Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

(PDP)

KELAYAKAN PENGEMBANGAN PULAU SAGORI


SEBAGAI DESA WISATA BERBASIS KAMPUNG INGGRIS

Oleh :
Roslina (0909038102 / Ketua Tim)
Azhari (0910067604 /Anggota Tim)
Zakaria (0920096901 / Anggota Tim)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

November 2015

ABSTRAK
Secara garis besar tujuan penelitian ini mendeskripsikan kelayakan potensi objek
wisata pulau sagori, faktor eksernal dan internal, serta kesiapan masyarakat Pulau
Sagori dalam pengembangan Pulau Sagori sebagai Desa Wisata berbasis kampung
Inggris.

Penelitian

ini

menggunakan desain deskritif

kualitatif

mengumpulkan data primer melalui tekhnik wawancara dan kuisioner

dengan
dan data

sukender dari sejumlah dokumen pendukung. Data yang diperoleh dianalisis dengan
tiga teknik Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADO-ODTWA) Dirjen PHKA 2003, analisis SWOT, dan Participatory Rural
Appraisal (PRA).
Dari data yang terkumpul ditemukan bahwa potensi objek wisata Pulau Sagori
sangat layak dikembangkan. Lebih lanjut, faktor internal dan eksternal Pulau Sagori
dapat dikembangkan dengan strategi Turn Around, dan kesiapan masyarakat untuk
pengembangan masih sangat rendah.

Keywords: wisata, desa wisata, kampung Inggris

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Berkembang pesatnya pariwisata di Indonesia saat ini dapat dilihat dari

peningkatan fasilitas, objek, dan daya tarik pariwisata yang ada. Meskipun jumlah
kedatangan wisatawan asing yang langsung ke Indonesia menunjukkan fluktuasi
akibat berbagai isu dan peristiwa yang kurang menguntungkan, berbagai pihak yang
berkecimpung di dunia, pariwisata tetap terangsang untuk menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemudian diarahkan pada sektor
pariwisata mengingat keterbatasan/ketiadaan sumberdaya alam seperti migas, hasil
hutan, dan manufaktur (Pitana, 2005:156-157).
Sektor pariwisata, model pembangunan bottom up planning, sejalan dengan
paradigma pariwisata yang bercirikan kerakyatan, dan memunculkan berbagai
sebutan yaitu : pariwisata inti rakyat, pariwisata kerakyatan, resource community
base management atau community management (Korten,1986). Hingga akhirnya
mengarah pada pengembangan Desa Wisata, Desa Wisata Terpadu, dan Wisata
Pedesaan sebagai salah satu bentuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
memiliki pasar tersendiri.
Paradigma pariwisata kerakyatan dalam berbagai bentuknya telah lama
menjadi paradigma alternatif sebagai kegagalan model modernisasi yang diterapkan
di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang memiliki banyak kelemahan
karena selalu mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kurang
memperhatikan masalah sosial budaya masyarakat. Terkait dengan pemikiran
tersebut maka desa-desa yang memiliki keunikan mulai dilirik untuk dipersiapkan
menjadi Desa Wisata maupun Wisata Pedesaan oleh pemerintah maupun pelakupelaku pariwisata (Adhisakti, 2000).
Sulawesi Tenggara yang sudah terkenal di mancanegara terutama Taman
Nasional Wakatobi, ternyata masih memiliki banyak potensi yang dapat
dikembangkan bagi sektor kepariwisataan. Salah satunya pulau di Kabaena,

kabupaten Bombana yang memiliki potensi alam dan sejarah historis yaitu Pulau
Sagori.
Pulau Sagori memiliki pantai berupa hamparan pasir putih yang memiliki
empat perpaduan warna air yaitu biru tua, biru muda, putih dan hijau yang berasal
dari pohon-pohon cemara di sekitarnya. Taman bawah lautnya juga tidak kalah dari
tujuan wisata lainnya karena Pulau Sagori memiliki taman bawah laut yang jernih
dengan aneka species ikan dan karang bawah laut yang cukup menakjubkan (sumber
wikipedia). Selain keindahan alam, Pulau Sagori memiliki kemisterian tersendiri,
baik dari sejarah penamaannya hingga kemisteriusannya sebagai segitiga bermuda di
Kabaena yang melegendaris telah banyak memakan korban setiap tahunnya.
Untuk meningkatkan kunjungan dan mengurangi kejenuhan wisatawan yang
berkunjung ke Sulawesi Tenggara (terutama ke daya tarik yang sudah terkenal),
maka Pulau Sagori yang belum tergarap akan dikembangkan sejalan dengan konsep
alternatif tourism. Konsep ini pun tengah diperbincangkan oleh aparat pemerintah
kabupaten Bombana dan pihak akademisi Universitas Sembilanbelas November
Kolaka dengan menembatkan Pulau Sagori sebagai objek kajian.
Wakil Bupati Bombana dan Rektor Universitas Sembilanbelas November
Kolaka telah mencanangkan rencana MoU pengembangan desa wisata berbasis
kampung Inggris di Pulau Sagori. Ide kreatif ini dicanangkan sebagai perwujudan
Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas Sembilanbelas November Kolaka dan
wujud kepedulian pemerintah kabupaten Bombana terhadap parawisata di Pulau
Sagori.
Untuk mengetahui kelayakan dari Pulau Sagori sebagai desa wisata berbasis
kampung Inggris sehingga menarik wisatawan datang berkunjung ke Pulau Sagori,
maka perlu dilakukan penelitian tentang layak apa tidak pulau ini dikembangkan
sebagai desa wisata berbasis kampung Inggris. Untuk menilainya tiga aspek aspek
penilaian akan dicermati yaitu aspek pasar yang berdasarkan atas jumlah wisatawan
nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Tenggara yang berperan
sebagai demand sedangkan jumlah objek wisata di Sulawesi Tenggara sebagai
supply.

Penelitian ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pengembangan suatu


desa wisata yang stagnan, seperti banyak desa wisata yang sampai sekarang geliatnya
sama sekali belum terlihat. Komitmen pemegang kebijakan pun dipertanyakan
karena desa wisata yang diharapkan menjadi alternatif pariwisata dan diharapkan
mampu memberikan kontribusi bagi masyarakatnya ternyata banyak yang belum
layak jual, karena belum siap dengan sarana pendukung. Untuk menghindari kondisi
tersebut dipulau Sagorim, dipandang perlu untuk adanya kajian kelayakan terhadap
potensi objek wisata, faktor internal dan faktro eksternal, dan kesiapan masayarakat
dalam pengembangan Pulau Sagori sebagai desa wisata berbasis Kampung Inggris.

2.

Rumusan Masalah
Mencermati latar belakang atas potensi parawisata di Pulau Sagori, Kabaena

khususnya dalam pengembangan desa wisata berbasis kampung Inggris maka


masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kelayakan potensi objek

wisata yang ada di Pulau

Sagori?
b. Bagaimanakah kondisi internal dan ekternal Pulau Sagori?
c. Bagaimana kesiapan masyarakat Pulau Sagori untuk dikembangkan
sebagai kampung Inggris?

3.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah :
a. Menemukan potensi wisata yang ada di Pulau Sagori;
b. Mendeskripsikan analisis SWOT Pulau Sagori;
c. Mendeskripsikan kesiapan masyarakat Pulau Sagori untuk dikembangkan
sebagai kampung Inggris.

4.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat rangka teoritis penelitian yang akan
datang dalam rangka mengembangkan desain potensi parawisata di Indonesis

khususnya dalam pengembangan desa wisata berbasis kampung bahasa


Inggris.
2. Manfaat bagi pengembangan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan unuk mengetahui kekutan,
kelemahan, peluang, dan tantangan untuk pengembangan Pulau Sagori
sebagai desa wisata berbasis kampung Inggris.
3. Manfaat operasional berkaitan dengan kebijakan dan pebisnis pariwisata.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah
maupun swasta untuk pariwisata alternatif dalam pengambilan keputusan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.

Pengertian Studi Kelayakan Proyek


Suliyanto (2010:3) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang sangat

dinamis dan intensitas persaingan yang semakin ketat membuat seorang pengusaha
tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam memulai
usahanya.

Seorang pengusaha dituntut untuk melakukan studi kelayakan terhadap

ide bisnis yang akan dijalankan agar tidak terjadi ketelanjuran investasi di kemudian
hari.

Studi kelayakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan

apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis
dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila ide tersebut mendatangkan manfaat
yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang
ditimbulkan
Tidak jauh berbeda dengan Suliyanto, Husnan dan Muhamad (2008:17)
mengemukakan bahwa untuk menilai kelayakan investasi, terlebih dahulu harus
ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari.

Walaupun belum ada

kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi pada umumnya
penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, finansial, hukum dan
ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi
tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.
Lebih lanjut, Sucipto (2010:47) menambahkan kajian yang harus dilakukan
adalah kajian dalam aspek pasar dan pemasaran. Kajian ini bertujuan untuk menguji
sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan dapat mendukung
pengembangan usaha atau bisnis yang direncanakan.

Agar kajian aspek pasar dan

pemasaran sesuai dengan rencana dan tujuan bagi pelaku bisnis.


Dalam menentukan suatu proyek investasi baik dalam bentuk financial assets
maupun real assets, maka diperlukan peramalan untuk mengetahui prospek pada
masa yang akan datang. Salah satu cara yang terbaik untuk meramalkan jumlah
permintaan pada masa yang akan datang adalah dengan menelaah permintaan akan
produk tersebut pada masa lalu hingga kini.

Mengaju pada sejumlah pendapat diatas, penelitian ini diarahkan untuk


mendeskrisikan aspek pemasaran dalam hal potensi wisata yang layak jual, analisis
SWOT, dan kesiapan masayarakat Pulau Sagori.

2.

Pariwisata Alternatif
Koslowski dan Travis dalam Sunarta (2002), pariwisata alternatif merupakan

suatu kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihak pada


ekologis, dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala
besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya.
Selain itu oleh Saglio, Bilsen, dan Gonsalves dalam Sunarta (2002)
menyebutkan bahwa pariwisata alternatif adalah kegiatan kepariwisataan yang
memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai suatu pembangunan yang berskala
kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada
wisatawan, dimana segala aktivitasnya turut melibatkan masyarakat.
Holden dalam Sunarta (2002), pariwisata alternatif merupakan suatu proses
yang mempromosikan suatu destinasi yang kondisinya memang benar-benar layak
dan pantas diantara komunitas yang berbeda-beda, dimana diperlukan untuk
memperoleh pemahaman, solidaritas, dan kesamaan diantara seluruh komponen.
Middleton (1998), menyebutkan bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu
bentuk produk pariwisata yang mempertimbangkan bahkan menuntut lebih akrab
lingkungan dan tidak merusak budaya.
Cooper (1993), menyatakan bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu
pergerakan yang memiliki jalan keluar untuk mengobati sakit dari pariwisata
massal (Mass Tourism). Cohen (1987) dalam Gartner (1996), menyebutkan bahwa
pariwisata alternatif bersumber dari dua pandangan ideologi yang sejaman, yaitu
bahwa pariwisata alternatif merupakan reaksi atas konsumerisme modern, dan
pariwisata alternatif merupakan reaksi dari eksploitasi yang dilakukan negara
berkembang.
Variasi pariwisata alternatif dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pariwisata
adventure, pariwisata alam, dan community tourism. Pertama, pariwisata adventure
merupakan suatu kegiatan pariwisata alternatif yang bernuansa petualangan

(Adventure). Petualangan dalam skala kecil dapat terdiri dari bird watching, scuba
diving, dalam skala menengah terdiri dari kegiatan yang bernuansa olah raga seperti
canoing, dan rafting. Sedangkan dalam skala besar meliputi kegiatan petualangan
seperti halnya taman safari.
Kedua, pariwisata alam merupakan kegiatan pariwisata alternatif yang
memfokuskan diri pada studi dan observasi yang berkaitan dengan flora (tumbuhan)
dan fauna (binatang), selain itu juga berkaitan dengan kegiatan landscape.
Ketiga, community tourism atau pariwisata kerakyatan merupakan suatu
kegiatan pariwisata yang dijalankan oleh rakyat, baik dari perencanaan sampai
evaluasi dan segala manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk
rakyat yang bersangkutan.

Parawisata kerakyatan juga cenderung diidentikkan

dengan istilah desa wisata. Nuryanti (1993) dalam Negara (2012) menyimpulkan
bahwa desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Nuryanti menambahkan dua

konsep utama dalam komponen desa wisata yaitu:


1. Akomodasi, sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau
unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
2. Atraksi, seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting
fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.

3.

Pendekatan Pengembangan Desa Wisata


Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar

dampak yang timbul dapat dikontrol.

Berikut tiga bentuk pendekatan pasar

pengembangan desa wisata yang dapat dilakukan dalam pengembangan Pulau Sagori
sebagai desa wisata berbasis bahasa Inggris.
a) Interaksi tidak langsung
Model pengembangan didekati dengan cara bahwa desa mendapat
manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang
terjadi misalnya penulisan buku-buku tentang desa berkembang, kehidupan desa,

arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan lain
sebagainya.
b) Interaksi setengah langsung
Bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatankegiatan meliputi makan dan melakukan kegiatan bersama penduduk dan
kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model ini
adalah wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama penduduk.
c) Interaksi langsung
Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/ bermalam dalam akomodasi
yang dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan
berbagai pertimbangan yaitu daya dukung dan potensi masyarakat setempat.
Selain memperhatikan ketiga bentuk pendekatan pasar diatas, pengembangan
Pulau Sagori

sebagai desa wisata berbasis bahasa Inggris juga perlu

mempertimbangkan sejumlah kriteria desa wisata.


a) Atraksi wisata yaitu semua yang mencakup alam, budaya, dan hasil ciptaan
manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di
desa.
b) Jarak tempuh adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat
tinggal wisatawan dan juga dari jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak
dari ibukota kabupaten.
c) Besaran pulau, menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah
penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan
daya dukung kepariwisataan pada suatu desa.
d) Sistem kepercayaan dan kemasyarakatan merupakan aspek penting
mengingat adanya aturan-aturan khusus pada komunitas suatu desa dan hal
yang perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan
sistem kemasyarakatan yang ada.
e) Ketersediaan infrastruktur meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi,
fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.

Sejumlah kriteria diatas akan berpengaruh terhadap penentuan karakteristik


utama suatu desa. Karakteristik ini kemudian menentukan apakah suatu desa akan
menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe one day trip atau tipe tinggal inap.

BAB III
METODE PENELITIAN

Uraian secara rinci metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
meliputi lokasi dan waku penelitian, penentuan sumber data, teknik pengumpulan
data, dan analisis data.

1.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2015 di

Pulau Sagori, Kecamatan Kabaena Barat, kabupaten Bombana dan di sejumlah


daerah lainnya yang memiliki keterkaitan dengan Pulau Sagori.

2.

Penentuan Sumber Data


Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling, yang artinya metode pengambilan sampel dilakukan secara bertujuan.


Adapun sumber data yang digunakan adalah:
1. Data primer adalah data yang belum dipublikasikan dan yang diperoleh
langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan dari
observasi dan interview dengan aparat pemerintah kabupaten Bombana dan
tokoh-tokoh masyarakat Pulau Sagori dan sekitarnya, pengunjung di Pulau
Sagori. Untuk pengunjung dilakukan dengan cara sensus, dimana cara
pengambilan datanya adalah dari seluruh populasi akan dijadikan sebagai
data dari penelitian. Responden yang diwawancarai terbatas pada pengunjung
yang berusia diatas tujuh belas tahun dan daerah asal pengunjung berada di
luar kawasan Kabaena.

Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan

sebesar 20 responden. Untuk masyarakat,

jumlah sampel yang diambil

adalah sebesar 15% dari jumlah keseluruhan masyarakat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Arikunto (2006) bahwa jumlah sampel ditetapkan
sebanyak 10- 15% dari jumlah keseluruhan populasi dari tiga perbatasan desa
apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang.

Di Pulau Sagori ada

sebanyak 92 KK maka diambil sampel sebanyak 14 KK yang terdiri

dari Lurah Desa Sikeli, Sekertaris Lurah Desa Sikeli, Kepala Lingkungan
ulau Sagori, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat Pulau Sagori.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung
atau tangan kedua yang telah dikumpulkan dari Ketua Tim Manajemen
Program GEMBIRA Desa Kabupaten Bombana, RIPDA Kabupaten
Bombana dan sejumlah dokumen terkait dari Dinas Pariwisata Kabupaten
Bombana, dan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah


sebagai berikut:
1. Teknik observasi yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas
berkenaan dengan potensi yang dimiliki oleh Pulau Sagori dengan pengamatan
yang terlibat yaitu mengumpulkan data dengan berpedoman pada panduan
observasi yang disediakan dan melibatkan diri dalam lingkungan subyek
secara sistematis dan tidak mencolok sehingga akan tercipta suatu interaksi
sosial antara peneliti dengan masyarakat

Pulau Sagori yang sedang

melaksanakan aktivitasnya sehari-hari dengan menggunakan tape recorder,


kamera dan handycam.
2. Metode angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada responden dengan menggunakan instrumen
berupa kuesioner terstruktur.
3. Teknik wawancara mendalam (depth interview) yaitu mengadakan wawancara
mendalam secara langsung dengan informan kunci, seperti aparat desa, aparat
pemerintah, pelaku pariwisata, tokoh tokoh masyarakat dan wisatawan.
Wawancara sendiri merupakan suatu proses tanya jawab antra peneliti dengan
subyek penelitian untuk memperoleh data, keterangan, pandangan atau
pendirian dari subyek tersebut.
4. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengambil gambar/foto objek dan kegiatan yang berhubungan dengan

penelitian seperti foto rumah tradisional, daya tarik wisata, fasilitas tambahan
untuk menunjang kegiatan kepariwisataan di Pulau Sagori.

4.

Analisis Data
a. Analisis Potensi Objek
Objek dan daya tarik (flora, fauna dan objek lainnya) yang telah diperoleh
kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman
Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA
tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masingmasing kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
S=NxB
Dimana:
S

= skor/nilai suatu kriteria

= jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria

= bobot nilai
Kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama

alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5


karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat
melakukan kegiatan wisata.

Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana

diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata.
Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria
apabila setiap sub kriteria memiliki nilai kuat yaitu 5.
Hasil dari penilaian setiap unsur masingmasing kriteria objek wisata
dirataratakan sehingga diperoleh hasil akhir penilaian pengembangan objek
wisata dan dilakukan perbandingan dengan klasifikasi unsur pengembangan
berdasarkan nilai bobot dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Unsur Pengembangan Berdasarkan Nilai Bobot (Classification
of Development Element Based on Weight Value)

b. Analsis SWOT
Analisis SWOT diterapkan untuk menemukan faktor eksternal dan
faktor internal dari Pulau sagori yang dibutuhkan untuk menentukan strategi
yang tepat dalam mewujudkan Pulau Sagori sebagai desa wisata berbasis
kampung Inggris.
Kedua faktor tersebut diperoleh dengan membagikan kuisioner kepada
pengunjung dan masyarakat sebagai informan kunci.

Teknik penarikan

sampel terhadap pengunjung dilakukan dengan metode accidental sampling


(secara kebetulan), dimana setiap pengunjung yang datang ke lokasi penelitian
dan secara kebetulan bertemu dengan peneliti dijadikan sebagai responden.
Jawaban pertanyaan yang digunakan dalam analisis SWOT diberi nilai
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi pengembangan sektor pariwisata variabel
yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi
nilai

mulai

dari

+1

sampai

dengan

+4

(sangat

baik)

dengan

membandingkannya dengan rata-rata industri atau pesaing utama. Sedangkan


variabel yang bersifat negatif kebalikannya. (Rangkuty, 2010).
Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skoring untuk faktor internal dan faktor eksternal
No
Kekuatan (S)/
Peluang (O)
Bobot
1
2
dst

Rating

Nilai Bobot

Rating

Nilai Bobot

Total Kekuatan/Peluang
Total = S W
No

Kelemahan (W)/ Ancaman(T)

Bobot

1
2
dst
Total Kelemahan/Ancaman
Total = 0 T

Penskoringan atau pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan


posisi strategi pengembangan objek wisata Pulau Sagori pada diagram

Analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat pada Matrik Grand Strategi
yang ada di Gambar 1

Gambar 1 Matrik Grand Stategi (Grand Matrix Strategy)


1.

2.
3.
4.

Keterangan Gambar :
Kuadran I : Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesarbesarnya.
Kuadran II : Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Kuadran III : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Kuadran IV : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Analisis SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan alternatif


strategi (Rangkuty, 2000) yang dapat dilihat pada matriks perumusan strategi
analisis SWOT pada Tabel 2.
Tabel 2. Matriks Strategi Analisis SWOT (Matrix Strategy SWOT Analysis)
MATRIK ANALISA
Strength (S)
Weakness (W)
Tentukan faktor kekuatan
Tentukan faktor kelemahan
SWOT
internal
internal
Opportunity (O)
Starategi SO
Strategi WO
Tentukan faktor pluang
Ciptakan strategi yang
Ciptakan straegi meminimalkan
Ekternal
menggunakan kekuatan untuk
kelemahan
memanfaatkan peluang
untuk memanfaatkan peluang
Threat (T) Strategi ST Strategi ST
Ciptakan strategi yang
Strategi WT
Tentukan
faktor
ancaman menggunakan kekuatan untuk
Ekternal
mengatasi ancaman
Sumber : Diadopsi dari Rangkuty 2000

Strategi WT
Ciptakan
strategi
yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman

c. Analisis Kesiapan Masyarakat


Untuk menganalisis kesiapan masyarakat menggunakan kajian
keadaan pedesaan partisipatif yaitu gambaran tentang masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini
merupakan dasar untuk tahapan proses pemberdayaan masyarakat yaitu
pembentukan

dan

pengembangan

kelompok

serta

penyusunan

dan

pelaksanaan rencana pengembangan desa tersebut, adanya perencanaan dan


pelaksanaan kegiatan serta memonitoring hasil yang telah diperoleh dan
mengevaluasi dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilakukan. Tahapantahapan dalam proses kajian keadaan pedesaan partisipatif meliputi:
-

Persiapan bersama Ketua Tim Manajemen Program GEMBIRA Desa


Kabupaten Bombana yang memiliki akses komunikasi dengan pihak
Pemda Kabupaten Bombana, : menentukan tempat dan waktu, koordinasi
dengan tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat, mengumumkan
kepada mayarakat tentang rencana untuk mengkaji keadaan desa,
persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang diperlukan,
menentukan informasi yang akan dikaji, dan menentukan teknik PRA yang
ingin dipakai.

Melakukan kajian keadaan kegiatan PRA: berbagi pengalaman dan


pengetahuan, analisa pengalaman dan pengetahuan, dan menyimpulkan
hasil yang telah diperoleh melalui kegiatan PRA.

Pengumpulan dan perumusan hasil PRA (pelaporan) musyawarah


masyarakat: mempresentasi semua hasil PRA, mendiskusikan kembali
dengan masyarakat untuk mempertajam temuan, penyusunan hasil akhir
analisa

kajian

potensi,

kesempatan,

pengembangan program oleh masyarakat.

masalah

dan

kemungkinan

BAB IV
ANGGARAN DAN BIAYA PENELITIAN

1.

Anggaran Penelitian
Proses penelitian tentunya akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

jika didukung oleh dana yang memadai. Untuk melancarkan pelaksanaan penelitian
ini, maka skema pembiayaan yang dilakukan yaitu usulan biaya ke Universitas
Sembilanbelas November Kolaka dengan total biaya sebesar Rp11.837.000,-. Dalam
skema pembiayaan penelitian ini, terdapat dua bagian rincian. Pertama, rincian
pembiayaan dalam bentuk justifikasi anggaran dan bagian kedua adalah rekapitulasi
anggaran penelitian.

2.

Justifikasi Anggaran
Justifikasi anggaran dalam penelitian ini meliputi biaya honor, peralatan

penunjang, pembelian bahan habis pakai, biaya perjalanan lokal dan antara
kota/kabupaten serta biaya pelaporan dan publikasi. Besaran anggaran yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 1.

3.

Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian


Secara rinci, ringkasan anggaran penelitian ini dipaparkan dalam table berikut

ini.
Tabel 1. Ringkasan Anggaran Penelitian
No

Jenis Pengeluaran

Biaya Yang
Diusulkan (Rp)

Gaji dan upah (Maks. 20%)

2.400.000,-

Bahan habis pakai dan peralatan (40-60%)

6.000.000,-

Perjalanan (Maks. 15%)

1.800.000,-

Lain-lain (publikasi, seminar, laporan, lainnya


sebutkan) (10-15%)
Jumlah

1.800.000,12.000.000,-

4.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini direncanakan dimulai dari bulan Januari 2015 sampai dengan

bulan Oktober 2015. Dengan tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:


1.

Pelaksanaan persiapan penelitian;

2.

Pelaksanaan pra penelitian;

3.

Sosialisasi lokasi penelitian;

4.

Pengadaan alat dan bahan penelitian;

5.

Pelaksanaan studi perpustakaan;

6.

Pengambilan data di lapangan;

7.

Analisis data;

8.

Penyusunan laporan penelitian;

9.

Pengiriman laporan penelitian;

10. Publikasi hasil penelitian.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penilaian Daya Tarik Objek Wisata Pulau Sagori
Hasil penilaian daya tarik objek wisata Pulau Sagori sesuai dengan Pedoman
Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODO-ODTWA)
Direktorat Jendral PHKA (2003), seperti diuraikan pada Tabel 2.
No
1

Element / Sub Elements


The Beauty

Description
a.
b.
c.
d.
e.

Seaside Safety

Type of Sand

4.

Activities

5.

Water Cleanliness

a.
b.
c.
d.

Variation view of the island /


Sangia Stone view in the sea
The beauty of relief
Shade of seaside
Harmony views of the beach and
surrounding areas
There are special features: coral
atolls
No dangerous reverse flow
There is no basic steepness
Dangerous animals hassle free
No any local confidence distrub

White quartz sand


a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Fishing
Diving
Snorckling
Outbound
Camping
Field research
No port influence
No settlement influence
No river influence
No fish action/factory/market
influence
No pollution
No season effect influence
TOTAL

Weights

Value

Total
Score

35

210

25

150

25

150

30

150

15

90

Berdasarkan hasil keseluruhan unsur penilaian daya tarik objek wisata yang
dinilai dan setelah dirata-ratakan didapat nilai sebesar 750. Nilai ini dibandingkan
dengan klasifikasi usaha pengembangan objek wisata alam, sehingga kawasan Pulau
Sagori memiliki penilaian daya tarik objek wisata Sangat Baik (A), dan Sangat
Potensial untuk dikembangkan menjadi suatu objek wisata.

750

1.1. Daya Tarik Objek Wisata


Objek wisata Pulau Sagori memiliki daya tarik yang cukup kuat untuk
menarik wisatawan berkunjung. Daya tarik tersebut dinilai dari keunikan sumber
daya alam, sumber daya alam yang menonjol, kepekaan sumber daya alam,
kebersihan udara dan lokasi, keamanan, kenyamanan variasi kegiatan seperti,
berkemah, memancing, jelajah dan lainlain. Setiap unsur tersebut memiliki nilai
seberapa kuat unsur-unsur tersebut dapat menarik minat wisatawan untuk
berkunjung. Pulau Sagori memiliki kolaborasi keindahan alam dari pohon pinus,
pemandangan gunung Watu Sangia, pasir putih, kejernihan empat warna air yang
berbeda, karang atol, dan ikan hias, dan satu karangan kapal belanda yang karam di
abad 18 di pulau tersebut.

1.2. Aksesibilitas
Aksesibilitas dari pusat kota yang dekat ditunjang sarana jalan yang bagus
dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat (mobil). Tetapi kondisi jalan di
lokasi Pulau Sagori masih kurang memadai seperti kondisi jalan tanah, berdebu dan
jalan yang masih sempit dapat mengganggu kenyamanan para pengunjung.
Berdasarkan hasil penilaian ini maka perlu peningkatan sarana aksesibilitas yang
tedapat di areal Pulau Sagori seperti perbaikan jalan yang masih berlubang dan masih
banyak jalan tanah. Kondisi tersebut dapat membahayakan para pengunjung yang
berkendaraan roda dua. Pelebaran jalan perlu dilakukan untuk memudahkan akses
keluar masuk ke areal Pulau Sagori karena pada saat musim liburan atau Hari Raya
jalan yang sempit mengakibatkan kemacetan yang terjadi sehingga tidak memberikan
kenyamanan untuk para pengunjung.
1.3. Akomodasi
Unsur terpenting didalam kepariwisataan selain obyek wisata yang menjadi
tujuan utama wisatawan adalah sarana akomodasi, sebagai tempat untuk beristirahat
atau menginap di daerah tujuan wisata. Macam-macam tempat penginapan tersebut
diantaranya hotel, penginapan, dan pondok wisata. Keseluruhan akomodasi tersebut
adalah salah satu dari sejumlah kebutuhan yang diperlukan oleh orang yang sedang
melaksanakan perjalanan wisata (Eridiana, 2012.) mengaju pada pandangan ini, dan

mengaju pada prinsip desa wisata berbasis kerakyatan maka akomodasi yang dapat
digunakan di Pulau Sagori saat ini adalah pemanfaaan rumah masayarakat setemat
sebagai tempat menginap bagi pengunjung.
1.4. Ketersedian Ketersedian Air Bersih
Menurut Dwijayani dan Hadi (2013) ketersediaan air merupakan hal penting
dalam suatu kehidupan tidak hanya untuk sektor rumah tangga, melainkan untuk
sektor pariwisata dan industri. Dalam kegiatan kepariwisataan, ketersediaan air
bersih berupa air tawar sangat diperlukan untuk menunjang fasilitas pengelolaan
maupun pelayanan wisata.

Di Pulau Sagori, air tawar merupakan salah satu

permasalahan krusial. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus membeli air dari
ibu kota kelurahan yang jarak jangkaunya sekitar 15 sampai dengan 30 menit
perjalanan laut. Sekalipun PNPM Wisata telah pernah memberi bantuan program
penyedian air bersih melalui pembangunan Sumur Umum dan WC Umum tetapi
berdasarkan pengamatan di Pulau Sagori disimpulkan bahwa ketersedian air bersih
di kawasan wisata Pulau Sagori masih memprihatinkan.

2. Analisis Faktor Internal Dan Eksternal


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pengunjung, Dinas
Pariwisata, serta pengamatan langsung dilapangan maka didapat faktor-faktor
internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Faktor Internal dan Eksternal Pulau Sagori
Kekuatan (Strenght)
1. Keindahan dan daya tarik objek wisata
Pulau Sagori
2. Tersedianya penginapan (hotel) di ibu
kota Kabupaten
3. Sudah ada sarana prasarana sebagai
pijakan awal pengembangan pariwisata
4. Besarnya minat masyarakat untuk
pengembangan objek wisata Pulau
Sagori
5. Taman Pinus yang layak untuk kamping
6. Dukungan pemerintah pusat
7. Dukungan pemerintah daerah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peluang (Opportunities)

Kelemahan(Weaknees)
Fasilitas pendukung pariwisata masih
minim.
Perawatan terhadap infrastruktur yang
telah ada masih kurang
Jalan di area objek wisata masih
belummemadai
Belum memiliki modal yang cukup
dalam pengembangan objek wisata.
Belum memiliki kemampuan
sumberdaya manusia
Sarana dan prasarana bahari belum
memadai
Masih kurangnya minat investor
Ancaman (Threat)

1.
2.
3.
4.

Lokasi objek wisata dekat dengan pusat


kota Kabupaten Ketapang
Meningkatnya minat wisatawan
terhadap pariwisata bahari.
Perkembangan wisata bahari seperti
banana Boat
Kebijakan pemerintah dalam
pengembangan ektor wisata bahari.

1.
2.
3.

Persaingan wisata bahari cukup tinggi


Konflik ruang dengan sektor perikanan
Pencemaran lingkungan

Matriks Internal Factor Evaluotion (Matriks IFE)


Berdasarkan identifikasi terhadap faktor faktor strategi internal objek wisata
Pulau Sagori diperoleh kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weaknees). Setelah
disebarkan kuisioner yang berisi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan kepada 5
(lima) responden dan dilakukan pembobotan diperoleh bobot

masing-masing

variabel internal seperti diuraikan pada Tabel 4.


Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matrix Internal Factor Evaluation/IFE)
Faktor Strategi Internal
Kekuatan
1. Keindahan dan daya tarik objek wisata
Pulau Sagori
2. Tersedianya penginapan (hotel) di ibu
kota Kabupaten
3. Sudah ada sarana prasarana sebagai
pijakan awal pengembangan pariwisata
4. Besarnya minat masyarakat untuk
pengembangan objek wisata Pulau
Sagori
5. Taman Pinus yang layak untuk kamping
6. Dukungan pemerintah pusat
7. Dukungan pemerintah daerah
Total Kekuatan (Strangth)
Kelemahan
1. Fasilitas pendukung pariwisata masih
minim .
2. Jalan di area objek wisata masih belum
memadai
3. Belum memiliki modal yang cukup
dalam pengembangan objek wisata
4. Belum memiliki kemampuan
sumberdaya manusia
5. Sarana dan prasarana bahari belum
memadai
6. Kurangnya dukungan Pemerintah
Daerah
7. Masih kurangnya minat infestor
8. Perawatan terhadap infrastruktur yang
telah ada masih kurang
Total Kelemahan (Weaknesses) 1,38
S W = 2,32 1,61 = 0,47

Bobot (B)

Rating (R)

Nilai Bobot

0,09

0.36

0,10

0,40

0,08

0,24

0,08

0,24

0,08
0,09
0,09

4
4
4

0,32
0,36
0,36
2,32

0,08

0,32

0,08

0,24

0,09

0,27

0,08

0,16

0,08

0,24

0,08

0,24

0,07
0,08

2
3

0,14
0,24

Dari hasil pembobotan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kekuatan yang
memiliki nilai penting pada poin ketiga hasilnya menunjukkan sudah banyak
tersedianya penginapan (hotel) di ibu kota kabupaten yang dekat dengan objek wisata
Pulau Sagori.

Dilihat

secara geografisdijangkau.

Kelemahan utama

yang

menghambat perkembangan lokasi objek wisata Pulau Sagori adalah fasilitas


pendukung yang masih minin serta kondisi jalan di area objek wisata masih belum
memadai seperti masih banyak jalan berlubang, jalan yang berdebu serta jalan tanah
sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Pada Tabel 6 posisi objek
wisata Pulau Sagori berada pada sumbu X dengan nilai sebesar 0,47. Maka dapat
disimpulkan bahwa objek wisata Pulau Sagori berada pada titik negatif pada sumbu
X. Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata Pulau Sagori memiliki kekuatan yang
dapat dijadikan sebagai pijakan awal dalam pengembangan. Namun, melihat
kekuatan yang ada tidak menutup kemungkinan kelemahan yang ada akan
terselesaikan apabila kekuatan yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
pihak pengelola Pulau Sagori.
Matriks Eksternal Factor Evaluation (Matriks EFE) Berdasarkan identifikasi
terhadap faktor faktor strategi internal objek wisata Pulau Sagori diperoleh Peluang
(Opportunities) dan Ancaman (Threat). Setelah disebarkan kuisioner yang berisi
faktor-faktor peluang dan ancaman kepada 5 (lima)

responden dan dilakukan

pembobotan diperoleh bobot masing-masing variabel Eksternal seperti diuraikan


pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matrix Eksternal Factor Evaluation/EFE)
Faktor Strategi Eksternal
A. Peluang
1. Lokasi objek wisata dekat dengan pusat kota
Kabupaten Ketapang
2. Meningkatnya minat wisatawan terhadap
pariwisata bahari
3. Secara geografis,Pulau Sagori berad id
wilayah pemukiman sehingga dapat diakses
4. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan
sektor wisata bahari
Total Peluang (Opportunities)

Bobot (B)

Rating (R)

Nilai Bobot

0,08

0,24

0,08

0,24

0,07

0,21

0,08

0,16

Kelemahan
1.

Persaingan wisata bahari cukup tinggi


Konflik ruang dengan sektor perikanan
Pencemaran lingkungan
Total Ancaman( Threat)

2.
3.

O T = 1,14 0,87 = 0,27

0,24
0,27
0,36
0,87

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapatdiketahui bahwa kriteria yang diperoleh


tersebut masing-masing memiliki peluang yang besar sebagai salah satu faktor
pengembangan objek wisata Pulau Sagori terutama letak objek wisata dekat dengan
pusat kota ketapang sehingga lebih mudah untuk dijangkau. Sedangkan ancaman
utama dalam pengembangan objek wisata ini adalah konflik ruang dengan sektor
perikanan apabila pengelola dapat mengatasi konflik ruang ini maka akan menjadi
daya tarik tersendiri dikarenakan tata letak yang teratur dapat menjadikan daya tarik
tersendiri dan lebih menarik minat wisatawan. Pada Tabel 7 posisi objek wisata
Pulau Sagori berada pada sumbu Y dengan nilainya sebesar 0,27. Maka dapat
disimpulkan bahwa objek wisata Pulau Sagori berada pada titik positif pada sumbu
Y. Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata Pulau Sagori memiliki ancaman dari
luar terkait dengan pengembangannya. Namun, melihat peluang yang ada tidak
menutup kemungkinan ancaman itu akan terselesaikan apabila peluang yang tersedia
dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya
oleh pihak pengelola Pulau Sagori.
Analisis Grand Strategi
Berdasarkan analisis dari matrik IFE dan EFE diperoleh kuadran dari SWOT
terletak pada nilai X = 0,19 dan nilai Y = 1,9. Dengan demikian posisi strategi
pengembangan objek wisata Pulau Sagori berada pada Kuadran III (W-O) yakni
strategi memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Posisi objek wisata Pulau Sagori pada kuadran analisis SWOT

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa objek wisata Pulau Sagori berada
pada kuadran I analisis SWOT. Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata Pulau
Sagori berada pada situasi yang menguntungkan dimana Pulau Sagori memiliki
peluang yang besar dan kelemahan yang kecil sehingga posisi ini dapat dimanfaatkan
oleh pihak pengelola dalam pengembangan objek wisata Pulau Sagori dapat
memanfaatkan peluang yang ada dengan memaksimalkan kelemahan-kelemahan
yang dimiliki (Rangkuti, 1997). Objek wisata Pulau Sagori memiliki peluang salah
satunya yaitu terletak dekat dengan pusat kota namun memiliki kelemahan yang
menyebabkan objek wisata ini kurang berkembang. Sebagai salah satu objek wisata,
faktor kelemahan dapat diatasi misalnya dengan menambah fasilitas-fasilitas
pendukung, perawatan terhadap infrastruktur yang telah ada dan memperbaiki sarana
dan prasarana yang rusak seperti shelter, WC umum dan mushola. Dengan melihat
faktor internal dan juga eksternal objek wisata Pulau Sagori dapat dibuat suatu
analisis strategi dengan melihat keterkaitan di antara kedua faktor tersebut. Analisis
ini merupakan salah satu upaya untuk mengidentifikasi kemungkinan rencana dan
usaha-usaha yang bisa dilakukan terkait pengembangan objek wisata Pulau Sagori.
Perumusan strategi tersebut dibuat dalam sebuah matrik analisis SWOT yang dapat
dilihat pada Tabel 8.
Faktor Internal

Faktor Eksternal

Peluang Opportunity (O)

Kekuatan Strength (S)


1.
Memiliki keindahan dan daya tarik
objek wisata;
2.
Memiliki lingkungan yang asri dan
tenang;
3.
Mendapat pperhatian pengunjung
internasional sejak tahun 90an;
4.
Memiliki
sejumlah
sarana
prasarana yang dapijakan awal
pengembangan pariwisata;
5.
Memiliki sejarah tersendiri yang
dapat menari minat pengunjung
untuk melihat langsung;
6.
Masyarakat
memiliki
alat
transortasi yang dapat dicarter oleh
pengunjung;
7.
Mendapat
dukungan
besar
masyarakat untuk pengembangan
objek wisata Pulau Sagori;
8.
Mendapat SK penetaansebagai
desa wisata bahari oleh Bupati
Kabupaten Bombana;
9.
Mendapat
dukungan
Dinas
Pariwisata Kabupaten Bombana;
10. Mendapat dukungan Kementerian
Pariwisata;
11. Anak-anak pulau berminat belajar
Bahasa Inggris.
Starategi SO

Kelemahan Weakness (W)


1.
Lokasi secara geografis berada
jauh dari pusat kota Kabupaten
Bombana;
2.
Fasilitas pendukung pariwisata
masih minim.
3.
Alat transporasi ke area objek
wisata masih belum memadai
4.
Tidak tersedianya penginapan
5.
Belum memiliki modal yang cukup
dalam pengembangan objek wisata
6.
Sumber Daya manusia masih
rendah
7.
Sarana dan prasarana bahari belum
memadai
8.
Perawatan terhadap infrasruktur
9.
Sampah belum dikelola dengan
baik;
10. Kemampuan
Bahasa
Inggris
masyarakat masih minim;
11. Pengajar Bahasa Inggris bukan
dari jurusan bahasa Inggris.

Strategi WO

1.
2.

Meningkatnya minat wisatawan


terhadap pariwisata bahari.
Perkembangan wisata bahari
seperti snorkling, dan diving.

1.

2.

3.

4.

Menjadikan Pulau Sagori sebagai


objek wisata yang memiliki
keindahan dan daya tarik yang
berada di pulau yang asri dan
tenang;
Secara geogrfais berada didalam
kota sehingga dapat meningkatkan
minat
wisatawan
terhadap
pariwisata bahari karena mudah
dijangkau
Dengan adanya sarana dan
prasarana menjadi pijakan awal
bagi pemerintah dalam menyusun
kebijakan untuk pengembangan
objek wisata.
Besarnya minat masyarakat dapat
membantu pemerintah dalam
mengembangkan objek wisata
Pulau Sagori

1.

2.

3.

4.
5.
6.

7.
Ancaman Threat (T)
1.
Persaingan wisata bahari cukup
tinggi;
2.
Konflik ruang dengan sektor
perikanan;
3.
Pencemaran lingkungan

1.

2.

3.

Strategi ST
Persaingan wisata bahari yang
cukup tinggi membuat objek wisata
Pulau Sagori harus memiliki nilai
tambah berupa keindahan dan daya
tarik sehingga membuat orang
lebih banyak berkunjung;
Adanya konflik ruang dengan
sektor
perikanan
membuat
pemerintah harus pandai dalam
mengatur tata ruang dari objek
wisata tersebut
Masalah pencemaran lingkungan
harus segera dibenahi
oleh
pemerintah agar objek wisata Pulau
Sagori dapat menarik minat
masyarakat
karena
kondisi
pantainya yang bersih dan bebas
dari pencemaran dapat menarik
wistawan untuk berkunjung.

1.

2.

3.

4.

5.

Meningkatnya minat wisatawan


terhadap pariwisata bahari perlu
adanya peningkatan infrastruktur
dan fasilitas pendukung pariwisata.
Terletak dekat denga pusat kota
maka jalan di area obyek wisata
perlu diperbaiki untuk memberikan
kanyamana bagi pengunjung.
Berkembangnya wisata seperti
banana
boat
maka
perlu
mempersiapkan
sumber
daya
manusia yang mampu untuk
mengelola.
Memperbaiki sarana dan prasaran
pendukung wisata bahari.
Perlu dukungan dari pemerintah
daerah
dalam
pengembangan
wisata bahari
Pemda harus mebuat kebijakan
untuk meningkatkan sarana dan
prasarana sehingga dapat menarik
infestor untuk berinfestasi.
Pemda
harus
merencanakan
pelatihan Bahasa Inggris yang
intensif dan berkelanjutan.
Strategi WT
Semakin banyaknya objek wisata
yang serupa dengan Pulau Sagori
membuat pemda setempat untuk
membenahi segala fasilitas
pendukung objek wisata serta
merawat infrastruktur objek wisata
Pulau Sagori
Pemerintah harus tegas membatasi
wilayah objek wisata untuk
menghindari terjadinya konflik
ruang serta tidak menggangu mata
pencaharian di sektor perikanan
Pemda setempat harus segera
membenahi objek wisata serta
menambah fasilitas-fasilitas di
sekitar pantai untuk menarik
wisatawan yang berkunjung serta
mempromosikan objek wisata
sehingga dapat menarik minat para
infestor untuk menanam modal
Pemda setempat dituntut untuk
memberi
pelatihan
kepada
masyarkat setempat pentingnya
objek wisata Pulau Sagori tersebut
sehingga
masyarakat
tertarik
dalam mengelola objek wisata dan
membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat.
Masalah Sarana dan prasaran
bahari yang belum mamadai serta
pencemaran lingkungan membuat
pemerintah harus meperhatikan
kondisi objek wisata tersebut
sehingga objek wisata Pulau
Sagori selain memiliki daya tarik
juga meberikan kenyamana bagi
pengunjung.

3. Hasil PRA tentang kesiapan masyarakat dalam pengembangan desa wisata


Penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan salah
satu strategi untuk memberdayakan masyarakat. PRA menekankan dalam proses
pemberdayaan dan peningkatan partisipasi pada keterlibatan masyarakat Pulau
Sagori dalam keseluruhan kegiatan perencanaan untuk pengembangan desa wisata.
Hasil Participatory Rural Appraisal Pulau Sagori disajikan dalam bentuk tabel 8
dibawah ini:

Tabel 8. Hasil PRA tentang kesiapan masyarakat dalam pengembangan desa wisata

No Aspek yang

Kondisi Masyarakat

Solusi dari hasil PRA

1.

dinilai

Masyarakat masih

Membuat proposal dana dan dana yang

Ekonomi

lemah dalam hal

telah diberikan oleh Pemerintah hendaknya

pendanaan

digunakan sesuai dengan keperluannya dan


harus adanya transparansi dana

2.

Sosial Budaya Lemahnya perangkat


desa/lembaga desa

Lembaga desa harusnya berfungsi lebih


baik dan berperan

sesuai dengan

tujuannya pembentukannya
Kurangnya dukungan

Masyarakat diberikan pelatihan sehingga

dalam kegiatan dan

mereka akan memahami dan terlibat dalam

masyarakat masih

rencana kegiatan pengembangan desa

merasa kurang percaya

wisata

diri untuk terlibat


dalam rencana kegiatan
pengembangan desa
wisata
3.

Pengelola

Masyarakat masih

Seharusnya masyarakat, Pemeritah, para

kurang dilibatkan oleh

perangkat desa, dan instansi yang terkait

perangkat desa

dalam pengembangan desa ini harus


terlibat dan saling bekerja sama untuk
membangun Pulau Sagori menjadi desa
wisata

4.

Pengelolaan

Masih berada dalam

Kawasan desa wisata harus berdasarkan

yang

kondisi yang cukup

prinsip yang ramah lingkungan dan

diharapkan

memprihatinkan

memiliki keterkaitan dengan pencegahan

sehingga dapat

kerusakan sumber daya alam sebagai

menyebabkan kerusakan akibat dari suatu perkembangan


ekosistem maupun

kepariwisataan

kerusakan lingkungan;
Terkadang masyarakat

Kegiatan yang dilakukan harus

bersikap merasa paling

disampaikan secara terbuka dengan adanya

tahu, memaksa dan

komunikasi yang partisipatif

masih tertutup
Pengembangan Pengajaran bahasa

Bimbingan, pelatihan, dan pengajaran

Kampung

Inggris di sekolah

Inggris

dijalankan oleh guru

Bahasa Inggris intensif dan berkelanjutan.

yang memiliki jam


belajar kosong.
Hanya sejumlah anak
sekolahan yang dapat
berbahasa Inggris

Diharapkan

dengan adanya metode Participatory Rural Apprasial ini,

masyarakat merasa lebih diberi kesempatan untuk menuangkan masukan-masukan


yang berharga sehingga rencana untuk mengembangkan desa mereka menjadi desa
wisata dapat berjalan dengan lancar. Masyarakat mengharapkan pengelolaan yang
bersifat transparansi dan kegiatan apapun yang dilakukan harus dengan adanya
komunikasi yang partisipatif, harus dilakukan melalui kerjasama antar masyarakat,
tidak boleh mengarah pada golongan tertentu agar tidak membuat perpecahan, dan
tidak perlu bersikap merasa paling tahu tetapi harus santai sehingga hubungan tetap
akrab.

Respon masyarakat Pulau Sagori cukup baik dan mereka menyatakan akan

berperan aktif dalam rangka untuk mengembangkan Pulau Sagori dan menjadikan
desa mereka menjadi desa wisata.
Masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai obyek yang hanya menerima
segala yang diputuskan oleh pemerintah melalui kebijakan pengembangannya, akan
tetapi masyarakat juga harus ikut terlibat dalam kerangka pengembangan pariwisata.
Keterlibatan

masyarakat

dalam

kerangka

pengembangan

pariwisata

akan

menyebabkan adanya rasa memiliki dan rasa ingin turut memelihara pariwisata yang
berada di daerahnya. Aspek sosial menyangkut kesiapan masyarakat terhadap
perubahan yang akan terjadi dari pengembangan daerah wisata, dapat dilihat dari
sikap menerima atau menolak pembangunan pariwisata. Jika masyarakat tidak secara
keliru memahami kehadiran pengembangan pariwisata, maka akan berdampak positif
bagi setiap anggota masyarakat yang akhirnya akan tercipta suasana baru yang aman
dan terpelihara sesuai harapan bersama.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Sagori Pulau sangat

layak untuk berkembang sebagai desa wisata berbasis bahasa Inggris. Hal ini dapat
dilihat dari analisis potensi objek, analisis strategi besar, dan analisis penilaian desa
partisipatif (RPA). Pertama, merujuk pada analisis objek wisata mendapatkan nilai
750 yang berarti Pulau Sagori sangat layak untuk dikembangkan sebagai desa wisata
berbasis kampung Inggris. Kedua, berdasarkan analisis SWOT Pulau Sagori dapat
dikembangkan dengan menggunakan Aggressive Strategy. Terakhir, berdasarkan
hasil Participatory Rural Appraisal, masyarakat menyadari peluang pengembangan
Pulau Sagori sebagai desa wisata berbasis kampung Inggris dan bersedia
berkontribusi dalam pengembangannya.Tetapi Masyarakat mengharapkan adanya
manajemen yang positif dari pemerintah.

2.
a.

Saran
Bagi Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Bombana yang sudah menetapkan Pulau Sagori

menjadi desa wisata hendaknya lebih memperhatikan kelanjutan program tersebut


karena dalam pembangunan desa wisata untuk menunjang berbagai fasilitas
pariwisata diperlukan adanya dana keuangan guna mencapai tujuan yang diinginkan
yaitu menjadikan Pulau Sagori menjadi desa wisata di Kabupaten Bombana.
Lebih lanjut, untuk menghindari stagnanisasi pengembangan, pemerintah
perlu melakukan analisis kebutuhan masyarakat sebelum menetapkan kebijakan
teknis kegiatan pemgembangan yang akan diberlakukan di Pulau Sagori.
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat di Pulau Sagori agar lebih berpartisipatif terhadap setiap
kegiatan desa untuk mendukung terciptanya desa wisata. Serta masyarakat lebih
bersosialisasi terhadap pengunjung/wisatawan yang datang ke desa mereka. Sikap
keramah-tamahan sangat diperlukan untuk kenyamanan wisatawan yang berkunjung.

REFERENCES
Adhisakti, Laterna T. Strategi Pengembangan Desa Wisata di Indonesia dalam
Makalah Seminar Nasional Pemberdayaan Pariwisata Berbasis Kerakyatan
dalam Menyongsong Otonom Daerah Bali. 2000.
Anonim. Pengembangan Desa Wisata. Jakarta: PNPM Mandiri Bidang Pariwisata.
2011.
Chambers.

Participatory Rural Appraisal (PRA): Challenges, Potentials and

Paradigm.

World Development, Vol. 22, No. 10, pp. 1437-1454, 1994

Copyright 0 1994 Elsevier Science Ltd Printed in Great Britain. 1994.


Dwijayani dan Hadi Dwijayani, A. A. P., dan Wahyono Hadi. Studi Kelayakan
Pengolahan

Air Laut Menjadi Air Bersih di

Kawasan Wisata dan

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pantai Prigi, Trenggalek. (Online


Journal) .http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/4132/1028
). Downloaded on september 2015. 2013.
Eridiana, W. Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. (Online
Journal).
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/155050519860
11-

WAHYU_ERIDIANA/pariwisatapakwahyu.pdf

Downloaded

on

september 2015. 2012.


(PHKA) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pedoman Analisis Daerah
Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Direktorat
JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 2003.
Pitana, Gde. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Penerbit : Bali Post.
Denpasar. 1994.
Rangkuty, F. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Oreorientasi Konsep
Perencanaan Strategis untuk Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2000.
Rangkuty, F. Managemen Strategi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010.

Lampiran 1
Riwayat HidupKetua Tim
A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap (dengan

Roslina, SS., M.Hum.

gelar)
2

Jenis Kelamin

Perempuan

Jabatan Fungsional

Asisten Ahli

NIP/NIK/Identitas lainnya

NIDN

0905037501

Tempat dan Tanggal Lahir

Uloe, 9 Maret 1991

E-mail

Alimuddin.roslina@yahoo.com

Nomor Telepon/HP

085398350111

Alamat Kantor

Jl. Pemuda No.2 Kolaka, Sulawesi Tenggara

Mata Kuliah yg Diampu

1. Intensive Course

10

2. Vocabulary
3. Structure
4. Writing II
5. Listening II
6. TEFL
7. Language Testing
5. English for Young Learner
B. Riwayat Pendidikan
S1

S2

Universitas Hasanuddin

Universitas Hasanuddin

Bidang Ilmu

Sastra Inggris

Pendidikan Bahasa Inggris

Tahun Masuk-

1999 2003

2010 2013

Judul Skripsi/

Implicature of

Improving Students Reading

Tesis/Disertasi

Caricature at

Performance by Picture Story Book at

Nama Perguruan
Tinggi

Lulus

PKBM Medaso Kolaka


Nama

Prof. Dr. O.J Wehantou

Prof. Dr. Abdul Hakim Yassie, Dipl.

Pembimbing/

Drs. Natsir, M.Hum

Tesol

Promotor

Prof. Dr. Hamsah Machmoed

C. Pengalaman Penelitian
No Tahun

2008

Judul

Pendanaan

Peningkatan Kemampuan

Sumber

Jumlah (Rp)

Dikti

10.000.000

Berbicara Siswa Kelas I MTs


Sunan Kalijogo Malang Melalui
Strategi Pemetaan Pikiran.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


No

Tahun

Judul Pengabdian

Pendanaan

2010 TIM Pelaksana PNPM

Sumber

Jumlah (Rp)

PP Lakpesdam

190.000.000,

10.000.000,

2012

Mandiri Bulukumba

2012

Pemateri dalam Dialog

DKW Penerus

Kebangsaan Harlah DKW

Perjuangan

Penerus Perjuangan Perintis

Kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia

Indonesia

Trainer Broadcasting Radio

PLS Sulawesi

PendidikanLuar Sekolah PLS

Selatann

2012

1.000.000,

Sulawesi Selatan
E. Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No

Kegiatan Ilmiah

Nama Jurnal

Keterangan

Pemateri dalam Diskusi Sastra

Menangkan Perang Dunia

Jogjakarta,

Interdisipliner Universitas

ke-3 dengan Sastra

September 2013

Literature Philosophy-Basic

Phuket, Thailand

Gadjah Mada 2013


2

Pemakalah dalam Konferensi

Internasiona ICEHM

Characteristics for EFL

Conference 2015

Teachers and Lecturers in

29-30 Juli 2015

the Teaching

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Kolaka, 15 Januari 2015
Ketua Peneliti

Lampiran 2
Riwayat Hidup Anggota Tim
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1

Nama Lengkap (dengan

Dr. Azhari, S.STP., M.Si

gelar)
2

Tanggal Lahir

10 Juni 1976

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Jabatan Fungsional

Lektor Kepala

Kepakaran

Kebijakan Publik

NIDN

0910067604

E-mail

rektorat@usn.ac.id

Nomor Telepon/HP

10 Alamat Kantor
Mata Kuliah yg Diampu
11

Jl. Pemuda No.2 Kolaka, Sulawesi Tenggara


1. Pengantar Politik
2. Pengantar Ilmu Pemerintahan
3. Teori-Teori Pemerintahan
4. Teori Administrasi Negara
5. Birokrasi Pemerintahan
6. Pendidikan Kewarganegaraan
7. Kebijakan Publik
5. Skripsi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Kolaka, 15 Januari 2015
Anggota Peneliti

Riwayat Hidup Anggota Tim


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap

: Zakaria, S.S., M.A.

Tempat & Tgl. Lahir

: Makassar, 20 September 1969

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Desa 19 November, Kec Wundulako Kab.


Kolaka

Status

: Menikah

No. Handphone

: 085395472540

B. PENDIDIKAN FORMAL
Tamat SD

: 1983 di SD Kristen Kodya Pare-Pare

Tamat SMP

: 1986 di SMP Negeri 2 Pare-Pare

Tamat SMA

: 1989 di SMA Negeri 1 Pare-Pare

Tamat Strata Satu (S-1)

: 1998 di Univ. Hasanuddin Makassar


(Jurusan Sastra dan Bahasa Inggris)

TamatStrata Dua (S-2)

: 2009 di Univ. Gadjah Mada Yogyakarta


(Program Studi Sastra Amerika)

C. RIWAYAT PEKERJAAN, PENGAJARAN DAN JABATAN


Tahun 2000

: Dosen Tetap Yayasan di STKIP 19


November Kolaka

Tahun 2006

: Memperoleh penetapan Angka Kredit


(Asisten

Tahun 2010

Ahli/IIIa)

Diangkat menjadi Kaprodi Pendidikan

Bhs. Inggris di Univ. 19 November


Tahun 2014

: 1. Diangkat menjadi Dekan FKIP di Univ.


19 November
2. Memperoleh Penetapan Angka Kredit
(Lektor/IIIb)

D. PELATIHAN, SEMINAR, PENELITIAN DAN KURSUS


Tahun 2009

: Peserta Seminar dan Diskusi Film Nasional di


Universitas Hasahuddin Makassar

Tahun 1993

: Peserta Seminar HAM di Unhas

Tahun 1996

: Peserta Seminar Cagar Budaya Sulawesi


Selatan di Benteng Somba Opu

Tahun 2002

: Peserta Workshop Language and Teaching


Methodology di Univ Haluoleo

Pembuat Daftar Riwayat Hidup,

Anda mungkin juga menyukai