Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan

diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk,
ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan
USG ginjal bersifat noninvaif, tidak bergantung faal ginjal, tanpa kontras, tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita, tidak dijumpai efek samping, dapat dilakukan
dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.
Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan
memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik
berkembang pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan penting untuk
menentukan kelainan berbagai organ tubuh.
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan
untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang
pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk
menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Ultrasonografi dapat digunakan
untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih,
jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk
membedakan antara kista dan tumor.
Ginjal terletak retroperitoneal terhadap dinding belakang abdomen. Kutub
bawah dan bagian tengah ginjal lebih mudah dilihat karena letaknya jauh di bawah
iga. Namun demikian, posisi ginjal sangat variable. Sonic window yang digunakan
adalah otot perut belakang dan postero-lateral serta celah iga. Pada ginjal kanan,
hepar digunakan sebagai sonic window, sedang pada ginjal kiri, lambung yang berisi
air sebagai sonic window.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Ginjal1,2
a. Letak
Ginjal terletak di retroperitoneal, antara vertebrae lumbal I sampai
vertebrae lumbal III. Ginjal kanan letaknya sedikit inferior dibandingkan
dengan ginjal kiri.
b. Ukuran
Kedua ginjal harus memiliki ukuran yang kurang lebih sama. Pada orang
dewasa, perbedaan panjang yang lebih dari 2 cm merupakan keadaan
abnormal.
1. Panjang 9 12 cm dan pada bayi baru lahir sekitar 4 cm
2. Lebar 4 6 cm, tetapi mungkin sedikit bervariasi dengan perubahan
sudut skening dan pada bayi baru lahir sekitar 2 cm.
3. Ketebalan < 3,5 cm, tetapi mungikn sedikit bervariasi dengan
perubahan sudut skening.
4. Kompleks eko sentral (Sinus renalis) tampak sangat ekogenik dan
normalnya menempati sekitar sepertiga ginjal
c. Bagian-Bagian Ginjal
1. Pembungkus ginjal :
- Fasia gerota (lapisan luar)
- Lemak perirenal (lapisan tengah)
- Kapsul renalis (lapisan dalam). Bagian tampak sebagai garis yang
terang, tidak terputus-putus dan ekogenik di sekeliling ginjal.
2. Parenkim ginjal :
- Korteks. Disini akan ditemukan arteri, vena, convoluted tubules
dan glomerular capsules. Korteks renalis tampak kurang ekogenik
dibandingkan hepar tetapi lebih ekogenik daripada piramid renalis
-

di dekatnya.
Medulla. Pada medulla terdapat pyramids, calyces dan gelung
Hendle. Pyramids renalis memberikan gambaran hipoekoik
sehingga tidak boleh dikelirukan dengan kista pada ginjal.

3. Sinus renalis (lemak, system collecting dan pembuluh darah pada


hilus). Sinus renalis merupakan bagian ginjal yang paling dalam dan
memiliki ekogenositas yang paling besar.
4. Ureter. Ureter normal tidak selalu terlihat. Ureter harus dicari di
tempat saluran ini meninggalkan ginjal di daerah hilus. Ureter bisa
tunggal atau multiple.
d. Peredaran Darah Pada Ginjal
- Arteri Renalis langsung berasal dari aorta, sedikit inferior dari arteri
-

mesentric superior.
Setelah masuk renal hilum, arteri renalis dibagi dalam 4-5 interlobar

arteri.
Dari arteri interlobalis, kemudian melengkung ke arah dasar dari

pyramids yang disebut arcuate arteries.


Cabang dari arcuate arteries akan masuk ke glomeruli renalis.
Dari arterioles darah akan meninggalkan glomerulus

mengosongkan capillaries.
Dari capillaries darah tersebut akan membawa dan menembus

interlobular, arcuate, vena lobular dan menuju vena renalis.


Pada hilum dari ginjal, vena renalis keluarnya di bagian anterior;

dan

ureter keluarnya di bagian posterior, dan arteri masuk antara keduanya.

Gambar 1. Anatomi Ginjal

Gambar 2. Arteri Pada Ginjal


2.2.

Ultrasonografi (USG)

2.2.1. Sejarah Ultrasonografi 1,4


Pada awal ditemukannya teknologi ini, USG tidak digunakan dalam bidang
kesehatan seperti yang kita lihat saat ini. Seorang Perancis, Langevin (1918), yang
menggunakan teknologi ini dalam bidang militer. USG digunakan dalam bidang
radar, yaitu teknik SONAR (Sound Navigation and Ranging), pada perang dunia ke I,
untuk mengetahui adanya kapal selam lawan. Kemudian digunakan dalam pelayaran
untuk menentukan kedalaman air. Pada tahun 1937, teknik ini pertama kali digunakan
untuk memeriksa jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan. Pada tahun 1952,
Hoert dan Bliss telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa organ, misalnya
hepar dan ginjal. Kemajuan teknologi membuat hasil USG saat ini jauh lebih baik.
Jika dulu gambar yang dihasilkan kasar, namun dengan teknologi baru yang disebut

USG 3 Dimensi, tampilan gambarnya lebih jelas dan dapat berwarna. Kita sudah bisa
lihat profil muka bayi, seperti layaknya orang bikin patung. Memang masih nampak
kasar dan belum seperti pasfoto. Namun demikian, kita sudah bisa melihat kalau
hidungnya pesek atau bila ada kelainan seperti bibir sumbing. Selain itu, alat ini
memungkinkan kita mendapat gambaran yang lebih jelas tentang berbagai hal yang
menyangkut kondisi janin pada setiap tahap perkembangan. Karena alat ini
memungkinkan untuk melihat organ organ janin dari berbagai sudut.
2.2.2. Prinsip Ultrasonografi 1,4
USG ialah alat yang memanfaatkan gelombang ultrasonic, yaitu gelombang
yang memiliki frekuensi lebih dari dari 1- 10 Mhz, yang mana gelombang ini lebih
tinggi dari frekuensi yang dapat kita dengar (20-20.000 Hz). Ultrasonik adalah suara
atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa didengar oleh telinga
manusia, yaitu kira-kira diatas 20 kiloHertz. Hanya beberapa hewan, seperti lumbalumba menggunakannya untuk komunikasi, sedangkan kelelawar menggunakan
gelombang ultrasonik untuk navigasi. Dalam hal in, gelombang ultrasonic merupakan
gelombang ultra (diatas) frekuensi gelombang suara (sonik).
Gelombang ultrasonic dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.
Relflektivitas dari gelombang ultrasonic ini di permukaan cairan hampir sama dengan
permukaan padat, tapi pada tekstil dan busa, maka jenis gelombang ini akan diserap.
Frekuensi yang diasosikan dengan gelombang ultrasonic pada aplikasi elektronik
dihasilkan oleh getaran elastis dari sebuah Kristal kuarsa yang diinduksikan oleh
resonans

dengan

suatu

medan

listrik

bolak-balik

yang

dipakaikan

(efek

piezoelektrik). Kadang gelombang ultrasonic menjadi tidak periodic yang disebut


derau (noise), dimana dapat dinyatakan sebagai superposisi gelombang-gelombang
periodik, tetapi banyaknya komponen adalah sangat besar. Kelebihan gelombang
ultrasonic yang tidak dapat didengar, bersifat langsung dan mudah difokuskan. Jarak
suatu benda yang memanfaatkan delay gelombang pantul dan gelombang datang
seperti pada sistem radar dan deteksi gerakan oleh sensor pada robot atau hewan.

Gelombang suara frekuensi tinggi ini dihasilkan dari kristal-kristal yang


terdapat dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya
mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek
piezo-elektrik, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal
akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan
listrik yang melaluinya, Kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan
dihasilkan gelombang suatu frekuensi tinggi.
2.2.3. Cara Kerja USG 1,4
Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang
suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator, diubah menjadi energi akustik oleh
transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang dipelajari.
Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus
jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam gema sesuai dengan jaringan
yang dilaluinya. Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan
membantu transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan
selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar osiloskopi (oscilloscops).
Bila transduser digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada
bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan tersebut akan dapat dilihat pada
layar monitor. Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impendence acustic
tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam gema,
jaringannya disebut echogenic. Pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama
sekali tidak ada gema, disebut anechoic atau bebas gema. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya: kista,asites, pembuluh darah besar, pericardial atau
pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan.
Display Modes (Gema yang dipantulkan) 1. Gema yang berasal dari
jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :

A-mode: Dalam sistem ini, gambar yang diperoleh berupa defleksi vertikal
pada osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan enersi eko yang

diterima transduser. Biasanya dipakai pada pemeriksaan di serebral.


B mode: Pada layar monitor (screen) eko Nampak sebagai suatu garis terang
dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang dipantulkan. Dengan
sistem ini maka diperoleh gambaran dalam 2 dimensi berupa penampang

irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.


M mode : Alat ini biasa dipakai untuk memeriksa jantung. Transduser tidak
digerakan . Disini jarak antara transduser dengan organ yang memantulkan
eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.

2.2.4. Persiapan USG 1,4


Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian para
penderita dengan obstipasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia.
Untuk pemeriksaan alat-alat di rongga perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam
keadaan puasa dan pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas
dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa. Untuk
pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum
pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. Untuk pemeriksaan
kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus penuh.

2.2.5. Pemakaian Klinis 1,4


USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai
kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain:
1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
2. Membedakan kista dengan massa yang solid.
3. Mempelajari pergerakan organ (jantung,aorta,vena kava), maupun pergerakan
janin dan jantungnya.
4. Pengukuran dan penentuan volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri ,menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk biopsy.

Menentukan volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya bulibuli,ginjal, kandung empedu, ovarium, uterus , dan lain-lain)
5. Biopsi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat
dimonitor pada layar USG.
6. Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor
dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah
radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.
2.3.

Ultrasonografi Ginjal
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) ginjal merupakan pemeriksaan yang non

invasif, tidak bergantung pada faal ginjal, tidak dijumpai efek samping, tanpa kontras,
tidak sakit, relatif cepat dan mudah dikerjakan. USG dapat memberikan keterangan
tentang ukuran, bentuk, letak, dan struktur anatomi dalam ginjal.
Ginjal terletak retroperitoneal terhadap dinding belakang abdomen. Kutub
bawah dan bagian tengah ginjal lebih mudah dilihat karena letaknya jauh dibawah
iga. Namun demikian, posisi ginjal sangat variable.
Sonic Window yang digunakan adalah otot perut belakang dan postero-lateral
serta celah iga. Pada ginjal kanan, hepar digunakan juga sebagai sonic window,
sedang pada ginjal kiri, lambung yang berisi air sebagai sonic window.

2.3.1. Teknik Pemeriksaan 1


Pertama-tama, penilaian IVP sangat diperlukan. Tentukan posisi ginjal dan
daerah yang perlu dinilai lebih lanjut. Sebagian besar kasus-kasus adalah untuk
menentukan keadaan suatu massa intrarenal. Fokus transduser yang digunakan sekitar
5 cm, 2,5-3,5 MHz cukup memadai, pada orang kurus atau anak digunakan transduser
5 MHz, sedang pada orang gemuk sekali 1,5-2 MHz mungkin lebih berguna.
Lakukan irisan transversal untuk menentukan lokasi aksis ginjal, diikuti
dengan irisan-irisan longitudinal, bila perlu gunakan magnifikasi. Ginjal turut

bergerak dengan pernapasan, sehingga pada linear scan perlu tahan napas. Sedang
penelaahan kutub atas ginjal paling baik dengan sektor transduser melalui celah iga.
Pemeriksaan ginjal transplantasi, mudah dilakukan karena tinggal mengikuti
jaringan parut yang ada, gunakan fokus pendek dan penyesuaian TGC.
Tabel 1. Problem Dalam USG Ginjal dan Cara Pemecahannya
Problem
Ginjal (-) pada orang gemuk

Pemecahan (Solusi)
Gain terlalu tinggi, fokus tranduser terlalu
pendek

Pole atas tidak adekuat

frekuensi

terlalu

tinggi.

Gunakan

transduser 2 Mhz, irisan postero-lateral.


Pada ginjal kanan gunakan hepar sebagai sonic
window dan sektor untuk ginjal kiri dengan
inspirasi dalam, atau minum 300 500 ml.

2.3.2. Pedoman Pemeriksaan 1,2


A. Untuk ginjal kanan
Penderita berbaring terlentang dan penderita diminta untuk menahan
napas pada inspirasi dalam. Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan hati dan
menampakkan ginjal lebih ke bawah. Pada posisi ini , ginjal dapat diperiksa
dalam penampang membujur dan melintang, dengan mengatur letak transduser
miring ke bawah lengkung iga kanan, sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu
ginjal dan menggunakan hati sebagai jendela akustik. Pemeriksaan dimulai dari
bagian medial samapi ke lateral secara teratur berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini
paling baik untuk menilai parenkim ginjal.
Penderita berbaring miring ke kiri (LLD)
Pada keadaan ekspirasi, penampang melintang ginjal dapat diperiksa
melalui sela iga sepanjang garis midaksiler. Pada inspirasi dalam, penampang
koronal dapat diperiksa dengan meletakkan transduser sejajar garis mid-aksiler

mulai daerah pinggang di bawah lengkung iga kanan. Pemeriksaan dapat


dilakukan dari permukaan posterior sampai ke anterior. Posisi ini membantu
memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi lain, juga Morrisons
pounch. Penderita berbaring terlungkup dan menahan napas pada inspirasi dalam.
Pada posisi ini ginjal dapat diperiksa dalam penampang membujur atau
melintang, dengan meletakkan transduser di sebelah kanan lateral garis tengah
dan diatur sejajar atau tegak lurus sumbu ginjal. Pemeriksaan dapat dilakukan
dari bagian superior ke inferior, maupun dari lateral ke medial.
B. Untuk ginjal kiri
Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan pada posisi
berbaring miring ke kanan (RLD). Penampang melintang ginjal dapat diperiksa
dengan meletakkan transduser di sela iga, dalam keadaan ekspirasi. Penampang
koronal dapat diperiksa dengan meletakkan transduser sejajar garis aksiler,
melalui daerah pinggang di bawah , lengkung iga kiri, pada inspirasi dalam.
Penderita berbaring telungkup, seperti memeriksa ginjal kanan, tetapi
transduser diletakkan di sebelah kiri lateral garis tengah. Sebaiknya, untuk setiap
kali pemeriksaan, kedua ginjal diperiksa dan dibandingkan hasilnya. Posisi
terlentang tidak dianjurkan untuk memeriksa ginjal kiri, karena gambaran ginjal
terganggu oleh bayangan udara di dalam lambung dan usus, kecuali bila lambung
diisi air (minum)
C. Sonogram ginjal normal
1) Ukuran ginjal
Ukuran panjang ginjal orang dewasa normal adalah :
-

Untuk ginjal kanan


Untuk ginjal kiri

: 8-14 cm (rata-rata 10,74 cm)


: 7- 12 cm (rata-rata 11,10 cm)

10

Diameter antero-posterior rata-rata 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5


cm. Ukuran panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang terlihat secara radiografi.
2) Gambaran kapsul ginjal
Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang berdensitas eko tinggi
mengelilingi sisi luar ginjal.
3) Gambaran parenkim ginjal
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medulla. Eko parenkim ginjal relatif
lebih rendah dibandingkan dengan eko sinus ginjal. Medulla dan korteks
dapat jelas dibedakan. Pada keadaan normal, eko korteks lebih tinggi dari
pada eko medulla, yang relatif lebih sonolusen. Tebal parenkim ginjal normal
hampir merata,di bagian tengah 1-2 cm dan dibagian kutub 2-3 cm.
4) Gambaran sinus ginjal
Eko sinus ginjal juga dikenal sebagai central pelvicaliceal echo complex,
terlihat sebagai daerah kumpulan eko kasar bersonodensitas tiinggi di bagian
tengah ginjal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar terdiri atas lemak di
sekitar pelvis, infudibulum, dan kalises. Pelvis ginjal yang berisi urin, kadang
terlihat sedikit melebar, tampak sebagai celah bebas eko di bagian tengah
sinus ginjal. Pelebaran ini dapat terlihat sampai infudibulum , yang pada
potongan membujur akan terlihat memanjang, dan pada potongan melintang
terlihat sirkuler.
5) Gambaran pembuluh darah ginjal
Pendarahan ginjal berasal dari ateri renalis, yang kemudian bercabang
menjadi arteri lobaris untuk tiap piramis. Arteri lobaris ini bercabang menjadi
2 atau 3 arteri interlobaris di antara piramis, kemudian bercabang kecil
menjadi arteri akuata pada batas medulla dan korteks dan akan menyeberang
ke korteks sebagai a.lobularis (arterial efferent), menuju glomerulus. Setelah
ini darah akan keluar melalui arterial efferent menuju jaringan kapiler

11

peritubuler, menuju vena dan selanjutnya ke vena yang senama dengan


arterinya.

Gambar 3. Gambaran USG Ginjal

12

Gambar 4. USG Ginjal Normal

Gambar 5. USG Dextra Potongan Transversal

13

Gambar 6. USG Ginjal Kiri Potongan Coronal

Kelainan-Kelainan Ginjal 1,2,4,5

2.4.

2.4.1. Kelainan Bawaan


A. Agenesis
Pada agenesis, satu ginjal tidak ada. Dengan pemeriksaan yang teliti, tidak
terbentuknya salah satu ginjal dapat ditentukan. Bagian fleksura lienalis kolon
akan mengisi tempat ginjal bila ginjal kiri yang tidak ada (kelainan yang
umumnya terjadi). Dengan alat real time bisa dilihat adanya peristaltik kolon.

Gambar 7. Agenesis Ginjal Kanan

Gambar 8. Unilateral Ginjal Agenesis


B. Hipoplasia ginjal
Ginjal terlihat kecil, sedang kontur yang rata dan struktur eko anatomi
sama dengan struktur eko ginjal normal.

Gambar 9. Hipoplasia Ginjal

C. Ginjal Sepatu Kuda


Dapat diperiksa dalam posisi berbaring terlentang. Kadang-kadang dapat
dilihat ismus yang melintang di sebelah anterior ruas tulang belakang dan
menyatukan bagian ginjal kanan-kiri yang aksis memanjangnya menuju ke
medial.

Gambar 10. Ginjal Sepatu Kuda


D. Ginjal Ektopik
Dimana salah satu ginjal berlokasi di tempat tidak lazim, dapat di pelvis
atau thorax. Suatu variasi dimana kedua ginjal berlokasi di sisi sama dan pada
umumnya menyatu (crossed renal ectopia)

Gambar 11. Ginjal Ektopik

E. Atrophic Ginjal

Biasanya terdapat tanda jaringan parut di korteks dan biasanya memiliki


ekogenitas yang lebih tinggi dengan perkaburan visualisasi batas antara
korteks dan medulla. Pada umumnya disebabkan penyakit ginjal kronis.

Gambar 12. Atrophic Ginjal

2.4.2. Kelainan Pada Sinus Renalis 1,5,6,7


A. Obtruksi Komplit
Dengan Gray scale ultrasound daerah sinus renalis dapat diperlihatkan
secara optimal, sehingga infudibulum dan kalises dapat diidentifikasi dan
dievaluasi. Ultrasonografi dianggap suatu cara pemeriksaan yang akurat untuk
menentukan adanya suatu obstruksi traktus urinarius.
Suatu minimal hidronefrosis akan terlihat sebagai suatu pemisahan ringan
di bagian sentral dari eko pelviokalises (halosign). Keadaan ini dapat dilihat
pada irisan sector interkostal, yang kemudian dikomfirmasi dengan irisan
memanjang.
Pada keadaan hidronefrosis moderat, kalises dan pielum tampak melebar,
berupa struktur yang berisi cairan. Dilatasi infudibulum dan menghilangnya
cupping kalises dapat dilihat pada USG, sama baiknya seperti pada urografi.
Pada hidronefrosis yang lebih lanjut, sistem kalises di bagian tengah akan
tampak sebagai suatu zona echofree yang lobulated. Dan pada hidronefrosis
tingkat lanjut (severe hydronephrosis), pelvis akan terlihat sebagai suatu zona
besar berisi cairan, bahkan kadang-kadang pielum dan kalises sukar

diidentifikasi . Ginjal tampak sebagai suatu kantong berisi cairan dan parenkim
ginjal tidak jelas lagi.
Piohidronefrosis memperlihatkan dilatasi sistem kalises disertai adanya
debris yang tampak sebagai eko yang rendah pada kalises yang melebar.
Mungkin pula dijumpai suatu debris fluid level.
Bila ditemukan suatu hidronefrosis, maka hendaklah dicari seluruh bagian
ureter yang melebar, untuk kemungkinan mencari penyebab atau tingkat
obstruksi. Akan tetapi biasanya, sebagian ureter akan tertutup oleh suatu gas
usus.

Gmbar 13. Hidronefrosis

B. Obstruksi Pada Sebagian System Kalises


Obstruksi dapat terjadi hanya pada sebagian sistem kalises atau hanya
pada satu kalises, misalnya pada keadaan bila infudibulum tersumbat oleh
suatu tumor atau keadaan striktur.
Kadang-kadang sukar membedakan antara suatu massa berisi cairan di
peripelvik, umpamanya antara suatu kista peripelvik dengan suatu fokal
hidronefrosis. Untuk ini dapat dilakukan kompresi pada ureter, untuk suatu
kalises akan lebih melebar dengan adanya kompresi.

Gambar 14. Dinding Kista Tipis dan Irregular


C. Obstruksi Inkomplit atau Parsial
Suatu obstruksi parsial akan menimbulkan dilatasi yang minimal pada
sistem

kalises.

Kadang-kadang

untuk

ini

diperlukan

pemeriksaan

uroradiologis lainnya untuk menyingkirkan suatu hidronefrosis. Obstruksi


parsial mungkin tidak terlihat pada waktu pemeriksaan USG pada penderita
yang dilarang minum.
Pada penderita-penderita dengan obstruksi parsial di infudibulum,
ureteropelvic junction, atau pada ureter, suatu induksi dengan pemberian
diuresis kadang-kadang mungkin diperlukan untuk melihat lebih jelas kelainan
pada pemeriksaan ultrasonografi.
D. Nefrolithiasis
Nefrolithiasis tampak sebagai suatu opasitas dengan reflektif yang tinggi
di daerah sinus renalis, yang disertai suatu acoustic shadow di distalnya.
Terutama pada keadaan nondistended urinary tract, eko dari batu umumnya
tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari sinus renalis. Dua teknik yang
dapat dipakai dan penting untuk memperlihatkan acoustic shadow yang
optimal adalah :
1. Mengatur gain yang tepat
2. Menggunakan transduser yang mempunyai fokus pendek sesuai
dengan daerah yang dicurigai batu.

Untuk mengevaluasi suatu sinus renalis pada nefrolithiasis, umumnya


dipakai suatu gain yang rendah daripada yang digunakan untuk
memeriksa parenkim ginjal dan juga suatu far gain relatif rendah.

Gambar 15. Nefrolithiasis

BAB III
KESIMPULAN

1. Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang


digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari
gelombang Doppler. USG dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai
kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal,
hepar, uterus atau pelvis serta dapat digunakan untuk membedakan antara
kista dan tumor.
2. Pemeriksaan USG ginjal bersifat noninvasif, tidak bergantung faal ginjal,
tanpa kontras, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, tidak dijumpai
efek samping, dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan data yang
diperoleh

mempunyai

nilai

diagnostik

yang

tinggi.

Tidak

ada

kontraindikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan


memperburuk penyakit penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, S. Radiologi Diagnostik, Edisi II. Departemen Radiologi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Hlm 453- 457, 494-504.
2. Sidharta, H. Atlas Ultrasonography, Edisi II. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
3. Corr, P. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik, Edisi I. EGC. Jakarta.
2010.
4. Bates. A. Abdominal Ultrasound How, Why, When. Edisi II. Churchill
Livingstone. London. 2004.
5. Allan LS,
Baxter MG. Clinical Ultrasound, Edisi III. Churchill
Livingstone. London. 2011.
6. Lutz HT, Gharbi AH. Manual of diagnostic ultrasound in infectious
Tropical Diseases. Springer. Jerman. 2006.
7. Lauckner M. Manual of Diagnostic Ultrasound, Edisi II. WHO, Malta.
2011.

Anda mungkin juga menyukai