PENDAHULUAN
Penyakit tiroid pada umumnya terjadi oleh karena adanya kelainan pada
ukuran dan bentuk dari kelenjar tiroid (gondok) dan kelainan sekresi tiroid. Penyakit
non tiroidal yang disertai oleh adanya perubahan dalam fisiologi tiroid akan dapat
mempersulit penilaian terhadap keadaan penyakit tiroid yang diderita oleh seseorang.
Pada kenyataannya, fungsi kelenjar tiroid terhadap metabolisme memiliki efek
penting terhadap semua fungsi tubuh. Dalam manajemen penyakit tiroid, seorang
dokter selayaknya memiliki pengetahuan tentang semua tahapan embriologi, anatomi,
fungsi endokrin, implikasi genetik, dan faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi tiroid, selain itu dengan melihat gejala klinis yang muncul.
Meskipun kanker tiroid relatif jarang, kejadian nodul tiroid secara signifikan
lebih tinggi, mempengaruhi sekitar 4% sampai 7% dari populasi Amerika Serikat.
Sementara mayoritas nodul yang jinak, tantangannya adalah untuk mengidentifikasi
5% atau sehingga dari pasien dengan lesi ganas. Selanjutnya, tidak ada indikator yang
saat ini tersedia untuk menentukan pasien akan mengembangkan penyakit agresif
atau berulang, meskipun risikonya kategori berdasarkan kriteria klinis dan patologis
tidak
memberikan
informasi
prognostik
penting.
Sejarah
medis
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kelenjar tiroid tumbuh dari invaginasi dasar faring, yang terjadi pada minggu
ke-4 kehamilan. Primordial kelenjar tiroid bermigrasi ke arah kaudal dan bergabung
dengan sebagian dari kantong faring keempat.1
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah
besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan
melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi
letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Berat rata-rata kelenjar tiroid kira-kira
20 gram dan terletak di 1/3 bawah leher. Kelenjar ini berhubungan dengan kartilago
krikoid dan ala tiroid. Kelenjar tiroid ditutupi oleh otot melingkar infrahyoid dan
terdiri dari 2 lobus berbentuk buah pear yang dihubungkan oleh ismus, yang biasanya
menutupi cincin trakea kedua dan tiga, ukuran lobus yaitu panjangnya 2,5-4 cm, lebar
1,5-2 cm dan ketebalannya 1-1,5 cm. Selain itu, pada sekitar 50% pasien, terdapat
lobus piramidalis kecil pada ismus atau bagian yang dekat dengan lobus. Kelenjar
tiroid juga berhubungan di medial dengan esophagus dan nervus laring rekurens dan
di lateral dengan Carotid Sheeth.2,3
Gambar : Kelenjar tiroid, potongan horizontal melalui isi bagian dalam leher setinggi
tulang rawan trakea kedua tampak bawah 3
Perdarahan kelenjar tiroid berasal dari arteri karotis eksterna, yang
membentuk arteri tiroid superior sebagai cabang pertama, dan dari trunkus
tiroservikal yang membentuk arteri tiroid inferior. Arteri tiroid merupakan cabang
yang kadang-kadang tumbuh dari arteri inominata dan memperdarahi ismus. Arteri
tiroid superior mempunyai banyak cabang, termasuk sebuah yang memasuki laring
bersama dengan nervus laring superior. Saraf ini mudah terpotong jika melakukan
diseksi kutub superior terlalu jauh dari kelenjar. Arteri tiroid superior didampingi oleh
vena tiroid superior yang mengalir ke dalam vena jugularis. Vena tiroid media juga
mengalir ke dalam vena jugularis interna. Sedangkan vena tiroid inferior mengalir ke
dalam vena inominata. Vena-vena ini membentuk pleksus yang terletak di bawah
kapsul kelenjar yang asli dan juga meluas ke bawah ismus di depan trakea. Arteri
tiroid inferior terletak di belakang carotid sheeth. Arteri ini membelok ke medial
setinggi kartilago krikoid dan vertebra servikal ke-6.2,4
Konstituen utama koloid adalah molekul besar molekul besar dan kompleks
yang dikenal sebagai tiroglobulin, yang didalamnya berisi hormon-hormon tiroid
dalam berbagai tahapan pembentukannya. Sel-sel folikel menghasilkan 2 hormon
yang mengandung iodium, yang berasal dari asam amino tirosin: tetraiodotironin (T4
atau tiroksin) dan triiodotironin (T3). Awalan tetra dan tri serta angka 3 dan 4
menandakan jumlah atom iodium yang masing-masing terdapat di dalam setiap
molekul hormon. Kedua hormone ini, yang secara kolektif disebut sebagai hormone
tiroid, merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basal keseluruhan. Di
ruang interstisium diantara folikel-folikel terdapat sel-sel sekretorik jenis lain, yaitu
sel c (disebut demikian karena mengeluarkan hormone peptide calsitonin) yang
berperan dalam metabolisme kalsium. 6
2.3 Fisiologi
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium
nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat
ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat
tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan
disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan
dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu
globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat
albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi
dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang
dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran
hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular
yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium,
yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.1,6
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon
tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus
anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin
Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus.6,8
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yaitu6,7 :
a) Efek pada laju metabolisme
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan.
Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran
energi tubuh pada keadaan istirahat.
b) Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c) Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat
multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga
dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d) Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem
saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e) Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung
sehingga curah jantung meningkat.
f) Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan, tetapi juga
mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein
struktural baru dan pertumbuhan rangka.
g) Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf
terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk
aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
2.4 Definisi
2.5 Epidemiologi
Kanker tiroid mewakili hanya 1% dari semua kanker, dengan kejadian
diperkirakan 19.500 kasus baru pada tahun 2010. Dalam tiga dekade terakhir,
kejadian kanker tiroid telah meningkat hampir 50%, namun angka kematian telah
menurun sebesar 20%. Hal ini mungkin karena deteksi lebih cepat oleh FNA dan
pengobatan selanjutnya. Ada empat patologi utama yang dihadapi pada kanker tiroid :
papiler , folikuler, meduler, dan karsinoma anaplastik. 9
Tabel persentase kejadian kanker tiroid 9
Jenis kanker
Persentase
75%
16 %
5%
3%
1%
Insidens kanker tiroid 1,5% dari semua kanker di Amerika Serikat. Kanker
tiroid menimbulkan kurang lebih 92% berasal dari gangguan kelenjar endokrin. Ada
Sekitar 12.000 kasus baru kanker tiroid di Amerika Serikat setiap tahunnya. Insiden
munculnya kanker tiroid adalah sekitar 2-3 kali lebih besar pada wanita dibandingkan
pada pria.9
lebih tinggi daripada penderita perempuan. (2) Pengaruh radiasi di daerah leher dan
kepala pada masa lampau (3) Kecepatan tumbuh tumor. (4) Riwayat gangguan
mekanik di daerah leher. (5) Riwayat penyakit serupa dalam keluarga.11
Asupan diet rendah yodium tidak meningkatkan kejadian kanker tiroid secara
keseluruhan. Namun populasi dengan asupan yodium rendah makanan memiliki
proporsi yang tinggi dan karsinoma anaplastik folikel.
2.7 Klasifikasi
Berdasarkan histopatologinya karsinoma tiroid dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu : karsinoma papilar, karsinoma folikular, karsinoma medular, dan
karsinoma anaplastic.1 2
a. Karsinoma Papilar
Karsinoma papilar adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering
ditemukan (75-85%) yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau
awal
puluh persen berupa tumor yang multisentrik dan bilateral pada 1/3 kasus.10, 12
b. Karsinoma Folikular
Karsinoma folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan
biasa ditemukan pada usia dewasa pertengahan atau diatas 40 tahun. Pada
kasus yang jarang, tumor ini mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis).
Insiden karsinoma
folikular
meningkat
yodium. 1 0
Diagnosis
tumor
ini secara
sitologi
sulit
dibedakan
dengan
maka radioterapi
dengan
dengan
c. Karsinoma Medular
Karsinoma medular meliputi sekitar 5% keganasan tiroid dan berasal
dari sel parafolikular atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Karsinoma ini
timbul secara sporadik (80%) dan familial (20%), dimana tumor ini
diturunkan sebagai sifat dominan autosom yang berhubungan dengan MEN2a atau MEN-2b atau endokrinopati lainnnya.1 2
Massa tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan, pada tumor
yang lebih luas tampak daerah nekrosis dan perdarahan dan dapat
meluas sampai ke kapsul. Mikroskopis tampak kelompok sel-sel bentuk
poligonal sampai lonjong dan membentuk folikel atau trabekula. Tampak
adanya deposit amiloid pada stromanya yang merupakan gambaran khas
pada karsinoma tipe medular ini.12
Metastasis ke
tempat
jauh
tiroid
T2 = Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari
4 cm masih terbatas pada tiroid
T3 = Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal
(misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
T4a = Tumor telah keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut :
jaringan lunak subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus
T4b = Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri
karotis
T4a* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas
pada tiroid
T4b* (karsinoma
anaplastik)
atau ke kelenjar
atas/superior
M Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Tiap T
Tiap T
Tiap N
Tiap N
M0
M1
T1
T2
T3
T1,T2,T3
T1,T2,T3
T4a
T4b
Tiap T
N0
N0
N0
N1a
N1b
N0,N1
Tiap N
Tiap N
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
T4a
T4b
TiapT
Tiap N
Tiap N
Tiap N
M0
M0
M1
10,12
keadaan
mobilitas
nodul.
Pemeriksaan
laboratorium
yang
membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus.10
dilakukan
pemeriksaan fisik.
anamnesis,
maka
selanjutnya
dilakukan
tahun
Ada riwayat radiasi leher pada masa anak-anak
Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara
Nodul soliter, pertumbuhan cepat dan konsistensi keras
Ada pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular, servikal, atau
submandibular)
f. Ada tanda-tanda metastasis jauh
Pemeriksaan penunjang dalam langkah menegakkan diagnosis klinis
meliputi:
a.
klinis. Dalam situasi ini, scan radioiod dapat berguna untuk menentukan status
fungsional nodul. Sharma, 2011
Hasil diagnosa dengan keganasan memerlukan intervensi bedah. Papiler
tiroid karsinoma dan karsinoma tiroid medullar sering positif hanya dengan
identifikasi berdasarkan hasil FNAB saja. Pada pasien dengan karsinoma,
perencanaan bedah definitif dapat dilakukan di awal. Namun, hampir mustahil
untuk membedakan adenoma folikular dari karsinoma folikular berdasarkan
temuan FNAB. Pasien dengan neoplasma folikular, seperti yang ditentukan
dengan hasil FNAB, harus menjalani operasi untuk lobektomi tiroid untuk
diagnosis jaringan. Pasien-pasien ini memerlukan tiroidektomi lengkap jika
keganasan yang ditemukan di review patologi. Ada beberapa kontroversi
mengenai tingkat tiroidektomi (tiroidektomi total, tiroidektomi subtotal, atau
lobektomi) untuk diagnosis patologis tertentu.Sharma,2011
Komplikasi FNAB umumnya kecil. Komplikasi yang paling umum adalah
hematoma kecil, ekimosis, dan ketidaknyamanan lokal. Hematoma klinis yang
signifikan dan pembengkakan sangat jarang. Tusukan biopsi yang mengenai
trakea, arteri karotis, vena jugularis atau biasanya tidak menyebabkan masalah
klinis yang signifikan dan dikelola dengan kompresi lokal. . Sharma, 2011
b. Pencitraan radionuklida
Jika biopsi FNA tidak cukup untuk menetukan diagnosis, studi pencitraan
lain dapat digunakan untuk membantu menentukan kemungkinan nodul tiroid
yang ganas. Pencitraan radionuklida dengan radioiod (131I) menunjukkan
kemampuan untuk berkonsentrasi nodul tiroid. Nodul yang secara aktif
berkonsentrasi yodium radiolabeled dianggap "hot" nodul. Hampir semua "hot"
nodul (99,6%) adalah jinak. "cold" nodul, yang tidak mengambil 131I radioiod,
lebih mungkin menjadi ganas. Lawlani, 2007
Penentuan karsinoma tidak dapat hanya didasarkan pada scan radioiod.
Oleh karena itu, radioiod scan biasanya kurang membantu untuk evaluasi rutin
nodul tiroid. Dalam kondisi tertentu, penggunaan radioiod dapat berarti sebagai
diagnostik, ketika hasil FNAB.Sharma, 2011
terapi,
dan
mengidentifikasi
kekambuhan.
USG
juga
mampu
meningkatkan keakuratan FNA untuk lebih dari 95% dengan memastikan posisi
jarum dalam lesi selama aspirasi. Sharma 2011,Bayley 2006
d. MRI dan CT Scan
Untuk evaluasi lebih lanjut dengan menggunakan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) penting untuk menentukan sejauh mana metastasis regional di
kanker tiroid,. Secara umum, computed tomography (CT) scan dengan kontras
2.9 Penatalaksanaan
(total
unilateral,
lobektomi
ekstrakapsular
dan
pada daerah yang relatif tidak jelas pada parenkim tiroid. Tindakan reseksi
bilateral subtotal tampaknya mengalami keterbatasan pada reseksi tiroid pada
kasus-kasus malignansi, karena ahli bedah tidak boleh memotong sepanjang
jaringan tiroid yang berdekatan dengan kanker atau dicurigai kanker.
Pembedahan
Tiroidektomi total dengan reseksi lobus piramidalis dan leher tengah
Pasien dibaringkan dengan posisi semi Fowler dengan bahu dinaikkan dan
leher diekstensikan. Insisi mengikuti garis kulit kira-kira dua jari di atas kepala
supraklavikula. Jabir kulit standar diangkat sampai di atas batas kartilago krikoid
sebagai batas atas dan klavikula sebagai batas bawah. Lobus tiroid dilepaskan
secara tumpul dari perlekatan inferolateral dan dilakukan pencarian nervus
rekurens pada segitiga yang dibentuk oleh lobus tiroid, trakea dan selubung
karotis. Setelah identifikasi terhadap nervus dibuat dengan pasti, maka dilakukan
diseksi tumpul di atas nervus. Jangan melakukan jepitan atau ikatan pembuluh
darah besar atau yang diduga sebagai pembuluh darah besar sebelum identifikasi
nervus dipastikan. Sementara diseksi dilakukan menuju ke atas, lobus diputar ke
medial, harus hati-hati agar tidak meregangkan atau menarik nervus rekurens.
Ballenger,1997
Seroma
Ada banyak kondisi pembedahan yang merupakan predisposisi bagi terbentuknya
seroma, diantaranya operasi tiroid bilateral, khususnya jika reseksi subtotal tiroid
dilakukan atau setelah pengangkatan goiter yang besar. Seroma, jika cukup besar
dapat diaspirasi. Seroma yang disertai infeksi membutuhkan drainase yang
adekuat dan segera
Infeksi
Infeksi luka operasi tiroid atau paratiroid tidak umum terjadi. Jenis operasi ini
dianggap sebagai prosedur yang bersih, dan antibiotik profilaksis tidak
diindikasikan.
Cedera N.laryngeus rekurens
Beberapa faktor telah dianggap berperan dalam peningkatan insiden cederanya
N.laryngeus rekurens diantaranya operasi di SSG, luasnya reseksi tiroid,
pengalaman ahli bedah, perbaikan dari pembedahan tiroid atau paratiroid dan
keganasan.
Cedera N.Laryngeus superior
2.10 Prognosis
Prognosis dari kanker tiroid
sendiri. Prognosis keseluruhan kanker tiroid adalah dinilai oleh pementasan awal
dan kecukupan pengobatan. Tabel dibawah menggambarkan sistem TNM staging
serta tingkat kelangsungan hidup. Dalam sistem ini, pementasan ini terkait dengan
usia pasien, mengakui bahwa untuk pasien yang lebih muda dari 45 tahun pada
saat diagnosis, tumor papiler relatif lamban. Tahap 1 pasien memiliki tingkat
ketahanan hidup 5 tahun yang sangat baik dari 99% dan 10-tahun tingkat
kelangsungan hidup dari 98%. Lawlani, 2007
TNM Staging dan tingkat kelangsungan hidup untuk Dewasa dengan
karsinoma tiroid diobati dengan tepat
Stage
Usia
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup
99%
98%
99%
85%
Stage
Usia
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup
95%
70%
80%
61%
no M, no M
3
Over 45: T beyond
capsule, no N, no
M
Dengan T, regional
N, no M
4
karena
agresivitas
pengobatan.Lawlani, 2007
penyakit
dan
kurangnya
respon
terhadap