Defisit neurologis fokal yang terjadi bergantung pada lokasi dan luasnya lesi. Defisit yang sering terjadi adalah gangguan pada saraf kranial. Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan pada saraf kranial jika mengenai batang otak karena edema otak atau perdarahan otak. Beberapa yang sering terjadi adalah : Anosmia : Anosmia adalah ketidakmampuan seseorang mencium bau. Disebabkan oleh luka trauma pada nervus olfaktorius. Biasanya terjadi pada mereka dengan patah tulang frontal dan mengalami rinorrhea pasca trauma. Diplopia : penglihatan ganda. Terjadi krn kerusakan pada nervus trochlearis. Cedera nervus facialis : berupa kelumpuhan otot-otot wajah Cedera nervus vestibulocochlearis: Gangguan Pendengaran dan keseimbangan seperti vertigo dan pusing. 2. Hidrosefalus Biasanya timbul karena adanya perdarahan di fossa posterior yang menekan ventrikel IV. Atau bisa juga karena adanya darah pada rongga subarachnoid yang mengganggu aliran maupun penyerapan CSS 3. Kejang Kejang dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah cedera kepala (Early seizures), 1-7 hari setelah cedera (Intermediate seizures), atau lebih dari 7 hari setelah cedera (late seizures). 4. Fistula Cairan Cerebrospinal Dapat terjadi dalam bentuk rinorrhea atau otorrhea. Umumnya kebocoran dapat berhenti sendiri namun jika terjadi terus menerus diperlukan tindakan operatif. 5. Infeksi Resiko infeksi yang besar yaitu pada fraktur basis cranii. Resiko meningkat jika terjadi fistula cairan cerebrospinal. PROGNOSIS Mortalitas pasien dengan peningkatan tekanan Intrakranial > 20 mmHg selama perawatan mencapai 47%, sedangkan TIK di bawah 20 mmhg kematiannya 39%. Tujuh belas persen pasien sakit cedera kepala berat mengalami gangguan kejangkejang dalam dua tahun pertama post trauma. Lamanya koma berhubungan signifikan dengan pemulihan amnesia. Prognosis pasien juga ditentukan oleh lamanya koma, durasi amnesia post trauma, area kerusakan cedera pada otak, mekanisme cedera dan usia.