Anda di halaman 1dari 8

I.

MATERI PENGANTAR
Bidang studi : Penyuluhan Kesehatan
Topik

: Thipoid

Sub Topik

:
1. Penyebab penularan thypoid
2. Pengobatan thipoid

Sasaran

: Pasien dan keluarga pasien

Hari

: Jumat

Tanggal

: 24 Juni 2016

Jam

: 08.00 WIB

Waktu

: 30 menit

Tempat

: RS Anwar Medika

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan ini diharapkan masyarakat
mengetahui dan memahami tentang penyakit thipoid dan mengetahui hal yang harus
dilakukan jika terkena thipoid serta cara mengatasi masalah tersebut.
III.TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 kali pertemuan, masyarakat dapat
menjelaskan kembali tentang :
1.

mengetahui tanda tanda adanya thipoid.

2.

Cara penanganan atau pengobatan yang tepat

IV. LAMPIRAN
Terlampir
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. MEDIA
1.Leaflet
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No
1.

2.

Waktu
08.00-08.05 WIB

Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan :

Kegiatan Peserta

- Memberi salam

Menjawab salam

- Menjelaskan tujuan pembelajaran

Mendengarkan

- Menyebutkan materi/pokok bahasan

memperhatikan

yang akan disampaikan


Pelaksanaan :

08.05-08.15 WIB

Menjelaskan materi penyuluhan secara

Menyimak dan

berurutan dan teratur.

memperhatikan materi

Materi :
1. Penyebab penyakit thipoid.
2. Gejala penyakit thipoid.
3. Pengobatan penyakit thipoid.
3.

08.15-08.20 WIB

Evaluasi
- Memberi kesempatan kepada klien
untuk bertanya

- Bertanya dan
menjawab pertanyaan

- Memberi kesempatan kepada klien


untuk menjawab pertanyaan yang
4.

08.20-08.30 WIB

dilontarkan
Penutup :
- Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
- Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah
diberikan
- Mengucapkan salam

VIII.

dan

EVALUASI

- mengucapkan salam

Metode Evaluasi

: Tanya Jawab

Jenis Pertanyaan

: Lisan

Jumlah Soal

: 3 soal

Soal
1. Sebutkan apa saja penyebab thipoid?
2. Bagaimana gejala penyakit thipoid?
3. Bagaimana pengobatan penyakit thipoid?
Jawaban
1. Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
2. Masa tunas typhoid 10 - 14 hari
a) Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b) Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.
3. Beri obat :
a) Klorampenikol
b) Tiampenikol
c) Kotrimoxazol
d) Amoxilin dan ampicillin
IX. MATERI
Terlampir

X. DAFTAR PUSTAKA

Dongoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.


Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta
.

Lampiran Materi
Pengertian Typoid
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus
yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,
salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai selsel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu.

Gejala thypoid
Gejala klinis demam tifoid pada anak bisanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat4 hari jikainfeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudiaan muncul gejala klinis
yang biasanya ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan
suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat
setiap hari, biasanya menurun setiap pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari.
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah. Lidah
ditutupi selaput putih kotor (coated tangue), ujung dan tepinya kemerehan,jarang disertai
tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah. Roseola lebih sering terjadi pada
akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Merupakan suatu nodul kecil sedikit
menonjol dengan diameter 2-4 mm,berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan.
Roseola ini merupakan emboli kuman, dimana didalamnya mengandung kuman Salmonella
tyhosa dan terutama didapatkan di daerah perut, dada, kadang-kadang di pantat maupun
bagian fleksor dan lengan atas. Kadang-kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan
mungkin pula ditemukan epistaksis.
Pada tipe congenital, kuman dapat ditemukan pada darah, hati, limfa serta kelainan
patologis pada usus tidak didapatkan, hal ini menjelaskan bahwa pada tifoid congenital
penularanny lewat darah dan secara cepat menimbulkan gejala-gejala tifoid seperti pada
janin. Demam tifoid pada anak dibawah usia 3 tahun jarang dilaporkan, bila terjadi biasanya
gambaran klinisnya berbeda dengan anak yang lebih besar. Kejadiannya sering mendadak
disertai panas tinggi, muntah-muntah, kejang-kejang dan tanda-tanda rangsang meningen.

Pada pemeriksaan darah, terlihatlekositosis (20.000-25.000/mm), limpa sering teraba pada


pemeriksaan fisik. Perjalanan penyakit lebih pendek, lebih variasi, sering tidak melebihi 2
minggu dengan angka kematian yang tinggi (12,5%). Diagnosis ditegakkan dengan
ditemukannya kuman Salamonella typhii dalam darah dan feces. Reaksi widal akan
mengukur antibody terhadap kuman tifoid. Pada awal terjadinya penyakit, widal akanpositif
dan dalam perkembangan selanjutnya misalnya 1-2 minggu kemudian akan semakin
meningkat mesti demam tifoid telah diobati. Hasil test widal dianggap positif apabila titer
antibodi O = 1/200 atau

lebih, atau apabila terdapat peningkatan titer

4 kali pada

pemeriksaan serum sepasang.


Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang dengan
peningkatan laju endap darah, gambaran eritrositnya normokrom normositer,diduga oleh
karena efek toksin supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. Tidak selalu ditemukan
lekopeni, sering lekosit dalam batas-batas normal dan dapat pulalekositosis terutama bila
disertai komplikasi yang lain. Jumlah trombosit menurun, gambaran hitung jenis didapatkan
limfositosis relative, aneosinodilia, dapat shift tothe left atau shift to the right tergantung dari
perjalanan penyakit.
Umumnya prognosa tifus abdominalis pada anak baik, asal penderita cepat berobat.
Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk
jika terdapat gejala klinik yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua
2. Kesadaran menurun sekali (stupor), koma atau delirium
3. Terdapat komlikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis,
bronkopneumonia dan lain-lain
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
Komplikasi
Dapat terjadi pada :
1. Usus halus
a) Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai
perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b) Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanyadapat ditemukan
bila terdapat udara di ronggan peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat

udara diantara hati dan diafrkma pada foto roentgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
c) Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasiusus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
tegang (defence muskulair) dan nyeri pada tekanan.
2. Komplikasi di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis,
kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karean infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia.
Pencegahan thipoid.
1. Cuci tangan dengan air hangat dan sabun setelah melakukan BAB/BAK. Sebelum
makan ataupun sebelum menyediakan makanan.
2. Cuci sayuran dan buah sebelum di makan.
3. Sebelum dipakai cuci peralatan makan dan minum.
Penatalaksanaan :
1.

Perawatan
a) Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.

2. Diet
a)

Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

b)

Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c)

Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

d)

Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.

3.

Pengobatan
a)
b)
c)
d)

Klorampenikol
Tiampenikol
Kotrimoxazol
Amoxilin dan ampicillin

Anda mungkin juga menyukai