Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka
Gabion terdiri dari unit-unit kotak, dibuat dengan lilitan ganda (double-twist)
membentuk lubang segi enam (hexagonal) yang diikat kuat dengan dilapisi zinc
heavy galvanized. Aplikasi gabion adalah sebagai struktur penahan tanah,
perkuatan jalan, perkuatan lereng, pelindung jembatan, pelindung tepian sungai,
dan pelindung jalur kereta api. Gabion biasanya digunakan karena mempunyai
karakteristik seperti fleksibel, permeabel, ekonomis, mudah dipasang, dapat
dipasang dilingkungan yang beragam dan ramah lingkungan. (Maccaferri, 1987)
Metode elemen hingga adalah metode numerik yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan dalam bidang rekayasa ataupun bidang fisik lainnya.
Permasalahan-permasalahan dalam bidang rekayasa yang dapat dipecahkan
dengan metode ini adalah meliputi analisa struktur, analisa tegangan, perpindahan
panas dan masa, dan medan elektromagnetik. Pehitungan elemen hingga
umumnya sulit dilakukan secara manual, sehingga diperlukan bantuan dengan
menggunakan program komputer. (Choiron dan Purnowidodo, 2013).
Plaxis adalah program komputer berdasarkan Metode elemen hingga dua-dimensi
yang digunakan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas
untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Kondisi permodelan dapat
dimodelkan dalam regangan bidang atau axi-simetri. Program Plaxis 8.2
menyediakan beberapa jenis perhitungan elemen hingga, yaitu: perhitungan
plastis, konsolidasi, reduksi phi-c (faktor keamanan), dan perhitungan dinamik.
(Brinkgreve, 2007)
2.2.
Dasar Teori
Msf
tan masukan
tan tereduksi
cmasukan
ctereduksi
(2.1)
dengan,
Msf
cmasukan
ctereduksi
masukan
tereduksi
= faktor keamanan
= nilai c masukan
= nilai c terendah yang didapatkan pada saat tanah
mengalami keruntuhan.
= nilai masukan
= nilai terendah yang didapatkan pada saat tanah
mengalami keruntuhan.
(2.2)
Proses perhitungan phi c reduction method dalam diagram keruntuhan MohrCoulomb diilustrasikan pada Gambar 2.1.
Kemungkinan Longsor
< 1,07
> 1,25
2.2.2. Gabion
A. Umum
Gabion terbentuk dari suatu box anyaman kawat yang diisi dengan batu. Tiap-tiap
gabion box tersusun atas kawat (double twist hexagonal) yang telah diberi lapisan
galvaniz. Setelah gabion disusun, struktur gabion bekerja sebagai satu kesatuan
(secara monolit). Struktur dari gabion fleksible untuk menerima settlement,
defleksi maupun tegangan.
Bedasarkan klasifikasi struktur perkuatan tanah gabion dapat berfungsi sebagai
dinding gravitasi, salah satu jenis sistem stabilisasi eksternal. Oleh karena itu,
gabion dapat menahan tekanan tanah lateral dengan menggunakan berat
strukturnya sendiri.
Struktur gabion dapat di desain sebagai reinforced soil structure untuk
meningkatkan efisiensi dari dinding gabion. Reinforce soil structure, perkuatan
tersusun atas double twisted wire mesh yang sama dengan wire mesh pada gabion
box. Wire mesh tersebut ditempatkan di antara susunan box gabion dan
diperpanjang hingga menembus backfill.
B. Komponen material gabion
Beberapa komponen material yang terdapat pada gabion sebagai berikut:
1. Kawat
a. Material Kawat
Kualitas kawat memenuhi spesifikasi internasional (BS 1052/80, BS
443/82, ASTM A975-97, ASTM 856 dan EN /Euronorm 10244/2) dan
standar nasional (SNI 03-0090-1999 dan SNI 03-3046-1992). Setiap panel
anyaman diperkuat di bagian tepi dengan kawat yang berdiameter lebih
besar daripada kawat anyaman.
Kawat harus terbuat dari bahan baja karbon rendah berlapis galvanis.
Tebal minimum lapisan galvanis untuk kawat anyaman harus 0,26 kg/m 2,
kawat tulangan tepi 0,275 kg/m2, dan kawat pengikat 0,24 kg/m2, yang
memenuhi BS 1052/80 dan BS 443/82. Lapisan PVC dengan tebal 0,4-0,6
mm digunakan untuk lapisan luar kawat. Penggunaan PVC sebagai lapisan
pencegah korosi, memungkinkan bronjong dapat digunakan di daerah
dekat laut ataupun daerah berpolusi. Lapisan kawat gabion ditunjukan
pada Gambar 2.2.
S= lebar anyaman
2. kawat sisi
d = panjang lilitan
3. lilitan ganda
l = panjang anyaman
2. Batu
Material batu yang akan dipakai untuk gabion harus terdiri dari batu yang bersih,
keras dan dapat tahan lama, berbentuk bulat atau persegi. Ukuran batu yang
diijinkan untuk digunakan adalah antara 15 cm25 cm (toleransi 5%) dan
sekurang-kurangnya 85% dari batuan yang digunakan harus mempunyai ukuran
yang sama atau lebih besar dari ukuran tersebut serta tidak boleh ada batuan yang
diijinkan melewati lubang anyaman.
3. Material timbunan
Material tanah timbunan yang digunakan pada pemasangan gabion harus
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dalam desain. Berdasarkan AASHTO
2007, maksimum sudut geser dari material granular terpilih untuk perkuatan
diasumsikan 34.
C. Parameter gabion
1. Material kawat
Pendekatan kawat/wire mesh yang paling sesuai adalah geogrid. Geogrid dipilih
karena material kawat/wire mesh memiliki sifat elastis seperti material geogrid
Parameter yang dibutuhkan pada material geogrid adalah parameter kekakuan
axial elastis (EA). Parameter kekakuan axial dihitung dengan menggunakan
Persamaan (2.3).
EA
TS
(2.3)
dengan,
EA
TS
2. Material batu
Pendekatan model Mohr-Coulomb batuan pengisi gabion diambil dari buku
keluaran Maccaferri, 1987. Buku ini berisi tentang spesifikasi produk gabion,
pengujian gabion, dan analisis produk gabion. Berdasarkan buku keluaran
10
Maccaferri (1987), batuan pengisi memiliki berat volume yang berbeda sesuai
jenis batuan. Indentifikasi berat volume batu pengisi menurut jenis batuan
ditunjukan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Indikasi berat volume batu pengisi (Maccaferri, 1987 )
Berat Volume
(kN/m3)
29
26
26
25
23
22
17
Jenis Batu
Basalt
Granite
Hard limestone
Trachytes
Sandstone
Soft limestone
Tuff
= s. (1-n)
= s. (1-n) + n. w
= 25. unsat - 10
= 0,03. Pu-0,05
= 2. G (1+ )
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
(2.8)
11
c
E
G
Pu
Besarnya nilai Pu tergantung pada rasio berat kawat gabion dengan jumlah
penyekat dan tinggi gabion. Berikut adalah asumsi nilai Pu berdasarkan tinggi
gabion (Maccaferri, 1987).
2.2.3.
Beban kendaraan diasumsikan sebagai dua buah beban garis. Beban garis
merupakan susunan beban pada setiap jalur lalulintas yang dinyatakan dalam ton
per meter (Persamaan 2.9).
MST D MST B
LKENDARAAN
Pi
dengan:
Pi
MST D
MST B
LKENDARAAN
(2.9)
12
untuk verifikasi hasil data dengan data lainnya. Berikut adalah beberapa korelasi
empiris yang telah direkomendasikan oleh para ahli:
13
A. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah adalah penentuan jenis tanah pada lokasi penelitian. Penentuan
jenis tanah diperlukan untuk mengetahui karakteristik tanah pada lokasi tanah
tersebut. Penentuan jenis tanah tersebut dilakukan dengan cara pengolahan data
tanah di laboratorium, selain itu juga dengan cara melakukan visualisasi terhadap
hasil bor. Hubungan antara kepadatan dengan relative density, nilai N-SPT, qc, dan
adalah sebanding. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3. Hubungan antara kepadatan, relative density, nilai N, qc, dan
(Mayerhoff, 1965)
Kepadatan
Very Loose (sangat lepas)
Loose (lepas)
Medium Dense (agak kompak)
Dense (kompak)
Very Dense (sangat kompak)
Relative
Density
(d)
<0,2
0,2 0,4
0.4 0,6
0,6 0,8
0,8 1,0
Nilai N-SPT
<4
4 10
10 30
30 50
>50
Tekanan
Konus (qc)
(kg/cm2)
<20
20 40
40,0 120
120 200
>200
Sudut
Geser
()
<30
30 35
35 40
40 45
>45
sat
sat
unsat .(G s e)
1 e
G s . w .(1 w)
1 e
(2.10)
(2.11)
14
n
1 n
(2.12)
n 1
w
s
(2.13)
s adalah berat isi butiran tanah, yang ditentukan dengan Persamaan (2.14).
Gs
s
w
(2.14)
Korelasi untuk menentukan berat jenis tanah () dan berat jenis tanah jenuh ( sat)
pada tanah kohesif dan non kohesif dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.
Tabel 2.4. Korelasi empiris antara nilai N-SPT dengan unconfined compressive
strength dengan berat jenis tanah jenuh (sat) untuk tanah kohesif. (Terzaghi and
Peck, 1994)
N-SPT
(Blows/ft)
<2
2 4
4 8
8 15
15 30
> 30
Konsistensi
Very Soft
Soft
Medium
Stiff
Very Stiff
Hard
Qu
(Unconfined Compressive Stength)
(tons/ft2)
< 0.25
0.25 0.50
0.50 1.00
1.00 2.00
2.00 4.00
>4.00
sat
kN/m3
16 - 19
16 - 19
17 - 20
19 - 22
19 - 22
19 - 22
Tabel 2.5. Korelasi berat jenis tanah jenuh (sat) untuk tanah nonkohesif. (Terzaghi
and Peck, 1994)
Desciption
Very Loose
Fine
Medium
Coarse
1-2
2-3
3-6
Fine
26-28
Loose
Medium
N-SPT
3-6
7-15
4-7
8-20
59
10-25
Angle of friction
28-30
30 - 34
Dense
Very Dense
16 - 30
21 - 40
16 - 45
> 40
> 45
33 - 38
15
Medium
Coarse
wet (kN/m3)
27-28
28-30
11-16
30-32
30-34
14-18
32 - 36
33 - 34
17 - 20
36 - 42
40 - 50
17 - 22
> 50
20 - 23
Tabel 2.6. Korelasi berat jenis tanah () untuk tanah non kohesif dan kohesif.
(Terzaghi and Peck, 1994)
N
Unit Weight
, kN/m3
Angle of
Friction,
State
N
Unit Weight
, kN/m3
qu, kPa
State
0 - 10
Cohesionless Soil
11-30
31 50
12 -16
14 - 18
16 - 20
18 23
25 - 32
28- 36
30 - 40
> 35
Loose
>4
Medium
Dense
Cohesive
4-6
6 15
> 50
Very Dense
16 25
> 25
14 -18
16 - 18
16 - 18
16 20
> 20
< 25
Very Soft
20 - 50
Soft
30 - 60
medium
40 200
Stiff
> 100
Hard
C. Poisson ratio
Nilai poisson ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap regangan
pemuaian lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasar jenis tanah seperti
yang terlihat pada Tabel 2.7 di bawah ini.
Tabel 2.7. Nilai perkiraan angka poisson tanah (Bowles, 1997)
Macam Tanah
Lempung Jenuh
Lempung Tak Jenuh
Lempung Berpasir
Lanau
Pasir Padat
Pasir Kasar
Pasir Halus
Batu
Loess
D. Modulus Young
Nilai modulus Young menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah yang
merupakan perbandingan antara tegangan yang terjadi terhadap regangan. Nilai
ini bisa didapatkan dari Triaxial Test. Data sondir, booring, dan grafik triaksial
16
E = 10 ( N + 15 )
k/ft
( untuk pasir )
(2.15)
(2.16)
E (Kg/cm2)
3-30
20 40
45 90
300 425
50-200
100 250
500-1000
800-2000
500-1400
20-200
150 600
1400-14000
E. Sudut geser
Kekuatan geser dalam mempunyai variabel kohesi dan sudut geser dalam. Sudut
geser dalam bersamaan dengan kohesi menentukan ketahanan tanah akibat
tegangan yang bekerja berupa tekanan lateral tanah. Nilai ini juga didapatkan dari
pengukuran engineering properties tanah dengan Direct Shear Test. Hubungan
antara sudut geser dalam dan jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 2.9 dan Gambar
2.4.
Korelasi N-SPT dengan sudut geser tanah menurut Hatanaka & Uchida (1996)
didekati dengan Persamaan (2.17).
1,54 N 20
(2.17)
17
Tabel 2.9 Hubungan antara sudut geser dalam dengan jenis tanah (Das, 1985)
Jenis Tanah
Kerikil kepasiran
Kerikil kerakal
Pasir padat
Pasir lepas
Lempung kelanauan
Lempung
F. Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan sudut
geser dalam, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan
ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah
dalam hal ini berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi akibat kombinasi
keadaan kritis pada tegangan normal dan tegangan geser yang tidak sesuai dengan
Direct Shear
faktor aman dari yang direncanakan. Nilai ini didapat dari pengujian
Test.
G. Koefisien permeabilitas
Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran
rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati rongga yang
menyebabkan tanah bersifat permeable. Permeabilitas menunjukkan kemampuan
tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju
infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Harga koefisien permeabilitas (k)
untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda-beda. Beberapa koefisien permeablitas
diberikan dalam Tabel 2.10.
18
Gambar 2.4. Hubungan antara sudut geser ( ) dan nilai N-SPT untuk tanah pasir
(Terzaghi dan Peck, 1948)
H. Sudut dilatansi ()
Sudut dilatansi () dinyatakan dalam derajat. Bolton (1986), dalam kaitannya
dengan Plaxis, merekomendasikan korelasi sudut gesekan dan sudut dilatansi
untuk tanah kohesif.
= - 30
(2.18)
19
Untuk tanah kohesif, yang cenderung memiliki dilatansi kecil, nilai = 0 realistis
untuk digunakan dalam kasus umum.
2.3.
Program Plaxis
Plaxis 8.2 adalah program komputer berdasarkan Metode elemen hingga duadimensi yang digunakan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan
stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Model elemen hingga
dimodelkan berupa regangan bidang maupun secara axi-simetri. Program ini
terdiri dari empat buah sub-program (Masukan, Perhitungan, Keluaran dan
Kurva).
2.3.1. Masukan untuk perhitungan
Untuk menjalankan suatu analisis berdasarkan Metode elemen hingga dengan
Plaxis, langkah pertama adalah membuat sebuah model elemen hingga dan
menentukan sifat-sifat material serta kondisi batasnya. Untuk membuat sebuah
model elemen hingga yang lengkap, terlebih dahulu harus membuat sebuah model
geometri 2D yang terdiri dari titik-titik, garis-garis dan komponen-komponen
lainnya dalam bidang x-y Gambar 2.5. Penyusunan jaring elemen hingga dan
penentuan sifat-sifat serta kondisi batas pada tiap elemen dilakukan secara
otomatis berdasarkan parameter dari model geometri.
Langkah terakhir dari Plaxis meliputi perhitungan tekanan air dan tegangan efektif
pada kondisi awal dari model. Saat pembuatan model geometri dalam Plaxis
Input, disarankan agar pemilihan dan penggunaan berbagai jenis masukan
dilakukan secara berurutan dari kiri ke kanan sesuai urutan toolbar.
20
21
2.3.2. Perhitungan
Plaxis dapat melakukan beberapa jenis perhitungan elemen hingga yang berbeda.
Plaxis output hanya akan melakukan analisis deformasi dan membedakan antara
perhitungan Plastis, Konsolidasi, Reduksi phi-c (faktor keamanan), dan
perhitungan dinamik. Tiga jenis perhitungan yang pertama (Plastis, Konsolidasi,
dan Reduksi phi-c) dapat mengikutsertakan efek dari perpindahan yang besar.
Proses perhitungan dalam Plaxis dapat dibagi menjadi beberapa tahapan
perhitungan (Gambar 2.6) sesuai dengan metode pekerjaan model. Setiap tahap
perhitungan umumnya dibagi lagi menjadi beberapa langkah perhitungan. Hal ini
diperlukan karena perilaku non-linier dari tanah membutuhkan peningkatan
pembebanan dalam proporsi yang kecil (langkah pembebanan).
22
23
2.4.
2.4.1. Umum
Metode elemen hingga adalah metode numerik yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan dalam bidang rekayasa ataupun bidang fisik lainnya.
Permasalahan-permasalahan dalam bidang rekayasa yang dapat dipecahkan
dengan metodei ini adalah meliputi analisa struktur, analisa tegangan, perpindahan
panas dan masa, dan medan elektromagnetik. Permasalahan-permsalahan yang
melibatkan bentuk geometri, kondisi pembebanan dan sifat mekanik material yang
komplek tidak mungkin untuk dipecahkan dengan menggunakan persamaan atau
rumus matematis yang biasanya disebut dengan penyelesaian analitis.
Penggunaan komputer sangat berperan besar dalam operasi penyelesaian
persamaan dalam metode elemen hingga. Sebelum pengunaan komputer,
meskipun sudah diketahui sebelumnya bahwa metode matrik dan metode elemen
hingga dapat digunakanuntuk menyelesaikan persoalan-persoalan komplek, tetapi
penggunaannya tidak praktis dan memerlukan waktu yang sangat lama. Kondisi
ini berubah semenjak tahun 1950-an, yang mana pada waktu itu mulai
dikembangkan komersial komputer generasi pertama oleh IBM. Bahkan sekarang
sudah banyak dikembangkan program-program komputer berbasis elemen hingga,
24
misalnya program Plaxis, ANSYS, Algor, Abaqus, MARC, SAP 2000 dan lainlain.
2.4.2. Langkah-langkah metode elemen hingga
Perumusan dan penerapan metode elemen hingga dianggap terdiri darl 8 langkah
dasar. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Memilih jenis elemen dan diskritisasi
Bodi kontinum dibagi menjadi elemen-elemen yang terdiri dari beberapa
node. Proses ini disebut diskritisasi. Sebelumnya, menentukan jenis elemen
yang sesuai untuk memodelkan kondisi fisik sebenarnya. Di dalam
pendiskritan ini, memungkinkan ukuran elemen berbeda sesuai dengan
kondisi geometri dari suatu struktur. Pemilihan jenis suatu elemen dan dimensi
(satu, dua atu tiga dimensi) pada saat melakukan analisa dengan menggunakan
Metode elemen hingga tergantung dari beberapa faktor misalnya, kondisi
pembebanan. Gambar 2.9 menunjukkan contoh dari beberapa jenis elemen.
25
elemen.
Fungsi
polinomial
bisa
didapat
dengan
hubungan
antara
regangan/perpindahan
dan
tegangan/regangan
Hubungan regangan/ perpindahan dan tegangan/regangan adalah sangat
penting untuk menurunkan tiap-tiap rumus elemen hingga. Untuk kasus
deformasi elastis (kecil) pada satu dimensi, misalnya, pada arah x dengan
perpindahan u, dinyatakan dengan strain, x, Persamaan (2.19).
du
dx
(2.19)
x E. X
(2.20)
26
27
Gauss-Seidel. Untuk
menyelsaikan jumlah node yang banyak atau dimensi matrik yang besar, maka
penyelesain menggunakan program komputer adalah efektif.
28
K 11
K
21
K 12
K 22
K n1
K n2
. . . K 1n
. . . K 2 n
. . .
.
. . .
.
. . .
.
. . . K nn
d1
d 2
.
.
.
d n
(2.21)