Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Boiler

Boiler merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan steam (uap)
dalam berbagai keperluan. Air di dalam boiler dipanaskan oleh panas dari hasil
pembakaran bahan bakar (sumber panas lainnya) sehingga terjadi perpindahan panas
dari sumber panas tersebut ke air yang mengakibatkan air tersebut menjadi panas atau
berubah wujud menjadi uap. Air yang lebih panas memiliki berat jenis yang lebih
rendah dibanding dengan air yang lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat jenis
air di dalam boiler. Air yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan naik, dan
sebaliknya air yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi akan turun ke dasar.
(Djokosetyardjo,,M.J.1990)

Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.

Universitas Sumatera Utara

Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem,
tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan.
Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan
pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada
sistem.

Jenis-jenis boiler :
I

Berdasarkan bahan
Jenis boiler berdasarkan bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi :

II.

Boiler bahan bakar padat

Boiler bahan bakar cair

Boiler bahan bakar gas

Berdasarkan posisi air dan gas panas


Jenis boiler berdasarkan posisi air dan gas panas dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:
-

Boiler pipa air ( water tube )

Boiler pipa api ( fire tube )

Boiler kombinasi

Universitas Sumatera Utara

III. Berdasarkan tekanan


Jenis boiler berdasarkan tekanan dapat dibagi menjadi :
-

Boiler tekanan rendah

Boiler tekanan sedang

Boiler tekanan tinggi

IV. Berdasarkan sirkulasi


Jenis boiler berdasarkan sirkulasi air dapat dibagi atas :
-

Boiler sirkulasi alami

Boiler sirkulasi paksa

2.2 Kondisi Air Umpan Boiler

Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh dari air
sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak
sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran
oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu dilakukan
pemurnian. (Santika,Sri.1984)

Universitas Sumatera Utara

Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan agar tidak
menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air tersebut harus bebas
dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotor-pengotor lainnya yang
dapat menurunkan efisiensi kerja dari boiler.

Feed water harus memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam
tabel di bawah ini :

Parameter

Satuan

Pengendalian Batas

pH

Unit

10.5 11.5

Conductivity

mhos/cm

5000, max

TDS

Ppm

3500, max

P Alkalinity

Ppm

M Alkalinity

Ppm

800, max

O Alkalinity

Ppm

2.5 x SiO2, min

T. Hardness

Ppm

Silica

Ppm

150, max

Besi

Ppm

2, max

Phosphat residual

Ppm

20 50

Sulfite residual

Ppm

20 50

pH condensate

Unit

8.0 9.0
NALCOH. Reference

(http://smk3ea.wordpress.com/2008/07/08/air-dan

fungsinya-sebagai-umpan-boiler-

dan cooling-tower/. )

Universitas Sumatera Utara

2.3 Masalah-masalah pada Boiler

Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang baik ,
cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja
dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah yang ditimbulkan
akibat dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap penggunaan air
umpan boiler.

Akibat dari kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan


menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pembentukan kerak
2. Peristiwa korosi
3. Pembentukan deposit
4. Terjadinya terbawanya uap (steam carryover)

Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Pembentukan kerak

Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral-mineral


pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat
pengaruh gas penguapan. Diamping itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme
pemekatan didalam boiler karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum
dalam boiler adalah kalsium sulfat, senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat
membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila lama penanganannya akan sulit
sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan bersama dengan kalsium dan magnesium
sehingga membuat kerak semakin keras dan semakin sulit untuk dihilangkan.
( Gaffert,Gustaf A. 1974 ).

Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh terhadap perpindahan


panas permukaan dan menunjukkan dua akibat utama yaitu berkurangnya panas yang
dipindahkan

dari dapur ke air yang mengakibatkan meningkatkan temperatur

disekitar dapur, dan menurunnya efisiensi boiler.

Untuk mengurangi terjadinya pembentukan kerak pada boiler dapat dilakukan


pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
-

Mengurangi jumlah mineral dengan unit softener

Melakukan blowdown secara teratur jumlahnya

Universitas Sumatera Utara

Zat

Memberikan bahan kimia anti kerak

terlarut dan tersuspensi yang terdapat pada semua air alami dapat

dihilangkan/dikurangi pada proses pra-treatment ( pengolahan awal ) yang terbukti


ekonomis. Penanggulangan kerak yang sudah ada dapat dilakukan dengan cara :
-

On-line cleaning yaitu pelunakan kerak-kerak lama dengan bahan kimia


selama Boiler beroperasi normal.

Off-line cleaning ( acid cleaning ) yaitu melarutkan kerak-kerak lama


dengan asam-asam khusus tetapi Boiler harus berhenti beroperasi.

Mechanical cleaning : dengan sikat, pahat, scrub, dan lain-lain.

( Gaffert,Gustaf A. 1974 ).

2.3.2 Peristiwa Korosi

Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam uap
yang terkondensasi. Korosi merupakan peristiwa logam kembali kebentuk asalnya di
alam misalnya besi menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain. Peristiwa korosi
dapat terjadi disebabkan oleh :
-

Gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, H2S

Kerak dan deposit

Universitas Sumatera Utara

Perbedaan logam ( korosi galvanis )

pH yang terlalu rendah dan lain-lain

Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah general
corrosion, pitting ( terbentuknya lubang ) dan embrittlement ( peretakan baja ).
Adanya gas yang terlarut, oksigen dan karbon dioksida pada air umpan boiler adalah
penyebab utama general corrosion dan pitting corrosion ( tipe oksigen elektro kimia
dan diffrensial ). Kelarutan gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun jika suhu
naik. Kebanyakan oksigen akan memisah pada ruang uap, tetapi sejumlah kecil residu
akan tertinggal dalam larutan atau terperangkap pada kantong-kantong atau dibawah
deposit, hal ini dapat menyebabkan korosi pada logam-logam boiler. Karena itu
pentinguntuk melakukan proses deoksigenasi air boiler.

Jumlah rata-rata korosi atau serangan elektrokimia akan naik jika nilai pH air
menurun. Selain itu air umpan boiler akan dikondisikan secara kimia mencapai nilai
pH yang relatif tinggi. Bentuk korosi yang tidak umum tetapi berbahaya adalah bentuk
korosi embrittlement atau keretakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika berada
pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic
embrittlement atau keratakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika berada pada
tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic embrittlement

Universitas Sumatera Utara

terjadi pada sambungan penyumbat dan meluas pada ujung tabung dimana celah
memungkinkan perkembangan suatu lingkungan caustic yang terkonsentrasi.
( Diilon,C.P. 1989)

Hidrogen embrittlement adalah bentuk lain dari retakan interkristalin yang


terjadi pada tabung air boiler yang disebabkan tekanan tinggi dan kondisi temperatur
yang tertentu.

Untuk mengurangi terjadinya peristiwa korosi dapat dilakukan pencegahan


sebagai berikut :
-

Mengurangi gas-gas yang bersifat korosif

Mencegah terbentuknya kerak dan deposit dalam boiler

Mencegah korosi galvanis

Menggunakan zat yang dapat menghambat peristiwa korosif

Mengatur pH dan alkalinitas air boiler dan lain-lain

2.3.3. Peristiwa Pembentukan Deposit

Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air umpan boiler yang
disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi misalnya oksida besi, oksida tembaga
dan lain-lain. Peristiwa ini dapat juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk
hasil proses produksi. Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut

Universitas Sumatera Utara

dan zat-zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan dengan adanya
zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan mengendapnya sejumlah muatan
yang menurunkan daya kelarutan , jika temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan
mengapa kerak dan sludge (lumpur) terbentuk. Kerak merupakan bentuk depositdeposit yang tetap berada pada permukaan boiler sedangkan sludge merupakan bentuk
deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit lunak. ( Milton, J.H. 1990 )

Pada ketel bertekanan tinggi, silika muda mengendap dengan uap dan dapat
membentuk deposit yang menyulitkan pada daun turbin.

Pencegahan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya


peristiwa deposit dapat dilakukan diantaranya :
-

Meminimalisasi masuknya mineral-mineral yang dapat menyebabkan


deposit seperti oksida besi, oksida tembaga dan lain lain

Mencegah korosi pada sistem kondensat dengan proses netralisasi (


mengatur pH 8,2 9,2 ) dapat juga dilakukan dengan mencegah terjadinya
kebocoran udara pada sistem kondensat.

Mencegah kontaminasi uap selanjutnya menggunakan bahan kimia untuk


mendispersikan mineral-mineral penyebab deposit.

Universitas Sumatera Utara

Penanggulangan terjadinya deposit yang telah ada dapat dilakukan dengan acid
cleaning, online cleaning, dan mechanical cleaning.

2.3.4. Kontaminasi Uap

Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat tersuspensi dengan konsentrasi
yang tinggi, ada kecendrungan baginya untuk membentuk busa secara berlebihan
sehingga dapat menyebabkan steam carryover zat-zat padat dan cairan pengotor
kedalam uap.

Steam carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar bersama
dengan uap ke alat-alat seperti superheater, turbin, dan lain-lain. Kontaminasikontaminasi ini dapat diendapkan kembali pada sistem uap atau zat-zat itu akan
mengontaminasi proses atau material-material yang diperlukan steam.
( Naibaho, P.M. 1996 )

Steam carryover dapat dihindari dengan menahan zat-zat padat terlarut pada
air boiler dibawah tingkat tertentu melalui suatu analisa sistematis dan kontrol pada
pemberian zat-zat kimia dan blowdown. Carryover karbon dioksida dapat
mengembalikan uap dan asam-asam terkondensasi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2 . Kecenderungan Masalah yang Timbul Akibat Tekanan Operasi Boiler.


Tekanan Boiler
Rendah (< 20 kgf/cm2)
Masalah

Fenomena
1. Kerak

Sebagian besar

Penyebab
Kualitas air yang buruk

pembentukan kerak

dan ion resin exchange

terjadi sebagai komponen

yang kotor

hardness atau silika pada

Kondisi yang buruk dan

permukaan pemanasan

pengontrolan pelunakan

dan di dalam drum (*)

yang tidak sempurna (*)

Kadang-kadang menjadi

Pengontrolan boiler

penyebab terjadinya

water yang tidak komplit

perapuhan dan peretakan

(kekurangan blow down,

tube evaporasi

dsb.)(*)
Jumlah injeksi bahan
kimia yang tidak
mencukupi

2. Korosi

Korosi pada permukaan


pemanasan dan pipa

Kurangnya
pengontrolan pH dan

Universitas Sumatera Utara

umpan maupun

oxygen scavenging (*)

kondensat yang

Recovery dari kondensat

melarutkan gas (O2, CO2)

yang mengandung

(*)

produk korosi (*)

Deposit korosi

Terjadinya korosi pada

terakumulasi dengan

saat shutdown atau

oksida logam dan

periode idling (rate

hidratnya pada

operasi rendah)

permukaan pemanasan
(*)
3. Carryover

Penurunan kemurnian
steam
Berpengaruh pada
kualitas produk

Perubahan load secara


mendadak
Kurangnya
pengontrolan operasi
boiler
Kegagalan pemakaian
separator steam dan
sistem pengontrolan
feedwater
Kebocoran impuritas

Universitas Sumatera Utara

dari proses produksi ke


dalam boiler

Tekanan Boiler
Tinggi (>75 kg/cm2)/ Sedang(20-75 kg/cm2)
Masalah

Fenomena
1. Kerak

Penyebab

Sebagian besar deposit Kualitas air yang buruk


dari

oksida

logam,

seperti besi oksida pada


seksi

loading

tinggi,

sering

dan ion resin exchange


yang kotor

panas
menjadi

Terjadi

oleh

kontaminasi

hidrat

pemicu perapuhan dan

(contohnya,

peretakan (*)

menyebabkan
yang

logam
Al(OH)3)

buruk

kondisi
pada

peralatan pre-treatment
Produk korosi terbawa
ke dalam boiler melalui
umpan

dan

pipa

kondensat (*)

Universitas Sumatera Utara

Kebocoran impuritas

dari proses produksi

Letak

penginjeksian

chemical (bahan kimia)


yang kurang tepat
2. korosi

korosi Produk korosi di dalam

Deposit

terakumulasi
oksida

logam

hidratnya

dengan

pipa umpan dan pipa

dan

kondensat yang terbawa

pada

permukaan

pemanasan

(*)

pengontrolan
Terjadinya

korosi

Kurangnya
pH

dan

oxygen scavenging (*)


Kurangnya pengontrolan

kaustik
Terjadinya korosi pada
pipa

masuk ke boiler (*)

umpan

kondensat

dan

pH dan alkalinitas pada


boiler water

yang Kenaikan pH boiler

keduanya melarutkan gas

water yang disebabkan

(*)

oleh terikutnya Na+ dari


unit demineralisasi
Terjadinya korosi pada

Universitas Sumatera Utara

saat

shutdown

atau

idling

(rate

periode

operasi rendah)
3. Carryover

Terjadinya perapuhan Kualitas boiler water


pada Superheater

Terbentuknya

yang
kerak

abnormal,

khususnya

pada turbin blades dan

dengan

turunnya efisiensi turbin

silika

ditandai

kenaikan

dari

Suspended solids dan


hidrat logam terbawa ke
dalam

boiler

karena

terjadi

kesalahan

pemakaian

peralatan

feedwater treatment

Letak

penginjeksian

chemical (bahan kimia)


yang kurang tepat
Perubahan load secara
mendadak
Kontaminasi impuritas

Universitas Sumatera Utara

dari proses produksi ke


boiler

2.4

Pengolahan Eksternal Air Umpan Boiler

Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan telarut


(terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab utama pembentukan
kerak) dan gas- gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah:

Koagulasi dan Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

D
emineralisasi

Softening

Deaerasi

Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tangki pengendapan


ataupengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan. Penyaring
pasirbertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi.

Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi dan flokulasi yaitu proses pemberian bahan-bahan koagulan dan flokulan
kedalam air umpan boiler dengan cara penginjeksian. Koagulasi merupakan proses
netralisasi muatan sehingga partikel-partikel dapat saling berdekatan satu dengan yang
lainnya. Flokulasi merupakan proses penyatuan antar partikel-partikel yang sudah
saling berdekatan satu dengan yang lain sehingga partikel-partikel akan saling
menarik dan membentuk flok. Untuk menurunkan turbidity pada inlet clarifier
diinjeksikan bahan kimia, yaitu :

a. Alum Sulfat (Al2(SO4)3 . 18 H2O)


Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi dalam
air. Bila alum dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang menghasilkan
alumunium hidroksida dan asam sulfat. Penambahan alum tergantung pada turbidity
dan laju alir air.

Reaksi yang terjadi adalah :


Al2(SO4)3 . 18 H2O + 6 H2O

2 Al(OH)3 + 3H2SO4 + 18 H2O

Al(OH)3 yang berupa koloid akan mengendap bersama kotoran lain yang
terikut ke dalam air sedangkan H2SO4 akan mengakibatkan air bersifat asam.

Universitas Sumatera Utara

b. Caustik Soda (NaOH)


Berfungsi untuk menetralkan asam akibat reaksi pada proses sebelumnya,
konsentrasi caustik soda yang ditambahkan bergantung pada keasaman larutan. PH
diharapkan antara 6 8.

Reaksi yang terjadi adalah :


H2SO4 + 2 NaOH

c.

Na2SO4 + 2 H2O

Klorin (Cl2)
Penambahan klorin ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme dalam air,

disamping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding clarifier yang
dapat mengganggu proses selanjutnya.

d.

Coagulant Aid (Polymer)


Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, karena penambahan bahan

ini akan mengikat partikel-partikel yang menggumpal sebelumnya menjadi gumpalan


yang lebih besar (flok) sehingga lebih mudah dan cepat mengendap.

2.4.2 Sedimentasi

Universitas Sumatera Utara

Tujuan sedimentasi adalah memberikan kesempatan kepada partikel-partikel besar


untuk mengendap dan partikel yang lebih halus akan membutuhkan waktu endap yang
lebih lama.

2.4.3 Filtrasi

Pengolahan dengan cara filtrasi dapat dilakukan dengan cara penyaringan zat padat
tersuspensi didalam air sebelum air diisikan kedalam boiler. Efisiensi saringan paling
baik bila unit beroperasi pada kecepatan aliran terkecil, padatan akan melalui media
membawa padatan bersamanya. Demikian pada tekanan yang tinggi dapat
memecahkan media akan keluar pada saat dilakukan backwash.

2.4.4 Demineralisasi

Demineralisasi berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat,


chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin. Diagram Alir proses
seperti gambar dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Diagram Alir Demineralizer

a. Cation Tower
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa ionion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-SO3H (type
Dowex Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan air melalui
bagian bawah, dimana akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh resin. Resin
R-SO3H ini bersifat asam kuat, karena itu disebut asam kuat cation exchanger resin.
Reaksi yang terjadi adalah :
CaCl2

+ 2 R SO3H

(R SO3)2Ca

+ 2 HCl

MgCl2

+ 2 R SO3H

(R SO3)2Mg

+ 2 HCl

NaCl2

+ 2 R SO3H

(R SO3)2Na

+ 2 HCl

CaSO4 + 2 R SO3H

(R SO3)2Ca

+ H2SO4

MgSO4 + 2 R SO3H

(R SO3)2Mg

+ H2SO4

Universitas Sumatera Utara

NaSO4 + 2 R SO3H

2R SO3Na

+ H2SO4

Na2SiO4 + 2 R SO3H

2R SO3Na

+ H2SiO3

CaCO3 + 2 R SO3H

(R SO3)3Ca

+ H2CO3

Proses ini menghasilkan asam seperti asam seperti HCl, H2SO4 dan asam-asam
lain. Keasaman berkisar antara Ph 2,8 3,5. untuk memperoleh resin aktif kembali,
dilakukan regenerasi dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut.

b.

Degasifier
Dari cation tower air dilewatkan ke degasifier yang berfungsi untuk

menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses sebelumnya.
Reaksi yang terjadi adalah :
H2CO3

H2O + CO2

Proses di degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat netting ring sebagai media
untuk memperluas bidang kontak sehingga air yang masuk terlebih dahulu
diinjeksikan dengan steam.. Sedangkan keluaran steam ejektor dikondensasikan
dengan menginjeksi air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot
sebagai umpan recovery tank, maka CO2 akan terlepas sebagai fraksi ringan dan air
akan turun ke bawah sebagai fraksi berat.

Universitas Sumatera Utara

c.

Anion Tower
Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam

kandungan air yang keluar dari degasifier. Resin pada anion exchanger adalah R =
NOH (Tipe Dowex Upcore Mono C-600).

Reaksi yang terjadi adalah :


H2SO4

R = N OH

(R = N)SO4

+ 2 H2O

HCl

R = N OH

R = N Cl

+ H2O

H2SiO3

R = N OH

(R = N)SiO3

+ 2 H2O

H2CO3

R = N OH

R = N NO3

+ H2O

HNO3

R = N OH

R = N NO3

+ H2O

Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat netral.
Selanjutnya air outlet anion tower masuk ke mix bed polisher dari bagian atas. Air
keluar tangki ini memiliki pH = 7,5 8,5. Untuk memperoleh resin aktif kembali,
dilakukan regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin tersebut.

a. Mix Bed Polisher


Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa logam atau asam dari proses
sebelumnya, sehingga diharapkan air yang keluar dari mix bed polisher telah bersih

Universitas Sumatera Utara

dari kation dan anion. Di dalam mix bed polisher digunakan dua macam resin yaitu
resin kation dan resin anion yang sekaligus keduanya berfungsi untuk menghilangkan
sisa kation dan anion, terutama natrium dan sisa asam sebagai senyawa silika, dengan
reaksi sebagai berikut :
Reaksi Kation :
Na2SiO3

2 R SO3H

2 RSO3Na

2 R = N OH

2 R=N-SiO3 +

H2SiO3

Reaksi Anion :
H2SiO3

H2O

Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke polish water tank dan
digunakan untuk air umpan boiler. Air yang keluar dari mix bed polisher ini memiliki
pH antara 6 7. ( Anonymous. 1994 )

2.4.5 Deaerasi

Dalam de-aerasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang dengan
pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung
gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida dan oksigen,
sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam sistim boiler, karbon dioksida

Universitas Sumatera Utara

(CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O)
membentuk asam karbonat (H2CO3).

Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat
terembunkan dari air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga
keamanan operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan umur peralatan dan
pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan
mengalami pengendapan dan meyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler
dan pipa. Kerak ini tidak hanya berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga
meningkatkan jumlah energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas.

2.5

Pemeliharaan Boiler

Boiler yang berperan dalam proses pengubahan air menjadi uap memerlukan
perlakuan dan perawatan khusus. Masalah yang timbul pada boiler umumnya
disebabkan oleh perlakuan air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan. Untuk
perawatan dan pemeliharaan boiler dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Proses Commisioning awal
2. Operasi pada keadaan normal dan emergency (darurat)
3. Pengawasan dan perawatan
4. Ruangan ketel.

Universitas Sumatera Utara

2.5.1 Proses Commisioning Awal

Proses persiapan awal yang dilakukan baik terhadap boiler yang baru ataupun boiler
yang sudah lama adalah suatu pemeriksaan utama yang terdiri dari proses
penghilangan kerak ataupun material asing pada boiler setelah uji hidrostatik dan
pemeriksaan pada kebocoran boiler. Ketel dioperasikan dengan cara pendidihan yang
menggunakan

larutan

alkali

untuk

menghilangkan

material-material

yang

mengandung minyak dan deposit-deposit yang lain. Selama pendidihan, boiler


dioperasikan pada tekanan rendah yang dijaga setengah dari tekanan penuh. Waktu
pendidihan lebih kurang 24 jam. Untuk boiler tekanan tinggi pembersihan secara kmia
dengan mengurangi zat-zat dilakukan untuk menghilangkan kerak. Setelah pendidihan
atau pembersihan secara asam (acid cleaning) boiler dikosongkan, diisi kembali dan
dicuci dengan air segar. Boiler kemudian siap untuk beroperasi pada tekanan uap
optimal dan menggunakan tombol pengaman.

2.5.2 Operasi pada Keadaan Normal dan Darurat

Universitas Sumatera Utara

Pengoperasian pada keadaan normal dilakukan oleh pabrik-pabrik ketel yang


memerlukan pemeliharaan dan kondisi air ketel yang baik untuk mencegah timbulnya
kerak atau korosi. Untuk memeriksa secara benar/baik perlu diperhatikan uap dan
temperature uap yang dihasilkan serta menjaga kebersihan gas. Jangka waktu untuk
memulai dan untuk pendinginan boiler setelah dimatikan, ditetapkan dalam petunjuk
manual ketel dan harus diikuti/ dipatuhi dengan baik.

Pengoperasian pada keadaan darurat, merupakan hal yang penting untuk


diperhatikan. Keadaan ini dapat berupa kesalahan pada sediaan air umpan atau sediaan
bahan bakar. Kehilangan udara atau kesalahan pada api pembakaran. Unit boiler yang
modern dilengkapi dengan kunci pengaman yang otomatis untuk aliran sediaan bahan
bakar dan pada saat ketel berhenti beroperasi., jika terjadi keadaan yang
membahayakan.

2.5.3 Pembersihan Boiler

Pembersihan eksternal sering dilakukan dengan penyiaktan dan pengaliran gas atau
dengan air mengalir. Pembersihan internal dengan air dan uap dilakukan dengan cara
manual jika mungkn dan dapat juga dengan menggunakan pembersih kimia secara
otomatis untuk ketel yang modern pada unit boiler terutama pada bagian ketel yang
tidak semuannya dapat dijangkau oleh tangan.

Universitas Sumatera Utara

Pembersihan secara kimia harus dilakukan dibawah pengawasan supervisor.


Kebanyakan asam hidroklorik digunakan bersama-sama dengan zat kimia untuk
menghilangkan kerak-kerak yang keras. Pembersihan asam jika dibuat oleh orang
yang tidak kompeten dapat menyebabkan kelebihan zat-zat kimai pada boiler. Setelah
pencucian dengan asam, dinetralkan dengan larutan alkali dan terakhir kali boiler
dioperasikan pada pemanasan tekanan rendah dengan larutan inert.

Pada saat ketel dihentikan uttuk periode yang lama sekitar 1 atau 2 bulan.
Metode storage kering dianjurkan untuk melindungi boiler dari serangan korosi. Ini
memerlukan pembersihan dan pengeringan yang seksama terhadap boiler dan penutup
semua lubang juga menghilangkan air dan udara diruangan boiler dan alat-alat
pengukur

tekanan.

Penampang

material

penyerap

air

ditempatkan

untuk

membersihkan kelembapan yang rendah.


(Pedoman

Efisiensi

Energi

untuk

Industri

di

Asia

www.energyefficiencyasia.org/2010/01/20/)

2.6.

Spesifikasi Air Umpan Boiler

Universitas Sumatera Utara

Untuk boiler tekanan tinggi ( modern ) memerlukan air umpan boiler dengan
spesifikasi yang telah ditentukan, karena dengan tingginya tekanan material yang
ditinggalkan semakin besar, hal ini tentu mempengaruhi efisiensi boiler.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6 Karakteristik Air Filter

Sumber: Laboratorium Utility PT. PIM

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai