TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Gambar 2.1 Siklus Sederhana Sistem pembangkit Tenaga Uap (Cengel & Boles, 2002)
Pada sistem pembangkit tenaga uap, tekanan atau head air umpan sangat
mempengaruhi kualitas uap atau steam yang dihasilkan dimana apabila tekanan
tidak mencapai titik poin yang telah ditentukan maka proses penguapan pada boiler
tidak maksimal yang kemudian akan mengahasilkan tekanan uap dibawah standart
untuk proses memutar turbin dimana daya yang dihasilkan oleh turbin tidak akan
mencapai nilai yang telah ditentukan, faktor yang mempengaruhi tekanan atau
head air umpan adalah jaringan perpipaan yang terpasang pada suatu sistem
pembangkit tenaga uap yang hal tersebut besar kaitannya terhadap pembahasan
tentang aliran fluida.
2.2.
Aliran Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk
(distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa
fluida, maka di dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana
lapisan yang satu akan mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk
baru. Selama perubahan bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress),
yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap
arah tertentu. Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan
geser tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan.
Pada temperatur dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu.
Jika densitas hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan tekanan
yang relatif besar, fluida tersebut bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnya
peka terhadap perubahan variabel temperatur dan tekanan, fluida tersebut
digolongkan compresible. Zat cair biasanya
1. Kerapatan
Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda
tersusun atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai
ukuran ataupun massa, tetapi kerapatannya akan sama untuk semuanya. Satuan SI
untuk kerapatan adalah kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam g/cm3. Dengan
catatan bahwa jika kg/m3 = 1000 g/(1000 000 cm3), kemudian kerapatan yang
diberikan dalam g/cm3 harus dikalikan dengan 1000 untuk memberikan hasil
Kerapatan atau density dinyatakan dengan (rho) yang dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara massa per satuan volume. Yang dirumuskan sebagai
berikut:
dimana:
= kerapatan (Kg/m3)
m = massa (Kg)
V = Volume (m3)
(Kg/m3 )
(2.1)
dalam kg/m3. Dengan demikian kerapatan air adalah 1,00 g/cm3, akan sama dengan
1000 kg/m3.
2. Berat Jenis
Berat jenis dari sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf yunani
(gamma) didefinisikan sebagai berat fluida per satuan volume. Berat jenis
berhubungan dengan kerapatan jenis melalui persanaan
(2.2)
= .
3. Gravitasi Jenis
Garavitasi jenis sebuah fluida dilambangkan sebagai SG, didefinisikan
sebagai perbandingan kerapatan fluida dengan kerapatan air pada sebuah
temperatur tertentu. Biasanya temperatur tersebut adalah 4oC (39,2oF),dan
pada temperatur ini kerapatan air adalah 1,94 slugs/ft3 atau 1000 kg/m3 Dalam
bentuk persamaan gravitas jenis dinyatakan sebagai.
2 @4
(2.3)
Berat jenis (specific gravity disingkat SG) adalah besaran murni tanpa
dimensi.
4. Tekanan (Preassure)
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan gaya F
dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan (A), maka:
= (/2 )
(2.4)
5. Kekentalan (Viscocity)
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau
gesekan fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan
atau gas, dan
berdekatan ketika bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida
dengan wadah tempat ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh
gaya kohesif antara molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan
diantara molekul-molekul tersebut.
dimana:
(2.5)
1. Viskositas kinematik
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas mutlak
terhadap rapat jenis / density.
dimana :
(2.6)
(kg/m.s)
2. Viskositas dinamik
Viskositas dinamik atau viskositas mutlak mempunyai nilai sama
dengan hukum viskositas Newton.
dimana:
(2.7)
tampang aliran penuh. Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau
gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat
cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka
atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di
dalam pipa tidak penuh), aliran
mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan
di permukaan zat cair sepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer. Aliran
viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas). Viskositas
terjadi pada temperature tertentu. Tabel 2.1. memberikaan sifat air (viskositas
kinematik) pada tekanan atmosfer dan beberapa temperature. Kekentalan adalah
sifat zat cair yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu
bergerak.
Tegangan geser ini akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk
energi lain seperti panas, suara, dan sebagainya. Perubahan bentuk energi
tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energi.
Tabel 2.1Sifat air kekentalan dan (viskositas kinematik) pada tekanan atmosfer
NO
Suhu
Kekentalan Air
Viskositas Kinematik
N.s/m2
NO
1,778 x 10-5
1,788 x 10-6
10
1,307 x 10-5
1,307 x 10-6
20
1,003 x 10-5
1,005 x 10-6
30
0.799 x 10-5
0,802 x 10-6
40
0.657 x 10-5
0,662 x 10-6
50
0,548 x 10-5
0,555 x 10-6
60
0,467 x 10-5
0,475 x 10-6
70
0,405 x 10-5
0,414 x 10-6
80
0,355 x 10-5
0,365 x 10-6
10
90
0,316 x 10-5
0,327 x 10-6
11
100
0,283 x 10-5
0,295 x 10-6
apabila
kekentalan
besar
dan
kecepatan
aliran
kecil.
Dengan
Bilangan Reynolds
Untuk aliran pipa parameter yang tidak berdimensi yang paling penting
(2.8)
dimana akan
diperoleh aliran pipa yang laminar, transisi, atau turbulen tidak dapat ditentukan
dengan tepat. Transisi yang aktual dari aliran laminar ke turbulen mungkin
berlangsung pada berbagai bilangan Reynold, tergantung pada berapa besar alirab
terganggu oleh getaran pipa, kekasaran dari daerah masuk, dan hal-hal sejenis
lainnya. Untuk keperluan teknik pada umumnya, nilai berikut cukup menandai
aliran di dalam pipa bundar adalah laminar jika bilangan Reynoldsnya < 2100. Aliran
didalam pipa bundar adalah turbulen kika bilangan Reynoldnya lebih besar dari kirakira 4100. Untuk bilangan Reynolds diantara kedua batas ini, aliran mungkin
berubag dari keadaan laminar menjadi turbulen dengan perilaku acak yang jelas
(transisi).
2.4.3
lokasi. Daerah aliran didekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah
masuk (entrance region) dan diilustrasikan pada gamber berikut
Gambar 2.5 Daerah masuk aliran sedang berkembang dan aliran berkembang
penuh didalam sebuah pipa (Munson, 2003)
Dari ganbar diatas ditunjukkan fluida biasanya memasuki pipa dengan profil
kecepatan yang hampur seragam pada bagian (1). Selagi fluida bergerak melewati
pipa, efek viskos menyebabkan tetap menempel pada dinding pipa (kondisi lapisan
batas tanpa-slip), hal ini berlaku baik jika fluidanya adalah udara yang relatif inviscid
ataupun minyak yang sangat viskos. Jadi, sebuha lapisan batas (boundary layer)
dimana efek viskos kecepatan awal berubah menurut jarak sepanjang pipa, x,
sampai fluida mencapat ujung akhir dari panjang daerah masuk, bagian (2), dimana
setelah diluar profil itu kecepatan tidal berubah lagi menurut x.
Lapisan batas telah tumbuk ketebalannya sehingga memnuhi pipa secara
menyeluruh. Efek viskos sangat penting didalam lapisan batas, untuk fluida diluar
lapisan batas efek viskos dapat diabaikan.
Bentuk dari profil kecepatan didalam pipa tergantung pada apakah laminar
atau turbulen, sebagaiman pula panjang daerah masuk, le. Seperti pada banyak
sifat lainnya dari aliran pipa, panjang masuk takberdimensi, le/D, berkorelasi cukup
baik dengan bilangan Reynolds. Panjang masuk pada umumnya diberikan oleh
hubugan:
= 0,06
Dan
= 4,4()1/4
diameter pipa sebelum ujung akhir dari daerah masuk dicapai (le = 120D untuk Re
= 2000). Untuk banyak masalah-masalah teknik praktis 104< Re < 105 sehingga 20D
< le< 30D.
2.4.4.
mungkin digerakkan oleh gaya-gaya gravitasi dan atau tekanan, untuk aliran pipa
horizontal, gravitasi tidak memberikan pengaruh kecuali terhadap variasi tekanan
hidrostatik pada pipa, D, yang biasanya diabaikan, Beda tekanan p= p1-p2, antara
suatu bagian popa horizontal dengan bagian lainnya yang mendorong fluida
mengalir melewati popa. Efek viskos memberikan efek penghambat yang melewati
pipa, sehingga memungkinkan fluida mengalir melaui pipa tanpa percepatan. Jika
efek viskos tidak ada dalam aliran serupa itu, tekanan akan konstan diseluruh pipa,
kecuali untuk variasi hidrostatik.
Dalam daerah aliran yang tidak berkembang penuh, seperti pada daerah
masuj sebuah pipa, fluida mengalami percepatan atau perlambatan selagi mengalir.
Jadi, didaerah masuk terdapat keseimbangan antara gaya-gaya tekanan, viskos dan
inersia (percepatan)seperti pada gambar 2.5
dimana :
(2.9)
bekerja pada fluida. Jika fluida bersifat inkompresibel maka viskositas bernilai
tetap di seluruh bagian fluida. Persamaan yang menggambarkan tegangan
geser (dalam koordinat kartesian) adalah:
Dimana
(2.10)
Viskositas
dari
suatu
temperatur dan tekanan. Perbedaan karakteristik akan dijumpai pada fluida. Pada
fluida jenis ini, viskositas fluida akan berubah bila terdapat gaya yang bekerja pada
fluida.
3. Persamaan Kontinuitas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin
sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul
zat cair. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran
yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah
N/m2.s atau pascal sekon.
Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding
tabung. Meskipun besar kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik ke titik
lain didalam tabung. Pada gambar 2.7 menunjukkan tabung aliran untuk
membuktikan persamaan kontinuitas.
Gambar 2.8 Tabung aliran membuktikan persamaan kontinuitas (Priyo Ari Wibowo,
2013)
Pada gambar 2.7, misalkan pada titik P besar kecepatan adalah V1, dan
pada titik Q adalah V2. Kemudian A1 dan A2 adalah luas penampang tabung aliran
tegak lurus pada titik Q. Didalam interval waktu t sebuah elemen fluida mengalir
kira-kira sejauh V.t. Maka massa fluida m1 yang menyeberangi A1 selama
interval waktu t adalah
m = 1 . A1 . V1 . t
(2.11)
dengan kata lain massa m1/t adalah kira-kira sama dengan 1 . A1 . V1. Kita
harus mengambil t cukup kecil sehingga didalam interval waktu ini baik V
maupun A tidak berubah banyak pada jarak yang dijalani fluida, sehingga dapat
ditulis massa di titik P adalah 1 . A1 . V1 massa di titik Q adalah 2 . A2 . V2,
dimana 1 dan 2 berturut-turut adalah kerapatan fluida di P dan Q.
Karena tidak ada fluida yang berkurang dan bertambah maka massa yang
menyeberangi setiap bagian tabung per satuan waktu haruslah konstan. Maka
massa P haruslah sama dengan massa di Q, sehingga dapatlah ditulis sebagai
berikut.
1 . A1 . V1 = 2 . A2 . V2
(2.12)
(2.13)
4. Persamaan Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida
akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini
sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Asas Bernoulli menyatakan bahwa pada pipa mendatar, tekanan fluida paling
besar adalah pada
tekanan paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan alirannya paling besar
Suatu
persamaan
yang
banyak
dipakai,
yang
menghubungkan
tekanan, kecepatan, dan elevasi bermula di masa Daniel Bernoulli dan Leonhrad
Euler dalam abad ke-18.
Persamaan Bernoulli merupakan persamaan dasar dari dinamika fluida di
mana berhubungan dengan tekanan (p), kecepatan aliran (v) dan ketinggian (h),
darisuatu pipa yang fluidanya bersifat tak kompresibel dan tak kental, yang
mengalir dengan aliran yang tak turbulen. Tinjau aliran fluida pada pipa dengan
ketinggian yang berbeda seperti Gambar 2.5.
Bagian sebelah kiri pipa mempunyai luas penampang A1 dan sebelah
kanan pipa mempunyai luas penampang A2. Fluida mengalir disebabkan oleh
perbedaan tekanan yang terjadi padanya. Pada bagian kiri fluida terdorong
sepanjang dl1 akibat adanya gaya F1 = A1p1 sedangkan pada bagian kanan dalam
selang waktu yang sama akan berpindah sepanjang dl2
maka :
1
2
1
2
= 22 12 + (2 1 )
(1 2 )
1
2
1
2
1
2
= 22 12 + (2 1 )
1
2
1 + 12 + 1 = 2 + 22 + 2
(2.14)
(2.15)
(2.16)
2.6.
2.6.1.
dimana :
V2/2g
= head kecepatan
(2.17)
Dimana untuk mendapatkan nilai dari faktor kekasaran (e) dapat diperoleh
dengan menggunakan diagram moody atau dengan menggunakan nilai kekasaran
pipa yang telah tersedia pada tabel.
10,666 1,85
1,85 4,85
(2.18)
Dimana :
140
130
Wood; concrete
120
110
100
80
(Sumber: Sularso & Tahara, Pompa & Kompressor, Bandung, 1983. hal. 30.)
Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran
fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy
Weisbach. Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynold kurang dari 2000, faktor
gesekan dihubungkan dengan bilangan Reynold, dinyatakan dengan rumus:
64
(2.19)
Untuk aliran turbulen dimana bilangan Reynold lebih besar dari 4000, maka
hubungan antara bilangan Reynold, faktor gesekan dan kekasaran relatif menjadi
lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran turbulen dalam pipa didapatkan dari
hasil eksperimen, antara lain :
3,7
= 2,0
(2.20)
Dimana:
f = faktor gesekan
= kekasaran (m)
2. Untuk pipa sangat halus seperti glass dan plastik, hubungan antara
bilangan Reynold dan faktor gesekan:
a. Blasius : =
0,316
0,25
b. Von Karman :
untuk, Re 3000-100000
= 2,0
2,51
(2.21)
3. Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah transisi,
yaitu:
1
(2.26)
4. Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah transisi,
yaitu :
1
2.6.2.
2,51
(2.23)
Untuk setiap sistem pipa, selain kerugian tipe moody yang dihitung
untuk seluruh panjang pipa, ada pula yang dinamakan kerugian kecil (kerugian
minor). Kerugian kecil ini disebabkan hal antara lain lubang masuk atau lubang
keluar pipa, pembesaran atau pengecilan secara tiba - tiba, belokan, sambungan,
katup dan pengecilan dan pembesaran secara berangsur-angsur.
Karena pola aliran dalam katup maupun sambungan cukup rumit,
teorinya sangat lemah. Kerugian ini biasanya diukur secara eksperimental dan
dikorelasikan dengan parameter - parameter aliran dalam pipa. Kerugian kecil
terukur biasanya diberikan sebagai nisbih kerugian hulu.
Belokan pada pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar dari pada
jika pipa lurus. Kerugian-kerugian tersebut disebabkan daerah-daerah aliran yang
terpisah
didekat sisi dalam belokan (khususnya jika belokan tajam) dan aliran
dimana:
kkb
3,5
= [0,131 + 1,847
2
]( )0,5
90
(2.24)
(2.25)
Gambar 2.11 Efek bilangan bilangan Reynolds terhadap koefisien kerugian pada
elbow 90o(Priyo Ari Wibowo, 2013)
Selain belokan atau elbow kerugian minor juga dapat disebabkan oleh
berbagai komponen yang terdapat pada sistem perpipaan dimana koefisien
kerugiannya atau nilai KL. Metode yang paling umum digunakan untuk menentukan
kerugian-kerugian head atau penurunan tekanan adalah dengan menentukan
koefisiean kerugian yang dapat didefinisikan sebagai :
K =
L
2
/2)
1
2
2
(2.26)
Sehingga
1
(2.27)
V2
(2.28
= 2
2
Atau
h = K 2
= 2 =
atau
2
2
(2.29)
(2.30)
untuk
menentukan
kerugian-kerugian
minor.
Sehingga
dengan
2.7.
Pipa seri
Q0 = Q1 = Q2 = Q3
(2.31)
(2.32)
(2.33)
2.8.
Pipa Paralel
Q0 = Q1 + Q2 + Q3
(2.34)
(2.35)
(2.36)
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang
melalui setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada
cabang tersebut.Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi
akibat gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut
panjang pipa atau koefisien losses kali head kecepatan dalam pipa.