Anda di halaman 1dari 15

STUDI PERKOTAAN I

TUGAS 2
PEMAHAMAN RUANG KOTA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

NAMA / NIM

STEPHEN HANS / 315140202


DANIEL SIMADIPUTRA / 315140222
ROBERT EFFENDI / 315140230

DOSEN

OLGA NAULI, S.T., M.ARS.


PEMBIMBING :
CHARLES V. DE. M., S. ARS., M.T.

DAFTAR ISI
BAB 1. Penetuan Batasan Wilayah
1.1.

Teori Penentuan Batasan

BAB 2. Data Kawasan


2.1.

Data Fisik
2.1.1. Tata Guna Lahan dan Bangunan
2.1.2. Ruang Terbuka
2.1.3. Jalan dan Parkir
2.1.4. Foto Lapangan

2.2.

Data Non-Fisik
2.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
2.2.2. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
2.2.3. Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan (RRTRWC)

BAB 3. Analisa
3.1.

Zonasi Tata Guna Lahan

3.2.

Intensitas Kepadatan Bangunan

3.3.

Pemetaan Jalur Sirkulasi

BAB 4. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. Penentuan Batasan Wilayah


Wilayah yang akan digunakan dalam tugas 2 Studi Perkotaan ini adalah Kota Administrasi Jakarta Barat, Kecamatan Grogol Petamburan, Kelurahan Tanjung Duren Utara, sekitar Citraland Mall dan Universitas
Tarumanagara 2. Kepadatan bangunan perumahan yang ada di wilayah ini sangat tinggi sehingga menarik perhatian kami untuk menganalisa kecocokan antara eksisting dengan rencana pembangunan yang ingin
diaksanakan.

1.1.

Teori Penentuan Batasan Wilayah


Penentuan batasan wilayah dalam tugas ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Kevin Lynch dalam The Image of The City yaitu teori Landmark. Landmark merupakan ciri suatu linkungan
atau kota yang memberi kesan pada lingkungan tersebut. Dalam wilayah yang akan kami analisa, Ciputra Mall dapat dikatakan sebagain suatu Landmark wilayah Tanjung Duren Utara. Dalam hal ini, kami ingin
menganalisa apakah Landmark tersebut berpengaruh pada proses pembangunan daerah sekitarya sehingga keadaan eksisting melenceng dari rencana yang telah diperkirakan oleh Pemerintah.

Gambar disamping merupakan wilayah yang akan kami gunakan dalm tugas 2 Studi Perkotaan ini.

BAB 2. Data Kawasan


2.1.

Data Fisik
2.1.1. Tata Guna Lahan dan Bangunan
Mayoritas lahan pada wilayah ini dipergunakan sebagai perumahan vertikal KDB rendah.
Bangunan sebagian besar digunakan untuk kos-kosan mahasiswa.
Warung-warung kecil didirikan pada lahan kosong yang masih tersisa.

2.1.2

Ruang Terbuka
Dilihat dari peta wilayah, ruang terbuka yang ada, baik ruang terbuka hijau, lahan kosong, maupun lapangan sangatlah sedikit. Ruang hijau yang ada hanya tersedia pada area parkir Universitas
Tarumanagara 2 dan Mall Citraland. Ruang terbuka berupa lapangan terletak di sebelah kantor RW 02. Untuk lahan terbuka yang digunakan sebagai lahan parkir berada di Gang 1-3.

Lapang
an

Lahan
Parkir

2.1.3. Jalan dan Parkir


Jalan Arteri

Jl. Letjen S. Parman

Jalan Kolektor :

Jl. Daan Mogot


Jl. Taman Daan Mogot
Jl. Anggur 2c

Jalan Lokal

Jl.
Jl.
Jl.
Jl.
Jl.
Jl.

Lahan parkir

Keadaan
Jalan
pada Jl.

Tanjung Duren Utara 1


Tanjung Duren Utara 1a
Tanjung Duren Utara 1b
Tanjung Duren Utara 1c
Tanjung Duren Utara 2
Anggur 2
dalam wilayah ini menggunakan sisa lahan yang tidak terpakai.

Sebagian menggunakan sisi jalan terutama angkot yang parkir pada Jl. Tanjung Duren Utara 1. Untuk bangunan seperti Universitas Tarumanagara dan Citraland, telah menyediakan lahan parkir yang
cukup luas di dalam tapak untuk pengunjung .

Pengunaan area tapak sebagai lahan parkir

2.1.4. Foto Lapangan

Gang 1-3

Gang 1-3

Kantor RW. 02 Jl. Tanjung Duren Utara


2

BAB 3. Analisa
3.1.

Zonasi Tata Guna Lahan

Kantor pemerintahan
(kelurahan)

Rukan/tempat
perdagangan barang dan
jasa]

Fasilitas pendidikan

Tempat ibadah
Fasilitas
pendidikan

Penyimpangan yang terjadi di kawasan


tanjung duren utara
Tempat
Hunian di sekitar kampus 2 untar

Peruntukkan
Hunian horizontal

Gedung kampus 2 untar


Kawasan hijau
Hunian di sekitar kampus 2

Tempat perdagangan barang dan jasa


Kawasan hijau
Hunian

Hunian horizontal dijadikan


hunian vertikal (kosan)
penyebabnya
ingin
membuat kamar yang banyak
pembangunan lebih murah
vertikal daripada horizontal
Efek positif :
mengerakkan ekonomi
masyarakat di sekitar kawasan
efek negatif :
menambah beban tanah sehingga
dapat menurunkan muka tanah
disekitar kawasan

Hunian menjadi tempat berjualan penyebabnya


:
tidak adanya lahan untuk berjualan disekitar kawasan
strategis
kurang modal
Efek positif
mengerakkan ekonomi masyarakat sekitar
mermpemudah masayarakat sekitar memenuhi kebutuhan sehari-hari
Efek negatif:
kawasan tersebut menjadi tidak tertata
barang jualan tidak terpercaya

Kawasan hijau dijadikan hunian vertikal


Letak strategis
Karena tidak memiliki lahan pembangunan lagi disekitar kawasan
Efek negatif
Tidak ada area penyerapan polusi di seitar kawasan tersebut

Penyimpangan
Dibangun menjadi hunian vertikal
Dan sarana pendidikan
Fasilitas pendidikan
Dijadikan hunian vertikal
Dijadikan tempat berjualan /kosan

Tidak ada area rekreasi di sekitara kawasan

Gedung kampus 2 untar penyebabnya :


Permintaan akan pendidikan yang melibihi kapasitas
USIA
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
>75

JUMLAH PRIA
769
791
658
575
634
725
960
1056
853
635
513
434
395
310
215
164

JUMLAH WANITA
727
719
575
527
596
756
1128
1009
820
622
564
581
505
392
229
201

Tabel RTRW KDB, KLD, kelurahan Tanjung Duren Utara

Strategis
Efek positif
Menjadi sarana pendidikan
Menjadi pengerakan ekonomi kawasan sekitar
Efek negatif
Tempat perdagangan barang dan jasa dengan klb rendah sedikit

3.2. Intensitas Kepadatan Bangunan

Jumlah penduduk RW 02, RW 03, Tanjung Duren Utara

Analisa Intensitas Kepadatan Bangunan:

Dari data yang terdapat, rencana bangunan kebanyakan horizontal tetapi kalau dilihat dari data eksisting, bangunan yang dibuat vertikal
Keuntungan:
- Lahan yang digunakan sedikit tetapi dapat menampang masyarakat yang lebih banyak
- Biaya pembangunan lebih murah pada bangunan vertikal dibanding dengan horizontal
- Usaha seperti restoran, dokter, dan lain-lainnya lebih banyak peminatnya karena warga yang lebih padat
Kerugian:
-

Masyarakat per hektar semakin padat


Serapan penghijauan semakin kurang
Menambah beban kepada tanah

Penyebab dari hal seperti ini bisa terjadi karena;


- Penduduk mengalami pertambahan jumlah jiwa yang drastik, maka dibuatlah perumahan vertikal
- Kekurangan lahan untuk membuat perumahan horizontal maka dibuat menjadi bangunan yang vertical
LOKASI
Tanjung Duren
Utara
Tanjung Duren
Utara
Tanjung Duren
Utara
Tanjung Duren
Utara
Tanjung Duren
Utara
Tanjung Duren
Utara

ZONA
01

RW
002

KDB
0

KLB
Taman Kota / Lingkungan

01

003

60

1.20

04

002

04

003

60

1.20

05

002

40

1.60

Perumahan KDB SedangTinggi


Perkantoran, Dagang & Jasa

05

003

Zona Terbuka Biru

Membuat usaha seperti kos-kosan

Image 3d Eksisting

Perumahan KDB SedangTinggi


Taman Kota / Lingkungan

Image 3d Rencana
Zona perdagangan
dan jasa

Zona
pertamanan

Mayoritas perumahan vertikal dengan KLB yang


tinggi

Zona
perumahan
horizontal

Zona perumahan
vertikal

Zona
prasarana
pendidikan,
pelayanan
umum

3.3.

Pemetaan Jalur Sirkulasi


Berdasarkan Peta Rencana Prasarana Pergerakan, tidak terdapat jalan arteri pada daerah yang disurvey. Dapat dilihat pada peta, Jl. Daan Mogot merupakan jalan kolektor dan tersambung dengan Jl. Anggur

2 yang juga merupakan jalan kolektor. Jalan-jalan lain pada peta direncanakan sebagai jalan lokal termasuk Jl. Letjen S. Parman.

Peta Rencana Prasarana Pergerakan RW 02


dan RW 03
Kelurahan Tanjung Duren Utara

Penyimpangan pada Eksisting Jalan:

Jl. Tanjung Duren Utara 1A tidak lagi tersambung dengan Jl. Anggur 3 karena digunakan sebagai lahan bangunan untuk
Jl. Taman Daan Mogot yang terletak diantara Citraland dan Tarumanagara menjadi jalan kolektor dikarenakan

Universitas Tarumanagara 2.
penambahan
pengguna

kendaraan bermotor yang melewati jalan tersebut sebagai akses masuk menuju Universitas Tarumanagara 2 dan
Jl. Letjen S. Parman berubah dari jalan lokal menjadi Jalan Arteri dikarenakan pengguna jalan yang meningkat drastis.
Dalam rencana prasarana pergerakan, terdapat jalur pedestrian dan sepeda di bahu jalan (dilambangkan dengan 3 garis

Citraland.
tipis berwarna ungu). Namun

pada eksisting, jalan lokal seperti Tanjung Duren Utara 1B tidak memiliki trotoar seperti digambarkan pada sketsa potongan jalan, sehingga jalur pedestrian dan sepeda mengguanakan jalur kendaraan yang

hanya memiliki lebar sekitar 3,5m.


Jalan lokal pada eksisting hanya dapat digunakan untuk 1 arah dikarenakan lebar jalan yang berkisar dari 3,5-4,6 m. Pengecualian untuk Jalan Anggur 2 yang dapat digunakan 2 arah karena memiliki lebar jalan

sekitar 6m dan masih memiliki area penghijauan di sisi jalan.


Gang 1-3, hampir tidak memungkinkan untuk digunakan oleh pengguna kendaraan beroda empat dikarenakan lebarnya yang hanya mencapai 2,2 m pada persimpangan jalan dan semakin ke dalam lebarnya

semakin mengecil.
Parkir pada wilayah permukiman menggunakan sisi jalan, lahan kosong dan memanfaatkan GSB yang ada. Pemanfaatan sisi jalan dan GSB dinilai tidak efektif.
Penggunaan sisi jalan dan GSB memotong jalan yang tidak terlalu lebar menjadi lebih sempit sehingga semakin sulit untuk dilalui oleh kendaraaan.

Bagian Gang 1-3 yang dapat dilewati


mobil

Pemanfaatan GSB sebagai lahan parkir namun tetap


memotong lebar jalan

Pemanfaatan ruang
terbuka sebagai
lahan parkir

Keuntungan dari penyimpangan:

Penambahan lahan parkir untuk Universitas Tarumanagara 2 dengan menghilangkan sebagian Jl. Tanjung Duren Utara 1A.

Kerugian dari penyimpangan:

Tidak ada pemisah antara jalur pedestrian dengan jalur kendaraan.


Jalan sulit dilalui kendaraan beroda empat karena terlalu sempit dan sisi jalan dijadikan tempat parkir.
Dihilangkannya jalan yang menyambungkan antara Jl. Anggur 3 dengan Jl. Tanjung Duren Utara 1A mempersulit akses menuju Jl. Tanjung Duren Utara 1A.

Sketsa Potongan Jalan

BAB 4. Kesimpulan
Penyimpangan pembangunan terhadap rencana RTRW disebabkan oleh beberapa alasan; pertambahan penduduk, kebutuhan akan hunian, perubahan fungsi lahan, dan pengaruh
lingkungan sekitarnya.
Penyimpangan menimbulkan keuntungan dan kerugian.
Penyimpangan pembangunan jalur sirkulasi lebih banyak menciptakan kerugian dikarenakan penyimpangan melibatkan penyempitan jalan dari standar ukuran lebar jalan.
Dalam pelaksanaan rencana pembangunan, penzoningan untuk memisahkan tipe-tipe hunian tidak lagi efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Trancik, Roger. Finding Lost Space. New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc. 1986
http://bappedajakarta.go.id/?page_id=1270
http://bappedajakarta.go.id/?page_id=1891

Anda mungkin juga menyukai