Anda di halaman 1dari 118

i

SKRIPSI

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN


SERBUK BATU GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT TEKAN
DAN BERAT JENIS BATAKO
Di Ajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh
Anis Sedeyaningsih K1506007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELASMARET
SURAKARTA
2010

ii

PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari

Tanggal

Pembimbing I

Pembimbing II

Taufiq Lilo Adi Sucipto, ST, MT

Anis Rahmawati, ST, MT

NIP. 197606182000031001

NIP.197904262002122001

ii

iii

PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :


Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs. AG. Tamrin, M.Pd., M.Si.

Sekretaris

: Ida Nugroho, ST., M. Eng.

Anggota I

: Taufiq Lilo AS. ST., MT.

Anggota II

: Anis Rahmawati, ST, MT

Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd


NIP. 1960 0727 198702 1001

iii

.......................

.
.

iv

ABSTRAK
Anis Sedeyaningsih. K1506007. PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT
HALUS DENGAN SERBUK BATU GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT
TEKAN DAN BERAT JENIS BATAKO, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, (1) Pengaruh penggantian
sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi yang
berbeda beda terhadap kuat tekan batako. (2) Pengaruh penggantian sebagian agregat halus
(pasir) dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi yang berbeda beda
terhadap berat jenis batako. (3) Berapa prosentase optimal penggantian sebagian agregat
halus (pasir) dengan batu gamping keras (karst) untuk mencapai kuat tekan maksimal pada
batako. (4) Berapakah prosentase optimal penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan
batu gamping keras (karst) untuk mencapai berat jenis minimal pada batako.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
mengadakan suatu percobaan untuk mendapatkan suatu hasil yang menegaskan hubungan
antara variabel-variabel yang diselidiki. Adapun variabel yang mempengaruhi langsung
dalam penelitian ini adalah (1) variabel terikat: kuat tekan dan berat jenis batako berlubang
akibat adanya variasi penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu gamping
keras (karst). (2) variabel bebas: variasi penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan
serbuk batu gamping keras (karst) dengan perbandingan takaran 1 Pc : 7 Ps :0 Ks : 0,5 W ; 1
Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W ; 1 Pc : 5 Ps : 2 Ks : 0,5 W ; 1 Pc : 4 Ps : 3 Ks : 0,5 W ; 1 Pc : 3 Ps ; 4
Ks : 0,5 W.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Ada pengaruh negatif variasi
penggantian sebagian agregat halus pasir dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap
kuat tekan batako berlubang. Dimana dapat dilihat pada hasil analisis regresi dengan Curve
Estimation model Qubic diperoleh nilai Probabilitas<0,025 (0,002 > 0,025) pada taraf
signifikansi 5%. (2) Pada hasil uji berat jenis menunjukkan bahwa semakin banyak
penggunaan serbuk karst, mengakibatkan semakin kecilnya nilai berat jenis. Dari berbagai
variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) yang
digunakan pada penelitian ini berat jenis sudah memenuhi syarat Beton dengan berat jenis
rendah (Low-Density concretes) menurut Dobrowolski (1998) yakni 240 800 gr/cm3 . Hal
tersebut dibuktikan dimana besarnya berat jenis batako yang minimal adalah variasi V (1 Pc :
3 Ps : 4 Ks : 0,5 W dengan nilai berat jenis sebesar 687 kg/m3. (3) Kuat tekan maksimum
yang diperoleh dari analisis regresi Curve Estimation model Qubic sebesar 5,79 Mpa dengan
variasi II (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W). Dari berbagai variasi penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) yang digunakan pada penelitian ini kuat
tekan sudah memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes)
menurut Dobrowolski (1998) yakni 0,35 6,9 MPa.

Kata kunci : karst, kuat tekan, berat jenis, batako

iv

ABSTRACK
Anis Sedeyaningsih. K1506007. EFFECT OF PARTIAL REPLACEMENT
OF FINE AGGREGATE WITH HARD POWDER LIMESTONE (KARST) ON
STRENGTH AND WEIGHT TYPE COMPRESSIVE BRICK, Thesis. Surakarta:
Faculty of Education and Pedagogy in Sebelas Maret University of Surakarta, July
2010.
The purpose of this study is to determine, (a) Effect of partial replacement
of fine aggregate (sand) with hard limestone powder (karst) with different variations different to the compressive strength of brick. (2) Effect of partial replacement of fine
aggregate (sand) with a powder of hard limestone (karst) with different variations different to the weight of brick. (3) What percentage of the optimal partial
replacement of fine aggregate (sand) with hard limestone (karst) to achieve the
maximum compressive strength of brick. (4) What is the optimal percentage of partial
replacement of fine aggregate (sand) with hard limestone (karst) to achieve a
minimum density on the brick.
The method used in this study is the experimental method, which is
conducted an experiment to obtain a result which confirms the relationship between
variables was investigated. The variables that influence directly in this study were (1)
variable: the compressive strength and density of brick with holes due to the variation
of partial replacement of fine aggregate (sand) with a powder of hard limestone
(karst). (2) independent variables: the replacement of some variation of the fine
aggregate (sand) with a powder of hard limestone (karst) with a dose ratio of Pc: 7 Ps:
0 Ks: 0.5 W; 1 Pc: 6 Ps: 1 Ks: 0, 5 W; 1 Pc: five Ps: 2 Ks: 0.5 W; 1 Pc: 4 Ps: 3 Ks:
0.5 W; 1 Pc: three Ps; four Ks: 0.5 W.
Based on the results of this study concluded: (1) There is a negative
influence of fine aggregate replacement of some of the variation with powder sand
hard limestone (karst) on the compressive strength of hollow concrete brick. Which
can be seen on the results of regression analysis with the Curve estimation Qubic
model obtained probability value <0.025 (0.002> 0.025) at 5% significance level. (2)
The specific gravity test results showed that the more the use of powder karst,
resulting in more severe types of small value. From a variety of fine aggregate
replacement part with hard limestone powder (karst) used in this study have qualified
gravity Concrete with low gravity (low-density concretes) by Dobrowolski (1998), ie
240-800 gr/cm3. It is proved where the weight of bricks is a variation of at least V (1
Pc: 3 Ps: 4 Ks: 0.5 W with a value of 687 kg/m3 density. (3) The maximum
compressive strength obtained from Curve estimation regression analysis Qubic
model of 5.79 MPa with a variation of 2 (1 Pc: 6 Ps: 1 Ks: 0.5 W). Of the many
variations of partial replacement of fine aggregate with a hard limestone powder
(karst) used in this study has fulfilled the compressive strength Concrete conditions of
low gravity (low-density concretes) by Dobrowolski (1998), ie 0.35 to 6.9 MPa.
Key words: karst, compressive strength, density, adobe
v

vi

MOTTO

Bismillahirrohmaanirrihiim
(Dengan Menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)
QS. Al Fathihah : 1

Wasia kursiyyu hussamaawaati wal ardho, wa laa yauu duhuu hifdhumumaa


(Kursi Alloh meliputi langit dan bumi. Dan Alloh tidak merasa berat memelihara
keduanya)
Al Baqoroh : 255

vi

vii

PERSEMBAHAN

Sejak langkah awal itu, saya yakin saya bisa. Dan saya percaya, inilah jalan terbaik
yang telah Alloh SWT tetapkan untuk saya.

Karya ini saya persembahkan untuk :

Ibu dan bapak, terimakasih untuk semua yang telah


diberikan kepada saya.

Almarhum Simbok, Mb Yanti, Mb. Yuni, Sigit, P.


Wawan, Citra, Uchik, Aeya.

Ikan, mas Agus, terimakasih atas dukungan dan doa


yang terucap.

Dian, Uniq, Kund, Erma, Si Pur, Wulan, dan teman


teman PTB 06, terimakasih sudah membantu.

Almamater.

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi bagi Alloh SWT Yang Maha Sempurna yang telah
memberikan banyak kenikmatan dan anugerah kepada penulis, salah satunya adalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Proposal skripsi ini berjudul PENGARUH
PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN SERBUK BATU
GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT TEKAN DAN BERAT
JENIS BATAKO
. Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bapak Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Bapak Ag Tamrin M.Pd, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Teknik
Sipil/Banguan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. H. Sutrisno, M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Taufq Lilo Adi S. ST, MT selaku Dosen pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
6. Ibu Anis Rahmawati ST, MT selaku Dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
7. Bapak ibu dosen Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Drs. Guntur Siamsono selaku ketua laboratorium Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
viii

ii

9. Bapak Faturrahman selaku laboran Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun 2006.
11. Semua pihak yang ikut membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga skripsi ini jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
laporan ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai acuan
pelaksanaan penelitian dan semua pihak yang memerlukannya.

Surakarta,

Juli 2010

Penulis

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i
PERSETUJUAN..........................................................................................................iii
PENGESAHAN............................................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................................v
MOTTO....................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN.......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................................2
C. Pembatasan Masalah..........................................................................................3
D. Perumusan Masalah...........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................4
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.

Batako........................................................................................................6
a. Pengertian Batako................................................................................6
b. Bahan Penyusun Batako.....................................................................8
c. Proses Pembuatan Batako..................................................................14
d. Jenis dan Ukuran Batako...................................................................16
e. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Batako.............................20
f. Kuat Tekan Batako............................................................................21
x

Halaman
2.

Berat Jenis Batako Sebagai Beton Ringan (lightweight Concrete).........23

3.

Serbuk batu gamping keras (karst)..........................................................24

B.

Penelitian Yang Relevan................................................................................25

C.

Kerangka Berfikir..........................................................................................27

D.

Hipotesis........................................................................................................29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A Tempat Dan Waktu Penelitian.........................................................................30
1. Tempat Penelitian......................................................................................30
2. Waktu Penelitian........................................................................................30
B Metode Penelitian............................................................................................31
C Teknik Sampling..............................................................................................33
D Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data..............................................................................................34
2. Teknik Mendapatkan Data.........................................................................34
E Teknik Analisis Data.......................................................................................44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data.................................................................................................51
1. Pemeriksaan Bahan....................................................................................51
2. Pengujian Kuat Tekan Batako Berlubang..................................................53
3. Pemeriksaan Berat Jenis Batako Berlubang..............................................54
B. Pengujian Prasyarat Analisis...........................................................................56
1. Uji Normalitas...........................................................................................56
2. Uji Linearitas.............................................................................................57
C. Pengujian Hipotesis.........................................................................................58
1. Uji Hipotesis Pertama................................................................................58
2. Uji Hipotesis Kedua...................................................................................59
3. Uji Hipotesis Ketiga..................................................................................59
4. Uji Hipotesis keempat................................................................................60
xi

Halaman
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.....................................................................61
1. Pengaruh Penggantian Agregat Halus Dengan Serbuk Batu Gamping
Keras (karst) Terhadap Kuat Tekan Batako..............................................62
2. Pengaruh Penggantian Agregat Halus Dengan Serbuk Batu Gamping
Keras (karst) Terhadap Berat Jenis Batako...............................................63
3. Kuat Tekan Maksimal................................................................................64
4. Berat Jenis Minimal...................................................................................64
BAB V KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................................66
B. Implikasi..........................................................................................................67
C. Saran saran....................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................69
LAMPIRAN LAMPIRAN........................................................................................71

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Berat Jenis Batako.............8
2. Syarat syarat Fisis Bata Beton Batako..............19
3. Pembagian Beton Menurut Penggunana dan Persyaratanya...........23
4. Alokasi Waktu Dan Kegiatan Penelitian.............30
5. Pengaruh Perubahan Warna Terhadap Penurunan Kekuatan..................................38
6. Hasil Pengujian Agregat Halus................................................................................52
7. Batas Batas Gradasi Agregat Halus..............52
9. Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Batako Berlubang Dengan Variasi Penggantian
Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Karst.......................................................54
8. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Batako Berlubang Dengan Variasi Penggantian
Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Karst........................................................56
9. Pengaruh Kadar Zat Organik Terhadap Prosentase Penurunan Beton....................71
10. Hasil Pengujian Material Beton Melalui Ayakan..................................................73
11. Batas Batas Gradasi Agregat Halus....................................................................74
12. Kebutuhan Pasir, Pasir, Dan Karst Batako Tanpa Lubang....................................76
13. Volume Lubang Batako.........................................................................................76
14. Kebutuhan Bahan Untuk Batako Berlubang Tiap Sampel....................................77
15. Data Hasil Kuat Tekan Dan Berat Jenis Batako Berlubang..................................81
16. Descriptive Statistics Kuat Tekan Batako.............................................................84
17. Test Of Normality..84
18. Hasil Pengujian Berat Jenis Dengan Shapiro-Wilk.......85
19. Test Of Normality..85
20. Hasil Pengujian Linearitas Kuat Tekan.........86
l 21. Hasil Pengujian Linearitas Berat Jenis................................................................87
xiii

Halaman
22. Descriptive Statistics Kuat Tekan Batako.............................................................88
23. Correlations...........................................................................................................88
24. Model Summary(b)................................................................................................88
25. ANOVA(b)..............................................................................................................89
26. Coefficients(a).......................................................................................................89
27. Casewise Diagnostics(a).......................................................................................90
28. Residuals Statistics................................................................................................91
29. Descriptive Statistics.............................................................................................91
30. Correlations...........................................................................................................91
31. Model Summary (b)...............................................................................................92
32. ANOVA(b)..............................................................................................................92
33. Coefficients(a).......................................................................................................93
34. Casewise Diagnostics(a).......................................................................................94
35. Residuals Statistics(a)............................................................................................95

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Alur Pembuatan Batako...................15
2. Jenis dan Ukuran Batako.........................................................................................17
3. Kuat Tekan Batako..................................................................................................21
4. Paradigma penelitian Kuat Tekan............................................................................27
4. Paradigma penelitian Berat Jenis.............................................................................28
5. Alur Penelitian.........................................................................................................32
6. Grafik Pengujian Gradasi Agregat Halus................53
8. Grafik Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk
Batu Gamping Keras (Karst) Terhadap Kuat Tekan Batako............................55
9. Grafik Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk
Batu Gamping Keras (Karst) Terhadap Berat Jenis Batako............................57
10. Grafik Hubungan Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Karst
Terhadap Berat Jenis Batako Berlubang...........................61
11. Grafik kehalusan gradasi pasir..............74
12. Grafik Kuat Tekan Batako Berlubang...............81
13. Grafik Berat Jenis Batako Berlubang....................................................................82

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Makin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini mengakibatkan


kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti kita ketahui
bersama, bahan yang digunakan untuk sebuah bangunan adalah bahan bahan atap,
dinding, dan lantai. Salah satu masalah dilapangan saat ini yang perlu segera diatasi
adalah masalah kebutuhan batu bata sebagai bahan dinding perumahan dan efek
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Sebagaimana kita ketahui, kebutuhan
masyarakat akan perumahan selalu meningkat dari tahun ketahun. Hal ini dapat
dilihat dari kenyataan bahwa perumahan yang dibuat selalu laku terjual (Batam
Pos,2009).
Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan rumah di
Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai
penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik konstruksi
yang effisien (berhasil guna) serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar
dan ekonomis.
Bahan bangunan yang dianjurkan untuk dipakai dalam pembangunan
perumahan salah satunya adalah batako. Bahan bangunan batako dapat bersaing baik
secara teknis maupun ekonomis dengan bahan tradisional seperti batu bata.
Dibandingkan dengan pemakaian batu bata, maka dengan pemakaian batako akan
diperoleh penghematan untuk tiap-tiap m2 tembok.
Batako dalam beberapa hal ini memberikan keuntungan diantaranya adalah
penghematan adukan, berat tembok (karena batako termasuk beton ringan) dan waktu
pemasangan. Selain itu juga sebagai penghantar panas yang rendah, akibat adanya
ruang udara pada batako yang akan menjamin kenikmatan dan kenyamanan bagi
penghuni rumah. Guna semakin menghemat bahan dasar pembuatan batako, maka
1

dimanfaatkan limbah batu alam yang berupa serbuk batu gamping keras (karst)
sebagai bahan tambahan campuran adukan yang otomatis memiliki harga yang jauh
lebih murah daripada pasir (agregat halus).
Pada dasarnya serbuk tersebut merupakan limbah pabrik batu alam yang
jumlah produksinya cukup banyak dan belum termanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Limbah tersebut cenderung merugikan karena mencemari lingkungan sekitar, bahkan
limbah tersebut juga mencemari area persawahan sehingga mengakibatkan sawah
menjadi tidak subur dan tidak produktif lagi.
Berkenaan dengan uraian diatas, maka ada beberapa alasan penelitian ini
berjudul PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS
DENGAN SERBUK BATU GAMPING KERAS (KARST) TERHADAP KUAT
TEKAN DAN BERAT JENIS BATAKO.
B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat di


identifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Kerusakan lahan semakin luas akibat pembuatan batu bata, sehingga
pembuatan batako berlubang sebagai alternatif pengganti batu bata dapat
mengurangi kerusakan lahan pertanian.
2. Jumlah limbah pabrik batu alam yang berupa serbuk batu gamping keras
(karst) melimpah belum dimanfaatkan, sehingga limbah tersebut dinilai hanya
bisa merusak alam saja.
3. Limbah batu alam yang berupa serbuk batu gamping keras (karst)
dimanfaatkan sebagai bahan pengganti sebagian agregat halus (pasir) dalam
pembuatan batako.
4. Belum diketahui prosentase yang tepat pada penggunaan limbah batu yang
berupa serbuk batu gamping keras (karst) alam guna meningkatkan kuat tekan
batako.

5. Belum diketahui kuat tekan batako setelah agregat halusnya (pasir) diganti
sebagian dengan limbah pabrik batu alam yang berupa serbuk batu gamping
keras (karst).
6. Belum diketahui peningkatan ataupun penurunan berat jenis batako setelah
agregat halusnya (pasir) diganti sebagian dengan limbah pabrik batu alam
yang berupa serbuk batu gamping keras (karst).
C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam


penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka dibuat batasan
masalah sebagai berikut:
1. Serbuk batu gamping keras (karst) yag dimaksudkan adalah Limbah Batu
Alam Desa Candirejo Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul.
2. Penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan

serbuk batu gamping

keras (karst) dengan variasi perbandingan semen:pasir:sebuk batu gamping


keras (karst) masing masing = 1:7:0 ; 1:6:1 ; 1:5:2 ; 1:4:3 : 1:3:4. Dimensi
batako adalah 9x12x35.5 cm3.
3. Pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu
gamping keras (karst) terhadap kuat tekan batako
4. Pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu
gamping keras (karst) terhadap berat jenis batako.
5. Prosentase optimal penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan batu
gamping keras (karst) untuk mencapai kuat tekan yang maksimal pada batako.
6. Prosentase optimal penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan batu
gamping keras (karst) untuk mencapai berat jenis yang minimal pada batako.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah tersebut


maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk
batu gamping keras (karst) dengan variasi yang berbeda beda terhadap kuat
tekan batako?
2. Adakah pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk
batu gamping keras (karst) dengan variasi yang berbeda beda terhadap
berat jenis batako?
3. Berapakah prosentase optimal penggantian sebagian agregat halus (pasir)
dengan batu gamping keras (karst) untuk mencapai kuat tekan maksimal pada
batako?
4. Berapakah prosentase optimal penggantian sebagian agregat halus (pasir)
dengan batu gamping keras (karst) untuk mencapai berat jenis minimal pada
batako?
E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah tersebut maka


tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir)
dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi yang berbeda beda
terhadap kuat tekan batako.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir)
dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi yang berbeda beda
terhadap berat jenis batako.
3. Untuk mengetahui berapakah prosentase optimal penggantian sebagian
agregat halus (pasir) dengan batu gamping keras (karst) untuk mencapai kuat
tekan maksimal pada batako.

4. Untuk mengetahui berapakah prosentase optimal penggantian sebagian


agregat halus (pasir) dengan batu gamping keras (karst) untuk mencapai berat
jenis minimal pada batako.
F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini begitu penting karena dapat menghasilkan informasi yang


dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis
maupun secara praktis.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi dalam bidang

ilmu pengetahuan bahan bangunan

pengaruh serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan batako.
b. Memberikan informasi untuk memanfaatkan serbuk batu gamping keras
(karst) yang merupakan limbah batu alam sebagai alternatif bahan bangunan
khususnya sebagai bahan konstruksi dinding.
c. Memberikan informasi untuk mengurangi efek kerusakan lingkungan pabrik
akibat pencemaran serbuk batu gamping keras (karst) yang merupakan limbah
pabrik yang sampai sekarang belum dimanfaatkan.
d. Sebagai pembanding apabila ada penelitian sejenis sebagai penelitian
pengembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang serbuk batu gamping keras (karst) sebagai
bahan campuran pembuatan batako.
b. Dengan diadakan penelitian ini diharapkan mendapatkan formula yang tepat,
sehingga mendapatkan batako yang ringan dengan kuat tekan maksimal.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Batako
a.

Pengertian Batako
Kerusakan lahan pertanian yang disebabkan oleh pembuatan batu bata dan

kebutuhan semakin meningkat menjadikan permintaan akan bahan bangunan juga


semakin meningkat. Oleh karena itu, seiring berkembangan teknologi yang berkaitan
dengan ilmu bahan bangunan maka difikirkan dan dibuat alternatif pengganti batu
bata dengan bahan yang murah, mudah didapat dan mempunyai kuat tekan yang tidak
kalah dari batu bata pada umumnya. Salah satu perkembangan teknologi material
adalah beton cetak atau dikenal dengan sebutan batako. Beton ringan ini merupakan
salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding.
Batako terbuat dari campuran agregat halus (pasir), portland cement (PC),
dan air dengan perbandingan 7 pasir : 1 semen yang dicetak dengan bekisting khusus
pencetak batako. Menurut Agus DD (http://jakartacity.olx.co.id/pandu-bintangselaras-iid-16281337), dewasa ini penggunaan batako sebagai bahan pembuat dinding
lebih dipilih mengingat batako mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan lain
antara lain sebagai berikut :
1) Praktis: mudah pemasangannya dan sangat cepat. Perbandingan dengan bata

merah 1:4. Batako padat memiliki 2 ukuran yaitu "satuan utuh" dan
"tengahan". Dengan adanya ukuran tengahan tersebut, pekerja/tukang tidak
perlu memotong batako satuan sendiri. Selain memakan waktu kerja, juga

dapat mempengaruhi kerapihan bangunan nantinya. Batako juga memiliki 2


jenis, khusus untuk pondasi (merah) dan khusus untuk dinding (kuning).
2) Cepat:

karena mudah pemasangannya, otomatis cepat waktu dalam

pengerjaannya. Penghematan waktu artinya penghematan biaya untuk ongkos


tukang. Dengan batako tersebut bangunan dapat langsung diaci, tanpa
pemlesteran terlebih dahulu. Sehingga kita tidak perlu kehilangan pasir dan
semen lebih banyak. Dapat dibayangkan berapa banyak penghematan yang
bisa kita lakukan. Kita sudah mendapatkan suatu bangunan dengan kualitas
yang dapat dipertanggungjawabkan.
3) Kuat: adukan dengan komposisi yang tepat dengan bahan yang baik, menjadi

jaminan kualitas. Bahan: pasir putih, semen dan puing ditambah pengeras,
semua dengan variasi dan komposisi yang tepat. Komposisi penggunaan
semen pada batako padat merah (khusus pondasi) tidak sama dengan batako
padat kuning (khusus dinding), karena kita sesuaikan dengan fungsinya.
Kekuatan batako juga disebabkan oleh bentuknya, yang dicetak sedemikian
rupa sehingga memiliki daya ikat yang sangat kuat satu dengan yang lainnya.
Batako

memiliki

cekungan

disekelilingnya,

yang

menghasilkan

ikatan/cengkeram sangat kuat.


4) Ekonomis: menyangkut harga dibandingkan dengan kualitas bangunan.

Dinding 1 m x 1 m menggunakan 19 batako, tanpa kita harus kehilangan


biaya lebih utk membeli pasir, semen dan ongkos tukang lebih banyak, 1 m3
dapat digunakan untuk membangun dinding menjadi 11 m2. Penggunaan
adukan dapat lebih hemat, tanpa ada adukan yang harus banyak terbuang
karena jatuh ke tanah (pemlesteran). Karena bentuk dan ukuran tetap,
perkiraan

jumlah

penggunaan

batako

dapat

lebih

mudah

diprediksi/perkirakan. Sehingga resiko kelebihan pembelian batako dapat


ditekan.
5) Murah : selain penghematan penggunaan bahan (pasir dan semen), waktu dan

ongkos tukang.

6) Salah satu keunggulan batako

adalah berat jenisnya yang ringan dengan

kekuatan material yang memadahi. Perbandingan berat jenis beberapa jenis


material disajikan per 1 tabel. Selain itu bahan ini memiliki bahan
konduktivitas panas yang cukup rendah sehingga bisa digunakan sebagai
bahan isolator panas
Tabel 1. berat jenis batako
Material

Berat jenis (kg/m3)

Koduktivitas panas (W/mk)

Baja

7850

60

Beton Bertulang

2400

2,1

Batu Bata

1500

0,65

Batako

1800

Kayu

800

0,2

Beton Ringan Aerasi


500 780
0,2
Sumber : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (1982: 10-12)
Dengan berat jenis yang ringan ini maka jika digunakan sebagai elemen non
struktural seperti dinding/partisi maka beban yang diterima oleh elemen struktur
menjadi lebih ringan. Begitupula jika digunakan sebagai elemen struktural seperti plat
maka dapat mengurangi total massa strutur yang mengakibatkan beban gempa
menjadi lebih kecil sehingga desain akan menjadi lebih ringan.
b.

Bahan Penyusun Batako


Dalam pembuatan batako pada umumnya adalah pasir, semen, dan air atau

tanpa bahan tambahan. Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang bahan bahan
penyusun batako.

1) Portland Cement (PC)


Potrland Cement (PC) adalah bahan yang bersifat adhesif dan kohesif
digunakan sebagai bahan pengikat (Bonding Material) yang dipakai bersama batu,
kerikil, pasir dan air. Semen portlan akan mengikat butir butir agregat halus dan
kasar setelah diberi air dan selanjutnya akan mengeras menjadi suatu massa yang
padat.
Semen porland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Di dunia sebenarnya terdapat berbagai macam semen, dan
tiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan sifat-sifatnya
yang khusus. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, Semen Portland di Indonesia
(Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, Bahan Bangunan Bukan Logam, SK SNI S04-1989-F) dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a). Jenis I : Semen portland untuk konstruksi umum, yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
b). Jenis II : Semen portland untuk konstruksi yang agak tahan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang.
c). Jenis III : Semen portland untuk konstruksi dengan syarat kekuatan awal yang
tinggi
d). Jenis IV : Semen portland untuk konstruksi dengan syarat panas hidrasi yang
rendah.
e). Jenis V : Semen portland untuk konstruksi dengan syarat sangat tahan terhadap
sulfat.
Portland Cement merupakan komponen beton terpenting yang berfungsi
sebagai bahan pengikat an-organik dengan bantuan air yang mengeras secara hidrolik.
Portland Cement harus memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam SNI 15-03022004. Portland Cement inilah yang dapat menyatukan agregat halus dan kasar
sehingga mengeras mejadi beton. Kardiyono Tjokrodimulyo (1996:6) mengemukakan
bahwa komponen komponen bahan baku Portland Cement yang baik yaitu:
a). Batu kapur (CaO)

= 60 65 %

10

b). Pasir Silika ( SiO2

= 17 25 %

c). Alumina (Al2O3)

=38%

d). Besi (Fe2O3)

= 0,5 6 %

e). Magnesia (MgO)

= 0,5 4 %

f). Sulfur (SO3)

=12%

g). Soda/Potash (Na2O + K2O)

= 0,5 1 %

Kardiyono Tjokrodimulyo (1996 : 6) menyebutkan pada dasarnya ada 4


unsur penyusun portland cement yang paling penting, keempat unsur itu adalah :
a). Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
b). Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
c). Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
d). Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
Sagel et al (1994 :1)menyatakan bahwa Semen Portland adalah semen
hidrolis yang terutama dari silikat silikat kalsium yang bersifat hidraulis bersama
bahan bahan tambahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum. Nawy (1990 : 9)
memberika pengartian cement portand (PC) adalah :
Semen Portland dibuat dari serbuk halis kristalin yang komposisi utamanya
adalah batu kapur (CaCO3), Alumina (Al2O3), Pasir Silikat (Si2O3), dan bahan biji
besi (FeO2) dan senyawa senyawa MgO dan SO3, penambahan air pada mineral ini
akn menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti
batu.
Apabila butiran butiran portland cement berhubungan dengan air maka
butiran tersebutb akan pecah pecah dengan sempurna sehingga menjadi hidrasi dan
membentuk adukan semen. Jika adukan tersebut ditambah dengan pasir dan kerikil
yang diaduk bersama akan menghasilkan adukan beton. Ismoyo (1996 : 156)
mengatakan, Semen portand adalah sebagai bahan pengikat yang melihat dengan
adanya air dan mengeras secara hidrolik.

11

Dari beberapa pendapat tentang sifat semen dapat diambil pengertian bahwa
semen portland adalah suatu bahan pengikat yang mempunyai sifat adhesif dan
kohesif yang memungkinkan fragmen-fragmen mineral saling melekat satu sama lain
apabila dicampur dengan air dan selanjutnya mengeras membentuk massa yang padat.
Semen hidrolis meliputi semen portland, semen putih dan semen alumunia. Untuk
pembuatan beton digunakan semen portland dan semen portland pozzoland. Semen
portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dari bahan kapur dan bahan
lempung yang dibakar sampai meleleh, setelah terbentuk klinker yang kemudian
dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai.
Sedangkan semen portland pozzoland adalah semen yang dibuat dengan menggiling
bersama-sama klinker semen portland dan bahan yang mempunyai sifat pozzoland
(Kardiyono, 1996: 11).
Semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur harus mempunyai
kualitas yang sesuai dengan ketepatan agar berfungsi secara efektif. Pemeriksaaan
dilakukan terhadap yang masih berupa bentuk kering, pasta semen yang telah keras,
dan beton yang dibuat darinya. Sifat kimia yang perlu mendapat perhatian adalah
kesegaran semen itu sendiri. Semakin sedikit kehilangan berat berarti semakin baik
kesegaran semen. Dalam keadaan normal kehilangan berat sekitar 2% dan maksimum
kehilangan yang diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena adanya kelembaban
dan karbondioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.
2). Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus (pasir) terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm, didapat dari
hasil disintegrasi batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya
(artifical sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat yang terjadinya. Pasir
alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut, pasir done yaitu
bukit-bukit pasir yang dibawa ketepi pantai. Pasir merupakan bahan pengisi yang
digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir berpengaruh

12

terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk bahan
bangunan campuran semen lainnya.
Pasir yang digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu
pasir yang bebas dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat.
Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir
(gradasi) yang baik. Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia (1982: 23) agregat
halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syarat
syarat sebagai berikut:
a). Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.
b). Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama
c). Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila lebih dari
5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang
dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.
d). Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak
e). Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca
f). Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton
Selain itu untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang baik perlu diadakan
pengujian di laboratorium. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang telah ditentukan dalam SNI
03-2461-1991, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a). Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % dari berat total
b). Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % dari berat total
c). Sisa diatas ayakan 0,22 mm, harus bekisar antara 80 % - 90 % dari berat
3). Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya
paling murah. Dalam pembuatan beton air diperlukan untuk :
a). Bereaksi dengan semen portland.
b). Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar dapat mudah dikerjakan
(diaduk, dituang, dan dipadatkan).

13

Untuk bereaksi dengan semen portland, air yang diperlukan hanya sekitar
25-30% saja dari berat semen, namun dalam kenyataanya jika nilai faktor air semen
(berat air dibagi barat semen) kurang dari 0,35 adukan beton akan dikerjakan,
sehingga umumnya nilai faktor air semen lebih dari 0,40 (Tjokrodimulyo, 2007,
hal.51).
Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Standar SK SNI S-04-1989-F,Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A)
a). Air harus bersih
b). Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang, yang dapat dilihat
secara visual. benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram per
liter.
c). Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
d). Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram /liter
e). Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO 3 ) lebih dari 1 gram/liter
Air harus terbebas dari zat-zat yang membahayakan beton, dimana pengaruh
zat tersebut antara lain :
a). Pengaruh adanya garam-garam mangaan, timah, seng, tembaga dan timah
hitam dengan jumlah cukup besar pada air adukan akan menyebabkan
pengurangan kekuatan beton.
b). Pengaruh adanya seng klorida dapat memperlambat ikatan awal beton sehingga
beton belum memiliki kekuatan yang cukup dalam umur 2-3 hari.
c). Pengaruh adanya sodium karbonat dan pontasoium dapat menyebabkan ikatan
awal sangat cepat dan dalam konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan
beton.
d). Pengaruh air laut yang umumnya mengandung 3,5 % larutan garam, sekitar 78
persennya adalah sodium klorida dan 15 persennya adalah magnesium sulfat
akan dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20 % dan dapat memperbesar

14

resiko terhadap korosi tulangannya.


e). Pengaruh adanya ganggang yang mungkin terdapat dalam air atau pada
permukaan butir-butir agregat, bila tercampur dalam adukan akan mengurangi
rekatan antara permukaan butir agregat dan pasta.
f). Pengaruh adanya kandungan gula ynag mungkin juga terdapat dalam air. Bila
kandungan itu kurang dari 0,05 persen berat air tampaknya tidak berpengaruh
terhadap kekuatanya beton. Namun dalam jumlah yang lebih banyak dapat
memperlambat ikatan awal dan kekuatan beton dapat berkurang.
c. Proses Pembuatan Batako
1) Proses pembuatan batako berlubang dapat dilakukan dengan bahan dan
peralatan yang sederhana antara lain: pasir, semen, air, pengadukan dan alat
cetak. Dicampur kemudian diaduk hingga rata dalam keadaan kering.
Kemudian diaduk lagi ditambahkan air secukupnya. Untuk mengetahui kadar
air dari suatu adukan ialah dengan cara membuat bola-bola dari adukan
tersebut dan digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan
tersebut dijatuhkan dan hanya sedikit berubah bentuknya, berarti kandungan
air dalam adukan terlalu banyak. Dan bila dilihat pada telapak tangan tidak
berbekas air, maka kandungan air pada adukan tersebut kurang.
2) Campuran tersebut kemudian ditambah air dan diaduk menjadi adukan
mortar.
3) Adukan mortar dituang kedalam cetakan
4) Batako yang sudah jadi disimpan di tempat tertutup agar terhindar dari sinar
matahari langsung dan air hujan.

15

pasir

semen

Diaduk sampai rata


dengan mesin pengaduk
air
Diaduk lagi dengan
mesin pengaduk
Pasir halus ayakan
Dicetak dengan
cetakan khusus
Dekeluarkan dari
cetakan lalu
dikeringkan (dianginanginkan)
batako

Produk cacat

Produk
berkualitas

Gambar 1. Alur pembuatan batako

dipasarkan

16

Guna memperoleh pengeringan dan keutuhan bentuk, batako tersebut


didiamkan antara 3-5 hari dalam suhu kamar, kemudian diperlukan waktu antar 3-4
minggu sebelum batako bisa digunakan, semakin lama semakin baik kualitasnya.
Selama pengerasan batako hendaknya dijaga agar tempat tersebut tetap lembab dan
dihindarkan dari panas matahari maupun hujan secara langsung, sebaiknya batako
disimpan ditempatkan di los tertutup.
d. Jenis Dan Ukuran Batako
Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelompokkan ke dalam 3
jenis, yaitu :
1). Batako putih (tras)
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan yang
berasal dari pelapukan batu-batu gunung berapi., warnanya ada yang putih dan ada
juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25-3-cm, tebal 8-10
cm, dan tinggi 12-18 cm.
2). Batako semen/ batako pres
Batako pres dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang
dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga yang menggunakan mesin.
Perbedaannya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya
memiliki ukuran panjang 36-40 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 18-20 cm.
3). Bata ringan
Bata ringan dibuat dari bahan baku pasir kuarsa, kapur, semen, dan bahan
lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis sebesar
1850 kg/m3 dapat dianggap ebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya,
meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi.(Murdock, L., 1991). Dimensinya yang
lebih besar dari bata konvensional yaitu 60cm x 20cm dengan ketebalan 7 hingga 10
cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata
konvensional. (Susanta, G., 2007)

17

Supribadi (1986:58) menyatakan bahwa ukuran dan jenis batako/bata cetak


bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan. Ukuran batako yang standar adalah
sebagai berikut:
1) Type A Ukuran 20 x 20 x 40 cm3 berlubang untuk tembok/dinding pemikul beban
dengan tebal 20 cm
2) Type B Ukuran 20 x 20 x 40 cm3 berlubang untuk tembok/dinding tebal 20 cm
sebgai penutup atap pada sudut-sudut dan pertemuan-pertemuan.
3) Type C Ukuran 10 x 20 x 40 cm3 berlubang, digunakan sebagai dinding pengisi
dengan tebal 20 cm.
4) Type D Ukuran 10 x 20 x 40 cm3 berlubang, digunakan sebagai dinding
pengisi/pemisah dengan tebal 20 cm.
5) Type E Ukuran 10 x 20 x 40 cm3 tidak berlubang untuk tembok-tembok setebal
10 cm, juga dipergunakan sebagai dinding pengisi atau pemikul sebagai hubungan
sudut-sudut dan pertemuan. Kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako
6) Type F Ukuran 8 x 20 x 40 cm3 tidak berlubang digunakan sebagai dinding
pengisi dengan tebal 20 cm.

18

(Sumber : Supribadi, 1986: 58)


Gambar 2. Jenis dan Ukuran
Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling
tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Berdasarkan SK SNI S 04
1989 F, bata beton berlubang diklasifikasikan sesuai dengan pemakaiannya sebagai
berikut:
1) Bata Beton Berlubang Mutu I
Bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban dan
bisa digunakan pula untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap). Bata
beton berlubang mutu I harus mempunyai kuat tekan bruto rata-rata minimum 7
Mpa.

19

2) Bata Beton Berlubang Mutu II


Bata beton berlubang yang digunakan untuk kostruksi yang memikul beban, tetapi
penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (untuk
konstruksi di bawah atap). Bata beton berlubang mutu II mempunyai kuat tekan
bruto rata-rata 5 Mpa.
3) Bata Beton Berlubang Mutu III
Bata beton berlubang yang digunakan hanya untuk hal-hal seperti yang tersebut
dalam mutu IV hanya permukaan dinding / konstruksi dari bata beton tersebut
boleh tidak diplester. Bata beton berlubang mutu III mempunyai kuat tekan bruto
rata-rata 3,5 Mpa.
4) Bata Beton Berlubang Mutu IV
Bata beton berlubang yang dipergunakan hanya untuk konstruksi yang tidak
memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindung
dari hujan dan terik matahari ( di bawah atap). Bata beton berlubang mutu IV
mempunyai kuat tekan bruto rata-rata 2 Mpa.
Sedangkan persyaratan batako menurut PUBI-(1982) pasal 6 antara lain
adalah permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu
pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang 400 mm, lebar 200 mm, dan
tebal 100-200 mm, kadar air 25-35% dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7
N/mm2.
Sisi-sisi batako harus mulus dan tegak lurus sama lain dan tidak mudah
direpihkan dengan tangan. Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal
harus sudah berumur satu bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu
pemasangan tidak lebih dari 15%.

20

Tabel. 2. Syarat-syarat Fisis Bata Beton/Batako


Syarat syarat fisis

Satuan Tingkat mutu bata

Tingkat mutu bata

beton pejal
1. Kuat Tekan Bruto Kg/cm

beton berlubang

II

III

IV

II

III

IV

100

70

40

25

70

50

35

20

90

65

35

21

65

45

30

17

25

35

--

--

25

35

--

--

rata-rata min.
2. Kuat Tekan Bruto Kg/cm
masing-masing
benda uji.
3. Penyerapan air rata- %
rata, maks.
Sumber : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (1982: 10-12)
Bentuk dan ukuran batako yang akan dibuat serta adalah batako berlubang
dengan ukuran 10 x 20 x 40 cm3.
e.

Keuntugan Dan Kerugian Menggunakan Batako


Menurut Supribadi (1986: 59), ada beberapa keuntungan dan kerugian

apabila menggunakan batako sebagai pengganti batu bata. Diantara keuntungan yang
diperoleh adalah:
1) Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan
dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu
pengurangan.
2) Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama.
3) Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih hemat.
4) Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara.
5) Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
6) Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
7) Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.

21

Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut:


1) Karena proses pengerasannya butuh waktu yang cukup lama ( 3 minggu), maka
butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya.
2) Bila diinginkan lebih cepat membantu/mengeras perlu ditambah dengan semen,
sehingga menambah biaya pembuatan.
3) Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengerasannya cukup lama
mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah.
Sedangkan menurut Frick Heinz dan Koesmartadi (1999: 97) batako
mempunyai beberapa keuntungan:
Pemakaian bila dibandingkan dengan bata merah, terlihat penghematan dalam
beberapa segi, misalnya setiap m2 luas dinding lebih sedikit jumlah batu yang
dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan. Terdapat pula
penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75 %. Berat tembok
diperingan dengan 50 %, dengan demikian fondasinya bisa berkurang. Bentuk
batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi yang cukup banyak,
dan jika kualitas batako baik, maka tembok tidak perlu diplester dan sudah
cukup menarik.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan batako
untuk bahan bangunan mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan
menggunakan batako dalam bangunan adalah Tiap m2 pasangan tembok,
membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata,
berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan keuntungan lain dari
penggunaan batako adalah akan mengurangi efek kerusakan lingkungan khususnya
lahan pertanian yang dijadikan sebagai pembuatan batu bata. Sedangkan kerugiannya
meliputi proses membuatnya membutuhkan waktu lama kurang lebih 3 minggu,
pengangkutan bisa membuat pecah dan retak, karena ukurannya yang cukup besar
dan proses membatunya cukup lama.

22

f. Kuat Tekan Batako


Pengertian kuat tekan atau batako berlubang dianalogikan dengan kuat tekan
beton. Mengacu pada pada SK SNI M141989F tentang pengujian kuat tekan
beton. Yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu
dihasilkan oleh mesin tekan. (Dinas Pekerjaan Umum, 1989:4).
Sedangkan Tjokrodimulyo (1996: 59) menjelaskan bahwa Dalam teori
teknologi beton dijelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan
beton adalah : faktor air semen dan kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah
semen, dan sifat agregat. Untuk meninjau hubungan antara faktor air semen dengan
kuat tekan batako berlubang dapat dilihat dari rumus Duff Abrams (1919) sebagai
berikut :
P
l
b

P
fc =

...................................................persamaan (1)
A
Gambar 3. Kuat Tekan Batako

Keterangan : fc = kuat tekan (Mpa)


P = beban (Kg)
A = luas penampang (Cm2)
Dimana A = l x b (Cm2)
Berdasarkan rumus diatas dapat dilihat bawa kuat tekan beton akan semakin
tinggi bila luas penampang tekan semakin besar, dan juga faktor air semen juga

23

sangat menentukan daripada kuat tekan. Untuk itu perlu dicari nilai faktor air semen
(fas) yang optimum yang menghasilkan kuat tekan yang maksimum.
Tjokrodimulyo (1996: 60) mengatakan bahwa : Kuat tekan batako
bertambah sesuai dngan bertambahnya umur beton itu. Begitu juga untuk batako
bertambahnya kuat tekan dipengaruhi umur batako yang dicapai. Kecepatan
bertambahnya kuat tekan seiring dengan umur baan tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor air semen dan cara perawatannya.
Untuk memperoleh kuat tekan yang tinggi maka diperlukan agregat yang
sudah diuji melalui uji agregat sehingga kuat tekannya tidak lebih rendah daripada
pastanya. Tjokrodimulyo (1996: 60) menerangkan bahwa Sifat agregat yang paling
berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah kekasaran permukaan dan ukuran
maksimumnya. Jumlah semen dapat menentukan kuat tekan dari batako, tetapi
banyak sedikitnya jumlah semen yang dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tekan
batako harus diperhatikan nilai faktor air semen yang dihasilkan oleh adukan beton
tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan akhir adalah
bahwa kuat tekan batako adalah kekuatan yang dihasilkan dari pengujian tekan oleh
mesin uji tekan yang merupakan beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
pecah dibagi dengan ukuran luas nominal batako atau besarnya beban persatuan luas.
2. Batako Sebagai Beton Ringan (Lightweight Concrete)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi berat jenis
beton atau membuat beton lebih ringan antara lain adalah sebagai berikut
(Tjokrodimuljo, 1996).
a. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen
sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menambah bubuk alumunium kedalam campuran
adukan beton.

24

b. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung atau
agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari pada beton
biasa.
c. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus atau
pasir yang disebut beton non pasir.
Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat
dibagi tiga yaitu (Tjokrodimuljo, 1996):
a. Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan
kuat tekan antara 0,35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti
untuk dinding pemisah atau dinding isolasi.
b. Untuk struktur ringan dengan berat jenis antara 800 kg/m3 sampai 1400 kg/m3 dan
kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk
dinding yang juga memikul beban.
c. Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat
tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
Tabel 3. Pembagian Beton Menurut Penggunaan dan Persyaratannya
Pustaka

Jenis beton ringan

Berat jenis
3

(gr/cm )
Dobrowolski

Beton dengan berat jenis

(1998)

rendah

Kuat tekan
(MPa)

240 800

0,35 6,9

800 1440

6,9 17,3

1440 1900

> 17,3

(Low-Density concretes)
Beton dengan kekuatan
menegah
(Moderate-Trength
Lighweight Concrete)
Beton ringan struktur
(Structural Lightweight

25

Concretes)
Neville and

Beton ringan struktur

Brooks (1987)

(Structural Lightweight

1400 1800

> 17

500 800

7 14

< 800

0,7 7

Concretes)
Beton ringan untuk
pasangan batu (Masonry
Concrete)
Beton ringan penahan panas
(Insulating Concrete)
3. Serbuk Batu Gamping Keras (Karst)
Karst termasuk jenis batuan yang mengandung banyak kalsit (kapur). Batu
marmer Indonesia sebenarnya termasuk jenis Batu Gamping yang sangat keras.
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa
Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst / krast' yang merupakan nama suatu
daerah di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Selain
itu ada pula yang menyebutkan bahwa istilah karst berasal dari bahasa Slovenia,
terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak), dan digunakan pertama kali oleh pembuat
peta peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan
gamping berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut Yugoslavia dan
sebelah Timur Laut Italia. Istilah karst akhirnya dipakai untuk menyebut semua
daerah berbatuan gamping di seluruh dunia yang mempunyai keunikan dan
spesifikasi yang sama, karena proses pelarutan (solusional), bahkan berlaku pula
untuk fenomena pelarutan pada batuan lain seperti gypsum, serta batuan garam dan
anhidratnya. Sedangkan nilai berat jenis rata-rata 2,28 g/cm3 (kisaran 2,25 - 2,44
g/cm3).
Batu gamping keras tidak mudah mengalami pelarutan oleh air yang
mengalir. Katalisator dalam pelarutan itu adalah air dan karbon dioksida (CO2).

26

Ketika CO2 larut dalam air, maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO3). H2CO3
bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3).
Batuan karbonat (batu gamping) merupakan salah satu dari sumber mineral
terbesar di daerah karst. Batuan ini sering digunakan sebagai ornamen/hiasan,
campuran pembuatan semen, serta bahan baku industri-industri seperti untuk bahan
pemutih, penjernih air dan bahan pestisida.
Baru baru ini, berkembang pabrik yang memproduksi batu alam yang
digunakan untuk menghias bangunan, khususnya rumah atau bangunan bangunan
lain. Batu alam hias tersebut menghasilkan limbah penggergajian karst, yang didapat
dari areal pegunungan karst. Limbah penggergajian karst belum dimanfaatkan dengan
baik.
B.

Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengujian batako


antara lain adalah:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Satyarno (2004) dengan judul Penggunaan Semen
Putih untuk Beton Styrofoam Ringan (BATAFOAM) menunjukkan bahwa
diperlukan perbandingan pasir dan styrofoam dalam volume campuran beton
adalah sebagai berikut 1,0 : 0,0; 0,8 : 0,2; 0,6 : 0,4; 0,4 : 0,6; 0,2 : 0,8 dan 0,0 : 0,1
dari volume total. Dari penelitian diatas dihasilkan dengan tiga kriteria, antara
lain:
1) Untuk penggunaan nonstruktur dengan persyaratan kuat tekan 0.35 MPa
sampai 7 MPa maka jumlah prosentase Styrofoam yang dipakai adalah antara
60% sampai 100%.
2) Untuk penggunaan struktur ringan dengan persyaratan kuat tekan antara 7
MPa sampai 17 MPa maka jumlah presentase Styrofoam yang dipakai antara
0% sampai 60% untuk kandungan semen 250 kg/m3 sampai 300 kg/m3 dan
antara 20% sampai 60 % untuk kandungan semen 350 kg/m3 sampai 400
kg/m3.

27

3) Untuk penggunaan struktur dengan persyaratan kuat tekan lebih besar dari 17
MPa maka jumlah presentase Styrofoam yang dipakai antara 0% sampai 20 %
untuk kandungan semen 350 kg/m3 sampai 400 kg/m3.
Dari hasil kuat tekan diatas semakin banyak prosentase penggunaan Styrofoam
kuat tekan dan berat jenis semakin menurun. Dengan bahan pertimbangan diatas
maka peneliti mencoba menggunakan limbah batu alam yang beruba serbuk batu
gamping keras (karst) sebagai bahan tambah batako untuk mendapatkan kuat
tekan yang lebih maksimal untuk spesifikasi beton ringan dan memperoleh berat
jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis batako biasa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Ashari (1997) dengan judul Pengaruh Ampas
Tebu Sebagai Campuran Bahan Baku Batako Terhadap Kuat Tekan menunjukkan
bahwa ternyata dengan adanya variasi ampas tebu yang berbeda mempengaruhi
kuat tekan batako tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dari semakin besar
prosentase (%) ampas tebu, kuat tekan batako semakin menurun, tetapi
mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari batako biasa.
c. Percobaan pendahuluan yang dilakukan dengan cara membuat mortar dengan
penambahan limbah karst dengan variasi tertentu. Kemudian mortar tersebut
dicetak dengan cetakan jely berdiameter 5 cm dan di keluarkan dari cetakanya
setelah mortar berumur 24 jam. Dan hasilnya yaitu :
1) Sampel A = 7 limbah karst : 1 semen, hasilnya lembek dan setelah direndam
dengan air sampel A menjadi sangat mudah dihancurkan.
2) Sampel B = 7 pasir : 1 limbah karst, hasilnya mortar tidak memadat, hancur.
3) Sampel C = 3,5 pasir : 3,5 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat,
kuat, dan setelah direndam dengan air, mortar tetap kuat.
4) Sampel D = 6 pasir : 1 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat,
setelah direndam dengan air mortar tetap kuat.
5) Sampel E = 7 pasir : 1 semen, hasilnya sedikit rapuh. Lebih kuat sampel C
dan sampel D.

28

C.

Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian dalam kajian teori, diuraikan kerangka berfikir


Pengaruh penambahan variasi serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan
batako. Jika penambahan serbuk batu gamping keras (karst) dengan berbagai variasi
digunakan sebagai bahan tambah dalam pembuatan batako diduga berpengaruh pada
kuat tekan dan berat jenis.
Maka dari uraian diatas ditentukan variabel-variabel yang dipakai dalam
penelitian ini. Sebagai variabel bebasnya adalah variasi penambahan serbuk batu
gamping keras (karst), sedangkan kuat tekan dan berat jenis batako sebagai variabel
terikat. Untuk lebih jelasnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
dapat dilihat dalam gambar 3 dibawah ini:

Y1
X
Y2
Gambar 4. Paradigma Penelitian Kuat Tekan
Keterangan :
X

: Variabel Bebas (penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu


gamping keras)

Y1

: Variable terikat (kut tekan batako)

Y2

: Variabel terikat (berat jenis batako)

D.

Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir maka dirumuskan hipotesis


sebagai berikut :

29

1.

Ada pengaruh positif penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk
batu gamping keras (karst) dalam campuran material batako terhadap kuat
tekan batako.

2.

Ada pengaruh penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk batu
gamping keras (karst) dalam campuran material batako terhadap berat jenis
batako.

3.

Ada prosentase optimal tertentu variasi penggantian sebagian agregat halus


(pasir) dengan serbuk batu gamping keras (karst) dalam pembuatan batako
untuk mencapai kuat tekan maksimal batako pada umur 28 hari.

4.

Ada prosentase optimal tertentu variasi penggantian sebagian agregat halus


(pasir) dengan serbuk batu gamping keras (karst) dalam pembuatan batako
untuk mencapai berat jenis minimal batako pada umur 28 hari.

30

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian atau Research diperlukan suatu tempat penelitian
untuk memperoleh data data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Pembuatan benda uji berupa batako dilaksanakan di Pabrik Batako Mitra Enggal
Desa Karanganyar Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo dan proses pengujian
bahan, kuat tekan serta berat jenis batako dilaksanakan di Laboratorium Beton
Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember tahun 2009. Berikut
tabel alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan :
Tabel 4. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian
N

Kegiatan

Tahun 2009 - 2010


Des.

Januari

Feb

Maret

April

Mei

Junijuli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1

Pengajuan
Judul

Pembuatan
proposal

Seminar
Proposal

Revisi
30

31

Proposal
5

Perijinan
Penelitian

Pelaksanaa
n

Analisa
Data

Penulisan
Laporan

B Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode eksperimen.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh suatu perlakuan terhadap objek
penelitian. Dalam penelitian ini benda uji dibuat dengan menambahkan bahan tambah
serbuk batu gamping keras (karst) sebagai campuran adukan material batako.
Kemudian batako diujikan kuat tekannya pada umur 28 hari yang dimungkinkan
batako sudah mencapai nilai kuat tekan maksimum Kardiyono Tjokrodimuljo
(1996:71)

32

Alur Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :
Persiapan bahan

Pemeriksaan bahan

Semen :
a. Visual
b. kehalusan

Agregat halus,
Uji bahan :
a. kadar lumpur
b. spesifik grafity
c. gradasi pasir
d. SSD
e. Kandungan zat
organik

Serbuk batu
gamping
keras (karst)

Air :
a. tidak berwarna
b. tidak berbau
c. tidak
mengandung
zat kimia

Semen + pasir + serbuk batu gamping keras


(karst) + air
Batako dengan bahan tambah serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi
perbandingan yang berbeda beda
Batako tanpa penambahan serbuk batu gamping keras (karst)

Perawatan 28 hari

Uji tekan batako dan berat jenis


Analisis data

Kesimpulan

Gambar 6. Alur Penelitian

33

Adapun variabel yang mempengaruhi langsung penelitiah ini adalah :


1. Variabel bebas variasi penggantian sebagian agregat halus (pasir) dengan serbuk
batu gamping keras (karst)) dalam material/bahan membuat batako.
2. Variabel terikat
a. Kuat tekan batako akibat adanya penggantian sebagian agregat halus (pasir)
dengan serbuk batu gamping keras (karst).
b. Berat jenis batako akibat adanya penggantian sebagian agregat halus (pasir)
dengan serbuk batu gamping keras (karst).
C Teknik Sampling
Sampel yang digunakan adalah 20 batako terdiri dari:
1. Empat buah batako dengan campuran 1 semen : 7 pasir : 0 serbuk batu gamping
keras (karst).
2. Empat buah batako dengan campuran 1 semen : 6 pasir : 1 serbuk batu gamping
keras (karst).
3. Empat buah batako dengan campuran 1 semen : 5 pasir : 2 serbuk batu gamping
keras (karst)
4. Empat buah batako dengan campuran 1 semen : 4 pasir : 3 serbuk batu gamping
keras (karst)
5. Empat buah batako dengan campuran 1 semen : 3 pasir : 4 serbuk batu gamping
keras (karst)
D Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data

Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokkan menjadi dua


bagian yaitu :

34

a. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan pengujian kuat
tekan dan berat jenis terhadap sejumlah benda uji berupa batako umur 28 hari.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi penunjang
yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Data yang di pergunakan untuk analisis hasil peneilitian adalah data primer,
sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data
2. Teknik Mendapatkan Data
Data didapat dari uji kuat tekan dan uji absorbtion, untuk memperoleh data
mengenai kuat tekan dilakukan uji tekan dengan mesin CTM (Compaction Testing
Machine) merk Controls dengan kapasitas 2000 KN (2,105 Kg). Objeknya adalah
batako dengan bahan tambah serbuk batu gamping keras (karst) dengan campuran
pasir, semen, dan air dengan variasi yang berbeda - beda. Adapun tahap-tahap
pelaksanaan penelitan ini direncanakan melakukan beberapa tahapan kerja yang
diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Pertama
Disebut sebagai tahap persiapan dan penyediaan bahan. Pada tahap ini seluruh
bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
1) Penelitian ini menggunakan alat-alat yang tersedia di Laboratorium Beton
Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik
Kejuruan. Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a). Timbangan
Timbangan yang dipakai ada dua jenis dalam penelitian ini, yaitu :
(1). Timbangan Digital Merk METLER TOLEDO kapasitas 16 kg, ketelitian
sampai 0,01 gram, digunakan untuk mengukur berat material.
(2). Timbangan Bascule merk DSN Bola Dunia, kapasitas 150 kg dengan
ketelitian sampai dengan 0,1 kg, digunakan untuk mengukur berat benda uji
dan material sesuai dengan kapasitasnya.

35

b). Ayakan
Ayakan baja yang digunakan adalah merk Controls, Italy, bentuk lubang
ayakan adalah bujur sangkar dengan ukuran yang tersedia adalah 50 mm, 38,1
mm, 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, 4,75 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm
dan pan.
c). Mesin penggetar ayakan
Mesin penggetar ayakan yang dipakai adalah mesin penggetar dengan merk
Controls, Italy, mesin ini digunakan sebagai dudukan sekaligus penggetar
ayakan. Penggunaan pada waktu uji gradasi (sieve Analysis) baik untuk agregat
halus maupun agregat kasar.
d). Corong Conik / Conical Mould
Corong konical / Cinocal Mould dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter
bawah 8,9 cm, tinggi 7,6 cm, lengkap dengan alat penumbuk. Alat ini digunakan
untuk mengukur keadaan SSD (Satured Surface Dry) agregat halus pasir.
e). Nampan Besar
Nampan besar digunakan untuk tempat pencampuran bahan.
f). Cetakan Benda uji
Cetakan benda uji batako berbentuk balok yang terbuat dari plat besi yang biasa
digunakan untuk pembuatan batako dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 10 cm,
dan tinggi 20 cm.
g). Alat Bantu
Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan penelitian, pada benda uji
digunakan beberapa alat bantu antara lain :
(1). Balok kayu untuk memadatkan adukan campuran bahan pada cetakan.
(2). Gelas ukur berkapasitas 1000 ml digunakan untuk menakar kebutuhan air
pada pembuatan campuran bahan.
(3). Gelas ukur berkapasitas 250 ml digunakan untuk meneliti kandungan zat
organik dan kandungan lumpur dalam agregat halus.
(4). Ember untuk tempat air.

36

2). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah


a). Semen tipe I (umum)
Semen yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
dalam spesifikasi bahan bangunan bagian SNI 03-6825-2002 Semen yang
digunakan adalah semen merk Holcim.
b). Agregat
Agregat halus yang dipakai adalah agregat dari kaliworo,atau agregat yang
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam spesifikasi bahan
bangunan bagian SNI 1970-2008.
c). Air
Air yang dipakai adalah air yang memenuhi persyaratan spesifikasi bahan
bangunan bagian A, SK SNI S-04-1989-F, yaitu air PDAM.
d). Serbuk batu gamping keras (karst)
Serbuk batu gamping keras (karst) yang digunakan adalah limbah batu alam
dalam keadaan kering. Dimana serbuk batu gamping keras (karst) tersebut
diperoleh dari pabrik batu alam Desa Candi Rejo Kecamatan Semin
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Tahap Kedua
Disebut sebagai tahap pemeriksaan bahan. Dalam penelitian ini dilakukan
pengujian terhadap agregat halus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan
karakteristik dari bahan-bahan pembentuk beton sehingga dapat dihindari pemakaian
material yang tidak memenuhi syarat dalam pembuatan beton.
Agregat Halus
a). Pengujian kadar lumpur agregat halus
Pasir adalah salah satu bahan dasar beton sebagai agregat halus. Pasir yang
digunakan dalam penelitian harus memenuhi persyaratan, salah satunya pasir harus
bersih. Pasir bersih yaitu pasir yang tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari
berat keringnya. Lumpur adalah bagian dari pasir yang lolos dari ayakan 0,063 mm.

37

Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci terlebih dahulu. Syaratsyarat agregat halus harus sesuai dengan SNI 1970-2008.
1) Tujuan : Untuk mengetahui kadar lumpur yang terkandang dalam pasir.
2) Alat dan bahan :
(a).Pasir kering oven
(b).Air bersih
(c).Gelas ukur 250 cc
(d).Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
(e).Timbangan
3) Cara kerja :
(a).Mengambil pasir sebanyak 250 gram
(b).Mengeringkan pasir dalam oven dengan temperatur 110o C selama 24 jam.
(c).Mengambil pasir kering 100 gram lalu dimasukan ke dalam gelas ukur
250 cc.
(d).Menuangkan air kedalam gelas ukur hingga setinggi 12 cm diatas
permukaan pasir.
(e).Mengocok air dan pasir minimal 10 kali lalu membuang airnya.
(f).Mengulangi langkah 5 hingga air dalam gelas tampak jernih.
(g).Memasukan air kedalam cawan lalu mengeringkan kedalam oven dengan
temperatur 110o C selama 24 jam.
(h).Setelah selesai cawan dikeluarkan dan diangin-anginkan hingga mencapai
suhu kamar.
(i).Menimbang pasir dalam cawan
(j).Berat pasir awal A = 100 gram, berat pasir akhir = B
Kadar lumpur = (A B) / A x100%
(k).Membandingkan dengan persyaratan SNI 03-1750-1990, yaitu kadar
lumpur maksimum 5 %. Bila lebih dari 5 % maka sebelum digunakan
pasir harus dicuci terlebih dahulu.

38

b). Pengujian kadar zat organik dalam agregat halus


Pasir umumnya diambil dari sungai, maka kemungkinan pasir kotor sangat
besar, misalnya bercampur dengan lumpur maupun zat organik lainya. Pasir sebagai
agregat halus dalam beton tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak karena
akan mengurangi kekuatan beton yang dihasilkan. Kandungan zat organik ini dapat
dilihat dari percobaan warna Abrams Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3
% sesuai dengan SNI 1970-2008.
(1). Tujuan
Untuk mengetahui kadar Zat organik dalam pasir berdasarkan tabel
perubahan warna sebagai berikut:
Tabel. 5. pengaruh warna terhadap penurunan kekuatan
Warna
Jernih

Penuruna Kekuatan (%)


0

Kuning muda

0 10

Kuning tua

10 20

Kuning kemerahan

20 30

Coklat kemerahan

30 50

Coklat tua

50 100

(Sumber Prof. Dr. Rooseno, 1994)


(2). Alat dan bahan :
(a). Pasir kering oven
(b). Larutan NaOH 3 %
(c). Gelas ukur 250 cc
(3). Cara kerja
(a). Mengambil pasir sebanyak 130 cc yang telah dioven, dan memasukannya
kedalam gelas ukur.
(b). Menuangkan NaOH 3 % hingga volume mencapai 200 cc.
(c). Mengocok selama 10 menit

39

(d). Meletakan campuran tersebut kedalam tempat terlindung selama 24 jam.


(e). Mengambil warna air yang ada pada gelas ukur, lalu membandingkan
warna hasil pengamatan dengan warna pada tabel 4.
c). Pengujian specific gravity agregat halus
Mengetahui sifat-sifat bahan bangunan yang akan dicapai dalam suatu
konstruksi adalah sangat penting karena dengan sifat-sifat tersebut dapat ditentukan
langkah-langkah yang tepat untuk mengerjakan bangunan tersebut. Berat jenis salah
satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan adukan beton, karena dengan
mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan.
(1). Tujuan :
(a).Untuk mengetahui bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara pasir
dalam kondisi kering dengan volume pasir total.
(b).Untuk mengetahui bulk specific gravity (SSD), yaitu perbandingan antara
berat pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
(c).Untuk mengetahui apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat
pasir kering dengan volume pasir total.
(d).Untuk mengetahui daya serap air (absorbtion), yaitu perbandingan antara
berat air yang diserap dengan berat pasir kering.
(2). Alat dan bahan
(a).Cawan aluminium
(b).Volumetric flash
(c).Conical mould
(d).Neraca
(e).Pasir kering oven
(3). Cara kerja
(a).Menyiapkan pasir kering dalam kondisi SSD (saturated surface dry)
(b).Pengamatan pasir kering oven dalam kondisi SSD dengan langkahlangkah
sebagai berikut :

40

Pasir dimasukan kedalam conical mould 1/3 bagian lalu ditumbuk 10


kali.
Pasir ditambah lagi hingga 2/3 bagian lalu ditumbuk 10 kali.
Pasir ditambah hingga penuh lalu ditumbuk 10 kali.
Mengangkat conical mould lalu mengukur penurunan pasir yang
terjadi. Pasir dalam kondisi SSD apabila penurunan yang terjadi
sebesar 1/3 tinggi conical mould.
(c).Mengambil pasir dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram dan memasukanya
kedalam volumetric flash dan direndam dalam air selama 24 jam.
(d).Menimbang berat volumetric flash + air + pasir (c).
(e).Mengeluarkan pasir dalam volumetric flash lalu menimbang volumetric flash
+ air (b).
(f).Mengeringkan pasir dalam oven selama 24 jam.
(g).Menimbang pasir yang telah kering oven (a).
(h).Menganalisa hasil pengujian dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Bulk Specific Gravity

: a / (b + (500 c))

Bulk Spesific Gravity SSD

: 500 / (b + (500 c))

Apparent Spesific Grafity

a / (b + (a c))

Dengan:
A

= berat pasir kering oven (gr)

= berat volumetric flash + air (gr)

= berat volumetric flash + air + pasir (gr)

d). Pengujian gradasi agregat halus


Gradasi dan keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih
diperhitungkan dari pada agregat kasar, karena sangat menentukan sifat pengerjaan
dan sifat kohesif campuran adukan beton. Selain itu pasir sangat menentukan
pemakaian semen dalam pembuatan beton.

41

(1). Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran butir pasir, prosentase
dan modulus kehalusannya.
(2). Alat dan bahan
(a).Satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm,
1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm dan pan penampungan.
(b). Mesin penggetar
(c).Neraca
(d).Pasir kering oven sebanyak 3000 gram.
3) Cara kerja
(a). Menyiapkan pasir yang telah dioven sebanyak 3000 gram
(b). Memasang ayakan dengan susunan sesuai dengan besar diameter lubang dan
terbawah adalah pan penampungan.
(c). Memasukan pasir kedalam ayakan teratas kemudian menutup dengan rapat
(d). Memasang ayakan tersebut pada mesin penggetar dan digetarkan selama 5
menit, kemudian mengambik susunan ayakan tersebut.
(e). Memindahkan pasir yang tertinggal dalam masing-masing ayakan kedalam
cawan lalu ditimbang.
(f). Menghitung prosentae berat pasir tertinggal pada masing-masing ayakan.
(g). Menghitung modulus kehalusan dengan menggunakan rumus :
modulus kehalusan pasir : a / b
dengan : a = prosentase komulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam
pan
b = prosentase berat pasir yang tertinggal
e). Pengujian kadar air agregat halus
Kondisi agregat halus dalam rancang campuran beton (mix design) adalah
SSD (saturate surface dry). Tetapi dalam pelaksanaan pembuatan adukan, kondisi
dari agregat halus mungkin bukan dalam keadaan SSD, oleh karena itu perlu

42

diketahui kadar air dari agregat halus tersebut sebagai perbandingan rancangan
campuran.
(1). Tujuan : Untuk mengetahui perbandingan antara berat air terhadap berat kering
butir pasir.
(2). Alat dan bahan
(a).Neraca
(b).Cawan
(c).Oven
(d).Pasir
(3). Cara kerja
(a). Menimbang cawan dan memberi nomor
(b). Mengambil benda uji dan memasukan kedalam cawan lalu menimbang
pasir dalam cawan (a).
(c). Mengeringkan pasir kedalam oven selama 24 jam pada suhu 110 o C.
(d). Mengeluarkan pasir dari oven dan mengangin-anginkanya kemudian
menimbang pasir yang telah kering oven tersebut (b)
(e). Menghitung kadar air pasir :
kadar air = ((a b) / b) x 100%
f). Serbuk batu gamping keras (karst)
Dalam percobaan ini serbuk batu gamping keras (karst) yang digunakan
adalah serbuk batu gamping keras (karst)yng sudah kering dan memadat kemudian
dtumbuk hingga menjadi serbuk yang halus.
c. Tahap ketiga
Disebut sebagai tahap rencana campuran (mix design) dan pembuatan batako.
Dari tahap ketiga ini dapat diketahui rencana campuran dan pembuatan batako.
1) Rencana campuran (mix design)
Sesuai dengan perencanaan campuran batako berlubang ditetapkan faktor air
semen (fas) 0,5, dengan sampel sebagai berikut ;
7 pasir : 1 semen : 0 serbuk batu gamping keras (karst)

43

6 pasir : 1 semen : 1 serbuk batu gamping keras (karst)


5 pasir : 1 semen : 2 serbuk batu gamping keras (karst)
4 pasir : 1 semen : 3 serbuk batu gamping keras (karst)
3 pasir : 1 semen : 4 serbuk batu gamping keras (karst)
Dilakukan dengan menggunakan perancangan menurut ROAD NOTE NO.4 yaitu
pada poin 6, yaitu mengacu pada kebutuhan bahan dasar tiap meter kubik beton
dihitung berdasarkan volume absolut, yaitu dengan berat jenis semen dan berat jenis
agregat. Prinsip hitungan ini ialah bahwa volume beton padat adalah sama dengan
jumlah dari absolut volume bahan-bahan dasarnya. Rumus yang dipakai ialah:
(xPc/bjPc) + (xPs/bjPs) + (xW/bjW) + 0,01V = 1
Keterangan,
Pc = semen

bjPc = berat jenis semen

Ps = pasir

bjPs = berat jenis pasir

W = air

bjW = berat jenis air

V = volume beton
2) Pembuatan batako berlubang sesuai proporsi campuran hasil perhitungan rencana
campuran.
Langkah-langkah pembuatan batako berlubang yang dilakukan pada tahap
ini adalah:
a. Menyiapkan bahan-bahan campuran adukan batako
b. Menimbang masing-masing bahan sesuai rencana.
c. Mencampur bahan-bahan tersebut sampai adukan tercampur dengan baik.
d. Menyiapkan cetakan batako.
e. Memasukan adukan kedalam cetakan dengan ketinggian tertentu sesuai
dengan dimensi jerami sambil dipadatkan dengan plat besi atau balok kayu.
f. Setelah cetakan penuh dan padat, permukaan diratakan dan diberi kode benda
uji diatasnya.

44

4). Tahap Keempat


Disebut sebagai tahap perawatan. benda uji ditempatkan pada los tertutup
atau dalam ruangan yang terhindar dari sinar matahari dengan dilandasi papan kayu.
Dalam perawatan batako tidak direndam dalam air, karena perawatan hanya
ditempatkan pada los tertutup. Perawatan benda uji dilaboratorium sesuai dengan SK
SNI 03-2834-1993. Lama perawatan dari benda uji adalah selama 28 hari.
5). Tahap Kelima
Disebut sebagai tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan dua macam
pengujian, yaitu uji kuat tekan dan berat jenis. Sesuai dengan SK SNI M141989F
tentang pengujian kuat tekan beton. Pengujian benda uji dilakukan setelah beton
berumur 28 hari.
6). Tahap Keenam
Disebut sebagai tahap analisa data. Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan, maka perlu dilakukan analisa data yang dihasilkan. Analisa data yang
digunakan adalah uji normalitas metode uji Shapiro-Wilk dan Analisa Regresi dengan
Curve Estimtimation model Qubic.
7). Tahap Ketujuh
Disebut sebagai tahap penarikan kesimpulan. Tahap ini didasarkan dari
analisa data pada tahap VI, sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
penggunaan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan batako yaitu
dengan analisis regresi. Namun sebelumnya diuji prasyarat analisis berupa uji
normalitas dan uji Linieritas.

45

1. Uji Prasyarat Analisis


a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data-data pada variabel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk membuktikan
bahwa data-data pada variabel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi
normal, maka uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
program SPSS 11.5, yaitu dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk. Untuk
menerima atau menolak hipotesa, maka perlu membandingkan harga Asymp. Sig. (2tailed) dengan melihat kriteria dibawah ini:
Hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan/ kriteria:
Jika probabilitas (harga Asymp. Sig. 2-tailed) > 0,05 ;maka Ho diterima
Jika probabilitas (harga Asymp. Sig. 2-tailed) < 0,05 ;maka Ho ditolak
b. Uji Linearitas dan Keberartian Regresi
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui linier tidaknya data pada
variabel terikatnya, sehingga didapatkan gambaran tentang ada tidaknya keterikatan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui linier tidaknya dapat
dilihat pada Curve Estimation pada program SPSS 11.5, yaitu melalui menu
Regression dipilih Curve Estimation dengan model linier. Jika nilai pada data
menyebar disekitar garis linier dan menunjukkan garis yang semakin naik atau
menurun maka data tersebut linier, begitu juga sebaliknya jika data tidak menyebar
disekitar garis linear dan menunjukan, garis yang naik turun maka data tersebut tidak
linear. Sedangkan untuk taraf keberartian regresi dapat dilihat pada nilai Fhitung dan
nilai signifikansi pada tabel Anova. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka arah regresi berarti
dengan dengan taraf signifikansi 5%. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka arah regresi tidak
berarti.

46

Kriteria :
Fhitung > Ftab = Arah regresi berarti
Fhitung < Ftab = Arah regresi tidak berarti
c. Analisis Regresi
Analisis regresi dalam program SPSS 11.5 adalah dengan menggunakan
regresi (Regression). Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh penggunaan bahan tambah serbuk batu gamping keras (karst)
terhadap kuat tekan batako berlubang yaitu dengan analisis regresi. Analisis ini
merupakan gambaran dari variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan dengan
variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang ada. Dalam penelitian
variabel bebas adalah jumlah serbuk batu gamping keras (karst) dengan variasi
dimensi yang berbeda-beda, sedangkan variabel terikatnya adalah kuat tekan batako.
Bentuk umum dari persamaan regresi terdiri dari dua golongan yaitu linier
(polinom pangkat satu) dan non linier (polinom pangkat lebih dari satu). Mengenai
bentuk umum dari persamaan regresi seperti terlihat dalam persamaan-persamaan
dibawah ini (Sudjana, 2002: 312-315):
Persamaan linier
Yc = a + bx
Persamaan polinom pangkat dua
Yc = a + bx + cx2
Persamaan polinom pangkat tiga
Yc = a + bx + cx2 + dx3
Persamaan polinom pangkat k (k 2)
Yc = a0 + a1x + a1x2 + a1x3 + + akxk
Untuk menghitung konstanta a (a0, a1, ) b, c, d, maka diperlukan
persamaan normal dari tipa-tiap persamaan garis regresi tersebut. Persamaan normal
untuk tiap-tiap persamaan garis regresi adalah sebagai berikut:

47

1) Persamaan Normal Linear;


( Y )( X 2 ) ( Y )( XY )
a=

(n X 2 )( X ) 2

(n XY ) ( Y )( X )
b=

( X X 2) ( X )2
2) Persamaan nominal polinom pangkat dua
Y = n.a + bX + cX2
XY = aX + bX2 + cX3
X2Y = aX2 + bX3 + cX4
3) Persamaan normal polinom pangkat tiga
Y = n.a + bX + cX2 + dX3
XY = aX + bX2 + cX3 + dX4
X2Y = aX2 + bX3 + cX4 + dX5
X3Y = aX3 + bX4 + cX5 + dX6
4) Persamaan normal polinom pangkat k
Y = n.a0 + a1X + a2X2 + + akXk
XY = a0X + a1X2 + a3X3 + + akXk+1
X2Y = a0X2 + a1X3 + a3X4 + + akXk+2
X3Y = a0X3 + a1Xk+1 + a2Xk+2 + + akX2k
Keterangan:
Y = Variabel terikat (kuat tekan batako berlubang)
X = Variabel bebas (variasi penambahan serbuk batu gamping keras (karst))
a0, a1, , ak, b, c, d = konstanta.
Setelah semua data diteliti untuk masing-masing persamaan regresi telah
dilaksanakan, langkah berikutnya adalah menentukan persamaan yang digunakan
sebagai persamaan dasar korelasi variabel-variabel yang ada. Evaluasi tiap persamaan
ini menggunakan metode selisih kesalahan kuadrat dengan rumus:

48

E Y X = ni = 1 (Yi Y(c)i)2
Dimana :
EX Y = selisih kesalahan kuadrat
Y1

= besarnya variabel terikat dari data penelitian.

Y(c)i

= besarnya variabel terikat dari persamaan yang dihasilkan

Analisis yang digunakan dalam SPSS 11.5 adalah Regression (Linear dan
Curve Estimation). Apabila pada hasil analisis Regression Linear penggunaan bahan
tambah variasi serbuk batu gamping keras (karst) tidak berpengaruh terhadap kuat
tekan batako, maka analisis regresi dapat dengan menggunakan analisis Regression
(Curve Estimation). Pilihan model pada Curve Estimation terdapat berbagai jenis
model, yaitu Linear, Quadratic, Qubic, Logarithmic, Inverse, Power, Coumpound, S,
Logistic, Growth, dan Exponential.
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan
batako berlubang akan di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus
dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan Curve Estimation model Qubic diperoleh persamaan regresinya regresi
Y=z+bx sehingga didapat : dy/dx=0
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari hubungan atau
pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu variabelnya merupakan
dependent variabel dan yang lain merupakan independent variabel. Untuk
menghitung pengaruh penambahan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap
kekuatan tekan batako berlubang menggunakan persamaan garis regresi, yaitu dengan
menggunakan program SPSS 11.5 dengan uji Regression (Curve Estimation). Model
yang digunakan pada Curve Estimation adalah model Qubic, yaitu sama dengan

49

persamaan Persamaan linier Yc = a + bx. Untuk mengetahui koefisen regresi dapat


dilihat pada Unstandardized Coefficients. Pengambilan keputusan pada SPSS 11.5
adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho = data berdistribusi tidak normal
Ha = data berdistribusi normal
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
b. Hipotesa Kedua
Hipotesis kedua untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap berat jenis
batako berlubang akan di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus
dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan Curve Estimation model Qubic diperoleh persamaan regresinya regresi
Y=z+bx sehingga didapat : dy/dx=0
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari hubungan atau
pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu variabelnya merupakan
dependent variabel dan yang lain merupakan independent variabel. Untuk
menghitung pengaruh penambahan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap berat
jenis batako berlubang menggunakan persamaan garis regresi, yaitu dengan
menggunakan program SPSS 11.5 dengan uji Regression (Curve Estimation). Model
yang digunakan pada Curve Estimation adalah model Qubic, yaitu sama dengan
persamaan Persamaan linier Yc = a + bx. Untuk mengetahui koefisen regresi dapat
dilihat pada Unstandardized Coefficients. Pengambilan keputusan pada SPSS 11.5
adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho = data berdistribusi tidak normal
Ha = data berdistribusi normal

50

Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
c. Hipotesis ketiga
Untuk mengetahui prosentase serbuk batu gamping keras (karst) yang optimal pada
kekuatan maksimal dihitung dengan mendefinisikan persamaan regresi linier Yc = a
+ bx sehingga didapat :
dy/dx = 0
Yc = a + b(x)
Yc = n
Persamaan diatas menghasilkan dua nilai x. Sehingga diambil nilai x yang
menghasilkan nilai Y yang terbesar. Dengan nilai Y terbesar akan diketahui nilai kuat
tekan tertinggi terendah.
d. Hipotesis keempat
Untuk mengetahui prosentase serbuk batu gamping keras (karst) yang optimal pada
berat jenis minimal dihitung dengan mendefinisikan persamaan regresi linier Yc = a +
bx sehingga didapat :
dy/dx = 0
Yc = a + b(x)
Yc = n
Persamaan diatas menghasilkan dua nilai x. Sehingga diambil nilai x yang
menghasilkan nilai Y yang terkecil. Dengan nilai Y terkecil akan diketahui nilai berat
jenis terendah.

51

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.

Deskripsi Data

Pada penelitian ini sebelumnya dilaksanakan pemeriksaan bahan yang akan


digunakan. Untuk Pemeriksaan bahan dasar batako berlubang meliputi pemeriksaan
terhadap agregat halus. Pengujian dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan bahan,
pengujian berat jenis batako berlubang, pengujian kuat tekan batako berlubang.
Adapun pengujian tersebut dijelaskan pada uraiaan dibawah ini:
Pemeriksaan Bahan

1.

Pengujian agregat halus yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi


pengujian kadar lumpur, kadar zat organik, specific grafity dan gradasi agregat halus.
Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam tabel 6, sedangkan data-data pengujian
disajikan dalam lampiran I. Dalam bab ini akan disajikan hasil pengujian agregat
halus secara umum selengkapnya dapat dilihat dilampiran I.
Tabel 6. Hasil Pengujian Agregat Halus
Diameter
No

ayakan

Berat

KomulatIf

Berat

tertingga tertingga

(mm)

l (gr)

l (%)

berat
tertinggal
(gr)

Komulati

Berat
Lolos

ASTM

(%)

f berat
tertinggal
(%)

9,50

100,0

100

4,75

163,0

5,48

163,00

94,52

90-100

5,48

2,36

172,0

5,78

335

88,71

85-100

11,26

1,18

315,2

10,58

650,2

78,13

75-100

21,84

0,60

400,0

13,44

1014,2

65,91

60-79

35,28

0,35

1691,6

56,62

2705,8

9,08

0-10

91,9

0,212

199,7

5,7

2905,5

2,37

0-10

97,6

51

52

Pan

70,6

2,4

JUMLAH

2976,1

100

2976,1

100
363,36

Tabel 7. Batas batas Gradasi Agregat Halus


Lubang
Persen berat butir yang lewat ayakan jenis agregat halus
Ayakan

Daerah I

Daerah II

Daerah III

Daerah IV

(mm)

(kasar) %

(agak kasar) %

(agak Halus) %

(halus) %

9,50

100

100

100

100

4,75

90-100

95-100

90-100

95-100

2,36

60-95

85-100

85-100

95-100

1,18

30-75

50-85

75-100

90-100

0,60

15-34

26-60

60-79

80-100

0,35

5-20

2-10

0-10

0-15

0,15

0-10

0-10

0-10

0-15

Dari hasil pengujian gradasi agregat halus, dengan melihat kolom pada
ASTM maka dapat simpulkan bahwa agregat halus yang digunakan termasuk dalam
daerah III (agak halus). Dengan melihat hasil pemeriksaan gradasi agregat halus
Kaliworo, maka jika dihubungkan titik terluar gradasi agregat halus, akan diperoleh
gambaran umum mengenai gradasi pasirnya dengan perbandingan ASTM sebagai
berikut:

53

grafik gradasi pasir

% berat tertinggal

120
Series1

100

Series2

80

Series3

60

Series4

40

Series5
Series6

20

Series7

0
1

Series8

Series9

diameter lubang ayakan

Gambar 6. Grafik Pengujian Gradasi Agregat Halus


Keterangan :
: Gradasi pasir yang digunakan
2.

Pengujian Kuat Tekan Batako Berlubang

Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari, pada
batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk
batu gamping keras (karst). Hasil pengujian kuat tekan rata-rata setiap adukan dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Batako Berlubang Dengan Variasi
Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk batu gamping keras
(karst)
Var

Peb.
Campuran
(Pc:Ps:Ks)

Vol.
karst
(gr)

Umur
(hari)

Berat
batako
(gr)

Berat
jenis
(gr/cm3)

Bj.
rerata

Beb.
maks
(KN)

Beb.
Plat
(Kg)

1:7:0

700

6412,9
6065,2
6139,7
6197,0
6116,8
6609,3
6662,7

729
689
698
704
695
751
757

705

1:6:1

28
28
28
28
28
28
28

220
165
155
105
140
195
185

3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37

II

723

Kuat
tekan
Mpa(
N/m
m2)
6,89
5,17
4,85
3,29
4,38
6,1
5,79

Fc
ratarata
(Mpa)
5,05

5,09

54

1:5:2

1400

1:4 :3

2100

1:3:4

2800

III

IV

28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28

6066,1
5784,2
5740,8
5871,5
6292,5
5785,5
5797,8
5606,2
5729,2
5595,7
6041,2
5578,8
5976,5

689
657
652
667
715
657
689
637
651
636
687
634
679

673

660

660

130
185
55
50
180
55
80
50
95
50
140
55
110

3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37

4,07
5,79
1,72
1,57
5,63
1,72
2,5
1,57
2,97
1,57
4,38
1,72
3,44

3,67

2,19

2,78

GRAFIK KUAT TEKAN BATAKO

kuat tekan (Mpa)

6
5.09

5
4

3.67

2.78

y = -0.841x + 6.376
2.19
R2 = 0.7409

2
1
0
0

varian batako

Gambar 8. Grafik Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan


Serbuk batu gamping keras (karst) Terahadap Kuat Tekan Batako
Keterangan:
Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk
batu gamping keras (karst) Terhadap Kuat Tekan Batako Berlubang
Kuat tekan rata rata batako tersebut sudah memenuhi persyaratan batako
Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes) menurut Dobrowolski
(1998) 0,35 6,9 Mpa.

55

3.

Pemeriksaan Berat Jenis Batako Berlubang

Berat jenis batako berlubang merupakan perbandingan berat batako


berlubang pada umur 28 hari dibagi dengan volume batako tersebut. Untuk
melengkapi data tentang benda uji maka berikut tabel mengenai hasil pemeriksaan
berat jenis batako berlubang tersebut.
Hasil Pemeriksaan Berat Jenis batako berlubang
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Batako Berlubang Dengan Variasi
Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Batu Gamping
Keras (karst)
Varian
batako

Perb.
Campuran
(Pc:Ps:Ks)
1:7:0

Vol.
karst
(gr)
0

1:6:1

700

1:5:2

1400

1:4 :3

2100

1:3:4

2800

II

III

IV

Umur
(hari)
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28

Berat batako
(gr)
6412,9
6065,2
6139,7
6197,0
6116,8
6609,3
6662,7
6066,1
5784,2
5740,8
5871,5
6292,5
5785,5
5797,8
5606,2
5729,2
5595,7
6041,2
5578,8
5976,5

Berat
jenis
(gr/cm3)
729
689
698
704
695
751
757
689
657
652
667
715
657
689
637
651
636
687
634
679

Bj. rerata
705

723

673

660

660

Berat jenis batako berlubang dengan dengan variasi penggantian sebagian


agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dan syarat berat jenis beton
ringan berdasarkan data yang disediakan tabel diatas dapat dilihat pada gambar 7
dibawah ini:

56

grafik berat jenis batako

berat jenis (gr/cm3)

740
723

720
700

Series1

680

Linear (Series1)

673
y = -20.2x +660
749.7
R2 = 0.7573

660
640
0

660

varian batako

Gambar 9. Grafik Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan


Serbuk Batu Gamping Keras (karst) Terhadap Berat Jenis Batako
Berat Jenis Batako Berlubang.
Keterangan:
Hubungan variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk
batu gamping keras (karst) terhadap berat jenis batako berlubang.
Berdasarkan gambar grafik diatas berat jenis batako berlubang dengan
variasi serbuk batu gamping keras (karst) sebagai bahan pengganti memenuhi syarat
berat jenis Beton ringan untuk pasangan batu (Masonry Concrete) menurut
Dobrowolski (1998) yaitu 240 800 kg/m 3.
B.

Pengujian persyaratan Analisis


1.

Uji Normalitas

Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang
didapatkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk uji ini digunakan program
SPSS 11.5 dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk test, dengan taraf signifikan
sebesar 5 %. Dari hasil pengujian Shapiro-Wilk test diperoleh:

57

a. Pengujian Normalitas Kuat Tekan


Uji Shapiro-Wilk menggunakan taraf signifikan () = 0,05. Jika nilai
Asym.Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal, jika nilai Asym.Sig. < 0,05 maka
data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh data
jumlah case (N) = 20; Mean sebesar 3,75; Std. Deviasi sebesar 1,78. Nilai Asym.Sig.
adalah 0,415. Jadi, Asym.Sig. 0,415 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
b.

Pengujian Normalitas berat jenis


Uji Shapiro-Wilk menggunakan taraf signifikan () = 0,05. Jika nilai

Asym.Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal, jika nilai Asym.Sig. < 0,05 maka
data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh data
jumlah case (N) = 20; Mean sebesar 6,85; Std. Deviasi sebesar 0,362. Nilai Asym.Sig.
adalah 0,393. Jadi, Asym.Sig. 0,393 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
2.

Uji Linieritas

Uji ini dilakukan untuk menguji persamaan garis regresi apakah berasal dari
data yang linier. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
11.5 dengan uji regresi linier sederhana pada lampiran untuk kuat tekan batako
berlubang dan berat jenis dengan menggunakan taraf signifikan = 0,05 diperoleh
data sebagai berikut:
a. Pengujian Linieritas Kuat Tekan
Uji ini dilakukan untuk menguji persamaan garis regresi apakah berasal dari
data yang linier. Dengan melihat grafik dari Curve Estimation pada lampiran dapat
diketahui data tersebut linear atau tidak. Dari grafik yang ditampilkan menunjukkan
bahwa semua data. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa data linear, maka model
yang diterima adalah regresi linier. Dari hasil pengujian keberartian regresi

58

didapatkan nilai Fhitung sebesar 10,41, sedangkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5%
dengan db

(1;8)

adalah 1,86. Hasilnya 10,41 > 1,86 dengan nilai probabilitas 0,001 <

0,05, maka regresi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping
keras (karst) terhadap kuat tekan batako berlubang memiliki keberartian.
b. Pengujian Linieritas berat jenis
Uji ini dilakukan untuk menguji persamaan garis regresi apakah berasal dari
data yang linier. Dengan melihat grafik dari Curve Estimation pada lampiran dapat
diketahui data tersebut linear atau tidak. Dari grafik yang ditampilkan menunjukkan
bahwa data membentuk garis linear dan menunjukkan nilai yang semakin meningkat.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa data tersebut linear, maka model regresi
linier diterima. Dari hasil pengujian keberartian regresi didapatkan nilai Fhitung sebesar
11,31, sedangkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5 % dengan db

(1;8)

adalah 1,86.

Hasilnya 11,31 > 1,86 dengan nilai probabilitas 0,003 < 0,05, maka regresi
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst)
terhadap kuat tekan batako berlubang memiliki keberartian.
C.
1.

Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggantian


sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan
batako berlubang akan di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus
dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan Curve Estimation model Qubic diperoleh persamaan regresinya regresi Y = 0,841X + 6, 378
Kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah sebagai
berikut: Jika probabilitas > 0,025, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak
ada pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras

59

(karst) terhadap kuat tekan batako berlubang diterima, tetapi apabila probabilitas <
0,025 maka hipotesis nol ditolak. Terlihat bahwa pada kolom sig/significance adalah
0,002 atau probabilitas dibawah 0,025 maka Ho ditolak, atau koefisien regresi
significance atau variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
benar benar berpengaruh secara significance terhadap kuat tekan.
2.

Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif penggantian


sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap berat jenis
batako berlubang akan di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus
dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan Curve Estimation model Qubic diperoleh persamaan regresi Y = - 20,2X +
743,7
Kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah sebagai
berikut: Jika probabilitas > 0,025, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak
ada pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) terhadap berta jenis batako berlubang diterima, tetapi apabila probabilitas <
0,025 maka hipotesis nol ditolak. Terlihat bahwa pada kolom sig/significance adalah
0,002 atau probabilitas dibawah 0,025 maka Ho ditolak, atau koefisien regresi
significance atau variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
benar benar berpengaruh secara significance terhadap berat jenis.
3.

Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada prosentase optimal tertentu


penggantian sebagian agregat halus pasir dengan serbuk batu gamping keras (karst)
untuk mencapai kuat tekan batako berlubang maksimal pada umur 28 hari. Untuk
membuktikan hipotesis tersebut akan diuji dengan mendeferensialkan garis regresi
Curve Estimation model Qubic: Y = -0,841X + 6, 378

60

Dari perhitungan kuat tekan diketahui bahwa kuat tekan maksimum terdapat
di varian I yang menggunakan karst sbagai bahan pengganti agregat halus sebesar 0,7
kg.
Y = -0,841X + 6, 378
Y = -0,841(0,7) + 6,378
Y = 5,79
Dari grafik perhitungan kuat tekan, diketahui kuat tekan yang maksimum
sebesar 5,79 Mpa dengan nilai R2 0,7409 yang artinya penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh sebesar 74,09%, sedang
25,91% dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) untuk
mencapai kuat tekan maksimum sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps
: 1 Ks : 0,5 W).
4. Uji Hipotesis Keempat

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada prosentase minimal tertentu


penggantian sebagian agregat halus pasir dengan serbuk batu gamping keras (karst)
untuk mencapai berat jenis batako berlubang maksimal pada umur 28 hari. Untuk
membuktikan hipotesis tersebut akan diuji dengan mendeferensialkan garis regresi
Curve Estimation model Qubic: Y = - 20,2X + 743,7
Dari perhitungan berat jenis diketahui bahwa berat jenis minimum terdapat
di varian V yang menggunakan karst sbagai bahan pengganti agregat halus sebesar
2,8 kg.
Y = -20,2X + 743,7
Y = - 20,2.2,8 + 743,7
Y = 687
Dari grafik perhitungan berat jenis, diketahui berat jenis yang minimum
sebesar 687 kg/m3 dengan nilai R2 0,7573 yang artinya penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh sebesar 75,73%, sedang

61

24,27% dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) untuk
mencapai berat jenis minimum sebesar 687 kg/m3 terdapat pada variasi 18 (1 Pc : 3Ps
: 4 Ks : 0,5 W).
D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1.

Pengaruh Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk batu


gamping keras (karst) Terhadap Kuat Tekan Batako Berlubang

Hasil pengujian hipotesis pertama dengan analisis regresi Curve Estimation


dengan model Qubic dapat diketahui penggantian sebagian agregat halus dengan
serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh terhadap kuat tekan batako berlubang
R2 sebesar 0,7409 yang artinya penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk
batu gamping keras (karst) berpengaruh sebesar 74,09%, sedang 25,91% dipengaruhi
oleh faktor lain. Setelah mendapatkan data yang diperoleh melalui pengujian kuat
tekan beton terhadap benda uji batako berlubang dengan penggantian sebagian
agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dapat diketahui antara
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dengan
kuat tekan batako berlubang menunjukkan nilai kuat tekan yang variatif. Adapun nilai
kuat tekan batako berlubang untuk setiap variasi adalah sebagai berikut:
a.

Batako sampel I tanpa penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu
gamping keras (karst) mempunyai kuat tekan rata rata 5,05 Mpa

b.

Batako sampel II dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W


mempunyai kuat tekan rata-rata 5,09 MPa.

c.

Batako sampel III dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 5 Ps :2 Ks : 0,5 W


mempunyai kuat tekan rata-rata 3,67 Mpa.

d.

Batako sampel IV dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 4 Ps : 3 Ks : 0,5 W


mempunyai kuat tekan rata-rata 2,19 Mpa

62

e.

Batako sampel V dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W


mempunyai kuat tekan rata-rata 2,78 MPa
Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat pada sampel II mengalami

peninggkatan, sedangkan pada sampel III mengalami penurunan. Pada sampel IV


terjadi penurunan, kemudian pada sampel V terjadi peningkatan terhadap sampel IV.
Hal ini disebabkan dalam pencetakan batako mengalami kesulitan, karena semakin
banyak penggunaan serbuk karst maka semakin sulit pula dalam mencetak batako.
Daya rekat campuran batako menjadi berkurang, karena serbuk karst mempunyai sifat
lembek. Sehingga dalam pelepasan cetakan seringnya rubuh pada bagian tepi batako
dan gagal untuk mencapai bentuk batako sesuai dengan cetakan, sehingga pencetakan
ulang harus dilakukan. Dengan permasalahan tersebut, hasil dari uji kuat tekan
didapatkan hasil yang variatif.
Berdasar pada percobaan pendahuluan yang dilakukan dengan cara membuat
mortar dengan penambahan limbah karst dengan variasi tertentu. Kemudian mortar
tersebut dicetak dengan cetakan jely berdiameter 5 cm dan di keluarkan dari
cetakanya setelah mortar berumur 24 jam. Dan hasilnya yaitu :
a.

Sampel A = 7 limbah karst : 1 semen, hasilnya lembek dan setelah direndam


dengan air sampel A menjadi sangat mudah dihancurkan.

b.

Sampel B = 7 pasir : 1 limbah karst, hasilnya mortar tidak memadat, hancur.

c.

Sampel C = 3,5 pasir : 3,5 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat,
kuat, dan setelah direndam dengan air, mortar tetap kuat.

d.

Sampel D = 6 pasir : 1 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat, setelah


direndam dengan air mortar tetap kuat.

e.

Sampel E = 7 pasir : 1 semen, hasilnya sedikit rapuh. Lebih kuat sampel C dan
sampel D.

Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian akhir yang dilakukan memiliki nilai hasil
yang tidak jauh berbeda dengan percobaan pendahuluan.

63

2. Pengaruh Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk batu


gamping keras (karst) Terhadap Berat Jenis Batako

Hasil pengujian hipotesis pertama dengan analisis regresi Curve Estimation


dengan model Qubic dapat diketahui penggantian sebagian agregat halus dengan
serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh terhadap berat jenis batako berlubang
R2 sebesar 0,7573 yang artinya penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk
batu gamping keras (karst) berpengaruh sebesar 75,73%, sedang 24,27% dipengaruhi
oleh faktor lain. Setelah mendapatkan data yang diperoleh melalui pengujian berat
jenis beton terhadap benda uji batako berlubang dengan penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dapat diketahui antara penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap berat jenis
batako berlubang menunjukkan nilai berat jenis yang variatif. Adapun nilai berat
jeniss batako berlubang untuk setiap variasi adalah sebagai berikut:
a.

Batako sampel I tanpa penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu
gamping keras (karst) mempunyai berat jenis rata rata 705 gr/cm3.

b.

Batako sampel II dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W


mempunyai berat jenis rata-rata 723 gr/cm3

c.

Batako sampel III dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 5 Ps :2 Ks : 0,5 W


mempunyai berat jenis rata-rata 673 gr/cm3

d.

Batako sampel IV dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 4 Ps : 3 Ks : 0,5 W


mempunyai berat jenis rata-rata 660 gr/cm3

e.

Batako sampel V dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W


mempunyai berat jenis rata-rata 660 gr/cm3
Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat pada sampel II mengalami

penurunan, sedangkan pada sampel III mengalami penurunan. Pada sampel IV terjadi
penurunan, kemudian pada sampel V terjadi penurunan. Hal ini disebabkan karena
pada dasarnya sebuk batu gamping keras (karst) mempunyai berat jenis yang relatif
lebih kecil daripada agregat halus (pasir).

64

3. Kuat Tekan Maksimal

Hasil pengujian hipotesis ketiga memperoleh hasil bahwa kuat tekan batako
yang maksimum sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W).
Dari perhitungan hipotesis ketiga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variasi
optimum penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) dari 20 buah sampel adalah variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W), pada variasi
tersebut akan dicapai kuat tekan beton maksimum sebesar 5,79 Mpa dan mengalami
penurunan pada variasi penggunaan serbuk batu gamping keras (karst) yang lain.
Pada dasarnya karst adalah batuan yang ber berat jenis rendah, lebih rendah
daripada pasir. Karst tersusun dari H2CO3 yang bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium karbonat (CaCO3). Sifatnya ringan ,mudah hancur, dan mudah larut oleh air.
Hasil pengujian menunjukan bahwa kuat tekan batako yang maksimum
sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W), yakni di varian
yang tidak menggunakan karst sebanyak 0,7 kg. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik
karst yang sangat halus yang mampu mengisi rongga rongga antara agregat halus
sehingga menghasilkan batako yang padat dan berkekuatan maksimal. Tetapi kuat
tekan kemudian mengalami penurunan pada variasi penggantian agregat halus dengan
serbuk karst selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh rendahnya berat jenis karst.
Lagipula karst adalah material yng bersifat lunak dan mudah luruh oleh air.
4. Berat Jenis Minimal

Hasil pengujian hipotesis keempat memperoleh hasil bahwa berat jenis


batako yang minimum sebesar 687 kg/m3 terdapat pada variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks :
0,5 W). Dari perhitungan hipotesis keempat dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
variasi optimum penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping
keras (karst) dari 20 buah sampel adalah variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W), pada
variasi tersebut akan dicapai berat jenis beton minimum sebesar 687 kg/m3 dan
mengalami peningkatan pada variasi penggunaan serbuk batu gamping keras (karst)
yang lain.

65

Pada dasarnya karst adalah batuan yang ber berat jenis rendah, lebih rendah
daripada agregat halus pasir. Karst tersusun dari H2CO3 yang bereaksi dengan
kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3). Sifatnya ringan ,mudah hancur, dan
mudah larut oleh air.
Hasil pengujian menunjukan bahwa berat jenis batako yang minimum adalah
687 kg/m3 terdapat pada variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W) yakni di varian yang
menggunakan karst sebanyak 2,8 kg. Hal itu desebabkan karena karst mempunyai
sifat yang ringan, semakin banyak penggunaan karst sebagai bahan pengganti agregat
halus dalam pembuatan batako akan mengakibatkan semakin ringan berat batako itu
sendiri.

66

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Ada pengaruh negatif variasi penggantian sebagian agregat halus pasir dengan
serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan batako berlubang. Dimana
dapat dilihat pada hasil analisis regresi dengan Curve Estimation model Qubic
diperoleh nilai probabilitas < 0,025 (0,002 < 0,025) pada taraf signifikansi 5%.
Pengaruh yang terjadi bersifat negatif, dimana penggantian sebagian agregat halus
pasir dengan serbuk batu gamping keras (karst) akan mengakibatkan penurunan
kuat tekan batako.
2. Ada pengaruh negatif variasi penggantian sebagian agregat halus pasir dengan
serbuk batu gamping keras (karst) terhadap berat jenis batako berlubang. Dimana
dapat dilihat pada hasil analisis regresi dengan Curve Estimation model Qubic
diperoleh nilai probabilitas < 0,025 (0,002 < 0,025) pada taraf signifikansi 5%.
Pengaruh yang terjadi bersifat negatif, dimana penggantian sebagian agregat halus
pasir dengan serbuk batu gamping keras (karst) akan mengakibatkan penurunan
berat jenis batako.
3. Kuat tekan maksimum yang diperoleh dari analisis regresi Curve Estimation
model Qubic sebesar 5,79 Mpa dengan variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W). Dari
berbagai variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping
keras (karst) yang digunakan pada penelitian ini kuat tekan sudah memenuhi
syarat Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes) menurut
Dobrowolski (1998) yakni 0,35 6,9 MPa.
66

67

4. Pada hasil uji berat jenis menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan
serbuk karst, mengakibatkan semakin kecilnya nilai berat jenis. Dari berbagai
variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) yang digunakan pada penelitian ini berat jenis sudah memenuhi syarat
Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes) menurut Dobrowolski
(1998) yakni 240 800 gr/m3 . Hal tersebut dibuktikan dimana besarnya berat
jenis batako yang minimal adalah variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W dengan
nilai berat jenis sebesar 687 kg/m3.

B. Implikasi

Dilihat dari hasil penelitian tentang kuat tekan batako berlubang variasi
penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst), maka
implikasi dapat yang diberikan adalah sebagi berikut:
1. Penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst)
terhadap batako berlubang mempunyai kuat tekan maksimal 5,79 Mpa yang
masih memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes)
menurut Dobrowolski (1998) yakni 0,35 6,9 MPa. Sehingga batako berlubang
dengan variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping
keras (karst), dapat digunakan sebagai konstruksi dinding pada sebuah bangunan.
2. Berat jenis batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus
dengan serbuk batu gamping keras (karst), mempunyai nilai berat jenis minimal
687 kg/m3 yang masih memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (LowDensity concretes) menurut Dobrowolski (1998) yakni 240 800 gr/cm3.
Sehingga batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus
dengan serbuk batu gamping keras (karst), dapat digunakan sebagai konstruksi
dinding pada sebuah bangunan

68

3. Inovasi batako berlubang dengan variasi penggantian sebagian agregat halus


dengan serbuk batu gamping keras (karst) dapat di sebut dengan BATAKO
KARST (bata dengan tambahan karst).
4. Variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) pada batako belubang bepengaruh negatif terhadap kuat tekan batako.
5. Variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) pada batako belubang bepengaruh negatif terhadap berat jenis batako.
C. Saran saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian dimuka, maka dapat


dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Penambahan serbuk karst dapat dilakukan pada semua tipe varian karena
memenuhi syarat Beton dengan berat jenis rendah (Low-Density concretes)
menurut Dobrowolski (1998) yakni 0,35 6,9 Mpa, tetapi kekuatan maksimal
yang didapat adalah pada varian 2 (1Pc : 6 Ps : 1 Ks) yakni 5,79 Mpa.
2. Penggunaan batako berlubang variasi penggantian sebagian agregat halus dengan
sebuk batu gamping keras (karst) hendaknya diperkenalkan kepada masyarakat
karena dapat mengurangi limbah dibidang industri kerajinan batu alam.
3. Perlu adanya pengembangan penelitian lebih lanjut untuk bahan pengganti selain
serbuk karst pada batako sehingga dihasilkan kuat tekan batako yang lebih baik.
4. Perlu adanya penelitian lanjutan pemanfaatan limbah serbuk batu gamping keras
(karst) guna mengurangi limbah batu alam yang semakin mencemari lahan
pertanian.

69

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1990. Tata Cara Pencampuran Adukan Beton (SK SNI-T-15-1990-03).


Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan: Jakarta.
Anonim. 1990. Tata Cara Pengujian Kuat Tekan Beton (SK SNI M-14 1989-F).
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan: Jakarta
Anonim. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan
Gedung (SK SNI-T-15-1991-03). Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan: Jakarta.
Anonim. 1989. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
Logam), SK SNI S-04 1989- F, Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan
LPMB, Bandung.
Anonim. 1991. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SK SNI 032834-2002, Yayasan LPMB, Bandung.
Badan Standar Nasional (BSN). 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03- 03491989 Batu Cetak Beton (Concrete Block). Jakarta: DPU
Badan Standar Nasional (BSN). 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 03491989 Bata Beton Pejal. Jakarta: DPU
Badan Standar Nasional (BSN). 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03- 03491989 Bata Beton untuk Pasangan Dinding. Jakarta: DPU

70

Badan Standar Nasional (BSN). 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03- 21132000 Bata Trass Kapur Untuk Pasangan Dinding. Jakarta: DPU
Batam pos, 2008. Palm Beach Habis Terjual.( http://batampos.co.id/Pro Bisnis/Pro
Bisnis/Palm Beach Habis Terjual.html).
Dian Rosyida, Mefry. 2008. Pengaruh Penambahan Tras Muria Pada Bata Beton
Berlubang Ditinjau Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air. Skripsi jurusan
teknik sipil universitas negeri semarang: semarang.
DD, Agus, 2008, Keuntungan Danm Kerugian Batako, DD Agus, Semarang .
(http://jakartacity.olx.co.id/pandu-bintang-selaras-iid-16281337)
L.J. Murdock dan K.M. Brook. 1986. Bahan dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Neville, A.M. and Brooks, J.J., 1987, Concrete Technology, First Edition, Longman
Scientific & Technical, England.
Satyarno, I., Sambodo, A.I., Andriyani, F., Napitipulu, B.A., Sianturi., M.M, dan ,
2004. Penggunaan Styrofoam untuk Beton Ringan Dengan Kandungan
Semen: 300 kg/m3, Semen: 350 kg/m3, Semen: 400 kg/m3, Semen: 450kg/m3
Laporan Penelitian QUE Project, Jurusan Teknik Sipil FakultasTeknik
UGM.
Santoso singgih, 2001. SPSS Versi 10. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. Prof. DR, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri: Yogyakarta.

71

Triwulan, dkk. 2004. Limbah Industri Tingkatkan Daya Kuat Tekan Beton.
(http//:kapanlagi.com./limbah industri.htm)l. (diakses tanggal 27 Februari
2007).
Wancik, Ahmad, dkk. 2007. Batako Styrofoam Komposit Mortar Semen. Jurusan
Teknik Sipil Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. , dkk.
Wijanarko, Wisnu. 2008. Analisis penambahan jerami padi Dalam Bentuk Block
Atau Kotak Sebagai Bahan Pengisi Batako berlubang . Skripsi Jurusan
Pendidikan Teknik Kejuruan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

72

LAMPIRAN
PEMERIKSAAN UJI BAHAN ( AGREGAT HALUS)
1. Kadar Lumpur Pasir

Data hasil percobaan


Berat cawan

= 74,3 gr

Pasir sebelum dicuci kering oven (A)

= 100 gr

Pasir setelah dicuci kering oven (B)

= 95,5 gr

Kadar Lumpur
Dimana : A

A B
x100%
A

= Berat pasir kering oven sebelum dicuci (gram)

= Berat pasir kering oven setelah dicuci (garm)


100 95,5
A B
x100% =
x100%
A
100
= 4,5 % (syarat agregat halus adalah < 5 % )

Kadar lumpur =

2. Kadar Zat Organik

Data hasil percobaan :


Tabel 9. Pengaruh Kandungan Zat Organik Terhadap Prosentase Penurunan Beton.
Warna

Jernih

Penurunan Kekuatan (%)

Kuning Muda

0 10

Kuning Kemerahan

10 20

Kuning Tua

20 30

Coklat Kemerahan

30 50

Coklat Tua

50 - 100

( Sumber : Prof. Dr. Rooseno, 1994 )


Berat pasir : 130 gram
Larutan yang ada diatas pasir berwarna = Kuning Kemerahan

73

3. Specific Gravity

Data hasil percobaan :


pasir yang telah di oven didiamkan sampai mencapai suhu kamar kemudian
ditimbang
(a) = 468,9 gram.
Volumetrik flash yang telah kosong dan bersih diisi air sampai penuh dan
ditimbang
(b) = 699,6 gram.
Setelah 24 jam, volumetrik flash yang berisi pasir tersebut ditimbang
(c) = 994,6 gram.
Analisis data :
Bulk specific grafity :

468,9
a
=
699,6 + (500 994,6)
b + (500 c)
= 1,544

Bulk specific grafity SSD :

500
b + (500 c)

500
699,6 + (500 994,6)

= 1,690
Apparent specific grafity

a
b (a + c)

468,9
699,6 ( 468,9 + 994,6)

= 1,809
Absorbtion :

500 468,9
500 a
x100% = 9,481 %
x100% =
a
468,9

Dari percobaan pengujian specific grafity dalam pasir, maka dapat diperoleh
kesimpulan :
Bulk specific grafity

: 1,544

Bulk specific grafity SSD : 1,690


Apparent specific grafity

: 1,809

74

Absorbtion

: 9,481 %

4. Gradasi

Data Hasil Percobaan :


Tabel 10. Hasil Pengujian Material Beton Melalui Ayakan
Berat
Lolos
(%)

ASTM

KomulatIf
berat
tertinggal
(gr)
0

100,00

100

Komulatif
berat
tertinggal
(%)
0

163,0

5,48

163,00

94,52

90-100

5,48

2,36

172,0

5,78

335

88,71

85-100

11,26

1,18

315,2

10,58

650,2

78,13

75-100

21,84

0,60

400,0

13,44

1014,2

65,91

60-79

35,28

0,35

1691,6

56,62

2705,8

9,08

0-10

91,9

0,212

199,7

5,7

2905,5

2,37

0-10

97,6

Pan
JUMLAH

70,6
2976,1

2,4
100

2976,1

100

No

Diameter
ayakan
(mm)

Berat
tertinggal
(gr)

Berat
tertinggal
(%)

9,50

4,75

363,36

Berat pasir awal

= 3000 gram

Berat pasir setelah diayak

= 2976,1 gram

Berat pasir yang hilang

= Berat awal Berat setelah diayak


= 3000 - 2976,1
= 23,9 gram

Prosentase Kehilangan Berat = (Berat awal Berat setelah diayak)x 100%


Berat pasir awal
= 23,9 x 100% = 0,79%(kurang dari 1%)
3000
Modulus Kehalusan

C 363,36
=
= 3,634
B
100

75

Tabel 11. Batas batas Gradasi Agregat Halus


Persen berat butir yang lewat ayakan jenis agregat halus
Lubang
Ayakan

Daerah I

Daerah II

Daerah III

Daerah IV

(mm)

(kasar) %

(agak kasar) %

(agak Halus) %

(halus) %

9,50

100

100

100

100

4,75

90-100

95-100

90-100

95-100

2,36

60-95

85-100

85-100

95-100

1,18

30-75

50-85

75-100

90-100

0,60

15-34

26-60

60-79

80-100

0,35

5-20

2-10

0-10

0-15

0,15

0-10

0-10

0-10

0-15

Gambar 10. Grafik Kehalusan Gradasi Pasir

grafik gradasi pasir

% berat tertinggal

120
Series1

100

Series2

80

Series3

60

Series4

40

Series5
Series6

20

Series7

0
1

diameter lubang ayakan

Keterangan :
: Garis gradasi pasir yang digunakan

Series8
Series9

76

5. Kadar Air

Data hasil percobaan


Berat cawan

= 13,9 gr

Berat pasir awal

= 100 gr

Berat pasir sesudah dioven

= 97,4 gr

Kadar Air =
=

( Berat. pasir.awal Berat. pasir .sesudah.dioven)


x100%
Berat. pasir.awal
(100 97,4)
x100 %
100

= 2,7 %

77

PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN


Tabel 12. Kebutuhan Pasir, Semen Karst Batako Tanpa Lubang
Lebar
Tinggi
Panjang
Volume
Jumlah
Vol. total

(m3)

(m)

(m)

(m)

tanpa lubang

0,09

0,12

0,355

3,834 x 10-3

0,01534

0,09

0,12

0,355

3,834 x 10-3

0,01534

0,09

0,12

0,355

3,834 x 10-3

0,01534

0,09

0,12

0,355

3,834 x 10-3

0,01534

0,09

0,12

0,355

3,834 x 10-3

0,01534

Volume pasir, semen, karst tanpa lubang


Tabel 13. Volume Lubang Batako
Diameter Tinggi Luas
Volume
(m)

(m)

alas

lubang

0,0767

Jumlah

Jumlah

Vol. total

lubang

batako

lubang
(m3)

(xr2)
0,06

0,1

0,0113

1,131 x 10-3

0,0136

0,06

0,1

0,0113

1,131 x 10-3

0,0136

0,06

0,1

0,0113

1,131 x 10-3

0,0136

0,06

0,1

0,0113

1,131 x 10-3

0,0136

0,0113

-3

0,0136

0,06

0,1

1,131 x 10

Volume seluruh lubang


Kebutuhan semen, pasir, dan karst

= vol. kbtuhan ps,pc,ks vol. lubang


= 0,0767 0,0679
= 0,0088 m3

Kebutuhan bahan 1 m3
Persamaan yang digunakan =
xPc xPs xW
+
+
+ 0,01V = 1
bjPc bjPs bjW

0,0679

78

1Ps 7 Ps 0,5Ps
+
+
+ 0,01Ps = 1
3,25 2,3
1
2,3Ps + 22,75Ps + 3,7375Ps + 0,07475Ps
=1
7,475
28,86225 Ps

= 7,475

Ps

Ps

= 0,258988817 ton

Ps

= 258,99 kg

7,475
28,86225

Kebutuhan pasir ,semen, dan karst sebenarnya:


1
0,0088
=
Ps
258,99
Ps

= 2,28 kg

Sehingga kebutuhan bahan total adalah :


Semen (Pc)

= 1 x 2,28

= 2,28 Kg

Pasir (Ps) dan karst (ks)

= 7 x 2,28

= 15,96 Kg

Air (w)

= 0,5 x 2,28

= 1,14 Kg

Kebutuhan bahan total

= 19,38 Kg

Tabel 14. Kebutuhan Bahan Untuk Batako Berlubang Tiap Sampel


Lebar

Tinggi

Panjang

(m)

(m)

(m)

0,09

0,12

0,355

Volume (m)

Vol. lubang

Vol. Total (m3)

3,834 x 10-

1,131 x 10-3

0,002703

Kebutuhan bahan sebenarnya


1
0,002703
=
Ps
258,99
Ps

= 0,7 kg

Sehingga kebutuhan bahan untuk batako berlubang


a. Sampel I (1 Pc : 7 Ps : 0,5 W)
Semen (Pc)

= 1 x 0,7 kg

= 0,7 kg

79

Pasir (ps)

= 7 x 0,7 kg

= 4,9 kg

Air (w)

= 0,5 x 0,7 kg = 0,35 kg

= 350 cc
b. Sampel II (1Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W)
Semen (Pc)
= 1 x 0,7 kg = 0,7 kg
Pasir (ps)

= 6 x 0,7 kg

= 4,2 kg

Karst (ks)

= 1 x 0,7

= 0,7 kg

Air (w)

= 0,5 x 0,7 kg = 0,35 kg


= 350 cc
c. Sampel III (1 Pc : 5 Ps : 2 Ks : 0,5 w)
Semen (Pc)
= 1 x 0,7 kg = 0,7 kg
Pasir (ps)

= 5 x 0,7 kg

= 3,5 kg

Karst (ks)

= 2 x 0,7

= 1,4 kg

Air (w)

= 0,5 x 0,7 kg = 0,35 kg


= 350 cc

d. Sampel IV (1Pc : 4 Ps : 3 Ks : 0,5w)


Semen (Pc)
= 1 x 0,7 kg = 0,7 kg
Pasir (ps)

= 4 x 0,7 kg

= 2,8 kg

Karst (ks)

= 3 x 0,7

= 2,1 kg

Air (w)

= 0,5 x 0,7 kg = 0,35 kg


= 350 cc

e. Sampel V (1Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W)


Semen (Pc)
= 1 x 0,7 kg = 0,7 kg
Pasir (ps)

= 3 x 0,7 kg

= 2,1 kg

Karst (ks)

= 4 x 0,7

= 2,8 kg

Air (w)

= 0,5 x 0,7 kg = 0,35 kg


= 350 cc

80

PERBANDINGAN HARGA BAHAN PEMBUATAN 100 BIJI BATAKO


A. BATAKO TANPA KARST
Komponen
Alat dan Bahan
Pasir
Semen

Vol (m3)
0,77
0,11

Harga (Satuan)
300.000,00
750.000,00
Jumlah

B. BATAKO DENGAN KARST


Komponen
Alat dan Bahan
Pasir
Karst
Semen

Vol (m3)
0,66
0,11
0,11

Harga (Satuan)
300.000,00
100.000,00
750.000,00
Jumlah

Jumlah (Rp)
231.000,00
82.500,00
313.500,00

Jumlah
198.000,00
11.000,00
82.500,00
291.500,00

81

PERHITUNGAN HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN BERAT JENIS


BATAKO

= 9x35,5 cm2

Luas Penampang Batako

= 319,5 cm2 = 31950 mm2


perhitungan kuat tekan dapat dirumuskan sebagai berikut;
kuat Tekan (fc)
Dimana; P

P1 P 2
A

= beban maksimum

= Luas Permukaan

Contoh perhitungan;
Di ketahui batako berlubang mempunyai beban 500 KN, dengan luas penampang
batako : 200 cm2. berapakah kuat tekan batako?
Penyelesaian :
Di ket P : 500KN
A : 200 cm2 = 20.000 mm2
Ditanya fc = ....?
Jawab = fc =
=

P
A
500
20.000

= 0,0025 N/mm2
= 0,0025 Mpa.
Tabel 15. Data Hasil Uji Kuat Tekan Dan Berat Jenis Batako Berlubang
Var

Peb.
Campuran
(Pc:Ps:Ks)

Vol.
karst
(gr)

Umur
(hari)

Berat
batako
(gr)

Berat
jenis
(gr/cm3)

Bj.
rera
ta

Beb.
maks
(KN)

Beb.
Plat
(Kg)

1:7:0

700

6412,9
6065,2
6139,7
6197,0
6116,8

729
689
698
704
695

705

1:6:1

28
28
28
28
28

220
165
155
105
140

3,37
3,37
3,37
3,37
3,37

723

Kuat
tekan
Mpa(
N/m
m2)
6,89
5,17
4,85
3,29
4,38

Fc
ratarata
(Mpa)
5,05

5,09

82

II
1:5:2

1400

1:4 :3

2100

1:3:4

2800

28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28

III

IV

6609,3
6662,7
6066,1
5784,2
5740,8
5871,5
6292,5
5785,5
5797,8
5606,2
5729,2
5595,7
6041,2
5578,8
5976,5

751
757
689
657
652
667
715
657
689
637
651
636
687
634
679

673

660

660

195
185
130
185
55
50
180
55
80
50
95
50
140
55
110

3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37
3,37

6,1
5,79
4,07
5,79
1,72
1,57
5,63
1,72
2,5
1,57
2,97
1,57
4,38
1,72
3,44

3,67

2,19

2,78

Gambar 11. Grafik Kuat Tekan Batako Berlubang


GRAFIK KUAT TEKAN BATAKO

kuat tekan (Mpa)

6
5.09

5
4

3.67

2.78

y = -0.841x + 6.376
2.19
R2 = 0.7409

2
1
0
0

3
varian batako

Gambar 12. Grafik Berat Jenis Batako Berlubang

83

grafik berat jenis batako

berat jenis (gr/cm3)

740
723

720
700

Series1

680

Linear (Series1)

673
y = -20.2x +660
749.7
R2 = 0.7573

660
640
0

660

varian batako

Tabel 13. Persyaratan Mutu Batako


Mutu

Kuat Tekan (N/mm2)

Penyerapan Air Max (%)

I
II
III
IV

6,5
4,5
3,0
1,7

25
35
-

Sumber : Pesyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia.Bandung 1982.hal.27-28

Tabel 14. Syarat-syarat Fisis Bata Beton/Batako


Tingkat mutu bata
Syarat syarat fisis
Satuan Tingkat mutu bata
beton pejal
beton berlubang
I
II
III IV
I
II
III
IV
3. Kuat Tekan Bruto1 Kg/cm 100 70 40 25 70 50
35
20
ratarata min.
4. Kuat Tekan Bruto Kg/cm 90
65 35 21 65 45
30
17
masingmasing
benda uji.
3. Penyerapan air rata- %
25
35
--25 35
--rata, maks.
Sumber : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (1982: 10-12)

84

Tabel 15. Pembagian Beton Menurut Penggunaan dan Persyaratannya


Pustaka

Jenis beton ringan

Dobrowolski
(1998)

Beton dengan berat jenis


rendah
(Low-Density concretes)
Beton dengan kekuatan
menegah
(Moderate-Trength
Lighweight Concrete)
Beton ringan struktur
(Structural Lightweight
Concretes)
Beton ringan struktur
(Structural Lightweight
Concretes)
Beton ringan untuk
pasangan batu (Masonry
Concrete)
Beton ringan penahan panas
(Insulating Concrete)

Neville and
Brooks (1987)

Berat jenis
(gr/cm3)
240 800

Kuat tekan
(MPa)
0,35 6,9

800 1440

6,9 17,3

1440 1900

> 17,3

1400 1800

> 17

500 800

7 14

< 800

0,7 7

85

UJI PRASYARAT ANALIS


1. Uji Normalitas Shapiro_Wilk

a.

Hasil Pengujian Normalitas Kuat Tekan Dengan Metode Shapiro_Wilk

Table 16. Descriptive Statistics kuat tekan batako


Mean

Std. Deviation

kuat tekan batako

3.7525

1.78372

20

variasi penggunaan karst

1400.0000

1015.66675

20

Tabel 17. Tests of Normality


variasi

penggunaan

karst

kuatekan batako

Shapiro-Wilk
Statistic

df

Sig.

.00

.976

.879

700.00

.869

.296

1400.00

.766

.054

2100.00

.913

.499

2800.00

.882

.348

Analisis:

Hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
a. jika probabilitas > 0,05 ;maka Ho diterima
b. jika probabilitas < 0,05 ;maka Ho ditolak
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig/asymptotic significane atau
probabilitas diatas 0,05 (Sig. > 0,05). Maka Ho diterima, atau distribusi penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk karst adalah normal.

86

b. Hasil Pengujian Normalitas Berat Jenis Dengan Metode Shapiro_Wilk


Tabel 18. Descriptive Statistics Berat Jenis Batako
berat jenis batako
variasi penggunaan karst

Mean
.6850

Std. Deviation
.03620

1400.0000

1015.66675

N
20
20

Tabel 19. Tests of Normality


variasi penggunaan
karst
berat jenis batako

.00

Shapiro-Wilk
Statistic
.926

df
4

Sig.
.572

700.00

.799

.100

1400.00

.887

.369

2100.00

.927

.577

2800.00

.882

.348

Analisis:

Hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
a. jika probabilitas > 0,05 ;maka Ho diterima
b. jika probabilitas < 0,05 ;maka Ho ditolak
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig/asymptotic significane dua sisi
adalah diatas 0,05 (Sig. > 0,05). Maka Ho diterima, atau distribusi penggantian
sebagian agregat halus dengan dserbuk karst adalah normal.

87

2. Uji Kelinieran Regresi

a. Hasil Pengujian Linieritas Kuat Tekan dengan Metode Curve EstimationModel


Linear.
Tabel 20. Hasil Pengujian Linieritas Kuat Tekan
MODEL:

MOD_2.

Independent: VAR.KS
Dependent Mth

Rsq

d.f.

Sigf

KUATEKAN LIN

.367

18

10.41

.005

b0

b1

5.2410

-.0011

Gambar 13. Grafik Curve Fit Hubungan Penggantian Sebagian Agregat Halus dengan
serbuk karst Terhadap Kuat Tekan Batako berlubang
Linearitas of Regr Stda Residual
Dependent Var: kuat tekan batako
1.00

18.00
9.00
12.00
1.00
6.00
7.00
20.00

Expected Cum Prob

.75

16.00
2.00
5.00

.50

3.00
8.00
14.00
19.00
17.00
.25

13.00
15.00
4.00
10.00
11.00

0.00
0.00

.25

.50

.75

1.00

Observed Cum Prob

Dari grafik yang ditampilkan menunjukkan bahwa data membentuk garis


linear dan menunjukkan nilai yang semakin meningkat, pada tabel coefficients
diperoleh nilai thitung variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
yang positif (10,41). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa data tersebut linear,
maka model regresi linier diterima.
b. Hasil Pengujian Linieritas Berat Jenis dengan Metode Curve Estimation Model
Linear

88

Tabel 21. Hasil Pengujian Linieritas Berat Jenis


MODEL:

MOD_1.

Independent: VAR.KS
Dependent Mth
BJ

LIN

Rsq

d.f.

Sigf

.386

18

11.31

.003

b0

b1

.7160 -2.E-05

Linear of Regression Std Residual


Dependent Variable: bj batako
6.00
18.00
12.00

1.00

20.00
14.00

Expected Cum Prob

.75

1.00

5.00

.50

13.00
8.00
17.00
11.00
3.00
4.00
16.00
.25
19.00
9.00
2.00
15.00
10.00
0.00
0.00

.25

.50

.75

1.00

Observed Cum Prob

Dari grafik yang ditampilkan menunjukkan bahwa data membentuk garis


linear dan menunjukkan nilai yang semakin meningkat, pada tabel coefficients
diperoleh nilai thitung variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
yang positif (11,31). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa data tersebut linear,
maka model regresi linier diterima.

89

3. Uji Hipotesis
a. Uji Regresi Kuat Tekan dengan metode Curve Estimation model Qubic

Tabel 22. Descriptive Statistics Kuat Tekan Batako


kuat tekan batako
variasi penggunaan karst

Mean
3.7525

Std. Deviation
1.78372

1400.0000

1015.66675

N
20
20

Dari tabel diatas diperoleh rata-rata kuat tekan (dengan jumlah data 20
buah) adalah 3,752 dengan standar deviasi 1.78; rata-rata variasi penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk karst adalah 1400 dengan satndar deviasi
1015,67
Tabel 23. Correlations

Pearson Correlation

kuat tekan batako


variasi penggunaan karst

Significance (1-tailed)

variasi
penggunaan
karst
-.605

-.605

1.000

.002

kuat tekan batako


variasi penggunaan karst

kuat tekan
batako
1.000

.002

kuat tekan batako

20

20

variasi penggunaan karst

20

20

Tabel 24. Model Summary(b)


Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
R
R Square
.605(a)
.367
.331
1.45860
a Predictors: (constant) variasi penggunaan karst...
b Dependent Variable: kuat tekan batako
Model
1

Dari tabel diatas memperoleh nilai nilai R2 0,7409 yang artinya penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh
sebesar 74,09%, sedang 25,91% dipengaruhi oleh faktor lain

90

Tabel 25. ANOVA(b)


Sum of
Squares

Model
1

Regressio
n
Residual
Total

df

Mean Square

22.156

22.156

38.295

18

2.128

60.452

19

Significance

10.414

.005(a)

a Predictors: (constant) variasi penggunaan karst...


b Dependent Variable: kuat tekan batako

Dari uji ANOVA atau f test, didapat Fhitung adalah 10,41 dengan tingkat

signifikansi 0,005. oleh karena probabilitas (0,005) jauh lebih dari 0,05. maka model
Qubic dapat dipakai untuk memprediksi kuat tekan batako berlubang.

Tabel 26. Coefficients(a)


Model

Unstandardized
Coefficients

(Constant)

B
5.241

variasi
penggunaan
-.001
karst
a Dependent Variable: kuat tekan batako

Standardized
Coefficients

Std. Error
.565
.000

Significance

Beta

-.605

9.278

.000

-3.227

.005

Dari tabel diatas menggambarkan persamaan regresi: Y = -0,841X + 6, 378,


dimana:
Y = Kuat tekan batako berlubang
X = Variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
Uji koefisien regresi dari variabel variasi penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk karst dapat dijabarkan sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho = koefisien regresi tidak signifikan
Ha = koefisien regresi signifikan
Berdasarkan Probabilitas
Jika probabilitas > 0,05: maka Ho diterima.
Jika probabilitas < 0,05; maka Ho ditolak.
Keputusan:

91

Terlihat bahwa pada kolom significance adalah 0,005 < 0,05; oleh karena
probabilitas (0,005) jauh lebih kecil dari 0,05; maka model regresi dapat dipakai
untuk memprediksi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst.
Tabel 27. Casewise Diagnostics(a)
sampel
batako
1.00

Standardized
Residual
1.131

kuat tekan
batako
6.89

Unstandardize
d Predicted
Value
5.2410

Unstandardize
d Residual
1.6490

2.00

-.056

5.16

5.2410

-.0810

3.00

-.268

4.85

5.2410

-.3910

4.00

-1.338

3.29

5.2410

-1.9510

5.00

-.080

4.38

4.4967

-.1167

6.00

1.099

6.10

4.4967

1.6033

7.00

.887

5.79

4.4967

1.2933

8.00

-.293

4.07

4.4967

-.4267

9.00

1.397

5.79

3.7525

2.0375

10

10.00

-1.393

1.72

3.7525

-2.0325

11

11.00

-1.503

1.56

3.7525

-2.1925

12

12.00

1.267

5.60

3.7525

1.8475

13

13.00

-.883

1.72

3.0082

-1.2882

14

14.00

-.348

2.50

3.0082

-.5082

15

15.00

-.993

1.56

3.0082

-1.4482

16

16.00

-.026

2.97

3.0082

-.0382

17

17.00

-.483

1.56

2.2640

-.7040

18

18.00

1.451

4.38

2.2640

2.1160

19

19.00

-.373

1.72

2.2640

-.5440

20

20.00

.806

3.44

2.2640

1.1760

Case Number
1

a Dependent Variable: kuat tekan batako

92

Tabel 28. Residuals Statistics(a)


Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Unstandardized Predicted
Value

2.2640

5.2410

3.7525

1.07987

20

Standardized Predicted
Value

-1.378

1.378

.000

1.000

20

Standard Error of Predicted


Value

.32615

.56491

.45098

.09932

20

Adjusted Predicted Value

1.8906

5.5853

3.7460

1.11148

20

Unstandardized Residual

-2.1925

2.1160

.0000

1.41970

20

Standardized Residual

-1.503

1.451

.000

.973

20

Studentized Residual

-1.542

1.574

.002

1.022

20

-2.3079

2.4894

.0065

1.56653

20

-1.609

1.647

.005

1.046

20

Mahalanobis Distance

.000

1.900

.950

.815

20

Cook's Distance

.000

.218

.052

.061

20

.000
a Dependent Variable: kuat tekan batako

.100

.050

.043

20

Deleted Residual
Studentized Deleted
Residual

Centered Leverage Value

b. Uji Regresi Berat Jenis dengan metode Regression

Tabel 29. Descriptive Statistics


berat jenis batako
variasi penggunaan karst

Mean
.6850

Std. Deviation
.03620

1400.0000

1015.66675

N
20
20

Dari tabel diatas diperoleh rata-rata berat jenis (dengan jumlah data 20
buah) adalah 0,685 dengan standar deviasi 0,036; rata-rata variasi penggantian
sebagian agregat halus dengan serbuk karst adalah 1400 dengan satndar deviasi
1015,67
Tabel 30. Correlations

Pearson Correlation

berat jenis batako


variasi penggunaan karst

Significance (1-tailed)

berat jenis batako


variasi penggunaan karst

berat jenis
batako
1.000

variasi
penggunaan
karst
-.621

-.621

1.000

.002

.002

berat jenis batako

20

20

variasi penggunaan karst

20

20

93

Dari tabel diatas diperoleh data besar hubungan antar variabel berat jenis
dengan variasi serbuk karst yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 1,0. hal
ini menunjukkan hubungan yang sangat erat (mendekati) di antara berat jenis dengan
variasi penambahan serbuk karst. Arah hubungan yang positif (tidak ada tanda
negatif pada angka 1,0) menunjukkan semakin besar penggunaan karst akan membuat
berat jenis cenderung menurun. Demikian pula sebaliknya.
Tabel 31. Model Summary(b)
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
R
R Square
.621(a)
.386
.352
.02915
a Predictors: (constant) variasi penggunaan karst...
b Dependent Variable: berat jenis batako
Model
1

Dari tabel diatas diperoleh angka R2 0,7573 yang artinya penggantian


sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh
sebesar 75,73%, sedang 24,27% dipengaruhi oleh faktor lain
Tabel 32. ANOVA(b)
Model
1

Sum of
Squares
Regressio
n
Residual

df

Mean Square

.010

.010

.015

18

.001

F
11.313

Significance
.003(a)

Total

.025
19
a Predictors: (constant) variasi penggunaan karst...
b Dependent Variable: berat jenis batako

Dari tabel uji Anova atau Ftest, didapat Fhitung adalah 11,3` dengan tingkat
signifikansi 0,003. oleh karena probabilitas (0,003) jauh lebih kecil dari 0,05; maka
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi penggantian sebagian agregat halus
dengan serbuk karst.

94

Tabel 33. Coefficients(a)


Model

Unstandardized
Coefficients
B

(Constant)

.716

Standardized
Coefficients

Std. Error
.011

variasi
penggunaan
-2.214E-05
karst
a Dependent Variable: berat jenis batako

.000

Significance

Beta

-.621

63.431

.000

-3.364

.003

Dari tabel diatas menggambarkan persamaan regresi: Y = - 20,2X + 743,7,


dimana:
Y = Kuat berat jenis batako berlubang
X = Variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst
Uji koefisien regresi dari variabel variasi penggantian sebagian agregat
halus dengan serbuk karst dapat dijabarkan sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho = koefisien regresi tidak signifikan
Ha = koefisien regresi signifikan
Pengambilan keputusan:
Berdasarkan Probabilitas
Jika probabilitas > 0,05; maka Ho diterima.
Jika probabilitas < 0,05; maka Ho ditolak.
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom significance adalah 0,000 < 0,05; atau
probabilitas dibawah 0,05; maka Ho ditolak. Sehingga koefisien regresi signifikan
atau variasi penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk karst berpengaruh
secara signifikan tehadap berat jenis.

95

Tabel 34. Casewise Diagnostics(a)


sampal
batako
1.00

Standardized
Residual
.480

berat jenis
batako
.73

Unstandardize
d Predicted
Value
.7160

Unstandardize
d Residual
.0140

2.00

-.892

.69

.7160

-.0260

3.00

-.549

.70

.7160

-.0160

4.00

-.549

.70

.7160

-.0160

5.00

-.017

.70

.7005

-.0005

6.00

1.698

.75

.7005

.0495

7.00

2.042

.76

.7005

.0595

8.00

-.360

.69

.7005

-.0105

Case Number
1

9.00

-.858

.66

.6850

-.0250

10

10.00

-1.201

.65

.6850

-.0350

11

11.00

-.515

.67

.6850

-.0150

12

12.00

1.201

.72

.6850

.0350

13

13.00

-.326

.66

.6695

-.0095

14

14.00

.703

.69

.6695

.0205

15

15.00

-1.012

.64

.6695

-.0295

16

16.00

-.669

.65

.6695

-.0195

17

17.00

-.480

.64

.6540

-.0140

18

18.00

1.235

.69

.6540

.0360

19

19.00

-.823

.63

.6540

-.0240

.892

.68

.6540

.0260

20

20.00
a Dependent Variable: berat jenis batako

96

Tabel 35. Residuals Statistics(a)


Minimum
Unstandardized Predicted
Value

Maximum

Mean

Std. Deviation

.6540

.7160

.6850

.02249

20

Standardized Predicted
Value

-1.378

1.378

.000

1.000

20

Standard Error of Predicted


Value

.00652

.01129

.00901

.00198

20

Adjusted Predicted Value

.6476

.7206

.6850

.02317

20

Unstandardized Residual

-.0350

.0595

.0000

.02837

20

Standardized Residual

-1.201

2.042

.000

.973

20

Studentized Residual

-1.232

2.123

-.001

1.021

20

Deleted Residual

-.0368

.0643

.0000

.03125

20

Studentized Deleted
Residual

-1.251

2.382

.023

1.063

20

Mahalanobis Distance

.000

1.900

.950

.815

20

Cook's Distance

.000

.183

.051

.052

20

Centered Leverage Value

.000

.100

.050

.043

20

a Dependent Variable: berat jenis batako

97

LAMPIRAN FOTO

98

99

100

101

102

103

Anda mungkin juga menyukai