakan limbah pabrik batu alam yang
jumlah produksinya cukup banyak dan belum termanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Limbah tersebut cenderung merugikan karena mencemari lingkungan sekitar, bahkan
limbah tersebut juga mencemari area persawahan sehingga mengakibatkan sawah
menjadi tidak subur dan tidak produktif lagi.
Berkenaan dengan uraian diatas, maka ada beberapa alasan penelitian ini
berjudul PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS
DENGAN SERBUK BATU GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT
TEKAN DAN BERAT JENIS BATAKO.
B.
Identifikasi Masalah
5. Belum diketahui kuat tekan batako setelah agregat halusnya (pasir) diganti
sebagian dengan limbah pabrik batu alam yang berupa serbuk batu gamping
keras (karst).
6. Belum diketahui peningkatan ataupun penurunan berat jenis batako setelah
agregat halusnya (pasir) diganti sebagian dengan limbah pabrik batu alam
yang berupa serbuk batu gamping keras (karst).
C.
Pembatasan Masalah
D.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
pengaruh serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan batako.
b. Memberikan informasi untuk memanfaatkan serbuk batu gamping keras
(karst) yang merupakan limbah batu alam sebagai alternatif bahan bangunan
khususnya sebagai bahan konstruksi dinding.
c. Memberikan informasi untuk mengurangi efek kerusakan lingkungan pabrik
akibat pencemaran serbuk batu gamping keras (karst) yang merupakan limbah
pabrik yang sampai sekarang belum dimanfaatkan.
d. Sebagai pembanding apabila ada penelitian sejenis sebagai penelitian
pengembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang serbuk batu gamping keras (karst) sebagai
bahan campuran pembuatan batako.
b. Dengan diadakan penelitian ini diharapkan mendapatkan formula yang tepat,
sehingga mendapatkan batako yang ringan dengan kuat tekan maksimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Batako
a.
Pengertian Batako
Kerusakan lahan pertanian yang disebabkan oleh pembuatan batu bata dan
merah 1:4. Batako padat memiliki 2 ukuran yaitu "satuan utuh" dan
"tengahan". Dengan adanya ukuran tengahan tersebut, pekerja/tukang tidak
perlu memotong batako satuan sendiri. Selain memakan waktu kerja, juga
jaminan kualitas. Bahan: pasir putih, semen dan puing ditambah pengeras,
semua dengan variasi dan komposisi yang tepat. Komposisi penggunaan
semen pada batako padat merah (khusus pondasi) tidak sama dengan batako
padat kuning (khusus dinding), karena kita sesuaikan dengan fungsinya.
Kekuatan batako juga disebabkan oleh bentuknya, yang dicetak sedemikian
rupa sehingga memiliki daya ikat yang sangat kuat satu dengan yang lainnya.
Batako
memiliki
cekungan
disekelilingnya,
yang
menghasilkan
jumlah
penggunaan
batako
dapat
lebih
mudah
ongkos tukang.
Baja
7850
60
Beton Bertulang
2400
2,1
Batu Bata
1500
0,65
Batako
1800
Kayu
800
0,2
tanpa bahan tambahan. Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang bahan bahan
penyusun batako.
= 60 65 %
10
= 17 25 %
=38%
= 0,5 6 %
= 0,5 4 %
=12%
= 0,5 1 %
11
Dari beberapa pendapat tentang sifat semen dapat diambil pengertian bahwa
semen portland adalah suatu bahan pengikat yang mempunyai sifat adhesif dan
kohesif yang memungkinkan fragmen-fragmen mineral saling melekat satu sama lain
apabila dicampur dengan air dan selanjutnya mengeras membentuk massa yang padat.
Semen hidrolis meliputi semen portland, semen putih dan semen alumunia. Untuk
pembuatan beton digunakan semen portland dan semen portland pozzoland. Semen
portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dari bahan kapur dan bahan
lempung yang dibakar sampai meleleh, setelah terbentuk klinker yang kemudian
dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai.
Sedangkan semen portland pozzoland adalah semen yang dibuat dengan menggiling
bersama-sama klinker semen portland dan bahan yang mempunyai sifat pozzoland
(Kardiyono, 1996: 11).
Semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur harus mempunyai
kualitas yang sesuai dengan ketepatan agar berfungsi secara efektif. Pemeriksaaan
dilakukan terhadap yang masih berupa bentuk kering, pasta semen yang telah keras,
dan beton yang dibuat darinya. Sifat kimia yang perlu mendapat perhatian adalah
kesegaran semen itu sendiri. Semakin sedikit kehilangan berat berarti semakin baik
kesegaran semen. Dalam keadaan normal kehilangan berat sekitar 2% dan maksimum
kehilangan yang diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena adanya kelembaban
dan karbondioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.
2). Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus (pasir) terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm, didapat dari
hasil disintegrasi batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya
(artifical sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat yang terjadinya. Pasir
alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut, pasir done yaitu
bukit-bukit pasir yang dibawa ketepi pantai. Pasir merupakan bahan pengisi yang
digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir berpengaruh
12
terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk bahan
bangunan campuran semen lainnya.
Pasir yang digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu
pasir yang bebas dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat.
Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir
(gradasi) yang baik. Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia (1982: 23) agregat
halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syarat
syarat sebagai berikut:
a). Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.
b). Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama
c). Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila lebih dari
5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang
dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.
d). Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak
e). Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca
f). Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton
Selain itu untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang baik perlu diadakan
pengujian di laboratorium. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang telah ditentukan dalam SNI
03-2461-1991, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a). Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % dari berat total
b). Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % dari berat total
c). Sisa diatas ayakan 0,22 mm, harus bekisar antara 80 % - 90 % dari berat
3). Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya
paling murah. Dalam pembuatan beton air diperlukan untuk :
a). Bereaksi dengan semen portland.
b). Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar dapat mudah dikerjakan
(diaduk, dituang, dan dipadatkan).
13
Untuk bereaksi dengan semen portland, air yang diperlukan hanya sekitar
25-30% saja dari berat semen, namun dalam kenyataanya jika nilai faktor air semen
(berat air dibagi barat semen) kurang dari 0,35 adukan beton akan dikerjakan,
sehingga umumnya nilai faktor air semen lebih dari 0,40 (Tjokrodimulyo, 2007,
hal.51).
Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Standar SK SNI S-04-1989-F,Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A)
a). Air harus bersih
b). Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang, yang dapat dilihat
secara visual. benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram per
liter.
c). Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
d). Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram /liter
e). Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO 3 ) lebih dari 1 gram/liter
Air harus terbebas dari zat-zat yang membahayakan beton, dimana pengaruh
zat tersebut antara lain :
a). Pengaruh adanya garam-garam mangaan, timah, seng, tembaga dan timah
hitam dengan jumlah cukup besar pada air adukan akan menyebabkan
pengurangan kekuatan beton.
b). Pengaruh adanya seng klorida dapat memperlambat ikatan awal beton sehingga
beton belum memiliki kekuatan yang cukup dalam umur 2-3 hari.
c). Pengaruh adanya sodium karbonat dan pontasoium dapat menyebabkan ikatan
awal sangat cepat dan dalam konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan
beton.
d). Pengaruh air laut yang umumnya mengandung 3,5 % larutan garam, sekitar 78
persennya adalah sodium klorida dan 15 persennya adalah magnesium sulfat
akan dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20 % dan dapat memperbesar
14
15
pasir
semen
Produk cacat
Produk
berkualitas
dipasarkan
16
17
18
19
20
beton pejal
1. Kuat Tekan Bruto Kg/cm
beton berlubang
II
III
IV
II
III
IV
100
70
40
25
70
50
35
20
90
65
35
21
65
45
30
17
25
35
--
--
25
35
--
--
rata-rata min.
2. Kuat Tekan Bruto Kg/cm
masing-masing
benda uji.
3. Penyerapan air rata- %
rata, maks.
Sumber : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (1982: 10-12)
Bentuk dan ukuran batako yang akan dibuat serta adalah batako berlubang
dengan ukuran 10 x 20 x 40 cm3.
e.
apabila menggunakan batako sebagai pengganti batu bata. Diantara keuntungan yang
diperoleh adalah:
1) Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan
dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu
pengurangan.
2) Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama.
3) Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih hemat.
4) Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara.
5) Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
6) Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
7) Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.
21
22
P
fc =
...................................................persamaan (1)
A
Gambar 3. Kuat Tekan Batako
23
sangat menentukan daripada kuat tekan. Untuk itu perlu dicari nilai faktor air semen
(fas) yang optimum yang menghasilkan kuat tekan yang maksimum.
Tjokrodimulyo (1996: 60) mengatakan bahwa : Kuat tekan batako
bertambah sesuai dngan bertambahnya umur beton itu. Begitu juga untuk batako
bertambahnya kuat tekan dipengaruhi umur batako yang dicapai. Kecepatan
bertambahnya kuat tekan seiring dengan umur baan tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor air semen dan cara perawatannya.
Untuk memperoleh kuat tekan yang tinggi maka diperlukan agregat yang
sudah diuji melalui uji agregat sehingga kuat tekannya tidak lebih rendah daripada
pastanya. Tjokrodimulyo (1996: 60) menerangkan bahwa Sifat agregat yang paling
berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah kekasaran permukaan dan ukuran
maksimumnya. Jumlah semen dapat menentukan kuat tekan dari batako, tetapi
banyak sedikitnya jumlah semen yang dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tekan
batako harus diperhatikan nilai faktor air semen yang dihasilkan oleh adukan beton
tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan akhir adalah
bahwa kuat tekan batako adalah kekuatan yang dihasilkan dari pengujian tekan oleh
mesin uji tekan yang merupakan beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
pecah dibagi dengan ukuran luas nominal batako atau besarnya beban persatuan luas.
2. Batako Sebagai Beton Ringan (Lightweight Concrete)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi berat jenis
beton atau membuat beton lebih ringan antara lain adalah sebagai berikut
(Tjokrodimuljo, 1996).
a. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen
sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menambah bubuk alumunium kedalam campuran
adukan beton.
24
b. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung atau
agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari pada beton
biasa.
c. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus atau
pasir yang disebut beton non pasir.
Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat
dibagi tiga yaitu (Tjokrodimuljo, 1996):
a. Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan
kuat tekan antara 0,35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti
untuk dinding pemisah atau dinding isolasi.
b. Untuk struktur ringan dengan berat jenis antara 800 kg/m3 sampai 1400 kg/m3 dan
kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk
dinding yang juga memikul beban.
c. Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat
tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
Tabel 3. Pembagian Beton Menurut Penggunaan dan Persyaratannya
Pustaka
Berat jenis
3
(gr/cm )
Dobrowolski
(1998)
rendah
Kuat tekan
(MPa)
240 800
0,35 6,9
800 1440
6,9 17,3
1440 1900
> 17,3
(Low-Density concretes)
Beton dengan kekuatan
menegah
(Moderate-Trength
Lighweight Concrete)
Beton ringan struktur
(Structural Lightweight
25
Concretes)
Neville and
Brooks (1987)
(Structural Lightweight
1400 1800
> 17
500 800
7 14
< 800
0,7 7
Concretes)
Beton ringan untuk
pasangan batu (Masonry
Concrete)
Beton ringan penahan panas
(Insulating Concrete)
3. Serbuk Batu Gamping Keras (Karst)
Karst termasuk jenis batuan yang mengandung banyak kalsit (kapur). Batu
marmer Indonesia sebenarnya termasuk jenis Batu Gamping yang sangat keras.
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa
Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst / krast' yang merupakan nama suatu
daerah di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Selain
itu ada pula yang menyebutkan bahwa istilah karst berasal dari bahasa Slovenia,
terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak), dan digunakan pertama kali oleh pembuat
peta peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan
gamping berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut Yugoslavia dan
sebelah Timur Laut Italia. Istilah karst akhirnya dipakai untuk menyebut semua
daerah berbatuan gamping di seluruh dunia yang mempunyai keunikan dan
spesifikasi yang sama, karena proses pelarutan (solusional), bahkan berlaku pula
untuk fenomena pelarutan pada batuan lain seperti gypsum, serta batuan garam dan
anhidratnya. Sedangkan nilai berat jenis rata-rata 2,28 g/cm3 (kisaran 2,25 - 2,44
g/cm3).
Batu gamping keras tidak mudah mengalami pelarutan oleh air yang
mengalir. Katalisator dalam pelarutan itu adalah air dan karbon dioksida (CO2).
26
Ketika CO2 larut dalam air, maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO3). H2CO3
bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3).
Batuan karbonat (batu gamping) merupakan salah satu dari sumber mineral
terbesar di daerah karst. Batuan ini sering digunakan sebagai ornamen/hiasan,
campuran pembuatan semen, serta bahan baku industri-industri seperti untuk bahan
pemutih, penjernih air dan bahan pestisida.
Baru baru ini, berkembang pabrik yang memproduksi batu alam yang
digunakan untuk menghias bangunan, khususnya rumah atau bangunan bangunan
lain. Batu alam hias tersebut menghasilkan limbah penggergajian karst, yang didapat
dari areal pegunungan karst. Limbah penggergajian karst belum dimanfaatkan dengan
baik.
B.
27
3) Untuk penggunaan struktur dengan persyaratan kuat tekan lebih besar dari 17
MPa maka jumlah presentase Styrofoam yang dipakai antara 0% sampai 20 %
untuk kandungan semen 350 kg/m3 sampai 400 kg/m3.
Dari hasil kuat tekan diatas semakin banyak prosentase penggunaan Styrofoam
kuat tekan dan berat jenis semakin menurun. Dengan bahan pertimbangan diatas
maka peneliti mencoba menggunakan limbah batu alam yang beruba serbuk batu
gamping keras (karst) sebagai bahan tambah batako untuk mendapatkan kuat
tekan yang lebih maksimal untuk spesifikasi beton ringan dan memperoleh berat
jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis batako biasa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Ashari (1997) dengan judul Pengaruh Ampas
Tebu Sebagai Campuran Bahan Baku Batako Terhadap Kuat Tekan menunjukkan
bahwa ternyata dengan adanya variasi ampas tebu yang berbeda mempengaruhi
kuat tekan batako tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dari semakin besar
prosentase (%) ampas tebu, kuat tekan batako semakin menurun, tetapi
mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari batako biasa.
c. Percobaan pendahuluan yang dilakukan dengan cara membuat mortar dengan
penambahan limbah karst dengan variasi tertentu. Kemudian mortar tersebut
dicetak dengan cetakan jely berdiameter 5 cm dan di keluarkan dari cetakanya
setelah mortar berumur 24 jam. Dan hasilnya yaitu :
1) Sampel A = 7 limbah karst : 1 semen, hasilnya lembek dan setelah direndam
dengan air sampel A menjadi sangat mudah dihancurkan.
2) Sampel B = 7 pasir : 1 limbah karst, hasilnya mortar tidak memadat, hancur.
3) Sampel C = 3,5 pasir : 3,5 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat,
kuat, dan setelah direndam dengan air, mortar tetap kuat.
4) Sampel D = 6 pasir : 1 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat,
setelah direndam dengan air mortar tetap kuat.
5) Sampel E = 7 pasir : 1 semen, hasilnya sedikit rapuh. Lebih kuat sampel C
dan sampel D.
28
C.
Kerangka Berfikir
Y1
X
Y2
Gambar 4. Paradigma Penelitian Kuat Tekan
Keterangan :
X
Y1
Y2
D.
Hipotesis
29
1.
Ada pengaruh positif penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk
batu gamping keras (karst) dalam campuran material batako terhadap kuat
tekan batako.
2.
Ada pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu
gamping keras (karst) dalam campuran material batako terhadap berat jenis
batako.
3.
4.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian atau Research diperlukan suatu tempat penelitian
untuk memperoleh data data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Pembuatan benda uji berupa batako dilaksanakan di Pabrik Batako Mitra Enggal
Desa Karanganyar Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo dan proses pengujian
bahan, kuat tekan serta berat jenis batako dilaksanakan di Laboratorium Beton
Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember tahun 2009. Berikut
tabel alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan :
Tabel 4. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian
N
Kegiatan
Januari
Feb
Maret
April
Mei
Junijuli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengajuan
Judul
Pembuatan
proposal
Seminar
Proposal
Revisi
30
31
Proposal
5
Perijinan
Penelitian
Pelaksanaa
n
Analisa
Data
Penulisan
Laporan
B Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode eksperimen.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh suatu perlakuan terhadap objek
penelitian. Dalam penelitian ini benda uji dibuat dengan menambahkan bahan tambah
serbuk batu gamping keras (karst) sebagai campuran adukan material batako.
Kemudian batako diujikan kuat tekannya pada umur 28 hari yang dimungkinkan
batako sudah mencapai nilai kuat tekan maksimum Kardiyono Tjokrodimuljo
(1996:71)
32
Alur Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :
Persiapan bahan
Pemeriksaan bahan
Semen :
a. Visual
b. kehalusan
Agregat halus,
Uji bahan :
a. kadar lumpur
b. spesifik grafity
c. gradasi pasir
d. SSD
e. Kandungan zat
organik
Serbuk batu
gamping
keras (karst)
Air :
a. tidak berwarna
b. tidak berbau
c. tidak
mengandung
zat kimia
Perawatan 28 hari
Kesimpulan
33
34
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan pengujian kuat
tekan dan berat jenis terhadap sejumlah benda uji berupa batako umur 28 hari.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi penunjang
yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Data yang di pergunakan untuk analisis hasil peneilitian adalah data primer,
sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data
2. Teknik Mendapatkan Data
Data didapat dari uji kuat tekan dan uji absorbtion, untuk memperoleh data
mengenai kuat tekan dilakukan uji tekan dengan mesin CTM (Compaction Testing
Machine) merk Controls dengan kapasitas 2000 KN (2,105 Kg). Objeknya adalah
batako dengan bahan tambah serbuk batu gamping keras (karst) dengan campuran
pasir, semen, dan air dengan variasi yang berbeda - beda. Adapun tahap-tahap
pelaksanaan penelitan ini direncanakan melakukan beberapa tahapan kerja yang
diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Pertama
Disebut sebagai tahap persiapan dan penyediaan bahan. Pada tahap ini seluruh
bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
1) Penelitian ini menggunakan alat-alat yang tersedia di Laboratorium Beton
Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik
Kejuruan. Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a). Timbangan
Timbangan yang dipakai ada dua jenis dalam penelitian ini, yaitu :
(1). Timbangan Digital Merk METLER TOLEDO kapasitas 16 kg, ketelitian
sampai 0,01 gram, digunakan untuk mengukur berat material.
(2). Timbangan Bascule merk DSN Bola Dunia, kapasitas 150 kg dengan
ketelitian sampai dengan 0,1 kg, digunakan untuk mengukur berat benda uji
dan material sesuai dengan kapasitasnya.
35
b). Ayakan
Ayakan baja yang digunakan adalah merk Controls, Italy, bentuk lubang
ayakan adalah bujur sangkar dengan ukuran yang tersedia adalah 50 mm, 38,1
mm, 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, 4,75 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm
dan pan.
c). Mesin penggetar ayakan
Mesin penggetar ayakan yang dipakai adalah mesin penggetar dengan merk
Controls, Italy, mesin ini digunakan sebagai dudukan sekaligus penggetar
ayakan. Penggunaan pada waktu uji gradasi (sieve Analysis) baik untuk agregat
halus maupun agregat kasar.
d). Corong Conik / Conical Mould
Corong konical / Cinocal Mould dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter
bawah 8,9 cm, tinggi 7,6 cm, lengkap dengan alat penumbuk. Alat ini digunakan
untuk mengukur keadaan SSD (Satured Surface Dry) agregat halus pasir.
e). Nampan Besar
Nampan besar digunakan untuk tempat pencampuran bahan.
f). Cetakan Benda uji
Cetakan benda uji batako berbentuk balok yang terbuat dari plat besi yang biasa
digunakan untuk pembuatan batako dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 10 cm,
dan tinggi 20 cm.
g). Alat Bantu
Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan penelitian, pada benda uji
digunakan beberapa alat bantu antara lain :
(1). Balok kayu untuk memadatkan adukan campuran bahan pada cetakan.
(2). Gelas ukur berkapasitas 1000 ml digunakan untuk menakar kebutuhan air
pada pembuatan campuran bahan.
(3). Gelas ukur berkapasitas 250 ml digunakan untuk meneliti kandungan zat
organik dan kandungan lumpur dalam agregat halus.
(4). Ember untuk tempat air.
36
37
Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci terlebih dahulu. Syaratsyarat agregat halus harus sesuai dengan SNI 1970-2008.
1) Tujuan : Untuk mengetahui kadar lumpur yang terkandang dalam pasir.
2) Alat dan bahan :
(a).Pasir kering oven
(b).Air bersih
(c).Gelas ukur 250 cc
(d).Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
(e).Timbangan
3) Cara kerja :
(a).Mengambil pasir sebanyak 250 gram
(b).Mengeringkan pasir dalam oven dengan temperatur 110o C selama 24 jam.
(c).Mengambil pasir kering 100 gram lalu dimasukan ke dalam gelas ukur
250 cc.
(d).Menuangkan air kedalam gelas ukur hingga setinggi 12 cm diatas
permukaan pasir.
(e).Mengocok air dan pasir minimal 10 kali lalu membuang airnya.
(f).Mengulangi langkah 5 hingga air dalam gelas tampak jernih.
(g).Memasukan air kedalam cawan lalu mengeringkan kedalam oven dengan
temperatur 110o C selama 24 jam.
(h).Setelah selesai cawan dikeluarkan dan diangin-anginkan hingga mencapai
suhu kamar.
(i).Menimbang pasir dalam cawan
(j).Berat pasir awal A = 100 gram, berat pasir akhir = B
Kadar lumpur = (A B) / A x100%
(k).Membandingkan dengan persyaratan SNI 03-1750-1990, yaitu kadar
lumpur maksimum 5 %. Bila lebih dari 5 % maka sebelum digunakan
pasir harus dicuci terlebih dahulu.
38
Kuning muda
0 10
Kuning tua
10 20
Kuning kemerahan
20 30
Coklat kemerahan
30 50
Coklat tua
50 100
39
40
: a / (b + (500 c))
a / (b + (a c))
Dengan:
A
41
(1). Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran butir pasir, prosentase
dan modulus kehalusannya.
(2). Alat dan bahan
(a).Satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm,
1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm dan pan penampungan.
(b). Mesin penggetar
(c).Neraca
(d).Pasir kering oven sebanyak 3000 gram.
3) Cara kerja
(a). Menyiapkan pasir yang telah dioven sebanyak 3000 gram
(b). Memasang ayakan dengan susunan sesuai dengan besar diameter lubang dan
terbawah adalah pan penampungan.
(c). Memasukan pasir kedalam ayakan teratas kemudian menutup dengan rapat
(d). Memasang ayakan tersebut pada mesin penggetar dan digetarkan selama 5
menit, kemudian mengambik susunan ayakan tersebut.
(e). Memindahkan pasir yang tertinggal dalam masing-masing ayakan kedalam
cawan lalu ditimbang.
(f). Menghitung prosentae berat pasir tertinggal pada masing-masing ayakan.
(g). Menghitung modulus kehalusan dengan menggunakan rumus :
modulus kehalusan pasir : a / b
dengan : a = prosentase komulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam
pan
b = prosentase berat pasir yang tertinggal
e). Pengujian kadar air agregat halus
Kondisi agregat halus dalam rancang campuran beton (mix design) adalah
SSD (saturate surface dry). Tetapi dalam pelaksanaan pembuatan adukan, kondisi
dari agregat halus mungkin bukan dalam keadaan SSD, oleh karena itu perlu
42
diketahui kadar air dari agregat halus tersebut sebagai perbandingan rancangan
campuran.
(1). Tujuan : Untuk mengetahui perbandingan antara berat air terhadap berat kering
butir pasir.
(2). Alat dan bahan
(a).Neraca
(b).Cawan
(c).Oven
(d).Pasir
(3). Cara kerja
(a). Menimbang cawan dan memberi nomor
(b). Mengambil benda uji dan memasukan kedalam cawan lalu menimbang
pasir dalam cawan (a).
(c). Mengeringkan pasir kedalam oven selama 24 jam pada suhu 110 o C.
(d). Mengeluarkan pasir dari oven dan mengangin-anginkanya kemudian
menimbang pasir yang telah kering oven tersebut (b)
(e). Menghitung kadar air pasir :
kadar air = ((a b) / b) x 100%
f). Serbuk batu gamping keras (karst)
Dalam percobaan ini serbuk batu gamping keras (karst) yang digunakan
adalah serbuk batu gamping keras (karst)yng sudah kering dan memadat kemudian
dtumbuk hingga menjadi serbuk yang halus.
c. Tahap ketiga
Disebut sebagai tahap rencana campuran (mix design) dan pembuatan batako.
Dari tahap ketiga ini dapat diketahui rencana campuran dan pembuatan batako.
1) Rencana campuran (mix design)
Sesuai dengan perencanaan campuran batako berlubang ditetapkan faktor air
semen (fas) 0,5, dengan sampel sebagai berikut ;
7 pasir : 1 semen : 0 serbuk batu gamping keras (karst)
43
Ps = pasir
W = air
V = volume beton
2) Pembuatan batako berlubang sesuai proporsi campuran hasil perhitungan rencana
campuran.
Langkah-langkah pembuatan batako berlubang yang dilakukan pada tahap
ini adalah:
a. Menyiapkan bahan-bahan campuran adukan batako
b. Menimbang masing-masing bahan sesuai rencana.
c. Mencampur bahan-bahan tersebut sampai adukan tercampur dengan baik.
d. Menyiapkan cetakan batako.
e. Memasukan adukan kedalam cetakan dengan ketinggian tertentu sesuai
dengan dimensi jerami sambil dipadatkan dengan plat besi atau balok kayu.
f. Setelah cetakan penuh dan padat, permukaan diratakan dan diberi kode benda
uji diatasnya.
44
45
46
Kriteria :
Fhitung > Ftab = Arah regresi berarti
Fhitung < Ftab = Arah regresi tidak berarti
c. Analisis Regresi
Analisis regresi dalam program SPSS 11.5 adalah dengan menggunakan
regresi (Regression). Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh penggunaan bahan tambah serbuk batu gamping keras (karst)
terhadap kuat tekan batako berlubang yaitu dengan analisis regresi. Analisis ini
merupakan gambaran dari variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan dengan
variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang ada. Dalam penelitian
variabel bebas adalah jumlah serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi
dimensi yang berbeda-beda, sedangkan variabel terikatnya adalah kuat tekan batako.
Bentuk umum dari persamaan regresi terdiri dari dua golongan yaitu linier
(polinom pangkat satu) dan non linier (polinom pangkat lebih dari satu). Mengenai
bentuk umum dari persamaan regresi seperti terlihat dalam persamaan-persamaan
dibawah ini (Sudjana, 2002: 312-315):
Persamaan linier
Yc = a + bx
Persamaan polinom pangkat dua
Yc = a + bx + cx2
Persamaan polinom pangkat tiga
Yc = a + bx + cx2 + dx3
Persamaan polinom pangkat k (k 2)
Yc = a0 + a1x + a1x2 + a1x3 + + akxk
Untuk menghitung konstanta a (a0, a1, ) b, c, d, maka diperlukan
persamaan normal dari tipa-tiap persamaan garis regresi tersebut. Persamaan normal
untuk tiap-tiap persamaan garis regresi adalah sebagai berikut:
47
(n X 2 )( X ) 2
(n XY ) ( Y )( X )
b=
( X X 2) ( X )2
2) Persamaan nominal polinom pangkat dua
Y = n.a + bX + cX2
XY = aX + bX2 + cX3
X2Y = aX2 + bX3 + cX4
3) Persamaan normal polinom pangkat tiga
Y = n.a + bX + cX2 + dX3
XY = aX + bX2 + cX3 + dX4
X2Y = aX2 + bX3 + cX4 + dX5
X3Y = aX3 + bX4 + cX5 + dX6
4) Persamaan normal polinom pangkat k
Y = n.a0 + a1X + a2X2 + + akXk
XY = a0X + a1X2 + a3X3 + + akXk+1
X2Y = a0X2 + a1X3 + a3X4 + + akXk+2
X3Y = a0X3 + a1Xk+1 + a2Xk+2 + + akX2k
Keterangan:
Y = Variabel terikat (kuat tekan batako berlubang)
X = Variabel bebas (variasi penambahan serbuk batu gamping keras (karst))
a0, a1, , ak, b, c, d = konstanta.
Setelah semua data diteliti untuk masing-masing persamaan regresi telah
dilaksanakan, langkah berikutnya adalah menentukan persamaan yang digunakan
sebagai persamaan dasar korelasi variabel-variabel yang ada. Evaluasi tiap persamaan
ini menggunakan metode selisih kesalahan kuadrat dengan rumus:
48
E Y X = ni = 1 (Yi Y(c)i)2
Dimana :
EX Y = selisih kesalahan kuadrat
Y1
Y(c)i
Analisis yang digunakan dalam SPSS 11.5 adalah Regression (Linear dan
Curve Estimation). Apabila pada hasil analisis Regression Linear penggunaan bahan
tambah variasi serbuk batu gamping keras (karst) tidak berpengaruh terhadap kuat
tekan batako, maka analisis regresi dapat dengan menggunakan analisis Regression
(Curve Estimation). Pilihan model pada Curve Estimation terdapat berbagai jenis
model, yaitu Linear, Quadratic, Qubic, Logarithmic, Inverse, Power, Coumpound, S,
Logistic, Growth, dan Exponential.
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan
batako berlubang akan di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus
dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan Curve Estimation model Qubic diperoleh persamaan regresinya regresi
Y=z+bx sehingga didapat : dy/dx=0
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari hubungan atau
pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu variabelnya merupakan
dependent variabel dan yang lain merupakan independent variabel. Untuk
menghitung pengaruh penambahan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap
kekuatan tekan batako berlubang menggunakan persamaan garis regresi, yaitu dengan
menggunakan program SPSS 11.5 dengan uji Regression (Curve Estimation). Model
yang digunakan pada Curve Estimation adalah model Qubic, yaitu sama dengan
49
50
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
c. Hipotesis ketiga
Untuk mengetahui prosentase serbuk batu gamping keras (karst) yang optimal pada
kekuatan maksimal dihitung dengan mendefinisikan persamaan regresi linier Yc = a
+ bx sehingga didapat :
dy/dx = 0
Yc = a + b(x)
Yc = n
Persamaan diatas menghasilkan dua nilai x. Sehingga diambil nilai x yang
menghasilkan nilai Y yang terbesar. Dengan nilai Y terbesar akan diketahui nilai kuat
tekan tertinggi terendah.
d. Hipotesis keempat
Untuk mengetahui prosentase serbuk batu gamping keras (karst) yang optimal pada
berat jenis minimal dihitung dengan mendefinisikan persamaan regresi linier Yc = a +
bx sehingga didapat :
dy/dx = 0
Yc = a + b(x)
Yc = n
Persamaan diatas menghasilkan dua nilai x. Sehingga diambil nilai x yang
menghasilkan nilai Y yang terkecil. Dengan nilai Y terkecil akan diketahui nilai berat
jenis terendah.
51
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
1.
ayakan
Berat
KomulatIf
Berat
tertingga tertingga
(mm)
l (gr)
l (%)
berat
tertinggal
(gr)
Komulati
Berat
Lolos
ASTM
(%)
f berat
tertinggal
(%)
9,50
100,0
100
4,75
163,0
5,48
163,00
94,52
90-100
5,48
2,36
172,0
5,78
335
88,71
85-100
11,26
1,18
315,2
10,58
650,2
78,13
75-100
21,84
0,60
400,0
13,44
1014,2
65,91
60-79
35,28
0,35
1691,6
56,62
2705,8
9,08
0-10
91,9
0,212
199,7
5,7
2905,5
2,37
0-10
97,6
51
52
Pan
70,6
2,4
JUMLAH
2976,1
100
2976,1
100
363,36
Daerah I
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
(mm)
(kasar) %
(agak kasar) %
(agak Halus) %
(halus) %
9,50
100
100
100
100
4,75
90-100
95-100
90-100
95-100
2,36
60-95
85-100
85-100
95-100
1,18
30-75
50-85
75-100
90-100
0,60
15-34
26-60
60-79
80-100
0,35
5-20
2-10
0-10
0-15
0,15
0-10
0-10
0-10
0-15
Dari hasil pengujian gradasi agregat halus, dengan melihat kolom pada
ASTM maka dapat simpulkan bahwa agregat halus yang digunakan termasuk dalam
daerah III (agak halus). Dengan melihat hasil pemeriksaan gradasi agregat halus
Kaliworo, maka jika dihubungkan titik terluar gradasi agregat halus, akan diperoleh
gambaran umum mengenai gradasi pasirnya dengan perbandingan ASTM sebagai
berikut:
53
% berat tertinggal
120
Series1
100
Series2
80
Series3
60
Series4
40
Series5
Series6
20
Series7
0
1
Series8
Series9
Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari, pada
batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk
batu gamping keras (karst). Hasil pengujian kuat tekan rata-rata setiap adukan dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Batako Berlubang Dengan Variasi
Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk batu gamping keras
(karst)
Var
Peb.
Campuran
(Pc:Ps:Ks)
Vol.
karst
(gr)
Umur
(hari)
Berat
batako
(gr)
Berat
jenis
(gr/cm3)
Bj.
rerata
Beb.
maks
(KN)
Beb.
Plat
(Kg)
1:7:0
700
6412,9
6065,2
6139,7
6197,0
6116,8
6609,3
6662,7
729
689
698
704
695
751
757
705
1:6:1
28
28
28
28
28
28
28
220
165
155
105
140
195
185
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
II
723
Kuat
tekan
Mpa(
N/m
m2)
6,89
5,17
4,85
3,29
4,38
6,1
5,79
Fc
ratarata
(Mpa)
5,05
5,09
54
1:5:2
1400
1:4 :3
2100
1:3:4
2800
III
IV
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
6066,1
5784,2
5740,8
5871,5
6292,5
5785,5
5797,8
5606,2
5729,2
5595,7
6041,2
5578,8
5976,5
689
657
652
667
715
657
689
637
651
636
687
634
679
673
660
660
130
185
55
50
180
55
80
50
95
50
140
55
110
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
4,07
5,79
1,72
1,57
5,63
1,72
2,5
1,57
2,97
1,57
4,38
1,72
3,44
3,67
2,19
2,78
6
5.09
5
4
3.67
2.78
y = -0.841x + 6.376
2.19
R2 = 0.7409
2
1
0
0
varian batako
55
3.
Perb.
Campuran
(Pc:Ps:Ks)
1:7:0
Vol.
karst
(gr)
0
1:6:1
700
1:5:2
1400
1:4 :3
2100
1:3:4
2800
II
III
IV
Umur
(hari)
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
Berat batako
(gr)
6412,9
6065,2
6139,7
6197,0
6116,8
6609,3
6662,7
6066,1
5784,2
5740,8
5871,5
6292,5
5785,5
5797,8
5606,2
5729,2
5595,7
6041,2
5578,8
5976,5
Berat
jenis
(gr/cm3)
729
689
698
704
695
751
757
689
657
652
667
715
657
689
637
651
636
687
634
679
Bj. rerata
705
723
673
660
660
56
740
723
720
700
Series1
680
Linear (Series1)
673
y = -20.2x +660
749.7
R2 = 0.7573
660
640
0
660
varian batako
Uji Normalitas
Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang
didapatkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk uji ini digunakan program
SPSS 11.5 dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk test, dengan taraf signifikan
sebesar 5 %. Dari hasil pengujian Shapiro-Wilk test diperoleh:
57
Asym.Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal, jika nilai Asym.Sig. < 0,05 maka
data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh data
jumlah case (N) = 20; Mean sebesar 6,85; Std. Deviasi sebesar 0,362. Nilai Asym.Sig.
adalah 0,393. Jadi, Asym.Sig. 0,393 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
2.
Uji Linieritas
Uji ini dilakukan untuk menguji persamaan garis regresi apakah berasal dari
data yang linier. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
11.5 dengan uji regresi linier sederhana pada lampiran untuk kuat tekan batako
berlubang dan berat jenis dengan menggunakan taraf signifikan = 0,05 diperoleh
data sebagai berikut:
a. Pengujian Linieritas Kuat Tekan
Uji ini dilakukan untuk menguji persamaan garis regresi apakah berasal dari
data yang linier. Dengan melihat grafik dari Curve Estimation pada lampiran dapat
diketahui data tersebut linear atau tidak. Dari grafik yang ditampilkan menunjukkan
bahwa semua data. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa data linear, maka model
yang diterima adalah regresi linier. Dari hasil pengujian keberartian regresi
58
didapatkan nilai Fhitung sebesar 10,41, sedangkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5%
dengan db
(1;8)
adalah 1,86. Hasilnya 10,41 > 1,86 dengan nilai probabilitas 0,001 <
0,05, maka regresi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping
keras (karst) terhadap kuat tekan batako berlubang memiliki keberartian.
b. Pengujian Linieritas berat jenis
Uji ini dilakukan untuk menguji persamaan garis regresi apakah berasal dari
data yang linier. Dengan melihat grafik dari Curve Estimation pada lampiran dapat
diketahui data tersebut linear atau tidak. Dari grafik yang ditampilkan menunjukkan
bahwa data membentuk garis linear dan menunjukkan nilai yang semakin meningkat.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa data tersebut linear, maka model regresi
linier diterima. Dari hasil pengujian keberartian regresi didapatkan nilai Fhitung sebesar
11,31, sedangkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5 % dengan db
(1;8)
adalah 1,86.
Hasilnya 11,31 > 1,86 dengan nilai probabilitas 0,003 < 0,05, maka regresi
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst)
terhadap kuat tekan batako berlubang memiliki keberartian.
C.
1.
Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis Pertama
59
(karst) terhadap kuat tekan batako berlubang diterima, tetapi apabila probabilitas <
0,025 maka hipotesis nol ditolak. Terlihat bahwa pada kolom sig/significance adalah
0,002 atau probabilitas dibawah 0,025 maka Ho ditolak, atau koefisien regresi
significance atau variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
benar benar berpengaruh secara significance terhadap kuat tekan.
2.
60
Dari perhitungan kuat tekan diketahui bahwa kuat tekan maksimum terdapat
di varian I yang menggunakan karst sbagai bahan pengganti agregat halus sebesar 0,7
kg.
Y = -0,841X + 6, 378
Y = -0,841(0,7) + 6,378
Y = 5,79
Dari grafik perhitungan kuat tekan, diketahui kuat tekan yang maksimum
sebesar 5,79 Mpa dengan nilai R2 0,7409 yang artinya penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh sebesar 74,09%, sedang
25,91% dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) untuk
mencapai kuat tekan maksimum sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps
: 1 Ks : 0,5 W).
4. Uji Hipotesis Keempat
61
24,27% dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) untuk
mencapai berat jenis minimum sebesar 687 kg/m3 terdapat pada variasi 18 (1 Pc : 3Ps
: 4 Ks : 0,5 W).
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1.
Batako sampel I tanpa penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu
gamping keras (karst) mempunyai kuat tekan rata rata 5,05 Mpa
b.
c.
d.
62
e.
b.
c.
Sampel C = 3,5 pasir : 3,5 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat,
kuat, dan setelah direndam dengan air, mortar tetap kuat.
d.
e.
Sampel E = 7 pasir : 1 semen, hasilnya sedikit rapuh. Lebih kuat sampel C dan
sampel D.
Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian akhir yang dilakukan memiliki nilai hasil
yang tidak jauh berbeda dengan percobaan pendahuluan.
63
Batako sampel I tanpa penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu
gamping keras (karst) mempunyai berat jenis rata rata 705 gr/cm3.
b.
c.
d.
e.
penurunan, sedangkan pada sampel III mengalami penurunan. Pada sampel IV terjadi
penurunan, kemudian pada sampel V terjadi penurunan. Hal ini disebabkan karena
pada dasarnya sebuk batu gamping keras (karst) mempunyai berat jenis yang relatif
lebih kecil daripada agregat halus (pasir).
64
Hasil pengujian hipotesis ketiga memperoleh hasil bahwa kuat tekan batako
yang maksimum sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W).
Dari perhitungan hipotesis ketiga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variasi
optimum penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) dari 20 buah sampel adalah variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W), pada variasi
tersebut akan dicapai kuat tekan beton maksimum sebesar 5,79 Mpa dan mengalami
penurunan pada variasi penggunaan serbuk batu gamping keras (karst) yang lain.
Pada dasarnya karst adalah batuan yang ber berat jenis rendah, lebih rendah
daripada pasir. Karst tersusun dari H2CO3 yang bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium karbonat (CaCO3). Sifatnya ringan ,mudah hancur, dan mudah larut oleh air.
Hasil pengujian menunjukan bahwa kuat tekan batako yang maksimum
sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W), yakni di varian
yang tidak menggunakan karst sebanyak 0,7 kg. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik
karst yang sangat halus yang mampu mengisi rongga rongga antara agregat halus
sehingga menghasilkan batako yang padat dan berkekuatan maksimal. Tetapi kuat
tekan kemudian mengalami penurunan pada variasi penggantian agregat halus dengan
serbuk karst selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh rendahnya berat jenis karst.
Lagipula karst adalah material yng bersifat lunak dan mudah luruh oleh air.
4. Berat Jenis Minimal
65
Pada dasarnya karst adalah batuan yang ber berat jenis rendah, lebih rendah
daripada agregat halus pasir. Karst tersusun dari H2CO3 yang bereaksi dengan
kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3). Sifatnya ringan ,mudah hancur, dan
mudah larut oleh air.
Hasil pengujian menunjukan bahwa berat jenis batako yang minimum adalah
687 kg/m3 terdapat pada variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W) yakni di varian yang
menggunakan karst sebanyak 2,8 kg. Hal itu desebabkan karena karst mempunyai
sifat yang ringan, semakin banyak penggunaan karst sebagai bahan pengganti agregat
halus dalam pembuatan batako akan mengakibatkan semakin ringan berat batako itu
sendiri.
66
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
67
4. Pada hasil uji berat jenis menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan
serbuk karst, mengakibatkan semakin kecilnya nilai berat jenis. Dari berbagai
variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) yang digunakan pada penelitian ini berat jenis sudah memenuhi syarat
Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes) menurut Dobrowolski
(1998) yakni 240 800 gr/m3 . Hal tersebut dibuktikan dimana besarnya berat
jenis batako yang minimal adalah variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W dengan
nilai berat jenis sebesar 687 kg/m3.
B. Implikasi
Dilihat dari hasil penelitian tentang kuat tekan batako berlubang variasi
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst), maka
implikasi dapat yang diberikan adalah sebagi berikut:
1. Penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst)
terhadap batako berlubang mempunyai kuat tekan maksimal 5,79 Mpa yang
masih memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes)
menurut Dobrowolski (1998) yakni 0,35 6,9 MPa. Sehingga batako berlubang
dengan variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping
keras (karst), dapat digunakan sebagai konstruksi dinding pada sebuah bangunan.
2. Berat jenis batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus
dengan serbuk batu gamping keras (karst), mempunyai nilai berat jenis minimal
687 kg/m3 yang masih memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (LowDensity concretes) menurut Dobrowolski (1998) yakni 240 800 gr/cm3.
Sehingga batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus
dengan serbuk batu gamping keras (karst), dapat digunakan sebagai konstruksi
dinding pada sebuah bangunan
68
69
DAFTAR PUSTAKA
70
Badan Standar Nasional (BSN). 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03- 21132000 Bata Trass Kapur Untuk Pasangan Dinding. Jakarta: DPU
Batam pos, 2008. Palm Beach Habis Terjual.( http://batampos.co.id/Pro Bisnis/Pro
Bisnis/Palm Beach Habis Terjual.html).
Dian Rosyida, Mefry. 2008. Pengaruh Penambahan Tras Muria Pada Bata Beton
Berlubang Ditinjau Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air. Skripsi jurusan
teknik sipil universitas negeri semarang: semarang.
DD, Agus, 2008, Keuntungan Danm Kerugian Batako, DD Agus, Semarang .
(http://jakartacity.olx.co.id/pandu-bintang-selaras-iid-16281337)
L.J. Murdock dan K.M. Brook. 1986. Bahan dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Neville, A.M. and Brooks, J.J., 1987, Concrete Technology, First Edition, Longman
Scientific & Technical, England.
Satyarno, I., Sambodo, A.I., Andriyani, F., Napitipulu, B.A., Sianturi., M.M, dan ,
2004. Penggunaan Styrofoam untuk Beton Ringan Dengan Kandungan
Semen: 300 kg/m3, Semen: 350 kg/m3, Semen: 400 kg/m3, Semen: 450kg/m3
Laporan Penelitian QUE Project, Jurusan Teknik Sipil FakultasTeknik
UGM.
Santoso singgih, 2001. SPSS Versi 10. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. Prof. DR, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri: Yogyakarta.
71
Triwulan, dkk. 2004. Limbah Industri Tingkatkan Daya Kuat Tekan Beton.
(http//:kapanlagi.com./limbah industri.htm)l. (diakses tanggal 27 Februari
2007).
Wancik, Ahmad, dkk. 2007. Batako Styrofoam Komposit Mortar Semen. Jurusan
Teknik Sipil Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. , dkk.
Wijanarko, Wisnu. 2008. Analisis penambahan jerami padi Dalam Bentuk Block
Atau Kotak Sebagai Bahan Pengisi Batako berlubang . Skripsi Jurusan
Pendidikan Teknik Kejuruan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
72
LAMPIRAN
PEMERIKSAAN UJI BAHAN ( AGREGAT HALUS)
1. Kadar Lumpur Pasir
= 74,3 gr
= 100 gr
= 95,5 gr
Kadar Lumpur
Dimana : A
A B
x100%
A
Kadar lumpur =
Jernih
Kuning Muda
0 10
Kuning Kemerahan
10 20
Kuning Tua
20 30
Coklat Kemerahan
30 50
Coklat Tua
50 - 100
73
3. Specific Gravity
468,9
a
=
699,6 + (500 994,6)
b + (500 c)
= 1,544
500
b + (500 c)
500
699,6 + (500 994,6)
= 1,690
Apparent specific grafity
a
b (a + c)
468,9
699,6 ( 468,9 + 994,6)
= 1,809
Absorbtion :
500 468,9
500 a
x100% = 9,481 %
x100% =
a
468,9
Dari percobaan pengujian specific grafity dalam pasir, maka dapat diperoleh
kesimpulan :
Bulk specific grafity
: 1,544
: 1,809
74
Absorbtion
: 9,481 %
4. Gradasi
ASTM
KomulatIf
berat
tertinggal
(gr)
0
100,00
100
Komulatif
berat
tertinggal
(%)
0
163,0
5,48
163,00
94,52
90-100
5,48
2,36
172,0
5,78
335
88,71
85-100
11,26
1,18
315,2
10,58
650,2
78,13
75-100
21,84
0,60
400,0
13,44
1014,2
65,91
60-79
35,28
0,35
1691,6
56,62
2705,8
9,08
0-10
91,9
0,212
199,7
5,7
2905,5
2,37
0-10
97,6
Pan
JUMLAH
70,6
2976,1
2,4
100
2976,1
100
No
Diameter
ayakan
(mm)
Berat
tertinggal
(gr)
Berat
tertinggal
(%)
9,50
4,75
363,36
= 3000 gram
= 2976,1 gram
C 363,36
=
= 3,634
B
100
75
Daerah I
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
(mm)
(kasar) %
(agak kasar) %
(agak Halus) %
(halus) %
9,50
100
100
100
100
4,75
90-100
95-100
90-100
95-100
2,36
60-95
85-100
85-100
95-100
1,18
30-75
50-85
75-100
90-100
0,60
15-34
26-60
60-79
80-100
0,35
5-20
2-10
0-10
0-15
0,15
0-10
0-10
0-10
0-15
% berat tertinggal
120
Series1
100
Series2
80
Series3
60
Series4
40
Series5
Series6
20
Series7
0
1
Keterangan :
: Garis gradasi pasir yang digunakan
Series8
Series9
76
5. Kadar Air
= 13,9 gr
= 100 gr
= 97,4 gr
Kadar Air =
=
= 2,7 %
77
(m3)
(m)
(m)
(m)
tanpa lubang
0,09
0,12
0,355
3,834 x 10-3
0,01534
0,09
0,12
0,355
3,834 x 10-3
0,01534
0,09
0,12
0,355
3,834 x 10-3
0,01534
0,09
0,12
0,355
3,834 x 10-3
0,01534
0,09
0,12
0,355
3,834 x 10-3
0,01534
(m)
alas
lubang
0,0767
Jumlah
Jumlah
Vol. total
lubang
batako
lubang
(m3)
(xr2)
0,06
0,1
0,0113
1,131 x 10-3
0,0136
0,06
0,1
0,0113
1,131 x 10-3
0,0136
0,06
0,1
0,0113
1,131 x 10-3
0,0136
0,06
0,1
0,0113
1,131 x 10-3
0,0136
0,0113
-3
0,0136
0,06
0,1
1,131 x 10
Kebutuhan bahan 1 m3
Persamaan yang digunakan =
xPc xPs xW
+
+
+ 0,01V = 1
bjPc bjPs bjW
0,0679
78
1Ps 7 Ps 0,5Ps
+
+
+ 0,01Ps = 1
3,25 2,3
1
2,3Ps + 22,75Ps + 3,7375Ps + 0,07475Ps
=1
7,475
28,86225 Ps
= 7,475
Ps
Ps
= 0,258988817 ton
Ps
= 258,99 kg
7,475
28,86225
= 2,28 kg
= 1 x 2,28
= 2,28 Kg
= 7 x 2,28
= 15,96 Kg
Air (w)
= 0,5 x 2,28
= 1,14 Kg
= 19,38 Kg
Tinggi
Panjang
(m)
(m)
(m)
0,09
0,12
0,355
Volume (m)
Vol. lubang
3,834 x 10-
1,131 x 10-3
0,002703
= 0,7 kg
= 1 x 0,7 kg
= 0,7 kg
79
Pasir (ps)
= 7 x 0,7 kg
= 4,9 kg
Air (w)
= 350 cc
b. Sampel II (1Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W)
Semen (Pc)
= 1 x 0,7 kg = 0,7 kg
Pasir (ps)
= 6 x 0,7 kg
= 4,2 kg
Karst (ks)
= 1 x 0,7
= 0,7 kg
Air (w)
= 5 x 0,7 kg
= 3,5 kg
Karst (ks)
= 2 x 0,7
= 1,4 kg
Air (w)
= 4 x 0,7 kg
= 2,8 kg
Karst (ks)
= 3 x 0,7
= 2,1 kg
Air (w)
= 3 x 0,7 kg
= 2,1 kg
Karst (ks)
= 4 x 0,7
= 2,8 kg
Air (w)
80
Vol (m3)
0,77
0,11
Harga (Satuan)
300.000,00
750.000,00
Jumlah
Vol (m3)
0,66
0,11
0,11
Harga (Satuan)
300.000,00
100.000,00
750.000,00
Jumlah
Jumlah (Rp)
231.000,00
82.500,00
313.500,00
Jumlah
198.000,00
11.000,00
82.500,00
291.500,00
81
= 9x35,5 cm2
P1 P 2
A
= beban maksimum
= Luas Permukaan
Contoh perhitungan;
Di ketahui batako berlubang mempunyai beban 500 KN, dengan luas penampang
batako : 200 cm2. berapakah kuat tekan batako?
Penyelesaian :
Di ket P : 500KN
A : 200 cm2 = 20.000 mm2
Ditanya fc = ....?
Jawab = fc =
=
P
A
500
20.000
= 0,0025 N/mm2
= 0,0025 Mpa.
Tabel 15. Data Hasil Uji Kuat Tekan Dan Berat Jenis Batako Berlubang
Var
Peb.
Campuran
(Pc:Ps:Ks)
Vol.
karst
(gr)
Umur
(hari)
Berat
batako
(gr)
Berat
jenis
(gr/cm3)
Bj.
rera
ta
Beb.
maks
(KN)
Beb.
Plat
(Kg)
1:7:0
700
6412,9
6065,2
6139,7
6197,0
6116,8
729
689
698
704
695
705
1:6:1
28
28
28
28
28
220
165
155
105
140
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
723
Kuat
tekan
Mpa(
N/m
m2)
6,89
5,17
4,85
3,29
4,38
Fc
ratarata
(Mpa)
5,05
5,09
82
II
1:5:2
1400
1:4 :3
2100
1:3:4
2800
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
III
IV
6609,3
6662,7
6066,1
5784,2
5740,8
5871,5
6292,5
5785,5
5797,8
5606,2
5729,2
5595,7
6041,2
5578,8
5976,5
751
757
689
657
652
667
715
657
689
637
651
636
687
634
679
673
660
660
195
185
130
185
55
50
180
55
80
50
95
50
140
55
110
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
6,1
5,79
4,07
5,79
1,72
1,57
5,63
1,72
2,5
1,57
2,97
1,57
4,38
1,72
3,44
3,67
2,19
2,78
6
5.09
5
4
3.67
2.78
y = -0.841x + 6.376
2.19
R2 = 0.7409
2
1
0
0
3
varian batako
83
740
723
720
700
Series1
680
Linear (Series1)
673
y = -20.2x +660
749.7
R2 = 0.7573
660
640
0
660
varian batako
I
II
III
IV
6,5
4,5
3,0
1,7
25
35
-
84
Dobrowolski
(1998)
Neville and
Brooks (1987)
Berat jenis
(gr/cm3)
240 800
Kuat tekan
(MPa)
0,35 6,9
800 1440
6,9 17,3
1440 1900
> 17,3
1400 1800
> 17
500 800
7 14
< 800
0,7 7
85
a.
Std. Deviation
3.7525
1.78372
20
1400.0000
1015.66675
20
penggunaan
karst
kuatekan batako
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
.00
.976
.879
700.00
.869
.296
1400.00
.766
.054
2100.00
.913
.499
2800.00
.882
.348
Analisis:
Hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
a. jika probabilitas > 0,05 ;maka Ho diterima
b. jika probabilitas < 0,05 ;maka Ho ditolak
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig/asymptotic significane atau
probabilitas diatas 0,05 (Sig. > 0,05). Maka Ho diterima, atau distribusi penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk karst adalah normal.
86
Mean
.6850
Std. Deviation
.03620
1400.0000
1015.66675
N
20
20
.00
Shapiro-Wilk
Statistic
.926
df
4
Sig.
.572
700.00
.799
.100
1400.00
.887
.369
2100.00
.927
.577
2800.00
.882
.348
Analisis:
Hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
a. jika probabilitas > 0,05 ;maka Ho diterima
b. jika probabilitas < 0,05 ;maka Ho ditolak
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig/asymptotic significane dua sisi
adalah diatas 0,05 (Sig. > 0,05). Maka Ho diterima, atau distribusi penggantian
sebagian agregat halus dengan dserbuk karst adalah normal.
87
MOD_2.
Independent: VAR.KS
Dependent Mth
Rsq
d.f.
Sigf
KUATEKAN LIN
.367
18
10.41
.005
b0
b1
5.2410
-.0011
Gambar 13. Grafik Curve Fit Hubungan Penggantian Sebagian Agregat Halus dengan
serbuk karst Terhadap Kuat Tekan Batako berlubang
Linearitas of Regr Stda Residual
Dependent Var: kuat tekan batako
1.00
18.00
9.00
12.00
1.00
6.00
7.00
20.00
.75
16.00
2.00
5.00
.50
3.00
8.00
14.00
19.00
17.00
.25
13.00
15.00
4.00
10.00
11.00
0.00
0.00
.25
.50
.75
1.00
88
MOD_1.
Independent: VAR.KS
Dependent Mth
BJ
LIN
Rsq
d.f.
Sigf
.386
18
11.31
.003
b0
b1
.7160 -2.E-05
1.00
20.00
14.00
.75
1.00
5.00
.50
13.00
8.00
17.00
11.00
3.00
4.00
16.00
.25
19.00
9.00
2.00
15.00
10.00
0.00
0.00
.25
.50
.75
1.00
89
3. Uji Hipotesis
a. Uji Regresi Kuat Tekan dengan metode Curve Estimation model Qubic
Mean
3.7525
Std. Deviation
1.78372
1400.0000
1015.66675
N
20
20
Dari tabel diatas diperoleh rata-rata kuat tekan (dengan jumlah data 20
buah) adalah 3,752 dengan standar deviasi 1.78; rata-rata variasi penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk karst adalah 1400 dengan satndar deviasi
1015,67
Tabel 23. Correlations
Pearson Correlation
Significance (1-tailed)
variasi
penggunaan
karst
-.605
-.605
1.000
.002
kuat tekan
batako
1.000
.002
20
20
20
20
Dari tabel diatas memperoleh nilai nilai R2 0,7409 yang artinya penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh
sebesar 74,09%, sedang 25,91% dipengaruhi oleh faktor lain
90
Model
1
Regressio
n
Residual
Total
df
Mean Square
22.156
22.156
38.295
18
2.128
60.452
19
Significance
10.414
.005(a)
Dari uji ANOVA atau f test, didapat Fhitung adalah 10,41 dengan tingkat
signifikansi 0,005. oleh karena probabilitas (0,005) jauh lebih dari 0,05. maka model
Qubic dapat dipakai untuk memprediksi kuat tekan batako berlubang.
Unstandardized
Coefficients
(Constant)
B
5.241
variasi
penggunaan
-.001
karst
a Dependent Variable: kuat tekan batako
Standardized
Coefficients
Std. Error
.565
.000
Significance
Beta
-.605
9.278
.000
-3.227
.005
91
Terlihat bahwa pada kolom significance adalah 0,005 < 0,05; oleh karena
probabilitas (0,005) jauh lebih kecil dari 0,05; maka model regresi dapat dipakai
untuk memprediksi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst.
Tabel 27. Casewise Diagnostics(a)
sampel
batako
1.00
Standardized
Residual
1.131
kuat tekan
batako
6.89
Unstandardize
d Predicted
Value
5.2410
Unstandardize
d Residual
1.6490
2.00
-.056
5.16
5.2410
-.0810
3.00
-.268
4.85
5.2410
-.3910
4.00
-1.338
3.29
5.2410
-1.9510
5.00
-.080
4.38
4.4967
-.1167
6.00
1.099
6.10
4.4967
1.6033
7.00
.887
5.79
4.4967
1.2933
8.00
-.293
4.07
4.4967
-.4267
9.00
1.397
5.79
3.7525
2.0375
10
10.00
-1.393
1.72
3.7525
-2.0325
11
11.00
-1.503
1.56
3.7525
-2.1925
12
12.00
1.267
5.60
3.7525
1.8475
13
13.00
-.883
1.72
3.0082
-1.2882
14
14.00
-.348
2.50
3.0082
-.5082
15
15.00
-.993
1.56
3.0082
-1.4482
16
16.00
-.026
2.97
3.0082
-.0382
17
17.00
-.483
1.56
2.2640
-.7040
18
18.00
1.451
4.38
2.2640
2.1160
19
19.00
-.373
1.72
2.2640
-.5440
20
20.00
.806
3.44
2.2640
1.1760
Case Number
1
92
Maximum
Mean
Std. Deviation
Unstandardized Predicted
Value
2.2640
5.2410
3.7525
1.07987
20
Standardized Predicted
Value
-1.378
1.378
.000
1.000
20
.32615
.56491
.45098
.09932
20
1.8906
5.5853
3.7460
1.11148
20
Unstandardized Residual
-2.1925
2.1160
.0000
1.41970
20
Standardized Residual
-1.503
1.451
.000
.973
20
Studentized Residual
-1.542
1.574
.002
1.022
20
-2.3079
2.4894
.0065
1.56653
20
-1.609
1.647
.005
1.046
20
Mahalanobis Distance
.000
1.900
.950
.815
20
Cook's Distance
.000
.218
.052
.061
20
.000
a Dependent Variable: kuat tekan batako
.100
.050
.043
20
Deleted Residual
Studentized Deleted
Residual
Mean
.6850
Std. Deviation
.03620
1400.0000
1015.66675
N
20
20
Dari tabel diatas diperoleh rata-rata berat jenis (dengan jumlah data 20
buah) adalah 0,685 dengan standar deviasi 0,036; rata-rata variasi penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk karst adalah 1400 dengan satndar deviasi
1015,67
Tabel 30. Correlations
Pearson Correlation
Significance (1-tailed)
berat jenis
batako
1.000
variasi
penggunaan
karst
-.621
-.621
1.000
.002
.002
20
20
20
20
93
Dari tabel diatas diperoleh data besar hubungan antar variabel berat jenis
dengan variasi serbuk karst yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 1,0. hal
ini menunjukkan hubungan yang sangat erat (mendekati) di antara berat jenis dengan
variasi penambahan serbuk karst. Arah hubungan yang positif (tidak ada tanda
negatif pada angka 1,0) menunjukkan semakin besar penggunaan karst akan membuat
berat jenis cenderung menurun. Demikian pula sebaliknya.
Tabel 31. Model Summary(b)
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
R
R Square
.621(a)
.386
.352
.02915
a Predictors: (constant) variasi penggunaan karst...
b Dependent Variable: berat jenis batako
Model
1
Sum of
Squares
Regressio
n
Residual
df
Mean Square
.010
.010
.015
18
.001
F
11.313
Significance
.003(a)
Total
.025
19
a Predictors: (constant) variasi penggunaan karst...
b Dependent Variable: berat jenis batako
Dari tabel uji Anova atau Ftest, didapat Fhitung adalah 11,3` dengan tingkat
signifikansi 0,003. oleh karena probabilitas (0,003) jauh lebih kecil dari 0,05; maka
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi penggantian sebagian agregat halus
dengan serbuk karst.
94
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant)
.716
Standardized
Coefficients
Std. Error
.011
variasi
penggunaan
-2.214E-05
karst
a Dependent Variable: berat jenis batako
.000
Significance
Beta
-.621
63.431
.000
-3.364
.003
95
Standardized
Residual
.480
berat jenis
batako
.73
Unstandardize
d Predicted
Value
.7160
Unstandardize
d Residual
.0140
2.00
-.892
.69
.7160
-.0260
3.00
-.549
.70
.7160
-.0160
4.00
-.549
.70
.7160
-.0160
5.00
-.017
.70
.7005
-.0005
6.00
1.698
.75
.7005
.0495
7.00
2.042
.76
.7005
.0595
8.00
-.360
.69
.7005
-.0105
Case Number
1
9.00
-.858
.66
.6850
-.0250
10
10.00
-1.201
.65
.6850
-.0350
11
11.00
-.515
.67
.6850
-.0150
12
12.00
1.201
.72
.6850
.0350
13
13.00
-.326
.66
.6695
-.0095
14
14.00
.703
.69
.6695
.0205
15
15.00
-1.012
.64
.6695
-.0295
16
16.00
-.669
.65
.6695
-.0195
17
17.00
-.480
.64
.6540
-.0140
18
18.00
1.235
.69
.6540
.0360
19
19.00
-.823
.63
.6540
-.0240
.892
.68
.6540
.0260
20
20.00
a Dependent Variable: berat jenis batako
96
Maximum
Mean
Std. Deviation
.6540
.7160
.6850
.02249
20
Standardized Predicted
Value
-1.378
1.378
.000
1.000
20
.00652
.01129
.00901
.00198
20
.6476
.7206
.6850
.02317
20
Unstandardized Residual
-.0350
.0595
.0000
.02837
20
Standardized Residual
-1.201
2.042
.000
.973
20
Studentized Residual
-1.232
2.123
-.001
1.021
20
Deleted Residual
-.0368
.0643
.0000
.03125
20
Studentized Deleted
Residual
-1.251
2.382
.023
1.063
20
Mahalanobis Distance
.000
1.900
.950
.815
20
Cook's Distance
.000
.183
.051
.052
20
.000
.100
.050
.043
20
97
LAMPIRAN FOTO
98
99
100
101
102
103