Anda di halaman 1dari 9

INHIBISI XANTIN OKSIDASE OLEH EKSTRAK ETANOL KULIT

MELINJO (Gnetum gnemon) RELATIF TERHADAP


ALLOPURINOL
Sri Wulandari, Subandi, dan Muntholib
Universitas Negeri Malang
Correspondence Author: sbd_um@yahoo.co.id

ABSTRAK: Xantin oksidase adalah enzim pensintesis asam urat. Sementara kulit
melinjo mengandung metabolit sekunder yang diduga mampu menghambat xantin
oksidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder, daya
inhibisi kulit melinjo terhadap aktivitas xantin oksidase, dengan variasi usia buah dan
perebusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit melinjo mengandung flavonoid,
saponin, alkaloid, dan polifenol dan daya inhibisi tertinggi terhadap aktivitas xantin
oksidase diperoleh pada ekstrak etanol kulit melinjo muda mentah dan direbus yang
pada konsentrasi 100 ppm setara dengan allopurinol 19,9 ppm.
Kata Kunci: xantin oksidase, inhibisi, kulit melinjo, allopurinol

Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme nukleotida purin yang
berlangsung di dalam tubuh. Purin yang berasal dari dalam tubuh merupakan
penghancuran dari sel-sel yang sudah tua dan sintetsis dari CO2, glisin, asam aspartat,
glutamin, dan asam folat (Dalimartha, 2008: 6). Xantin oksidase memiliki peranan
penting dalam proses pembentukan asam urat dengan mengkatalisis berturut-turut
hipoxantin menjadi xantin kemudian asam urat. Pada reaksi tersebut dihasilkan pula
radikal superoksida yang bereaksi dengan air membentuk asam peroksida. Xantin
oksidase dapat ditemukan dalam susu sapi segar pada membran-membran di sekitar
globula lemak. Membran tersebut berasal dari membran sel yang keluar berbentuk
konsentrat (Briley, M.S. & Eisenthal, R. 1974: 417). Pada keadaan hiperurisemia,
plasma darah tidak mampu menampung lagi garam urat sehingga terjadi pengendapan
pada berbagai organ seperti sendi dan ginjal. Penderita penyakit gout seringkali
menggunakan allopurinol sebagai obat penurun kadar asam urat dengan mekanisme
kerja sebagai inhibitor xantin oksidase karena memiliki struktur mirip xantin yang
merupakan substrat xantin oksidase. Allopurinol memiliki efek samping seperti mual,
diare, hingga kulit kemerahan disertai gatal sehingga perlu dicari senyawa bioaktif
tanaman sebagai inhibitor alami xantin oksidase untuk dijadikan alternatif pengobatan
yang aman untuk dikonsumsi.
Kulit melinjo mengandung asam askorbat, tokoferol, dan polifenol memiliki
aktivitas sebagai antioksidan juga berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase (Santoso
dkk., 2010: 522). Proses perebusan meningkatkan aktivitas antioksidannya. Beberapa
senyawa antioksidan memiliki potensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena mampu
menangkap elektron. Flavonoid golongan flavon dan flavonol memiliki daya inhibisi
lebih tinggi daripada golongan flavonoid yang lainnya karena posisi gugus hidroksilnya

lebih mudah menangkap elektron dari sisi aktif xantin oksidase (Cos, 1998: 74).
Senyawa lainnya seperti polifenol dan saponin juga berpotensi sebagai inhibitor xantin
oksidase karena memiliki gugus hidroksil sebagai akseptor elektron dari xantin
oksidase. Penelitian ini bertujuan mengetahui 1) golongan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit melinjo, 2) daya inhibisi ekstrak etanol kulit
melinjo dengan variasi usia buah dan perebusan terhadap xantin oksidase relatif
terhadap allopurinol, dan 3) massa kulit melinjo yang diperlukan untuk menghasilkan
ekstrak dengan aktivitas setara dengan 1 tablet allopurinol (100 mg).
METODE
Persiapan Simplisia
1000 g buah melinjo dicuci, dibagi menjadi dua bagian masing-masing direbus
sebelum dikupas dan bagian lainnya langsung dipisahkan kulitnya kemudian
dikeringkan dan diblender menjadi serbuk. Untuk menentukan kadar air, 2 g serbuk
simplisia dioven pada suhu 55 C selama 30 menit, dan diulang hingga beratnya
konstan.
Ekstraksi Simplisia
Serbuk simplisia diekstraksi menggunakan metode maserasi selama 24 jam
dengan nisbah sampel:etanol 70 % sebesar 1:5 sambil sesekali diaduk. Maserat yang
diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak kental.
Rendemen ekstrak dihitung dengan kadar air sebagai faktor koreksi.
Uji Fitokimia
Alkaloid
Sebanyak 1 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL kloroform. Ditambahkan 5 mL
HCl 2 M kemudian ditambahkan 0,5 g NaCl. Campuran diaduk dan disaring. Filtrat
yang diperoleh ditambah 3 tetes HCl 2 M kemudian dipisah menjadi 4 bagian. Bagian
pertama sebagai blanko, bagian kedua ditanbah reagen wagner, bagian ketiga ditambah
reagen dragendorff, dan bagian keempat ditambah reagen mayer.untuk uji penegasan,
bagian pertama ditambah amonia 25 % hingga mencapai pH 8-9. Kemudian
ditambahkan 3 tetes kloroform selanjutnya diuapkan di atas penangas. Filtrat
ditambahkan 2 mL HCl 2 M kemudian diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 4
bagian seperti prosedur sebelumnya. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya
alkaloid.
Flavonoid
Sebanyak 0,1 g sampel dilarutkan dalam 3 mL etanol 70 %. Larutan diambil 1
mL dan ditambahkan 10 tetes HCl 37 % kemudian dipanaskan selama 10 menit. Hasil
positif ditunjukkan oleh adanya perubahan warna menjadi kuning, jingga, atau merah.
Saponin, Tanin, dan Polifenol
Sebanyak 0,1 g Sampel dilarutkan dalam akuades panas kemudian dibagi
menjadi 2 bagian. Bagian pertama dikocok selama 10 detik dan dibiarkan hingga
terbentuk buih stabil selama 10 menit. Bagian kedua ditambah 5 tetes NaCl 10 % dan
disairng. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian. Filtrat pertama sebagai
blanko, filtrat kedua ditambah 3 tetes FeCl3, dan filtrat ketiga ditambah 5 tetes gelatin.
Hasil positif polifenol ditunjukkan oleh adanya perubahan warna mejadi hitam
kehijauan. Sedangkan hasil positif tanin ditunjukkan oleh adanya endapan putih.

Isolasi Enzim Xantin Oksidase dari 250 mL Susu Sapi Segar


Isolasi xantin oksidase berdasarkan Corran, H.S.& Green, D.E (1938) yang
diperoleh dari 250 mL susu sapi segar dilakukan dengan pemanasan susu hingga
mencapai suhu 30 C. Kemudian menambahkan 81,68 g NaCl dan disentrifugasi pada
kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Supernatan yang diperoleh difraksinasi amonium
sulfat dengan fraksinasi 0-40 % pada suhu 4 C menggunakan penangas es kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm suhu 4 C selama 20 menit menggunakan
ultrasentrifuge. Supernatan dan residu yang diperoleh digunakan sebagai sampel enzim
xantin oksidase. Fraksi residu dilarutkan dalam buffer kalium fosfat 0,05 M pH 7,5
hingga 250 mL.
Uji Aktivitas Enzim
Pengujian aktivitas xantin oksidase berdasarkan Bergemeyer dkk (1974)
sebanyak 1 mL xantin 0,15 mM ditambahkan 1,8 mL buffer kalium fosfat 0,05 M pH
7,5. Campuran tersebut diukur serapannya pada 290 nm hingga konstan. Selanjutnya,
ditambahkan 0,2 mL xantin oksidase diinkubasi pada suhu kamar (25 C) dan diukur
serapannya pada 290 nm setiap 10 menit. Larutan buffer-xantin digunakan sebagai
blanko. Konsentrasi asam urat dihitung berdasarkan hukum Lambert-Beer dengan
koefisien ekstingsi molar asam urat pada 290 nm pH 7,5 adalah 12,2 mM-1cm-1 dan
lebar kuvet 1 cm. Sedangkan aktivitas enzim diperoleh dari persamaan linier kurva
waktu terhadap konsentrasi asam urat.
Uji Inhibisi Ekstrak Etanol Kulit Melinjo
Ekstrak kental diencerkan hingga konsentrasi 100 ppm dalam buffer kalium
fosfat 0,05 M pH 7,5. Penambahan volume ekstrak 0,2 mL, larutan buffer kalium fosfat
0,05 M pH 7,5 sebanyak 1,6 mL kemudian ditambahkan 1 mL xantin 0,15 mM. 0,2 mL
enzim. Campuran tersebut dihomogenkan, diinkubasi pada suhu kamar (25 C), dan
diukur serapannya pada 290 nm setiap 10 menit selama 40 menit. Perhitungan daya
inhibisinya seperti pada penentuan aktivitas enzim. Dengan prosedur yang sama, ekstrak
diganti allopurinol sebagai pembanding.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Melinjo
Dari proses pencucian, perebusan, pengupasan, dan pengeringan diperoleh
simplisia serbuk. Untuk mengetahui kelayakan simplisia disimpan dalam jangka waktu
relatif lama, dihitung persentase kadar airnya. Simplisia yang baik adalah memiliki
kadar air kurang dari 10 % untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme selama
disimpan dalam jangka waktu tertentu (Winarno, 1988: 13). Kadar air yang telah
diketahui juga digunakan sebagai faktor koreksi dalam perhitungan rendemen ekstrak.
Metode ekstraksi yang dilakukan pada penelitian adalah maserasi dengan pelarut etanol
70 % merupakan pelarut polar yang memiliki gugus hidroksil dan etil dengan kepolaran
yang berbeda. Etanol 70 % digunakan sebagai analisis pendahuluan obat karena aman
untuk dikonsumsi lebih lanjut (Susanti, 2009). Maserasi digunakan karena mudah
dilakukan dan menggunakan alat yang sederhana. Kekuatan dinding sel dan usia
tanaman mempengaruhi jumlah zat yang terekstrak. Hasil keseluruhan penentuan kadar
air dan rendemen ekstrak dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Keseluruhan Penghitungan Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Melinjo

Massa
(g)

Massa
kulit
(g)

Massa kulit
setelah
dikeringkan
(g)

Massa
serbuk
(g)

Massa
Ekstrak
(g)

Kadar
air (%)

Rendemen
(%)

Tua
mentah

500

242,49

116,94

115,06

5,93

4,83

5,41

Tua
rebus

500

260

109,58

108,43

14,82

1,53

13,88

Muda
mentah

500

180

92

90

13,28

5,33

15,59

Muda
rebus

500

280

90,50

85,10

9,42

3,17

11,43

Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Melinjo

Banyak sekali penelitian terkini terkait dengan inhibitor xantin oksidase.


Dilaporkan bahwa polifenol salah satu inhibitor xantin oksidase (Constantino dalam
Azmi, 2012: 160). Beberapa senyawa dari golongan flavonoid juga memiliki aktivitas
inhibisi yang cukup tinggi. Tingkat inhibisinya tergantung oleh posisi gugus hidroksil
dalam kerangka dasarnya. Baikalein, kaemferol, morin, kuersetin, fisetin, mirisetin,
krisin, apigenin, galangin dan yang paling besar daya inibisinya adalah luteolin (Cos
dkk., 1998: 74). Proses perebusan juga mempengaruhi jumlah senyawa yang terdapat
dalam ekstrak etanol. Peningkatan kadar senyawa tersebut kemungkinan disebabkan
oleh perebusan mengakibatkan rusaknya jaringan dan dinding sel pecah sehingga
banyak senyawa yang keluar dan mudah terekstrak . Sedangkan adanya penurunan
kadar kemungkinan senyawa dalam ekstrak bersifat tidak tahan panas.
Tabel 4.2. Hasil Uji Fitokimia Berbagai Ekstrak Etanol
Golongan
Hasil Uji
Senyawa
Tua Mentah
Tua Rebus
Muda Mentah
Muda Rebus
Flavonoid
+++
++
+++
++
Saponin
+
+++
+
+++
Tanin
Polifenol
++
+++
++
+++
Alkaloid
-Mayer
+
++
+
+++
-Wagner
+
+++
++
+++
Uji penegasan
-Mayer
+
++
+
+
-Dragendorff
+++
+++
+++
+++
*) Semakin banyak tanda (+) semakin banyak senyawa terdapat dalam sampel secara kualitatif

Uji Aktivitas Xantin Oksidase


Susu merupakan salah satu sistem koloid jenis emulsi dengan zat terdispersi dan
pendispersinya adalah cair. Pemanasan hingga suhu 30 C dan penambahan NaCl dapat
memecah lapisan pelindung sehingga membalikkan emulsi susu menjadi air dalam
minyak akibatnya enzim dapat keluar dari membran (Johannes, 1974: 173). Pemisahan
dengan sentrifugasi 3000 rpm selama 30 menit sehingga diperoleh supernatan dan
residu. Residu berwarna kuning menunjukkan pengotor yang mengendap pada proses
pemecahan emulsi. Supernatan yang diperoleh difraksinasi dengan amonium sulfat
fraksinasi 0-40 % pada penangas es untuk menjaga stabilitas enzim hingga homogen.
Untuk memisahkan residu dan supernatan, dilakukan sentrifugasi 8000 rpm selama 20
menit pada suhu 4 C. Supernatan dan residu selanjutnya diuji aktivitas enzimnya.
Residu dilarutkan dalam larutan bufer kalium fosfat 0,05 M pH 7,5 hingga mencapai
250 mL. Seperti dilaporkan oleh Egwim dkk (2004) bahwa kondisi optimum xantin
oksidase pada pH 7,5.
Pada uji aktivitas xantin oksidase, absorbansi yang diukur merupakan jumlah
produksi asam urat. Sehingga perhitungan konsentrasinya ditentukan berdasarkan
hukum Lambert-Beer dapat dihitung konsentrasi asam urat dari absorbansi asam urat
pada 290 nm dengan rumus berikut:
A = . b . C
dengan A adalah absorbansi asam urat pada 290 nm, adalah koefisien ekstingsi molar
asam urat pada pH 7,5 dan 290 nm sebesar 12,2 mM-1cm-1 (Bergmeyer, 1974), b
adalah lebar kuvet 1 cm, dan C adalah konsentrasi asam urat (mM).
Xantin oksidase akan mengendap pada fraksinasi amonium sulfat 0-40 %
(Corran, H.S.& Green, D.E, 1938). Oleh karena itu, aktivitas enzim tertinggi
ditunjukkan oleh fraksi residu sebesar 0,0011 U/mL. Adanya aktivitas xantin oksidase
pada supernatan disebabkan masih adanya enzim yang tidak terendapkan pada
fraksinasi amonium sulfat. Hasil uji aktivitas dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Aktivitas Xantin Oksidase pada Fraksinasi Amonium Sulfat 0-40%
Hasil

Supernatan

Residu

Waktu
(menit)

Absorbansi

0
10
20
30
40
0
10
20
30
40

0,248
0,27
0,309
0,328
0,364
0,262
0,386
0,521
0,634
0,737

Konsentrasi
Asam Urat
(mM)
0,023
0,025
0,028
0,029
0,033
0,024
0,035
0,047
0,058
0,067

Aktivitas XO
(U/mL)

Volume
(mL)

Aktivitas
Total (U)

0,0003

126,1

0,075

0,0011

250

0,275

Inhibisi Aktivitas Xantin Oksidase


Apabila dilihat dari mekanismenya, allopurinol termasuk inhibitor reversibel
kompetitif. Suatu inhibitor kompetitif memiliki struktur mirip dengan substrat. Hal ini

menyebabkan adanya kompetisi antara substrat dengan inhibitor dalam mengikat sisi
aktif enzim. Xantin oksidase yang berikatan dengan allopurinol akan membentuk
oksipurinol. Pada uji inhibisi xantin oksidase, allopurinol 10 ppm mampu menginhibisi
sebesar 27,28 %. Oleh karena itu, allopurinol digunakan sebagai kontrol positif pada
penelitian ini.
Ekstrak etanol kulit melinjo juga memiliki aktivitas sebagai inhibitor xantin
oksidase. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan aktivitas enzim. Adanya proses
perebusan tidak mempengaruhi inhibisi pada ekstrak etanol kulit melinjo tua dan muda.
Meskipun kadar senyawa metabolit sekunder mengalami perubahan pada proses
perebusan tetapi tidak mempengaruhi daya inhibisinya. Hal ini kemungkinan senyawa
yang berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase, sebagian rusak sehingga meskipun
yang terekstrak bertambah tetapi aktivitas totalnya tetap. Sedangkan usia buah melinjo
memiliki pengaruh terhadap daya inhibisinya. Ekstrak etanol kulit melinjo muda
memiliki daya inhibisi lebih tinggi daripada ekstrak etanol kulit melinjo tua. Hal ini
kemungkinan senyawa yang berpotensi sebagai inhibitor pada kulit melinjo muda
jumlahnya lebih banyak daripada kulit melinjo tua. Daya inhibisi ekstrak etanol kulit
melinjo yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Daya Inhibisi Allopurinol terhadap Aktivitas Xantin Oksidase
Sampel

Tanpa inhibitor

Allopurinol 10 ppm

Ekstrak Etanol Kulit


Melinjo Tua mentah
100 ppm

Ekstrak Etanol Kulit


Melinjo Tua Rebus
100 ppm

Ekstrak Etanol Kulit


Melinjo Muda
Mentah 100 ppm

Ekstrak Etanol Kulit


Melinjo Muda
Rebus 100 ppm

Waktu
(menit)
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40

Absorbansi
0,248
0,270
0,309
0,328
0,364
0,236
0,346
0,452
0,540
0,597
0,424
0,513
0,579
0,653
0,714
0,372
0,446
0,517
0,592
0,635
0,371
0,451
0,512
0,565
0,606
0,363
0,420
0,479
0,544
0.,595

Konsentrasi Asam
Urat (mM)
0,023
0,025
0,028
0,029
0,033
0,021
0,031
0,041
0,049
0,05
0,039
0,047
0,053
0,059
0,065
0,034
0,041
0,047
0,054
0,058
0,034
0,041
0,047
0,051
0,056
0,033
0,038
0,044
0,049
0,054

Aktivitas XO
(U/mL)

Daya
Inhibisi (%)

0,0011

0,0008

27,28

0,0006

45,46

0,0006

45,46

0,0005

54,55

0,0005

54,55

Berdasarkan uji fitokimia, senyawa, metabolit sekunder yang berpotensi sebagai


inhibitor xantin oksidase dan memiliki kemiripan struktur dengan xantin adalah
flavonoid. Hal ini disebabkan oleh adanya dua cincin aromatic yang memiliki gugus
hidroksil sebagai akseptor elektron dari xantin oksidase (Cos dkk., 1998: 71). Selain
flavonoid, saponin dan polifenol juga memiliki kemampuan sebagai inhibitor xantin
oksidase yang mekanisme inhibisinya belum diketahui (Constantino dalam Azmi, 2012:
161).
Daya inhibisi ekstrak etanol kulit melinjo muda mentah dan direbus konsentrasi
100 ppm setara dengan daya inhibisi allopurinol 19,9 ppm. Sedangkan daya inhibisi
ekstrak etanol kulit melinjo tua mentah dan direbus konsentrasi 100 ppm setara dengan
allopurinol 16,7 ppm. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi daya inhibisi ekstrak
etanol kulit melinjo semakin tinggi pula kesetaraannya dengan konsentrasi allopurinol.
Sehingga semakin semakin sedikit jumlah ekstrak yang diperlukan untuk menghasilkan
senyawa yang mampu menginhibisi aktivitas xantin oksidase. Sedangkan massa kulit
melinjo yang dibutuhkan untuk menghasilkan ekstrak dengan jumlah yang telah
diketahui berbeda-beda pada setiap jenis usia dan perebusan. Hal ini disebabkan oleh
jumlah massa kulit segar yang diperoleh pada variasi tersebut berbeda-beda
kemungkinan dipengaruhi oleh ukuran buah dan kadar air. Inhibisi oleh ekstrak etanol
kulit melinjo muda mentah membutuhkan 1,5 g ekstrak untuk mendapatkan inhibisi
setara dengan 1 tablet allopurinol yang massanya 0,3 g. Sehingga untuk memperoleh
ekstrak sebanyak tersebut diperlukan 20,3 g kulit melinjo segar. Berdasarkan hasil
penelitian ini, dapat dikatakan bahwa kulit melinjo memiliki potensi sebagai alternatif
obat penurun kadar asam urat darah atau gout. Kesetaraan ekstrak etanol kulit melinjo
terhadap allopurinol dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kesetaraan Ekstrak Etanol Kulit Melinjo terhadap 1 Tablet Allopurinol
Ekstrak
Etanol Kulit
Melinjo
Tua Mentah
Tua Rebus
Muda
Mentah
Muda Rebus

Konsentrasi
(ppm)

Setara dengan
Allopurinol
(ppm)

Massa Ekstrak
Setara 1 Tablet
Allopurinol (g)

Massa Kulit
Segar (g)

100
100

16,7
16,7

1,8
1,8

242,5
260

Massa Kulit Segar untuk


Menghasilkan Ekstrak
Setara 1 Tablet Allopurinol
(g)
73,6
31,6

100

19,9

1,5

180

20,3

100

19,9

1,5

280

44,6

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: 1) senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit melinjo
adalah flavonoid, alkaloid, saponin, dan polifenol. Perebusan mampu meningkatkan
kadar saponin, polifenol, dan alkaloid sedangkan kadar flavonoid menurun, 2) daya
inhibisi tertinggi terhadap aktivitas xantin oksidase diperoleh pada ekstrak etanol kulit
melinjo muda mentah dan direbus yang pada konsentrasi 100 ppm setara dengan
allopurinol 19,9 ppm.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai daya inhibisi ekstrak etanol kulit melinjo
dapat disarankan hal sebagai berikut: 1) perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang
senyawa aktif yang lebih spesifik yang mampu menginhibisi xantin oksidase dan
mekanisme inhibisinya dan 2) perlu adanya pengujian toksisitas ekstrak untuk
mengetahui batas konsentrasi aman untuk dikonsumsi sebagai obat, sehingga dapat diuji
lebih lanjut secara in vivo.
DAFTAR RUJUKAN
Azmi, S. M. N., Jamal, P. & Amid, A. 2012. Xanthine Oxidase Inhibitory Activity from
Potential Malaysian Medicinal Plant as Remedie for Gout. International Food
Research Journal, (Online), 19 (1): 159-165, (http://www.ifrj.upm.edu.my/
19%20(01)%202011/(21)IFRJ-2010-271%20Parveen.pdf), diakses 21 Maret
2012.
Bergmeyer, H.U., Gawehn, K. & Grassl, M. 1974. Methods of Enzymatic Analysis
(Bergmeyer, H.U. ed.). New York : Academic Press Inc.
Briley, M.S. & Eisenthal, R. 1975. Association of Xanthine Oxidase with the Bovine
Milk-Fat-Globule Membrane. Journal of Biochemistry, (Online), 147: 417 - 423,
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC1165467/pdf/biochemj005590049.pdf), diakses 27 Maret 2012.
Corran, H.S., Dewan, J.G., Gordon, A.H. & Green, D.E. 1939. CCXI. Xanthine Oxidase
and Milk Flavoprotein. Journal of Biochemical, (Online), 107 (2): 1693-1708,
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov_pmc_article_PMC 1264634_pdf_biochemj010200178.pdf), diakses 12 Agustus 2011.
Cos, P., Ying, L., Hu, C.J.P., Cimanga, K., Poel, B.V., Pieters, L., Vlietinck, A.J. &
Berghe, D.V. 1998. Structure Activity Relationship and Classification of
Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers. J.
Nat.
Prod,
(Online),
61
(1):
71-76,
(http://www.
pharmanet.com.br/pdf/np970237h.pdf), diakses 4 Desember 2011.
Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Bogor: Penebar
Swadaya.
Egwim, E.C., Vunchi, M.A. & Egwim, P.O. 2005. Comparism of Xanthine Oxidase
Activities in Cow and Goat Milks. Nigeria Society for Experimental Biology,
(Online), 17 (1): 1-6, (http://www.bioline.org .br/pdf/bk05001), diakses 18
Januari 2012.
Johannes. 1974. Kimia Koloid dan Kimia Permukaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Santoso, M., Naka, Y., Angkawidjaja, C., Yamaguchi, T., Matoba, T. & Takamura, H.
2010. Antioxidant and Damage Prevention Activities of the Edible Parts of
Gnetum gnemon and Their Change upon Heat Treatment. Journal Food Science
and Technology, (Online), 16 (6): 549-556, (http://www.jstage.jst.go.jp/
article/fstr/16/6/549/_pdf), diakses 5 November 2011.

Susanti, A. 2009. Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Daun Asam Jawa san rimpang Kunci
Pepet terhadap Lipase Pankreas secara in Vitro. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor: MIPA IPB.
Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai