Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan
demam, korisa, konj'ungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik's spot) diikuti ruam
makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis
media, eksaserbasi dan kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan
malnutrisi terutama di negara berkembang. Terapi untuk campak dan komplikasinya
menyedot banyak sumber daya medis di sebagian besar Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Sebelum diperkenaikannya vaksin campak pada tahun 1963, kurang lebih 400.000 kasus
campak yang dilaporkan, tetap; apabila diasumsikan setiap anak terkena campak maka
kurang lebih jumlan kasus campak dapat mencapai 3,5juta kasus per tahun. Seteleh vaksin
diperkena'kan, dilaporkan terjadi penurunan kasus campak sampai 99%. Selama tahun 1960an sampai 1970-an Jumlah kasus yang dilaporkan menurun sampai 22.000 - 75.000 kasus per
tahun. Waiaupun insiden campak menurun secara nyata pada semua ke'ompok umur
tetapi penurunan terbesar terjadi pada kelompok usia kurang dari 10 tahun
Meskipun imunisasi menurunkan jumlah kematian, namun di Negara berkembang
manifestasi penyakir campak seringkali lebih berat, dengan case fatality rate sebesar
67
25%, serta merupakan penyebab kematian pada 800.000 anak setiap tahunnya ' . Laporan
dari WHO menyebutkan bahwa seiama tahun 19901997 di daerah Asia Tenggara (meliputi Banglades, Bhutan, Republik Korea,
India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepa!, Sri Lanka dan Thailand) jumlah kasus
campak yang dilaporkan dan insiden campak menurun 48% dan 53%. Pada

negara dengan cakupan imunisasi tinggi, yaitu Bhutan, Indonesia, Maldives, Sri Lanka dan
8
Thailand; lebih 50% kasus terjadi pada anak berusia lebih dari 5 tahun . Amerika serikat
pada tahun 1978 mempunyai inisiatif untuk memula; program eliminasi campak dengan 3
komponen psda programnya yaitu mempertahankan tingkat imunitas yang tinggi dengan
vaksinasi campak dosis tunggal, memperkuat surveilan dan melakukan kontrol agresif
kejadian luar biasa (KLB) campak. Hasil dari program in; terjadi psnurunan kasus campak,
tetapi 60% dari kasus yang ada terjadi pada anak yang berumur lebih dari 10 tahun. Dari
hasil ini,

maka

kenudian

direkomendasikan

pernberian

dua

dosis

vaksin

yang

mengandung campak, dengan pemberian dosis kedua sebelum awal masuk sekolan.
Pada tahun 1989-1991 terjadi resurgence campak besar-besaran d; Amerika Serikat,
yang disertai dengan kematian yang tinggi di antara anak usia prasekolah yang tidak
mendapat imunisasi. Dilakukan berbagai usaha, sarnpai akhirnya tahun 1996 hanya 508
kasus campak yang dilaporkan dengan 65 kasus akibat transrnisi campak dari negara lain
(importation).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang
4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.
2.2 Etiologi penyakit campak
Virus campak

berasal

dari genus

Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae.

Virus campak liar hanya patogen untuk primata. Kera dapat pula terinfeksi campak lewat
darah atau sekret nasofaring dari manusia. Hopkins, Koplan dan Hinman menyatakan
bahws campak tidak mempunyai reservoir pada hewan dan tidak menyebabkan karier
pada manusia.
Virion campak berbentuk spheris, pleomorphic, dan mempunyai sampu! (envelope)
dengan diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleocapsid yaitu helix dari protein
RNA dan sampul yang mempunyai tonjolan pendeK pada permukaannya.
pendek

ini

disebut

pepfomer,

dan

terdiri

Tonjoian

dari hemaglutinin (H) pepiomer yang

berbentuk buiat dan fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbell-shape).
Bera.t molekui dari single stranded RNA adalah 4,5 X 10.
Virus campak terdiri dari 6 protein struktural, 3 tergabung dalam RNA yaitu
nukleoprotein (N), polymerase protein (P), dan large protein (L); 3 protein lainnya
berhubungan dengan sampul virus. Membran sampul terdiri dari M protein
{glycosylated protein) yang berhubungan dengan bagian dalam lipid bilayer
glikoprotein H dan F.

dan 2

Giikoprotein H menyebabkan adsorbsi virus pada resptor host.

CD46 yang merupakan complement regulatory protein dan tersebar !uas pada jaringan
primata bertindak sebagai resptor glikoprotein H. Glikoprotein F menyebabkan fusj virus
pada sel host, penetrasi virus dan hemolisis . Dalam kultur set virus
campak mengakibatkan cytopathic elect yang tcrdiri dari stellate cell dan Virus
campak ini sangat sensitif pada panas dan dingin, cepat inaktivasi pada suhu 37C dan 20"C.
Selain itu virus juga menjadi :iiaktif dengan sinar ultraviolet, ether, trypsin

dan p-

propiolactone. Virus tetap infektif pada bentuk droplet di udara selama beberapa jam
terutarna pada keadaan dengan tingkat kelembaban yang rendah

2.3 Patofisiologi
Rubeola atau campak disebabkan oleh miksovirus RNA. Sekitar 2 minggu sesudah
kontak, pasien akan mulai merasa demam, batuk, sakit kepala dan konjungtivitis. Eksantema
timbul pada wajah, tubuh dan bagian proksima ekstremitas yang terdiri dari eritema merah
terang dan makula-makula yang menyatu. Pada mukosa bukals atau palatum timbul bercakbercak terang dan berbintik-bintik dikenal sebagai bercak koplik. Pneumonia dan otitis media
sering muncul pada banyak pasien. Campak yang atipikal muncul pada seseorang yang sudah
diimunisasi dengan vaksin yang virusnya sudah mati. Campak atipikal biasanya muncul tanpa
bercak koplik. Pada campak jenis ini terlihat ruam polimorf pada ekstremitas distal, dan
insidens pneumonia sangat tinggi. Erupsi campak atipikal berlamsung selama 5 sampai 10
hari. Pengobatan terhadap campak ini simtomatik. Pemberian vaksin rubeola telah banyak
menurunkan insidens penyakit ini.
Rubeola atau campak jerman juga disebabkan oleh miksovirus RNA. Penyakit ini
timbul 2-3 minggu sesudah kontak, disertai dengan malese dan demam ringan. Timbul pula
makula-makula merah muda pada wajah dan dalam sehari akan menyebar ke tubuh.
Eksantema akan memudar dalam waktu beberapa hari. Biasanya terdapat pembesaran kelenjar
limfe pascaaurikular dan suboksipital yang nyeri. Diagnosis dipastikan dengan peningkatan
titer antibodi IgM yang spesifik terhadap rubela. Kalau infeksi terjadi pada trimester pertama
kehamilan maka sering timbul cacat kongenital (katarak, retardasi mental, cacat jantung,
ketulian). Terapinya adalah simtomatik; sebaiknya vaksinasi diberikan pada anak-anak usia
sekolah dan wanita usia subur yang memiliki titer rubela rendah.
Eritema infeksiosum, disebut juga penyakit kelima, merupakan penyakit Virus yang
biasanya terdapat pada anak-anak dan disebabkan oleh parvovirus. Pada pipi dan ekstremitas
timbul makula-makula pucat bagaikan jalinan jala, kadang-kadang disertai demam ringan,
malese dan erupsi kulit yang gatal. Infeksi ini berlangsung 1-2 minggu dan tidak perlu
mendapatkan pengobatan.
Mononukleosis infeksiosa disebabkan oleh virus Epstein-Barr. Infeksi ini disertai
malese, demam, faringitis eksudatif, adenopati pascaaurikular dan hepatosplenomegali. Erupsi
pada kulit yang terjadi pada tubuh berbentuk makula eritematosa dan papulovesikula. Pasien
mononukleosis yang mendapat ampisilin selalu menderita makula eritematosa, yang menyatu
dan berdarah. Karena itu pengobatan ini merupakan kontraindikasi.

Ada suatu infeksi yang menarik yang disebabkan oleh virus Coxsackie A16 atau
enterovirus 71 yaitu penyakit tangan, kaki dun mulut. Pada telapak tangan, jari-jari, telapak
kaki, dan membran mukosa mulut akan timbul banyak vesikel yang berbentuk oval dan
dikelilingi oleh eritema. Infeksi dapat disertai dengan demam, nyeri pada kerongkongan dan
mulut, serta malese. Infeksi akan menghilang dalam waktu satu minggu. Hanya terapi
simptomatik dengan asetaminofen difenhidramin eliksir oral dan lidokain topikal (Xylocaine
Viscous) yang diberikan pada pasien.

2.4 Manifestasi Klinis


Setelah masa tunas selama 10-11 hari penyakit dsawali dengan demam dan malaise. Dalam
waktu 24 jam terjadi korisa, konjungtivltis dan batuk. Keluhan tersebut

semakin

menghebat hingga mencapai puncaknya pada hari ke empat dengan muncuinya erupsi
kulit. Kira-kira dua hari sebelum timbul ruam tampak bercak koplik pada selaput mukosa
pipi yang berhadapan dengan molar. Dalam tiga hari lesi semakin bertarnbah dan
mengenai seluruh mukosa. Demam menurun dan bercak koplik menghiiang pada akhir hari
kedua setelah tirnbul ruam. Ruam berupa eupsi makulopapular yang kemerahan menjalar
dari kepala (muka, dahi, garis batas rambut, telinga dan leher bagian stas) menuju ke
ekstrimitas dalam 3 sampai 4 hari. Dalam 3 sampai 4 hari berikutnya ruam rnemudar
sesuai urutan
Terjadinya.
Komplikasi yang terjadi pada penderita campak dapat disebabkan olel' perluasan
infeksi virus, infeksi sekunder oleh bskteri atau keduanya Kompiikasi yang
terjadi antara lain otitis med^a, mastoiditis,

dapat

pneumonia obstruktif aringitis dan

laryngctrakeobaronkitis. Selain itu dap&t pula terjad komplikasi pada sistem syaraf
pusat seperti en&efalomyelitis akut dar subacute sclerosing panencephaliiis (SSPE).
Penderita campak dicurigai adc komplikasi terutama jika panas beriangsung lebih lama.
Manifestasi klinis campak yang lain adatah campak at'pikal dan modified
measles. Campak atipikai adalah campak yang terjadi pada seseorang yang mendapat
vaksinasi virus campak mat!. Sesudah masa prodromal panas dar nyeri selama 1 atau 2 hari,
muncul ruam yang dimulai dari extremitas dar dapat berupa urtikaria, makulopapular,
hernoragik, vesikular ataupur kombinasi dari beberapa bentuk. Didapatkan juga panas
yang

tinggi,

edema

extremitas,

hepatitis

dan kadang-kadang efusi pleura. Pada

pemeriksaar serologi campak didapatkan liter antibodi HI yang tinggi. Penyakit in canderung
lebih parah daripada campak biasa. Patogenesis campak atipika ini adalah vaksin dari
virus campak yang mati tidak dapat menginduks antibodi terhadap protein F yang
bertanggung

jawab menyebarnya virus dar ssl yang satu ke se! yang lain. Vaksin virus

campak mati ini digunakan pada tahun 1963 sampai 1967, maka konsekuensinya adalah
bahwa penyakit in kini hanya dapat dijumpai pada orang dewasa. Modified measles adalah
campak yang ringan karena penderita masih punya kekebalan terhadap virus, Hal ini

dapat terjadi pada bayi yang masih mempunyai antibodi campak dari ibunya atau
seseorang yang mendapatkan gamma globulin setelah kontal< pada penderita campak.
Gejala klinis dapat bervariasi dan beberapa gejala klinis tertentu seperti percde prodromal,
konjungtivitis, bercak Koplik dar ruam mungkin tidak
didapatkan.
Campak yang terjadi pada penderita dengan defisiensi imunitas selulei seperti
AIDS, penderita dengan terapi keganasan, ataupun segala bentuk imunodefisiensi
kongenital, cenderung lebih parah. Setelah pasien-pasien ini
kontak dengan penderita campak, gejala klinis yang tampak adalah pneumonia giant
cell tanpa didahului oleh timbulnya ruam. Pada kondisi seperti ini diagnosa carnpak klinis
sulit ditegakkan. Karena penderita dengan jmmunocompromised kemL-ngkinan jug&
mempunyai respon antibodi yang buruk, maka isolasi virus merupakan satu-satunya alat
diagnosa. Di negara berkembang, dilaporkan banyak campak berat yang kemungkinan
berhubungan dengan respon imunitas seluler yang buruk pada anak dengan malnutrisi.
Campak juga tampak lebih parah apabila terjadi pada orang dewasa. Laporan CDC pcda
tahun 1991 batwa insiden komplikasi terhadap campak lebih banyak terjadi pada pendeita
dengan ussa iebih dari 20 tahun daripada anak-anak.

2.5 Epidemiologi Campak


Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di Indonesia
masih terdapat kantong-kantong penyakit campak sehingga tidak jarang terjadi KLB.
Kepada responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis campak oleh tenaga
kesehatan, ditanyakan apakah pernah menderita gejala demam tinggi dengan mata
merah dan penuh kotoran, serta ruam pada kulit terutama di leher dan dada.

Tabel Prevalensi Campak di Indonesia

Riskesdas 2007

Prevalensi campak klinis


12 bulan terakhir di
Indonesia adalah 1,2%, tertinggi di Provinsi Gorontalo (3,2%) dan terendah di
Provinsi Lampung dan Bali (0,4%). Empat belas provinsi mempunyai prevalensi lebih
tinggi dari angka nasional. Pada umumnya kasus campak terdeteksi berdasarkan
diagnosis oleh tenaga kesehatan, kecuali di Provinsi Bengkulu, Lampung, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan
Papua Barat.

dari

32

100.00

Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 15.987 kasus campak


provinsi yang melaporkan adanya kasus. Jumlah kasus
meninggal sebanyak 4 kasus, yang dilaporkan dari 2
provinsi, yaitu Kalimantan Barat 3 kasus dan Sulawesi
Selatan 1 kasus. Incidence Rate pada tahun 2012
sebesar 6,5 per 100.000 penduduk, lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar 9,22 per
penduduk.

Incidence Rate (IR) Campak per 100.000 penduduk menurut provinsi di Indonesia tahun 2012
(Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2013)

Proporsi Campak per 100.000 penduduk menurut provinsi di


Indonesia tahun 2012
(Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2013)

Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam
waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya
hubungan epidemiologis. Pada tahun 2012, jumlah KLB campak yang terjadi
sebanyak 160 KLB dengan jumlah kasus sebanyak 2.303 kasus. Berdasarkan
konfirmasi laboratorium, 73 kejadian (45,6%) diantaranya merupakan rubella.
Frekuensi KLB campak tertinggi terjadi di Jawa Barat (21 kejadian) dan Jambi (17
kejadian). Untuk jumlah kasus KLB campak, kasus terbanyak terdapat di Jawa Barat
(315 kasus) dan Sulawesi Tengah (208 kasus). Jumlah kasus yang meninggal pada
KLB campak tersebut sebanyak 4 kasus yang dilaporkan dari Kalimantan Timur dan
Sulawesi Tenggara.

Incidence Rate (IR) Campak per 100.000 penduduk menurut provinsi di Indonesia
tahun 2014
(Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2015)

Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 12.943 kasus campak, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 11.521 kasus. Jumlah kasus meninggal
sebanyak 8 kasus, yang dilaporkan dari 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada
tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun
2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk.
Grafik di atas menyajikan IR campak menurut provinsi. Jawa Barat, Nusa Tenggara
Barat, dan Jawa Tengah merupakan provinsi dengan IR campak terendah.
Sedangkan Aceh, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan
IR campak tertinggi.

Proporsi campak per 100.000 penduduk menurut provinsi di


Indonesia tahun 2014
(Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2015)

Pada tahun 2014, jumlah KLB campak yang terjadi sebanyak 173 KLB dengan
jumlah kasus sebanyak 2.104 kasus. Frekuensi KLB campak tertinggi terjadi di Jawa
Timur sebanyak 41 kejadian dengan 187 kasus. Diikuti Banten sebanyak 18 KLB dan
Jambi serta Sumatera Selatan masing-masing 14 KLB. Namun jumlah kasus
terbanyak terjadi di Maluku yaitu sebesar 326 kasus. Jumlah kasus yang meninggal
pada KLB campak tersebut sebanyak 21 kasus yang dilaporkan dari Jawa Timur dan
Sumatera Selatan, jauh meningkat dibandingkan tahun 2013 dengan kematian hanya
1 kasus.

2.6 Data Penyakit Campak Menurut WHO

Reported Measles Cases by WHO region 2014, 2015, as of 13 January 2016


2014
Member states
WHO region
African Region
Region of the Americas
Eastern Mediterranean Region
European Region
South-East Asia Region
Western Pacific Region
Total

42 (47)
31 (35)
20 (21)
50 (53)
11 (11)
27 (27)
181 (194)

Total
71813
19397
28031
21505
112418
209124
462288

Total
42351
1798
9499
20499
93748
128734
296629

Clinically epidemiolo Laboratory


12601
0
1198
7768
63292
39923
124782

21607
0
2141
2612
27216
13406
66982

8143
1798
6160
10115
3240
75405
104861

Jan-16
Jan-16
Jan-16
Jan-16
Jan-16
Jan-16

2015
WHO region
African Region
Region of the Americas
Eastern Mediterranean Region
European Region
South-East Asia Region
Western Pacific Region
Total

Member states
Total
Total
Clinically epidemiolo Laboratory
reported (expected) suspected measles confirmed gical link confirmed
41 (47)
66131
42083
14984
20750
6349
28 (35)
18170
425
0
0
425
20 (21)
32331
13432
475
4430
8527
49 (53)
9478
8199
1409
1155
5634
11 (11)
93696
78171
59236
16919
2016
27 (27)
133786
64050
21244
520
42286
176 (194)
353592
206360
97348
43774
65237

Jan-16
Jan-16
Jan-16
Jan-16
Jan-16
Jan-16

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013, 2014 as of 11 February 2015

2014 data

2013 data

Number of measles cases by confirmation

Region
AFR

Member State
Algeria

Total
ISO
Total
suspected
country
measles confirmed
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
DZA

Annualized Annualized
measles discarded
incidence measles
per
cases per
100'000
100'000
total
total
Clinically
confirmed population population

EPI link

49
12301
902
923
792
177

0
12036
765
88
419
8

547
419
1
329

11173
285

316
61
87
90
8

0.00
54.37
7.22
4.32
2.41
0.08

0.12
1.20
1.29
40.96
2.14
1.61

2015
747
1313

766
206
1256

510
198
315

144

112
8
27

3.36
4.37
9.51

5.47
11.49
0.43

238
623
3738
75
103
16028
340
93
1030
266
2
1658
520
3
640
1118
590
120

67
49
1581
0
1
14100
39
1
134
216
0
372
4
0
2
4
281
14

62
43
939

4
6
21

1.47
0.24
2.28
0.00
0.02
14.61
2.28
0.05
0.51
1.79
0.00
0.82
0.19
0.00
0.01
0.02
1.78
0.35

794
1334

56
901

0.21
38.37

1
2370
30
1
112
34
128

2
3
78
14
4
223

914

621

5694

6036
9
22
182

220
4

24

200

1
3

480

52
198

Total
confirmed
measles
cases

Measles Discarded
incidence measles
rate per cases per
100'000
100'000
total
total
population population

0
6558
757
1
422
0
0
774
370
217

0.00
30.54
7.33
0.05
2.49
0.00
0.00
3.48
8.01
1.69

0.22
1.20
2.24
14.99
2.07
0.39
0.40
4.84
4.85
0.62

3.75
2.76
3.11
9.64
1.56
2.00
17.59
4.82
3.39
0.42
0.11
2.82
24.60
0.07
2.71
6.62
1.96
2.66

122
47
2521
6
49
6137
128
1
306
59

2.74
0.23
3.73
0.79
0.77
6.52
7.66
0.05
1.18
0.50

9.78
2.55
2.57
4.10
1.55
3.66
7.30
7.19
2.91
0.89

243
148
0
7
1
306
7

0.55
7.13
0.00
0.03
0.01
2.00
0.18

1.81
17.79
0.47
2.71
1.69
1.61
0.57

2.79
18.44

56
780

0.22
33.86

3.12
24.57

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013, 2014 as of 11 February 2015
2014 data

2013 data

Number of measles cases by confirmation

Region
AFR

Member State
Niger (the)

Total
ISO
Total
suspected
country
confirmed
measles
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
NER

Annualized Annualized
measles discarded
incidence measles
per
cases per
100'000
100'000
total
total
Clinically
confirmed population population

EPI link

Total
confirmed
measles
cases

Measles Discarded
incidence measles
rate per cases per
100'000
100'000
total
total
population population

513
9302
414

376
7055
14

235
889
5

1437

141
4729
9

2.03
3.95
0.12

0.74
1.26
3.31

786
55392
15

4.41
31.91
0.13

2.25
2.18
5.74

991

36

13

17

0.25

6.56

13

0.09

3.64

150
2326
483
37
392
1121
1119
298
1473

44
66
75
0
170
136
400
16
66

39
55
75

4
11

0.71
0.12
0.64
0.00
2.43
0.35
0.79
0.11
0.45

1.71
4.25
3.48
2.92
3.17
2.54
1.42
1.88
9.64

318
2
33
66
146
6625

1
0
0
0
0
708
512
0
0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.35
1.44
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.76
0.52
11.54
19.43
1.35
2.93

13
51
520
0
313
460
467
1
1
0
0
0
0
0
0
192
83
0
1
0
0
0
0

0.21
0.10
4.60
0.00
4.59
1.22
0.95
0.01
0.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.10
0.24
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.76
10.18
0.89
20.01
3.65
2.89
1.72
0.87
4.53
0.00
0.82
0.53
1.05
23.20
1.78
2.61

203
2516
38
1115
1
54

149
115
49
9

708
512

21
21
351
7
66

1.14
5.14
0.77
9.90
1.38
0.51

0.99
5.05
0.60
9.75
1.39
0.90

457

0.00

7.16

0
0

0.00
0.00

5.24
0.00

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013, 2014 as of 11 February 2015
2014 data

2013 data

Number of measles cases by confirmation

Region
AMR

Member State
Guatemala

Total
ISO
Total
suspected
country
confirmed
measles
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
GTM

242
53
118
276
232
4512
144
216
333
402

0
0
0
0
0
2
0
0
0
0

Annualized Annualized
measles discarded
incidence measles
per
cases per

EPI link

100'000
100'000
total
total
Clinically
confirmed population population
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

1.53
6.59
1.13
3.34
8.29
3.64
2.33
5.50
4.81
1.31

0.00

0.54

90
6
512
9
640
1195
792
6
2531
3568
2141
132

0
0
644
0
0
547
0
6
1493
37
1050
12

0.00
0.00
0.20
0.00
0.00
1.75
0.00
0.68
1.79
0.05
3.02
0.16

16.55
0.45
-0.04
0.26
2.07
2.07
58.92
0.00
1.24
4.50
3.14
1.60

337
236
227
905

232
176
11
0

4.67
2.81
0.03
0.00

2.11
0.96
0.64
23.05

644

487
6
1026
21
718
10
101
176
11

60

410

57
16

332
2
12

119

Total
confirmed
measles
cases

Measles Discarded
incidence measles
rate per cases per
100'000
100'000
total
total
population population

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
188
0
0
430
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.06
0.00
0.00
1.41
0.00

2.05
6.00
3.61
1.83
6.65
3.95
3.04
3.99
6.73
1.56
1.85
0.00
0.91
5.56
0.30
0.00
0.21
1.91
1.18
20.12

412
127
705
119
63
1760
164
61
0

0.50
0.16
2.09
1.64
1.87
36.50
2.64
0.18
0.00

1.35
4.97
3.42
1.77
10.48
5.50
1.02
0.89
23.73

2555
239

1362
46

1362
45

0.74
2.03

0.64
8.51

8030
68

4.41
3.14

1.60
15.12

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013, 2014 as of 11 February 2015
2014 data

2013 data

Number of measles cases by confirmation

Region
EMR

Member State
Saudi Arabia

Total
ISO
Total
suspected
country
confirmed
measles
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
SAU

471
1020
2315
1289
147
499
4289
0
0
46
108
98
420
195
2204
0
15
10
222
29
39
3
267
3241
436
1
0
1
42
3

68
985
431
590
11
292
817
0
0
13
108
5
67
70
2204
0
14
10
222
29
0
3
267
3190
436
1
0
1
42
3

Annualized Annualized
measles discarded
incidence measles
per
cases per
100'000
100'000
total
total
Clinically
confirmed population population

EPI link

68
167
399
335
10
255
269

2
27
253
1
12
442

12
87

1
19

63
54
35

1
5

11
8
221
29

816
5
2
25
106

2
5
11
2169
3

2
1

3
137
391
335
1

52
128
48

78
2671
53

1
18
2

19
1

0.23
9.12
1.11
2.68
0.10
3.09
3.27
0.00
0.00
0.44
1.27
0.05
0.72
0.63
57.62
0.00
0.33
0.87
2.07
0.51
0.00
0.06
0.41
73.79
0.53
0.01
0.00
0.30
0.90
0.04

1.37
0.32
4.86
3.18
1.22
2.19
13.91
0.00
0.00
1.11
0.00
0.98
3.82
1.12
0.00
0.00
0.02
0.00
0.00
0.00
3.04
0.00
0.00
1.18
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Total
confirmed
measles
cases
253
228
2811
402
17
310
571
0
0
11
79
164
16
46
5
14
1
0
15
17
2
2
272
7868
1781
2
1
0
53
57

Measles Discarded
incidence measles
rate per cases per
100'000
100'000
total
total
population population
0.88
2.17
7.40
1.84
0.15
3.32
2.34
0.00
0.00
0.37
0.93
1.74
0.17
0.41
0.13
0.19
0.02
0.00
0.14
0.30
0.16
0.04
0.42
181.25
2.15
0.02
0.01
0.00
1.15
0.74

3.09
0.84
2.96
0.99
2.31
3.25
12.71
0.13
0.00
2.69
0.00
7.34
3.31
0.65
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.80
0.00
0.00
3.85
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

1799
317

1676
317

963
247

389
27

324
43

2.74
1.91

0.20
0.00

2251
73

3.69
0.44

0.30
0.00

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013, 2014 as of 11 February 2015
2014 data

2013 data

Number of measles cases by confirmation

Region
EUR

Member State
Kyrgyzstan

Total
ISO
Total
suspected
country
confirmed
measles
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
KGZ

0
36
11
1
0

318
36
11
1
0

0
144
3
108
5
2
53
3292

0
144
3
108
0
2
53
3248

35
0
52
263
28
69
9
107
531

35
0
52
153
26
22
0
107
531

2326
137
8
2907
70

2326
137
8
299
13

Annualized Annualized
measles discarded
incidence measles
per
cases per
100'000
100'000
total
total
Clinically
confirmed population population

EPI link

318
35
11
1

116
3
86
2
44
2854

28
17

2
352

7
41

35
51
148
26
14
46
527
857
137
8
97
0

1
4

15
3

46
1
1469

128
0

74
13

Total
confirmed
measles
cases

Measles Discarded
incidence measles
rate per cases per
100'000
100'000
total
total
population population

5.65
1.76
0.37
0.19
0.00

-5.65
0.00
0.00
0.00
0.00

0
0
35
0
1

0.00
0.00
1.16
0.00
0.23

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
0.86
0.06
0.28
0.00
0.06
0.24
2.28

0.00
0.00
0.00
0.00
0.05
0.00
0.00
0.03

0
2640
8
83
1
27
1159
2500

0.00
15.75
0.16
0.22
0.01
0.77
5.34
1.75

0.00
0.00
0.00
0.00
0.06
0.00
0.00
0.03

0.37
0.00
2.51
0.33
0.27
0.27
0.00
5.07
0.70

0.00
0.00
0.00
0.23
0.02
0.58
0.11
0.00
0.00

5.18
0.22
0.03
0.19
1.70

0.00
0.00
0.00
1.65
7.45

1
0
1
131
51
175
1
4
7406
0
3308
1900
0
292
0

0.01
0.00
0.05
0.28
0.53
2.17
0.01
0.19
9.88
0.00
7.31
3.01
0.00
0.19
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.45
0.09
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.21
13.13

11

0.00

0.04

0.03

0.20

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013, 2014 as of 11 February 2015
2014 data

2013 data

Number of measles cases by confirmation

Region
SEAR

Member State
Indonesia

Total
ISO
Total
suspected
country
confirmed
measles
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
IDN

12689
0
463
348
3061
1191
80
335
16
636
112483
0
112
1047
0
491
4549
0
0
137
0
319
0
0
4634
58010
1631
0
256
1006

7928
-9
108
105
2488
834
52
335
0
0
52485
0
0
452
0
70
246
0
0
0
0
274
0
0
2576
53803
442
0
171
15

Annualized Annualized
measles discarded
incidence measles
per
cases per
100'000
100'000
total
total
Clinically
confirmed population population

1041
0
6
7
1560
70
25
317

EPI link
737
0
102
0
0
0
20
18

47983

140

4362

421

13

18

69
182

1
32

32

164

99

11

2576
10917
433

10503
9

32383

134
15

6150
-9
0
98
928
764
7

37

3.14
-2.56
0.20
0.37
11.60
1.24
4.51
1.42
0.00
0.00
3.77
0.00
0.00
0.36
0.00
1.02
0.81
0.00
0.00
0.00
0.00
6.02
0.00
0.00
34.46
53.75
0.89
0.00
3.10
2.62

1.88
2.56
0.66
0.86
2.67
0.53
2.43
0.00
3.78
4.13
4.30
0.00
12.63
0.47
0.00
6.11
14.25
0.00
0.00
4.75
0.00
0.99
0.00
0.00
27.53
4.20
2.40
0.00
1.54
172.99

Total
confirmed
measles
cases
10093
0
1000
46
3440
2056
4
154
0
0
27825
0
0
207
0
68
182
0
0
0
0
13
0
0
11
5836
118
0
66
0

Measles Discarded
incidence measles
rate per cases per
100'000
100'000
total
total
population population
4.04
0.00
1.88
0.17
16.17
3.07
0.35
0.66
0.00
0.00
2.01
0.00
0.00
0.16
0.00
1.00
0.61
0.00
0.00
0.00
0.00
0.29
0.00
0.00
0.15
5.93
0.24
0.00
1.22
0.00

1.24
0.00
0.41
1.00
2.91
0.95
0.00
0.00
3.83
3.55
3.71
0.00
7.49
0.73
0.00
7.15
22.79
0.00
0.00
7.50
0.00
0.29
0.00
0.00
1.86
3.32
0.85
0.00
1.33
0.00

0
0

0
0

0.00
0.00

0.00
0.00

0
0

0.00
0.00

0.00
0.00

Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States 2013,
2014 data
Number of measles cases by confirmation

Region
WPR
WPR

Member State
Vanuatu
Viet Nam

Total
ISO
Total
suspected
country
confirmed
measles
code
Lab
measles
cases
confirmed
cases
VUT
VNM

14
18597

5
7580

Annuali
measle
inciden
per

EPI link

5
5341

ISO 3: International Organization of Standards 3-letter country code

Suspected cases: Any person in


whom a clinician suspects measles
OR any person with fever, AND
generalized maculopapular (i.e.
non-vesicular) rash, AND cough,
coryza (i.e. runny nose) or
conjunctivitis (i.e. red eyes).

Clinically-confirmed cases: Any


person meeting the clinical case
definition of suspected measles who
lacks laboratory-confirmation and
evidence of epidemiologic linkage to
another confirmed measles case.

EPI link: An epidemiologically-linked measles case is a patient who meets the clinical case
definition
and has direct contact with another
laboratory-confirmed measles case
whose rash onset was within the
preceding 21 days. In settings where
contact tracing is not routinely
conducted, epidemiological linkage
can be ascribed if the suspected case
lives in the same district or adjacent
districts where a measles outbreak
has been laboratory confirmed and
transmission is plausible.
Lab confirmed cases: A case that
meets the clinical case definition and

1157

100'00
total
Clinically
confirmed populat
1082

1
8

has laboratory-confirmation of
measles virus infection

Incidence rate for confirmed


measles: Number of total confirmed
measles cases divided by total population
per 100'000

Annualized incidence rate confirmed measles: Number f total confirmed cases divided by total population
per 100
000 times12 over total reported months

Discarded rate: Number of total discarded measles cases divided by total population per 100'000

Annualized discarded rate: Number f


total discarded cases divided by total
population per 100 000 times12 over total
reported months

2.7 Pencegahan dan Upaya pemerintah


ERADIKASI CAMPAK
1 Definisi
Eradikasi campak adalah interupsi transrnis; campak secara global sehingga vaksinasi campak
dapat distop. Definisi yang diberikan oleh WHO adalah interupsi transmisi campak secara
global yang menunjukkan penjumlahan dari suksesnya eliminasi campak di semua negara.
Jika erodikasi campak telah tercapai, maka vaksinasi campak dapat dihentikan tanpa khawatir
adanya resiko wabah campak kernbali. Eliminasi campak adalah pengurangan insiden sampsi
minimal di suatu daerah tetapi masih diperlukan vaksinasi campak untuk mencegah
transmisi.1
2 Vaksin campak
Virus campak pertama kali diisolasi pada kultur virus oleh Enders dan Peebles pada tahun
1954. Pada akhir tahun 'i950-an Enders dan kawan-kawan mengembangkan vaksin yang
berasal dari strain virus ini. Terdapat dua virus campak yang dikembangkan dari strain ir;i dan
niuiai digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1963. Pertama adalah strain Edmonston B
yang merupakan vaksin dari virus yang dilemahkan. Karena banyak didapatkan reaksi dari
vaksin ini termasuk diantaranya demam, timbulnya ruam dan gejala kataral maka setelah
penggunaan vaksin ini kemudian diberikan Imunoglobulin yang kemudian dilaporkan dapat
mengurangi reaksi vaksin ini sampai 50%. Kedua adalah virus campak yang dimatikan
dengan menggunakan formaldehid. Vaksin campak mati ini diberikan dalam beberapa cara
seperti dua dosis vaksin yang dimatikan dilanjutkan dengan 1 dosis vaksin hidup atau 3 dosis
vaksin campak mati. Imunitas yang dihasilkan oleh vaksin campak mati sangat rendah dan
banyak mengakibatkan reaksi hipersensitivitas pada beberapa individu yaitu dengan
terjadinya campak atipikal. 0!eh karena itu virus campak mati ini kemudian ditarik dari
peredaran pada tahun 1967.2,3
Strain Edmonston ini kemudian dilemahkan kembali dan menjadi strain Schwarz yang mulai
digunakan sejak tahun 1965 dan strain Moraten pada tahun 1968. Kedua vaksin ini dikatakan
mempunyai efek samping yang lebih kecil daripada strain Edmonston. Sejak tahun 1976
hanya vaksin Moraten yang masih digunakan di Amerika Serikat. Beberapa vaksin lain
termasuk vaksin Edmonston Zagreb dan AIK-C vaksin juga diturunkan dari strain
Edmonston. Edmonston- Zagreb vaksin berbeda dari vaksin-vaksin yang lain karena vaksin

ini dilemahkan dan diadaptasikan tidak pada sel embrio ayam tetapi pada sel diploid manusia.
Didapatkan juga beberapa jenis vaksin lain yaitu vaksin Leningrad-16 yang digunakan secara
luas di Eropa Timur dan vaksin Shanghai-161 yang digunakan secara luas di Cina12. WHO
pada tahun 1988 merekomendasikan bahwa kuantitas minimum vaksin virus hams
mengandung 1000 (3.0 log 10) unit infektif virus dafam 1 dosis.
Sebelum tahun 1980, vaksin campak sangat labil terhadap panas sehingga menyulitkan
apabila akan digunak&n pada daerah tropis. Meskipun telah dilakukan perbaikan, vaksin
campak akan segera kehilangan potensinya apabila" berada pada suhu kamar. Pada suhu 22C
sampai 25C dalam waktu I jam kehilangan 50% potensinya. Sedangkan pada temperatur
37C vaksin campak ini akan menjadi inaktif dalam waktu 1 jam11. ACIP merekomendasikan
bahwa vaksin campak ini harus disimpan pada suhu 2-8C atau lebih rendah dan dikirim pada
suhu lO'-C atau dikirim dengan menggunakan es kering. Vaksin juga harus dilindungi dari
sinar matahari. Apabila dalan satu vial, vaksin yang digunakan tida habis, vaksin dapat
digunakan kembali asalkan vaksin disimpan dalam suhu 2-8C, tidak dibekukan dan
dilindungi dari sinar matahari. Vaksin yang akan digunakan lagi harus dibuang apabila dalam
waktu 8 jam tidak dipergunakan lagi. Vaksin campak ini digunakan secara injeksi subkutsn
dengan dosis 0,5 ml.4

KONTROL CAMPAK DI ASIA TENGGARA


Negara-negara di Asia Tenggara melakukan vaksinasi rutin dengan imunisasi dosis tunggal
kecuali di Thailand dan Korea. Di Thailand dosis kedua direkomendasikan pada saat masuk
sekolah dan di Korea vaksinasi campak dilakukan 3 kali yaitu dosis pertama pada saat umur
12 bulan, dosis kedua pada saat umur 7 tahun dan dosis ketiga pada saat umur 17 tahun.
Selama tahun 1990 sainpai 1997 laporan insiden campak berkurang 48-53%. Subnasionai
vaksinasi tambahan telah dilakukan pada negara dengan resiko tinggi yaitu di daerah banjir
Banglades, tapal batas Korea, daerah urban India dan di Myanmar.
Tujuan utama dan aktivitas kontrol campak di wilayah Asia Tenggara adalah mengurangi
morbiditas dan mortalitas sebanyak 90% dan 95% pada tahun 2003 dibanding era
prevaksin..Negara-negara di Asia Tenggara ini dibagi meniadi 2 bagian. Bagian pertama
adalah negara dengan kontroi campak yang terbatas dan

polio masih merupakan endemik. Negara-negara ini terdiri dari Banglades, Korea, India,
Myanmar dan Nepal dan harus memfokuskan diri pada mengurangi mortaiitas campak dan
meningkatkan cakupan imunisasi. Program dan vaksinasi campak tambahan harus tidak
mengalihkan sumber daya yang ada dari usaha eradikasi polio. Petujgas kesehatan harus
dilatih untuk melakukan perawatan kasus campak dan kompiikasinya, vitamin A harus
diberikan pada setiap imunisasi campak dilakukan dan surveilan campak ditingkatkan. Bagian
kedua adalah negara-negara yang lebih maju dalam hal kontrol campak dan telah terbebas
dari polio selama lebih 2 tahun. Negara yang termasuk dalam bagian ini adalah Bhutan,
Indonesia, Maldives, Sri Lanka dan Thailand. Di negara-negara ini wabah campak dicegah
dengan cara meningkatkan surveilan, mempertahankan tingginya cakupan imunisasi rutin dan
mengadakan vaksinasi campak tambahan. Investigasi epidemiologi pada setiap kasus yang
diduga campak dengan konfirmasi laboratorium bila dimungkinkan.
Terapi
Terapi campak adalah terapi suportif seperi pemberian cairan dan antipiretik. Antibiotika
diberikan apabila didapatkan infeksi sekunder dengan bakteri. Pemberian antibiotika
profilaksis untuk mencegah infeksi sekunder tidak memberikan nilai dan tidak
direkomendasikan. Meta analisis yang dilakukan oleh Frank Shann menyatakan behwa
pemberian antibiotika profilaksis tidak menurunkan angka mortaiitas akibat campak.
WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian vitamin A pada setiap penderita campak
terutama apabila pada negara tersebut defisiensi vitamin A masih menjad' masalah. Dosis
yang direkomendasikan adalah 100.000 IU untuk anak berusia 6 bulan sampai 1 tahun dan
200.000 IU untuk anak berusia 1 tahun atau iebih. Dosis diulangi keesokan harinya dan 4
minggu kemudian jika didapatkan gejala klinis defisiensi vitamin A. Pemberian vitamin A ini
dapat mengurangi mortaiitas dan morbiditas yang disebabkan oleh campak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada bab 3 (tiga) kami menyimpulkan :


1. Campak adalah penyakit akut dengan daya penuiaran yang tinggi ditandai
dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk, enenthem spesifik dan ruam
makulopapular
2. Sebelum era vaksin setiap anak di dunia akan terkena campak
3. Campak adalah penyakit dengan komplikasi yang cukup serius.
4. Setelah era vaksin morbiditas dan mortalitas akibat campak dapat diturunkan.
5. Masih ada beberapa hal yang menghambat secara operasional dilakukannya
eradikasi campak

DAFTAR PUSTAKA
1

Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6.

2
3
4
5

Pendit B U, ahli bahasa: Hartanto H, editor edisi bahasa indonesia. Jakarta:EGC; 2005
Riskesdas 2007
Profil Kesehatan Indonesia 2012
Profil Kesehatan Indonesia 2014
CDC. Measles Eradication : Recommendation from a meeting cosponsored by the
World Health Organization, The Pan American Health Organization & CDC. MMWR
1997; 46(RR1); 1-20

Cutts FT. Measles, "The Immunological Basis for Immunization Series Globai
Programme on Immunization Document WHO/EPI/GEN/93.17 Geneva: World Health
Organization, 1993 (reprinted in m960)

Markowitz LE, Katz SL.. Measles Vaccine Dalarn : Plotkin SA, Mortimer EA eds.
Piotkin&Mortimer Vaccines Philadelphia, WB Saunders Co' 1994:229-76

CDC. General Recommendation on Immunization- Recommendations of the Advisory


Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR 1994;43(RR11):1-38

CDC. Measles Control - South East Asia Region, 1990-1997. MMWR 1999;
48(25) ; 541-5

10 Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CIV!, eds. Measles (Rubeola). Infectious
Disease of Children. St Louis: The Mosby Co, 1992; 223-45
11 Maldonado Y. Measles. Dalam : Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,
eds. Textbook of pediatrics; 15th ed. Philadelphia : WB Saunders, 1996; 868-70
12 Gershon AA. Meas'es. Dalam : Mandell ed. Principles and practice of infectious
diseases; 5th ed. London : Churchill Livingstone, 2000; 132-4
13 American Academy of Pediatrics. Measles. Dalam : Peter G, ed, 2000 Red Book :
Report of the Committee on Infectious Disease. 25^- Elk Grove Village, IL: American
Academy of Pediatrics : 386-96
14 Shann F. Meta Analysis of trial of prophylactic antibiotics for children with measles:
inadequate evidence. Br Med J 1997; 314:334-41
15 .Clinical research on Treatment of Measles: report of a meeting. Document
WHO/CDR/95.15, WHO/EPI/GEN/95.7 Geneva: World Health Organization, 1993

Anda mungkin juga menyukai