ABSTRAK: Xantin oksidase adalah enzim pensintesis asam urat. Sementara kulit
melinjo mengandung metabolit sekunder yang diduga mampu menghambat xantin
oksidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder, daya
inhibisi kulit melinjo terhadap aktivitas xantin oksidase, dengan variasi usia buah dan
perebusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit melinjo mengandung flavonoid,
saponin, alkaloid, dan polifenol dan daya inhibisi tertinggi terhadap aktivitas xantin
oksidase diperoleh pada ekstrak etanol kulit melinjo muda mentah dan direbus yang
pada konsentrasi 100 ppm setara dengan allopurinol 19,9 ppm.
Kata Kunci: xantin oksidase, inhibisi, kulit melinjo, allopurinol
Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme nukleotida purin yang
berlangsung di dalam tubuh. Purin yang berasal dari dalam tubuh merupakan
penghancuran dari sel-sel yang sudah tua dan sintetsis dari CO2, glisin, asam aspartat,
glutamin, dan asam folat (Dalimartha, 2008: 6). Xantin oksidase memiliki peranan
penting dalam proses pembentukan asam urat dengan mengkatalisis berturut-turut
hipoxantin menjadi xantin kemudian asam urat. Pada reaksi tersebut dihasilkan pula
radikal superoksida yang bereaksi dengan air membentuk asam peroksida. Xantin
oksidase dapat ditemukan dalam susu sapi segar pada membran-membran di sekitar
globula lemak. Membran tersebut berasal dari membran sel yang keluar berbentuk
konsentrat (Briley, M.S. & Eisenthal, R. 1974: 417). Pada keadaan hiperurisemia,
plasma darah tidak mampu menampung lagi garam urat sehingga terjadi pengendapan
pada berbagai organ seperti sendi dan ginjal. Penderita penyakit gout seringkali
menggunakan allopurinol sebagai obat penurun kadar asam urat dengan mekanisme
kerja sebagai inhibitor xantin oksidase karena memiliki struktur mirip xantin yang
merupakan substrat xantin oksidase. Allopurinol memiliki efek samping seperti mual,
diare, hingga kulit kemerahan disertai gatal sehingga perlu dicari senyawa bioaktif
tanaman sebagai inhibitor alami xantin oksidase untuk dijadikan alternatif pengobatan
yang aman untuk dikonsumsi.
Kulit melinjo mengandung asam askorbat, tokoferol, dan polifenol memiliki
aktivitas sebagai antioksidan juga berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase (Santoso
dkk., 2010: 522). Proses perebusan meningkatkan aktivitas antioksidannya. Beberapa
senyawa antioksidan memiliki potensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena mampu
menangkap elektron. Flavonoid golongan flavon dan flavonol memiliki daya inhibisi
lebih tinggi daripada golongan flavonoid yang lainnya karena posisi gugus hidroksilnya
lebih mudah menangkap elektron dari sisi aktif xantin oksidase (Cos, 1998: 74).
Senyawa lainnya seperti polifenol dan saponin juga berpotensi sebagai inhibitor xantin
oksidase karena memiliki gugus hidroksil sebagai akseptor elektron dari xantin
oksidase. Penelitian ini bertujuan mengetahui 1) golongan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit melinjo, 2) daya inhibisi ekstrak etanol kulit
melinjo dengan variasi usia buah dan perebusan terhadap xantin oksidase relatif
terhadap allopurinol, dan 3) massa kulit melinjo yang diperlukan untuk menghasilkan
ekstrak dengan aktivitas setara dengan 1 tablet allopurinol (100 mg).
METODE
Persiapan Simplisia
1000 g buah melinjo dicuci, dibagi menjadi dua bagian masing-masing direbus
sebelum dikupas dan bagian lainnya langsung dipisahkan kulitnya kemudian
dikeringkan dan diblender menjadi serbuk. Untuk menentukan kadar air, 2 g serbuk
simplisia dioven pada suhu 55 C selama 30 menit, dan diulang hingga beratnya
konstan.
Ekstraksi Simplisia
Serbuk simplisia diekstraksi menggunakan metode maserasi selama 24 jam
dengan nisbah sampel:etanol 70 % sebesar 1:5 sambil sesekali diaduk. Maserat yang
diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak kental.
Rendemen ekstrak dihitung dengan kadar air sebagai faktor koreksi.
Uji Fitokimia
Alkaloid
Sebanyak 1 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL kloroform. Ditambahkan 5 mL
HCl 2 M kemudian ditambahkan 0,5 g NaCl. Campuran diaduk dan disaring. Filtrat
yang diperoleh ditambah 3 tetes HCl 2 M kemudian dipisah menjadi 4 bagian. Bagian
pertama sebagai blanko, bagian kedua ditanbah reagen wagner, bagian ketiga ditambah
reagen dragendorff, dan bagian keempat ditambah reagen mayer.untuk uji penegasan,
bagian pertama ditambah amonia 25 % hingga mencapai pH 8-9. Kemudian
ditambahkan 3 tetes kloroform selanjutnya diuapkan di atas penangas. Filtrat
ditambahkan 2 mL HCl 2 M kemudian diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 4
bagian seperti prosedur sebelumnya. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya
alkaloid.
Flavonoid
Sebanyak 0,1 g sampel dilarutkan dalam 3 mL etanol 70 %. Larutan diambil 1
mL dan ditambahkan 10 tetes HCl 37 % kemudian dipanaskan selama 10 menit. Hasil
positif ditunjukkan oleh adanya perubahan warna menjadi kuning, jingga, atau merah.
Saponin, Tanin, dan Polifenol
Sebanyak 0,1 g Sampel dilarutkan dalam akuades panas kemudian dibagi
menjadi 2 bagian. Bagian pertama dikocok selama 10 detik dan dibiarkan hingga
terbentuk buih stabil selama 10 menit. Bagian kedua ditambah 5 tetes NaCl 10 % dan
disairng. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian. Filtrat pertama sebagai
blanko, filtrat kedua ditambah 3 tetes FeCl3, dan filtrat ketiga ditambah 5 tetes gelatin.
Hasil positif polifenol ditunjukkan oleh adanya perubahan warna mejadi hitam
kehijauan. Sedangkan hasil positif tanin ditunjukkan oleh adanya endapan putih.
Tabel 4.1. Data Keseluruhan Penghitungan Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Melinjo
Massa
(g)
Massa
kulit
(g)
Massa kulit
setelah
dikeringkan
(g)
Massa
serbuk
(g)
Massa
Ekstrak
(g)
Kadar
air (%)
Rendemen
(%)
Tua
mentah
500
242,49
116,94
115,06
5,93
4,83
5,41
Tua
rebus
500
260
109,58
108,43
14,82
1,53
13,88
Muda
mentah
500
180
92
90
13,28
5,33
15,59
Muda
rebus
500
280
90,50
85,10
9,42
3,17
11,43
Supernatan
Residu
Waktu
(menit)
Absorbansi
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0,248
0,27
0,309
0,328
0,364
0,262
0,386
0,521
0,634
0,737
Konsentrasi
Asam Urat
(mM)
0,023
0,025
0,028
0,029
0,033
0,024
0,035
0,047
0,058
0,067
Aktivitas XO
(U/mL)
Volume
(mL)
Aktivitas
Total (U)
0,0003
126,1
0,075
0,0011
250
0,275
menyebabkan adanya kompetisi antara substrat dengan inhibitor dalam mengikat sisi
aktif enzim. Xantin oksidase yang berikatan dengan allopurinol akan membentuk
oksipurinol. Pada uji inhibisi xantin oksidase, allopurinol 10 ppm mampu menginhibisi
sebesar 27,28 %. Oleh karena itu, allopurinol digunakan sebagai kontrol positif pada
penelitian ini.
Ekstrak etanol kulit melinjo juga memiliki aktivitas sebagai inhibitor xantin
oksidase. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan aktivitas enzim. Adanya proses
perebusan tidak mempengaruhi inhibisi pada ekstrak etanol kulit melinjo tua dan muda.
Meskipun kadar senyawa metabolit sekunder mengalami perubahan pada proses
perebusan tetapi tidak mempengaruhi daya inhibisinya. Hal ini kemungkinan senyawa
yang berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase, sebagian rusak sehingga meskipun
yang terekstrak bertambah tetapi aktivitas totalnya tetap. Sedangkan usia buah melinjo
memiliki pengaruh terhadap daya inhibisinya. Ekstrak etanol kulit melinjo muda
memiliki daya inhibisi lebih tinggi daripada ekstrak etanol kulit melinjo tua. Hal ini
kemungkinan senyawa yang berpotensi sebagai inhibitor pada kulit melinjo muda
jumlahnya lebih banyak daripada kulit melinjo tua. Daya inhibisi ekstrak etanol kulit
melinjo yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Daya Inhibisi Allopurinol terhadap Aktivitas Xantin Oksidase
Sampel
Tanpa inhibitor
Allopurinol 10 ppm
Waktu
(menit)
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
Absorbansi
0,248
0,270
0,309
0,328
0,364
0,236
0,346
0,452
0,540
0,597
0,424
0,513
0,579
0,653
0,714
0,372
0,446
0,517
0,592
0,635
0,371
0,451
0,512
0,565
0,606
0,363
0,420
0,479
0,544
0.,595
Konsentrasi Asam
Urat (mM)
0,023
0,025
0,028
0,029
0,033
0,021
0,031
0,041
0,049
0,05
0,039
0,047
0,053
0,059
0,065
0,034
0,041
0,047
0,054
0,058
0,034
0,041
0,047
0,051
0,056
0,033
0,038
0,044
0,049
0,054
Aktivitas XO
(U/mL)
Daya
Inhibisi (%)
0,0011
0,0008
27,28
0,0006
45,46
0,0006
45,46
0,0005
54,55
0,0005
54,55
Konsentrasi
(ppm)
Setara dengan
Allopurinol
(ppm)
Massa Ekstrak
Setara 1 Tablet
Allopurinol (g)
Massa Kulit
Segar (g)
100
100
16,7
16,7
1,8
1,8
242,5
260
100
19,9
1,5
180
20,3
100
19,9
1,5
280
44,6
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: 1) senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit melinjo
adalah flavonoid, alkaloid, saponin, dan polifenol. Perebusan mampu meningkatkan
kadar saponin, polifenol, dan alkaloid sedangkan kadar flavonoid menurun, 2) daya
inhibisi tertinggi terhadap aktivitas xantin oksidase diperoleh pada ekstrak etanol kulit
melinjo muda mentah dan direbus yang pada konsentrasi 100 ppm setara dengan
allopurinol 19,9 ppm.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai daya inhibisi ekstrak etanol kulit melinjo
dapat disarankan hal sebagai berikut: 1) perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang
senyawa aktif yang lebih spesifik yang mampu menginhibisi xantin oksidase dan
mekanisme inhibisinya dan 2) perlu adanya pengujian toksisitas ekstrak untuk
mengetahui batas konsentrasi aman untuk dikonsumsi sebagai obat, sehingga dapat diuji
lebih lanjut secara in vivo.
DAFTAR RUJUKAN
Azmi, S. M. N., Jamal, P. & Amid, A. 2012. Xanthine Oxidase Inhibitory Activity from
Potential Malaysian Medicinal Plant as Remedie for Gout. International Food
Research Journal, (Online), 19 (1): 159-165, (http://www.ifrj.upm.edu.my/
19%20(01)%202011/(21)IFRJ-2010-271%20Parveen.pdf), diakses 21 Maret
2012.
Bergmeyer, H.U., Gawehn, K. & Grassl, M. 1974. Methods of Enzymatic Analysis
(Bergmeyer, H.U. ed.). New York : Academic Press Inc.
Briley, M.S. & Eisenthal, R. 1975. Association of Xanthine Oxidase with the Bovine
Milk-Fat-Globule Membrane. Journal of Biochemistry, (Online), 147: 417 - 423,
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC1165467/pdf/biochemj005590049.pdf), diakses 27 Maret 2012.
Corran, H.S., Dewan, J.G., Gordon, A.H. & Green, D.E. 1939. CCXI. Xanthine Oxidase
and Milk Flavoprotein. Journal of Biochemical, (Online), 107 (2): 1693-1708,
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov_pmc_article_PMC 1264634_pdf_biochemj010200178.pdf), diakses 12 Agustus 2011.
Cos, P., Ying, L., Hu, C.J.P., Cimanga, K., Poel, B.V., Pieters, L., Vlietinck, A.J. &
Berghe, D.V. 1998. Structure Activity Relationship and Classification of
Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers. J.
Nat.
Prod,
(Online),
61
(1):
71-76,
(http://www.
pharmanet.com.br/pdf/np970237h.pdf), diakses 4 Desember 2011.
Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Bogor: Penebar
Swadaya.
Egwim, E.C., Vunchi, M.A. & Egwim, P.O. 2005. Comparism of Xanthine Oxidase
Activities in Cow and Goat Milks. Nigeria Society for Experimental Biology,
(Online), 17 (1): 1-6, (http://www.bioline.org .br/pdf/bk05001), diakses 18
Januari 2012.
Johannes. 1974. Kimia Koloid dan Kimia Permukaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Santoso, M., Naka, Y., Angkawidjaja, C., Yamaguchi, T., Matoba, T. & Takamura, H.
2010. Antioxidant and Damage Prevention Activities of the Edible Parts of
Gnetum gnemon and Their Change upon Heat Treatment. Journal Food Science
and Technology, (Online), 16 (6): 549-556, (http://www.jstage.jst.go.jp/
article/fstr/16/6/549/_pdf), diakses 5 November 2011.
Susanti, A. 2009. Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Daun Asam Jawa san rimpang Kunci
Pepet terhadap Lipase Pankreas secara in Vitro. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor: MIPA IPB.
Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.