Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

NYERI
Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional
serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang
mengantarkan ataupun reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh stimulus dalam suatu kasus
nyeri.2,10
Biasanya dirasakan hanya dalam bentuk suatu sensasi, dengan gambaran yang
dapat dibandingkan dengan sensasi lain (seperti sentuhan atau penglihatan) yang
mengikuti untuk membedakan kualitas, lokasi, durasi dan intensitas dari suatu stimulus.2
Nyeri sangat penting sebagai mekanisme proteksi tubuh yang timbul bilamana
jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan
rangsang nyeri ini.11
Pada Pertemuan Ilmiah Nasional I (PB PAPDI), menyatakan nyeri sebagai
perasaan atau pengalaman emosional yang disebabkan dan berhubungan dengan
terjadinya kerusakan jaringan tubuh.12,13,14
Persepsi nyeri sangat bersifat individual,1,13 banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor non fisik, bukan hanya merupakan gangguan fisik tetapi merupakan kombinasi dari
faktor fisiologis, patologis, emosional, psikologis, kognitif, lingkungan dan sosial.13

Universitas Sumatera Utara

2.1 Jenis Nyeri


Jenis nyeri dapat dinyatakan dalam beberapa hal, seperti: berdasarkan mekanisme
nyeri, berdasarkan kemunculan nyeri dan berdasarkan klasifikasi nyeri wajah.

2.1.1 Berdasarkan Mekanisme Nyeri


Nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu
1. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak
merusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri
khas nyeri sederhana adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya stimuli dan
persepsi nyeri, seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami.14
2. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga
merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi
berbagai

komponen

nosiseptif

berubah.

Jaringan

yang

mengalami

inflamasi

mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin,


purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung
maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi
nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala
utama dari proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak mengeluhkan nyeri terus
menerus. Kebanyakan pasien mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang berlesi

Universitas Sumatera Utara

mendapat stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat
makan, sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan.14
3. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi
primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan
toksin atau gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada
Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal
dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya,
sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat
melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme perifer) menjadi
abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (mekanisme sentral).14

2.1.1 Berdasarkan Kemunculan Nyeri


Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
1. Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi
yang dapat dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang
merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan jaringan
tubuh akibat penyakit atau trauma.13,14 Nyeri ini biasanya berlangsung sementara,
kemudian akan mereda bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada nosiseptor dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu.1,13,14 Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat
kecelakaan atau nyeri pasca bedah.1,13

Universitas Sumatera Utara

2. Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena
patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam periode yang
lama dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan
kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah terjadi
penyembuhan

penyakit

atau

trauma

dan

biasanya

tidak

terlokalisir

dengan

jelas.1,13,14 Nyeri wajah atipikal adalah salah satu nyeri kronik.3,4,5,6,8

2.1.3 Berdasarkan Klasifikasi Nyeri Wajah


Nyeri pada wajah ataupun rongga mulut dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori
yaitu
1. Nyeri somatik, nyeri yang dapat dihasilkan dari stimulasi reseptor-reseptor
neural ataupun saraf-saraf periferal. Jika stimulasi bermula dari bagian superfisial tubuh,
karakteristik klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas menstimulasi, lokalisasi nyeri yang
tepat, adanya hubungan yang akurat antara tempat lesi dan sumber nyeri serta cara
menghilangkan nyeri yang temporer dengan aplikasi anestesi topikal. Jika stimulasi
bermula dari bagian dalam tubuh, karakteristik klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas
mendepresikan, lokalisasi beragam dari nyeri yang menyebar, lokasi dari nyeri bisa
ataupun tidak berhubungan dengan tempat lesi, sering menunjukkan efek-efek sekunder
dari perangsangan pusat.10
2.

Nyeri neurogenik, nyeri yang dihasilkan dalam sistem sarafnya sendiri,

reseptor saraf ataupun stimulasi serabut yang tidak diperlukan. Karakteristik klinis dari
nyeri neurogenik, yaitu: nyeri seperti membakar dengan kualitas

Universitas Sumatera Utara

menstimulasikan, lokalisasi baik, adanya hubungan yang tertutup diantara lokasi


dari nyeri dan lesi, pengantaran nyeri mungkin dengan gejala-gejala sensorik, motorik
dan autonomik.10
3. Nyeri psikogenik, nyeri yang dapat memunculkan intensifikasi nyeri somatik
atau neurogenik dan juga merupakan suatu manifestasi psikoneurotik. Karakteristik dari
nyeri psikogenik, seperti: lokasi nyeri selalu tidak mempunyai hubungan dengan suatu
penyebab yang mungkin, tindakan klinis dan respon pada pengobatan mungkin non
fisiologis, tidak diharapkan dan tidak biasa.10 Nyeri wajah Atipikal adalah salah satu
nyeri psikogenik.3-9

2.2 Etiologi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Tidak hanya satu stimulus yang menghasilkan suatu yang spesifik dari nyeri,
tetapi nyeri memiliki suatu etiologi multimodal. Nyeri biasanya dihubungkan dengan
beberapa proses patologis spesifik.10 Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri,
mencakup: infeksi, keadaan inflamasi, trauma, kelainan degenerasi, keadaan toksik
metabolik atau neoplasma.15
Nyeri dapat juga timbul karena distorsi mekanis ujung-ujung saraf misalnya
karena meningkatnya tekanan di dinding viskus / organ.15
Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri (gambar 1), antara lain: lingkungan,
umur, kelelahan, riwayat nyeri sebelumnya, mekanisme pemecahan masalah pribadi,
kepercayaan, budaya dan tersedianya orang-orang yang memberi dukungan.1

Universitas Sumatera Utara

Sebagian besar rasa nyeri hebat oleh karena: trauma, iskemia atau inflamasi
disertai kerusakan jaringan. Hal ini mengakibatkan terlepasnya zat kimia tertentu yang
berperan dalam merangsang ujung-ujung saraf perifer.15
Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang
berlebihan, misalnya: kebisingan, cahaya yang sangat terang dan kesendirian. Kelelahan
juga meningkatkan nyeri sehingga banyak orang merasa lebih nyaman setelah tidur.
Riwayat nyeri sebelumnya dan mekanisme pemecahan masalah pribadi berpengaruh pula
terhadap seseorang dalam mengatasi nyeri, misalnya: ada beberapa kalangan yang
menganggap nyeri sebagai suatu kutukan. Tersedianya orang-orang yang memberi
dukungan sangat berguna bagi seseorang dalam menghadapi nyeri, misalnya: anak-anak
akan merasa lebih nyaman bila dekat dengan orang tua.1

Faktor

kognitif

(seperti:

kepercayaan seseorang) dapat meningkatkan ataupun menahan nyeri, terutama


pemahaman tentang nyeri yang dimiliki individu merupakan penyebab yang mungkin
atau implikasinya.7
Dalam suatu penelitian yang dilakukan Woodrow et al, ditemukan bahwa
toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan pertambahan umur, misalnya semakin
bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pula pemahaman terhadap nyeri dan
usaha mengatasinya.1,16 Toleransi terhadap nyeri lebih besar pada pria daripada wanita
dan pada orang kulit putih lebih dapat mentoleransinya dibanding pada orang kulit hitam
ataupun pada orang ras oriental.16
Depresi dihubungkan dengan nyeri kronik dan merupakan konsekuensi dari nyeri
sedangkan kecemasan dihubungkan dengan nyeri akut dan merupakan antisipasi

Universitas Sumatera Utara

dari nyeri. Menurut penelitian yang dilakukan Sternbach menyatakan bahwa kecemasan
menambah sensitivitas nyeri dan meningkatkan respon nyeri.16

Karakteristik dari Host


-Biologis:genetik,jenis kelamin,kontrol nyeri endogenous
-Psikologis:kecemasan,depresi,turunan,tingkah laku.
-Kognitif

NYERI

Penyakit
-Sejarah
-Penyakit yang ada

Lingkungan
-Sosialisasi
-Gaya Hidup
-Trauma
-Budaya

Gambar 1. Faktor-faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi pengalaman


nyeri (Isbagio H. Penatalaksanaan nyeri sebagai model pendekatan
interdisiplin pada pasien geriatrik. Di dalam: Prodjosudjadi W, Seriati
S, Alwi I, eds. Pertemuan Ilmiah Nasional I. 2003. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003: 168-79)

2.3 Fisiologi Nyeri


Karena banyaknya aspek yang membingungkan dari nyeri dan faktor-faktor yang
menyokong pengalaman keseluruhan nyeri, maka tidaklah mengherankan bahwa adanya
suatu pandangan yang tidak umum dari mekanisme otak yang menopang persepsi nyeri.
Pertama kali harus dipertimbangkan teori yang telah membuat perhatian yang lebih pada
nyeri dan mendukung serta mencatat titik kekuatan dan kelemahan teori tersebut sebelum
melewati suatu pertimbangan dari aspek aferen primer (tabel 1) dan saraf pusat nyeri.2

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. KLASIFIKASI SERABUT SARAF PERIFERAL2

Tipe serabut
Angka Romawi
I

Huruf Yunani
A-

Diameter

Kecepatan Konduksi

(m)

(m/dtk)

12-21

70-120

Sumber

Spindel otot
Organ tendon golgi
Akson motoneuron pada otot

II

A-

6-12

35-70

Spindel Otot
Mekanoreseptor threshold rendah

III

A-

2-8

12-48

Akson Motoneuron pada spindel

A-

1-6

2,5-35

Mekanoreseptor threshold rendah


Thermoreseptor
Nosiseptor

IV

1-3

2,5-15

Saraf autonomik preganglionik

0,4-1,2

0,7-1,5

Mekanoreseptor threshold rendah


Thermoreseptor
Nosiseptor
Saraf autonomik postganglionik

Mekanisme saraf komplek secara keseluruhan tidak dimengerti tentang


keterlibatannya dengan nyeri, tetapi ada teori yang dapat dijelaskan. Teori Gate Control
yang dikemukakan Melzack dan Wall merupakan teori yang komprehensif dalam
menjelaskan transmisi dan persepsi nyeri.1 Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansia
Gelatinosa (SG), yaitu suatu area dari sel-sel khusus pada bagian ujung dorsal serabut
saraf sumsum tulang belakang (spinal cord) yang berperan sebagai mekanisme pintu
gerbang (gating mechanism). Mekanisme pintu gerbang ini dapat memodifikasi dan
merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai di korteks serebri dan menimbulkan
persepsi nyeri.1,10

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Teori Gate Control (Walton RE. Prinsip dan praktik ilmu
endodonsi. Alih Bahasa: Narlan Sumawinta, Winiarti Sidharta,
Bambang Nursasongko. Jakarta: EGC, 1998: 643-59).

Prinsip dasar Teori Gate Control (gambar 3),8,17 yaitu:


1. Masuknya aktivitas saraf aferen dimodulasi oleh mekanisme pembukaan /
penutupan gerbang (gating mechanism) di dalam tanduk dorsal korda spinalis dan batang
otak. Gerbang ini merupakan inhibitor atau fasilitator bagi aktivitas sel Transmisi (T)
yang membawa aktivitas lebih jauh sepanjang jalur saraf.
2. Gerbang dipengaruhi oleh derajat relatif dari aktivitas serabut beta A dengan
diameter besar, serabut delta A diameter kecil serta serabut C. Serabut beta A diameter
besar diaktifkan oleh stimuli tidak berbahaya dan pada aktifitas serabut aferen besar
cenderung menutup gerbang sedangkan aktifitas serabut kecil cenderung membukanya.
3. Mekanisme kontrol serabut saraf desendens dari tingkatan yang lebih tinggi di
susunan saraf pusat dipengaruhi oleh proses kognitif, motivasional dan afektif.

Universitas Sumatera Utara

Derajat mekanisme yang lebih tinggi ini juga memodulasi gerbang. Aktivitas di dalam
serabut aferen besar tidak hanya cenderung menutup gerbang secara langsung tetapi juga
mengaktifkan mekanisme kontrol pusat yang menutup gerbang.
4. Saat gerbang terbuka dan aktivitas di dalam aferen yang baru masuk cukup
untuk mengaktifkan sistem transmisi, dua jalur asendens utama diaktifkan. Yang pertama
adalah jalur sensoris-diskriminatif, yang bersambung dengan korteks somatosensoris
serebri melalui thalamus ventroposterior. Jalur ini memungkinkan penentuan tempat
nyeri. Kedua, jalur asendens yang melibatkan informasi retikuler melalui sistem thalamus
dan limbus medial. Jalur ini berurusan dengan rasa tidak enak, penolakan (aversif) dan
aspek emosional dari nyeri. Jalur desendens, selain berpengaruh pada gerbang tanduk
dorsal, dapat juga berinteraksi dengan kedua sistem asendens ini.
Didapat banyak asosiasi antara rasa nyeri dan depresi. Penderita depresi sering
mengeluh adanya rasa nyeri dan sebagian besar penderita nyeri kronik menjadi depresif.
Terkadang didapatkan kesulitan menemukan penyebab yang primer (seperti masalah
nyeri atau masalah depresinya) dan dalam menentukan faktor psikologis yang
mengeksaserbasi rasa nyeri. Hal ini mempunyai implikasi terapeutik dan memberi dasar
rasional terhadap penggunaan obat yang meringankan atau menghilangkan kecemasan.
Sering hal ini sama efektifnya dengan analgetik dalam menanggulangi rasa nyeri.15

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai