hari lepas hari dan dalam lingkungannya, manusia sering menggunakan moral dalam
mejalankan adatistiadatnya. Manusia akan akan dituntut jika memasuki sebuah lingkungan
atau tempat dengan adat istiadatnya. Seseorang harus mampu beradaptasi dengan lingkungan
dengan segala tata aturan yang sudah berlaku didalamnya. Sebagai contoh kecil jika kita
memasuki sebuah gedung kantor kita wajib untuk melaporkan diri kepada security, agar kita
dapat dilayani dengan sopan. Dan masih banyak contoh lainya yang sering kita jumpai setiap
saat. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa moral yang ada didalam diri seseorang
akan selalu dituntut keberadaannya setiap saat, dimanapun kita berada.
3.Politik menurut alkitab dan non alkitab
Menurut alkitab
Dari Alkitab, pemikiran politik Kristen mewarisi prinsip-prinsip kenabian mengenai panggilan
penguasa untuk menegakkan keadilan dan memajukan kesejahteraan rakyat, terutama dengan
memihak rakyat tertindas (orang miskin, janda, anak yatim dan orang asing; lihat antara lain Mazmur
72; Yesaya 11:1-10. Yesus Kristus mengajar murid-muridnya mengenai pola yang benar dalam
menyandang kekuasaan, bahwa bukannya memerintah dengan tangan besi melainkan melayani
(Markus 10: 42-45 dps); juga tentang kewajiban kepada pemerintah di samping dan di bawah
ketaatan kepada Allah (Matius 22: 15-22 band. 1 Petrus 2: 17); dan tentang adanya kekuasaan yang
bukan dan yang lain dari kekuasaan dunia ini dan melampaui (Yohanes 16: 36). Para rasul
mengajarkan tentang tunduk kepada pemerintah (Roma 13:1 dan seterusnya) dan mendoakan para
penguasa (I Timotius 2: 1).
Tetapi, gereja-gereja tidak sepenuhnya setia kepada panggilan profetis nya, terutama karena
kecemasan terhadap dominasi pihak-pihak lain. Gereja baru sesekali bicara kalau langsung
menyangkut kepentingannya. Gereja mengamankan diri dalam kemitraan submissive dengan
pemerintah, bukan mengembangkan kemitraan profetis. Maka, untuk berkerja sama dengan semua
golongan agama dalam panggilan profetis terhadap kekuasaan, gereja perlu melakukan pertobatan,
berbalik dari jalan yang ditempuhnya selama ini. Karena sesuai dengan pemahaman kita tentang
politik, gereja dan umat kristen diharapkan dapat berperan aktif dalam rangka proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat bukan baru sesekali
bicara kalau langsung menyangkut kepentingannya.
Menurut non alkitab
Menurut non memandang politik sebagai kegiatan merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum.
Menyimpang dari pandangan kelembagaan di atas, dewasa ini para ilmuwan politik memandang
politik dari kacamata fungsional. Menurut mereka, politik merupakan kegiatan para elit politik dalam
membuat dan melaksanakan kebijakan umum. Di antara ilmuwan politik yang menggunakan
kacamata fungsional dalam mempelajari gejala politik ialah David Easton dan Harold Lasswell.
Easton merumuskan politik sebagai The authoritative allocation of values for a society, atau alokasi
nilai-nilai secara otoritatif, berdasarkan kewenangan, dan karena itu mengikat untuk suatu
masyarakat. Oleh karena itu, yang digolongkan sebagai perilaku politik berupa setiap kegiatan yang
mempengaruhi (mendukung, mengubah, menantang) proses pembagian dan penjatahan nilai-nilai
dalam masyarakat.
Kelemahan pandangan ini adalah menempatkan pemerintah sebagai sarana dan wasit terhadap
persaingan di antara berbagai kekuatan politik untuk mendapatkan nilai-nilai yang terbanyak dari
kebijakan umum. Fungsionalisme mengabaikan kenyataan bahwa pemerintah juga memiliki
kepentingan sendiri, baik berupa kepentingan yang melekat pada lembaga pemerintah (yang
mewakili kepentingan umum) maupun kepentingan para elit yang memegang jabatan (melaksanakan
peranan).
4 masyarakat menurut alkitab dan non alkitab
Masyarakat menurut alkitab
Untuk lebih jelasnya, marilah kita pertimbangkan sejumlah informasi Alkitab mengenai siapa
dan apa manusia itu didalam masyarakat
Kejadian 1:26,27 menjelaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang membawa rupa dan
gambar-Nya. Kalau Allah berpribadi, maka manusia juga berpribadi. Allah memberikan
berbagai potensi dalam diri manusia, seperti kemampuan berkomunikasi, berpikir,
merasakan, juga berbuat, agar mempermuliakan Dia.
Kejadian 2:7 mengemukakan bahwa manusia yang diciptakan Allah itu terbentuk dari debu
tanah dan padanya dihembuskan nafas kehidupan (Ibr. nefes hayyah). Jika demikian, manusia
sebagai individu (pribadi) memiliki dimensi fisik (jasmani) yang terikat kepada alam.
Disamping itu, manusia memiliki aspek non-fisik atau rohani (spiritual). Adanya nefes
hayyah itu membuat manusia membutuhkan Allah di dalam seluruh kehidupannya.
Markus 12:29,30 menegaskan perkataan Yesus agar kita mengasihi Allah dengan segenap
hati, jiwa, kekuatan dan akal budi. Itu berarti pada diri manusia terkandung aspek lahirian dan
non lahiriah; aspek material dan non-material dalam satu kesatuan. Hati biasanya dianggap
sebagai pusat kehidupan dalam diri manusia, tempat pertimbangan, perasaan, dan sikap, juga
kehendak. Jiwa, biasanya diartikan sebagai perasaan. Kekuatan terkait dengan fisik, jasmani,
penginderaan, sistem syaraf dan endokrin. Akal budi merupakan komponen yang membuat
manusia mengerti dan memahami.
Lukas 2:40,52 menjelaskan bahwa Tuhan Yesus bertumbuh dalam fisiknya, dalam hikmatnya,
dalam spiritual dan dalam aspek sosialnya. Kalau mau bertumbuh dalam keutuhan, maka kita
harus mengakifkan semua dimensi itu.
1 Tesalonika 5:23 mengemukakan uacapan berkat rasul Paulus. Di dalamnya terkandung
konsep manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh berkaitan dengan pancaindera. Jiwa
sering diartikan terkait dengan pikiran (akal), emosi (perasaan), dan kehendak (will). Roh
(pneuma Yun) terkait dengan dimensi yang membuat kita mampu meresponi komunikasi
Allah yang adalah roh adanya (Yoh 4:24).
Masyarakat menurut non alkitab
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas
penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok
mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang
Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa
atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa
tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan
dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
Masalah modernisasi adalah suatu hal yang tidak begitu baru lagi dalam masyarakat kita
ini, tetapi yang baru itulah untuk menggumulinya dari sudut kehidupan Gereja.
Dan cara menggumulinya dari sudut Alkitab yaitu:
a. Pekerjaan Allah dalam sejarah manusia
Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia berjalan dalam sejarah. Bahkan terjadinya
sejarah itu disebabkan oleh Firman Allah dan Perbuatan Allah sendiri di tengah- tengah
dan terhadap bangsa- bangsa, suku- suku, dan terhadap seseorang. [1] Sejarah dimana
Allah menyelamatkan semua manusia, terus berjalan dan tetap terbuka
untuk hari depan. Sejak awal Alkitab, kita mengetahui dalam Kitab Kejadian tentang
Allah yang menciptakan dunia dan waktu (sejarah). Allah membebaskan manusia dari
ikatan atau beban, dan pembebasan itu masih terus berjalan.
b. Allah mengangkat Manusia Menguasai Alam
Dalam kejadian 1: 28 terdapat titah Alah kepada manusia dipenuhi, yaitu alam atau dunia
terbuka untuk ditaklukkan, dikuasai, diolah, diusahakan oleh manusia. Allah mengangkat
manusia mengusai alam, yang atasnya ia bertanggungjawab dalam kebebasan yang
digerakkan oleh Allah sendiri. Ilmu atau segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik,
yang dapat mengolah dunia ini, haruslah dipertanggungjawabkan kepada seluruh umat
manusia, bukan hanya ditujukan kepada kenikmatan atau kesejahteraan sebagian kelompok
atau suatu bangsa, tetapi juga harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Untuk mengolah
dunia ini atau alam tidak mencukupi kalau hanya ditinjau dari ilmu pengetahuansaja, tetapi
haruslah juga dilihat dari ilmu pengetahuan rohani, dimana Allah bertindak.[2]
Iptek menurut non alkitab
Penerapan iptek dalam pembangunan telah meningkatkan kehidupan masyarakat dan
memajukan kehidupan bangsa dan Negara di berbagai sector. Namun , harus disadari bahwa
di balik semua itu ada dampak-dampak negatifnya bagi lingkungan hidup. Yang dimaksud
lingkungan hidup dalam hal ini adalah menyangkut lingkungan alam, lingkungan social, dan
lingkungan budaya. Lingkungan alam adalah kondisi alam baik yang organik maupun
anorganik ( tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, dan udara). Adapun lingkungan
sosial adalah semua manusia yang ada di sekitarnya, baik perorangan maupun kelompok
(misalnya : keluarga, teman sepermainan, tetangga dan teman sekerja). Kemudian
menyangkut lingkungan budaya, yakni hal-hal yang berkaitan dengan karya cipta dan hasil
perbuatan atau tingkah laku manusia, misalnya yang menyangkut gagasan, norma,
kepercayaan, adat istiadat, pakaian, dan rumah.
Siapa yang menguasai teknologi, maka ia akan menguasai dunia Maksud dari pepatah di
atas adalah siapapun orang yang dapat memanfaatkan adanya teknologi dalam berbagai
bidang kehidupan, maka derajat orang tersebut akan berada di atas,dan dapat melakukan
apapun sesuai dengan kehendaknya demi tercapai apa yang yang diinginkan orang tersebut.
Dalam perkembangannya iptek mulai dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia. Misalnya dalam bidang kesehatan, teknologi, perhubungan dan
arsitektur, industri, dll.
Adapun dalam pemanfaatan dan penerapannya iptek berdampak negatif dan positif. Dampak
positifnya, iptek dapat dimanfaatkan dan diteterapkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
manusia. Namun dampak negatifnya, akan berpengaruh besar dalam kelangsungan hidup
manusia itu sendiri, ujung dari dampak negatif penerapan teknologi adalah kemiskinan.
1. Mempengaruhi pola berpikir
yang sangat positif, namun di sisi lain, tidak sedikit pula yang
membawa dampak negative.
kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum maka tiap perkara
dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan prantara hakim berdasarkan ketentuan
hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap
orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
7.Kerukunan menurut alkitab dan non alkitab
1. Hampir semua orang merindukan suasana rukun dan damai dalam kehidupan. Pertengkaran, konflik
apalagi perang membuat hati kita semua orang gundah dan susah. Hanya segelintir orang sajalah yang
bergembira dan menarik keuntungan dan karena itu menghendaki pertengkaran, konflik atau peperangan.
Umumnya manusia atau orang kebanyakan berusaha menghindari atau kalau sudah sempat terjadi segera
menyudahinya. Dalam rumah tangga atau persekutuan pertengkaran dan konflik bisa terasa sangat
melelahkan raga dan jiwa, melenyapkan semangat dan sukacita, dan bahkan merusak rumah tangga atau
persekutuan itu.
Namun dalam prakteknya suasana rukun dan damai atau harmoni tidak selalu terjadi di tengah-tengah
kehidupan nyata. Ada saja dan banyak masalah yang membuat seorang tidak bisa rukun dengan saudara
atau tetangganya atau bahkan dengan pasangan hidupnya sendiri, atau orangtua/anak kandungnya sendiri.
Kadang pertengkaran atau konflik itu bisa berlangsung sangat sengit, memakan waktu lama (tidak berakhir
sampai mati), melibatkan banyak orang atau bahkan pihak luar, atau bercampur-aduk dengan masalahmasalah lain. Konflik bisa bersifat terbuka atau terang-terangan namun bisa juga tersembunyi bagaikan api
dalam sekam.
3. Pertama: Kerukunan dengan saudara adalah dampak kerukunan dengan Tuhan. Alkitab menyatakan
bahwa pendamaian kita dengan Allah-lah yang memberi kita kesempatan berdamai dengan sesama. Rasul
Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus: Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu
jauh, sudah menjadi dekat oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan. (Efesus 2:1314). Yesus mengatakan dengan nada sebaliknya: Allah menjadikan perdamaian dengan sesama sebagai
syarat untuk mendekati Dia. (Matius 5:24). Intinya adalah: kerukunan dengan saudara tidak bisa
dipisahkan dari kerukunan dengan Allah. Sebaliknya Yesus juga mengatakan: berbahagialah orang yang
membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9). Dan Rasul Paulus
mengatakan: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan
semua orang! (Roma 12:8). Artinya: dalam memperjuangkan segala yang baik dan benar sekali pun kita
tetap harus dalam kerangka perdamaian. Bahasa sederhana: kebenaran tidak bisa diwujudkan dengan
kebencian dan dendam!
Menurut non alkitab
Konflik dianggap buruk oleh banyak orang sebab itu dihindarkan. Sebaliknya kerukunan dipandang baik
sebab itu dicari dan diusahakan. (Walaupun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa konflik apalagi
perang mendorong kemajuan. Buktinya sebagian besar teknologi moderen sekarang pada awalnya justru
untuk kepentingan perang!). Sebagian orang sangat suka atau mudah berkonflik (ada yang mengatakan
bahwa masyarakat Batak termasuk di dalamnya) namun sebagian lagi justru sangat takut berkonflik dan
karena itu mendewakan harmoni atau kerukunan. (Pada jaman Orde Baru diberi nama: stabilitas,
keselarasan atau keamanan). Maka segala cara diupayakan agar konflik tidak terjadi minimal tidak muncul
di permukaan. Antara lain: dengan menggunakan tangan besi atau ancaman kekerasan. Pihak-pihak yang
bertikai mungkin saja hatinya belum sungguh-sungguh ingin berdamai namun mereka takut kepada
ancaman. Cara lain mencipta kerukunan: dengan melakukan perpisahan baik-baik atau saling
menjauhkan diri atau berdiam diri. Atau dengan menekankan perasaan malu. Semua konflik dianggap
memalukan sebab itu harus dihindarkan (kalau perlu dengan mengorbankan hak dan kebenaran). Lantas
bagaimanakah kerukunan yang dimaksudkan Alkitab?
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki begitu banyak kebudayaan sehingga kemudian
munculah istilah majemuk, negara yang majemuk. Kemajemukan itu terjadi di segala bidang
kehidupan dan salah satunya adalah budaya.
Budaya yang beranekaragam ini membawa keuntungan bagi negara terutama pemasukan dari
sector pariwisata. Selain itu yang paling penting ialah bahwa kemajemukan budaya ini
memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi terbentuknya identitas nasiolal negara Indonesia.
Namun demikian, perbedaan budaya juga tak jarang menimbulkan konflik. Sikap tidak saling
menghormati antar budaya selalu mejadi factor utama terjadinya konflik tersebut. Selain itu
sukuisme masih tertanam kuat dalam diri masyarakat yang bertikai. Berhadapan dengan
kenyataan seperti ini, keberadaan unsur-unsur dan factor-faktor pembentuk kerukunan menjadi
sangatlah penting.
8.tyme
Yes
aya 44:6
Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulahyang
terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku."
y
Yes
aya 45:6
supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak
adayang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain.Kebenaran ayat-ayat
Alkitab ini diringkas dalam Pengakuan Iman Nikea, "Aku percaya padasatu Allah, Sang Bapa,
Yang Mahakuasa...." Allah yang Esa yang disebut Bapa ini - bukan karena jeniskelamin, tetapi
sebagai kata kias karena Dia adalah asal-usul dari segala sesuatu, pemelihara segalasesuatu,
pemberi segala sesuatu, dan pembimbing segala sesuatu adalah pencipta segala
sesuatu.Dalam menciptakan segala sesuatu itu Ia melakukannya melalui "Firman-Nya".
Mazmur 33:6
, Olehfirman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.
Ia memberi hidupkepada segala sesuatu melalui Roh-Nya".
Ayub 33:4
, Roh Allah telah membuat aku, dan nafas YangMahakuasa membuat aku hidup.
Firman Allah itu selalu
bersama-sama dengan Allah
, artinyaberada di dalam kodrat dan hakekat Allah sendiri.
Yoh
an
es
1:1-2,
Pada mulanya adalah Firman;Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. Ia pada mulanya bersama-samadengan Allah. Roh Allah itu
k
eluar dari Bapa
berarti asalnya ada di dalam Bapa, yaitu Allah yang Esa
Pertama-tama di sini diakui, bahwa Allah Israel adalah TUHAN atau Y-H-V-H, bahwa
dengan nama ini Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu Israel. Sebagai
sekutu Israel Tuhan Allah adalah Allah yang setia, yang memenuhi segala janji-Nya. Dengan
mengingatkan kepada nama itu Musa bermaksud menekankan, bahwa TUHAN adalah setia,
yang benar-benar telah memegang teguh kepada apa yang telah difirmankan dan diperbuat.
Bahwa TUHAN adalah Allah yang setia, bukanlah suatu teori bagi Musa dan bagi bangsa
Israel di dalam firman dan karya Tuhan Allah di sepanjang sejarah Israel hingga kini dan
akan diteruskan di dalam kelanjutan sejarah itu. Nama TUHAN atau Y-H-V-H adalah sama
dengan nama yang disebutkan di Yesaya 44:6 dan Wahyu 1:8, yaitu bahwa Tuhan Allah
adalah yang terdahulu dan yang terkemudian.
tyme menurut non alkitab
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat
(1) Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid
menurut pengertian keimanan dalam Islam.
Jadi, begitu pentingnya kedudukan Tuhan Yang Maha Esa dalam Konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Coba kita renungkan dengan hati yang dingin, untaian kata-kata pada alinea
keempat Pembukaan UUD 1945: "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketahuan Yang Maha Esa.
Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa
Sansekerta ataupun bahasa Pali. Banyak diantara kita yang salah paham
mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah
menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketahuan Yang Maha Esa adalah
Tuhan Yang Satu, atau Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam
bahasa Sansekerta ataupun Pali, Ketahuan Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang
bermakna satu.
Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan
akhiran an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran an pada suatu kata dapat
merubah makna dari kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan kedan akhiran andapat memberi makna perubahan menjadi antara lain: mengalami
hal.sifat-sifat