Anda di halaman 1dari 3

Gending Sriwijaya (FILM)

Sutradara

Hanung Bramantyo

Produser

Dhoni Ramadhan
Dian Permata Purnamasari
Irene Camelyn Sinaga

Pemeran

Agus Kuncoro
Sahrul Gunawan
Julia Perez
Mathias Muchus
Slamet Rahardjo
Jajang C. Noer
Hafshary

Distributor Putaar Production


Durasi

2 jam 30 menit

Gending Sriwijaya adalah film bergenre drama dan


laga kolosal dari Indonesia yang dirilis pada 2013 yang
disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan merupakan
proyek kedua sutradara ini bekerja sama dengan
Pemerintah
Provinsi
Sumatera
Selatan.
Proyek
sebelumnya adalah film Pengejar Angin. Film ini
diinspirasikan dari lagu dan tarian tradisional
kebudayaan Palembang, Sumatera Selatan dan
penggarapan direncakan akan dilakukan kolosal,
namun dipertimbangkan untuk semi kolosal terkait
kesulitan situs Sriwijaya banyak yang tidak bersisa
yang mengakibatkan film beresiko tidak otentik.
Film ini digarap dengan komposisi pemain film
Sumatera Selatan 80 persen dan 20 persen artis dari
Jakarta karena menurut Hanung warga Sumatera sudah

sangat ekspresif dan alami dalam berakting. Gubernur


Sumatera Selatan Alex Noerdin mengakui bahwa istana
Kerajaan Sriwijaya yang banyak menggunakan bahan
kayu sudah lapuk.
Salah satu pemainnya Julia Perez banyak
melakukan akting laga tanpa menggunakan pemain
pengganti.
Sinopsis

Nusantara pada abad 16, tiga abad setelah


keruntuhan Sriwijaya ,muncul kerajaan-kerajaan kecil
yang saling berebut kekuasaan. Kedatuan Bukit Jerai,
adalah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Dapunta
Hyang Mahawangsa dengan permaisurinya Ratu
Kalimanyang. Mereka memiliki dua putera, Awang
Kencana dan Purnama Kelana. Dapunta Hyang sudah
memasuki usia tua dan saatnya untuk menyerahkan
kepemimpinannya kepada putera mahkotanya, Awang
Kencana. Namun di luar adat kebiasaan, Dapunta justru
memilih Purnama Kelana sebagai penggantinya.
Awang Kencana secara diam-diam mengetahui
rencana itu dan sangat kecewa dengan keputusan
ayahnya. Awang kemudian menjebak Purnama,
menfitnah
Purnama
telah
membunuh
Dapunta
Mahawangsa. Purnama kemudian di tangkap oleh
Awang dan dijebloskan kepenjara. Dengan dibantu oleh
para tabib dan sahabat-sahabatnya, Purnama berhasil
dibebaskan dan dihindarkan dari hukuman mati.
Kelompok pasukan yang dipimpin oleh Awang
kemudian mengetahui rencana itu, mereka mengejar
Purnama sampai pelosok hutan, Purnama terdesak di

lereng tebing, Purnama jatuh di jurang yang tinggi,


tercebur di sungai dan terbawa arus yang deras.
Pasukan Awang tak mampu mengejar dan mengira
Purnama telah tewas.
Setelah
meninggalnya
Dapunta
Hyang
Mahawangsa,
seratus
hari
kemudian,
Awang
dinobatkan sebagai raja di Kedatuan Bukit Jerai. Awang
memerintahkan untuk membasmi kelompok perampok
Ki Goblek. Mata-mata Awang Kencana berhasil
mengetahui markas kelompok Ki Goblek. Dengan
kekuatan penuh, pasukan Awang Kencana mengepung
Ki Goblek yang bermarkas di sebuah gua di tengah
hutan. Kelompok perampok berhasil ditumpas, Ki
Goblek tewas. Hanya tertinggal Purnama dan Malini
dan 8 orang perempuan penenun songket, yang adalah
janda para perampok yang tewas. Malini yang
kehilangan kedua orang tua dan juga adiknya tak luput
menjadi korban. Malini menyimpan dendam. Purnama
yang mengetahui ini semua adalah perbuatan
kakaknya, makin meradang. Ia harus menghentikan
kelakuan kakaknya, menuntut balas kematian ayahnya,
sekaligus membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.

Anda mungkin juga menyukai