1. Pemeriksaan Forensik Klinik kasus keracunan dilakukan di
Instalasi Gawat Darurat RS Dustira, Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap oleh dokter klinis bersama-sama dokter muda kepaniteraan Laboratorium Kedokteran Forensik FK Unjani 2. Pemeriksaan pasien/korban kasus keracunan dapat dilakukan tanpa
atau
dengan
Surat
Permintaan
Visum
(SPV)
dari
penyidik/kepolisian, sesuai KUHAP pasal 133 ayat 1 dan ayat 2
3. Terhadap pasien/korban dilakukan penentuan derajat kegawat daruratan sesuai standar yang berlaku di RS Dustira. Sedapat mungkin perawatan pasien/korban tidak merusak barang bukti 4. Terhadap pasien/korban dilakukan pemeriksaan berupa identitas pasien/korban, anamnesis umum terkait kejadian keracunan, penentuan tanda dan gejala sesuai racun terduga, pemeriksaan sisa benda bukti racun terduga (jika ada), pengambilan sampel, dan
penentuan
dampak
keracunan
sesuai
kualifikasi
luka
berdasarkan KUHAP pasal 351, pasal 352 dan pasal 90
5. Pengambilan
sampel
pada
pasien/korban
sesuai
dengan
Prosedur Pengambilan Sampel Pada Korban Keracunan
6. Seluruh hasil pemeriksaan dituangkan ke dalam rekam medis pasien/korban sebagai bagian dari kelengkapan rekam medis 7. Kasus keracunan dengan Surat Permintaan Visum (SPV) dari penyidik kepolisian dituangkan ke dalam Visum et Repertum. Dalam
pembuatannya
dilakukan
konsultasi
dengan
dokter
Spesialis Forensik Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik FK
Unjani RS Dustira
8. Visum et Repertum ditandatangani oleh dokter pemeriksa dan
diketahui dokter Spesialis Forensik Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik FK Unjani RS Dustira